Bab I.docx

  • Uploaded by: arief novaldo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,800
  • Pages: 11
A. JUDUL : “EFEKTIVITAS

KONSELING

BEHAVIORAL

TEKNIK

BEHAVIOR

CONTRACTS UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS 11 X-TKJ SMKN 1 GLAGAH BANYUWANGI” B. PENDAHULUAN : 1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga atau sarana dalam melaksanakan pelayanan belajar atau proses pendidikan. Organisasi pendidikan formal sekolah, memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama mencetak individu yang siap untuk bekerja di lapangan. Penyelenggara satuan pendidikan secara baik, tertera dan sistematis hingga proses yang terjadi didalamnya dapat menjadi suatu sumbangan besar bagi kehidupan sosial masyarakat di dunia kerja. Sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan dalam tataran mikro menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dalam hal ini siswa dapat mengikuti proses pendidikan dengan tujuan membekali mereka dengan berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan, dikatakan : "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Di Indonesia sendiri terdapat dua macam sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana keduanya memiliki perbedaan yang mendasar dalam hal penerapan ilmu. Tujuan dari pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) antara lain (1) Menambah pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

serta untuk mengembangkan diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta menyiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Sedangkan tujuan dari pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) antara lain (1) Menyiapkan siswa agar dapat memiliki kepribadian yang bermoral dan beretika sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan memiliki keahlian yang handal di bidangnya (terutama di bidang akomodasi perhotelan, usaha jasa pariwisata dan boga), (2) Menyiapkan siswa agar mampu menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi, (3) Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil produktif untuk dapat mengisi lowongan kerja yang ada dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, (4) memberi peluang masa depan lebih baik jika tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Singgih, 2010). Seperti yang telah diuraikan diatas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki beberapa kelebihan dibanding Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu beberapa faktor yang membuat SMK lebih unggul seperti biaya yang mahal, khususnya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi menyebabkan sedikit sekali remaja yang bisa menikmati sekolah di perguruan tinggi, namun untungnya pemerintah Indonesia kini telah menyediakan SMK (sekolah menengah kejuruan) yang setara dengan SMA. Perbedaan SMK dengan SMA yang sangat mencolok yang terdapat di SMK selain diberi teori siswa akan dibekali keahlian sesuai potensi yang dia miliki, namun di SMA siswa hanya akan diberi teori dan tanpa membimbing potensi siswa. SMK seringkali menjadi pilihan terakhir apabila orang tua tak mampu mendaftarkan anaknya untuk masuk SMA, karena seperti yang diketahui bahwa mendaftar SMA itu berarti harus siap untuk menyiapkan biaya yang cukup besar guna mendaftar ke perguruan tinggi setelah lulus dari SMA. Adapun beberapa pertimbangan dalam memilih sekolah SMK antara lain (1) Pengembangan potensi keahlian, Berbeda dengan SMA yang hanya mengajarkan teori, di SMK anda akan diajarkan banyak hal yang meliputi teori

dan praktek sesuai jurusan. Sebagai contoh mengambil jurusan listrik maka potensi akan bakat tentang listrik akan dikembangkan di sana, selain dapat teori juga dapat pelajaran produktif inilah yang menjadi nilai plus bagi SMK. (2) Bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, Jika ingin melanjutkan ke SMA itu berarti diwajibkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, namun jika mengambil SMK maka bisa langsung bekerja. Jika lulusan SMK ingin melanjutkan setelah selesai sekolah bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, jadi lulusan SMK bisa melanjutkan dan bisa bekerja sekaligus. (3) Menghasilkan lulusan dengan karakter baik, Siswa SMK biasanya dari kalangan yang kurang mampu, untuk itu mereka sadar dengan kondisi keluarga mereka. Setelah lulus nanti mereka tidak akan sombong dan tentu akan bekerja dengan keras karena mereka memiliki tujuan yang pasti yakni untuk membahagiakan kedua orang tua dengan jalan memperbaiki perekonomian keluarga. (4) Mudah mendapatkan pekerjaan, Jika misalnya siswa bersekolah di SMK jurusan listrik dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan listrik lagi itu berarti siswa tersebut sudah lebih paham tentang listrik dibanding yang lainnya. Hal ini tentunya akan dilihat oleh perusahaan dan menjadikan pertimbangan tersendiri. (Dedi,2013) Berkembangnya sekolah, ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak luput dari permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya SMK di Indonesia. Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan SMK yang sedang menjadi sorotan publik saat ini yakni tingginya kasus kenakalan remaja dalam hal ini mereka sebagai siswa. Pemberitaan terkait kasus kenakalan remaja tersebut kini menjadi topik hangat baik di media elektronik maupun media cetak. Salah satu contohnya adalah kasus keributan antar siswa SMK di jalan raya, kasus minum-minuman keras, membolos, mencuri, hingga kasus obat-obatan terlarang seperti narkoba, bahkan tindakan asusila disebabkan budaya pornografi dan pornoaksi. Hal ini tentu sangat meresahkan para orang tua, kalangan pendidik bahkan masyarakat. Masa remaja merupakan salah satu masa dari perkembangan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Masa tersebut merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik maupun psikis.

Masa remaja juga dikenal sebagai masa yang cukup rawan karena masa ini merupakan masa pencarian jati diri.(Febrina,2016) Pengaruh globalisasi juga berdampak pada perkembangan kehidupan masyarakat saat ini. Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa globalisasi telah menyebabkan masuknya berbagai kebudayaan dari luar yang jauh dari nilai-nilai, yang sayangnya cenderung dianut oleh masyarakat Indonesia khususnya para generasi bangsa. Budaya luar tersebut diantaranya individualis, trend fashion yang mini, bahkan sampai pada cara pergaulan yang menjunjung tinggi adanya kebebasan. Hal tersebut tentu dapat menjadi pendorong terjadinya berbagai perilaku nakal di kalangan remaja, mengingat mereka berada pada masa peralihan menuju kedewasaan dan pencarian jati diri.

Oleh karenanya sudah menjadi

tanggung jawab bagi seluruh komponen baik keluarga, masyarakat, pemerintah khususnya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai, untuk ikut andil mengambil tindakan-tindakan sebagai bentuk upaya preventif mengatasi perilaku semacam itu.(Febrina,2016) Setelah dilakukan studi pendahuluan di SMKN 1 Glagah Banyuwangi didapati beberapa kasus bisa dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL

Dari data yang di peroleh dari tabel di atas, Permasalahan yang paling besar di SMKN 1 Glagah Banyuwangi adalah membolos.

Perilaku membolos sendiri

Sejak dulu hingga sekarang perilaku membolos masih saja ada di setiap sekolah. Tindakan membolos yang didapati di SMKN 1 Glagah banyuwangi dilakukan karena beberapa faktor yang mendorong seperti, Kejenuhan dalam

mengikuti mata pelajaran atau tidak menyukai guru mata pelajaran. Hasilnya, akan berdampak negatif pada lembaga persekolahan itu Menurut Gunarsa (dalam Oli’I 2016:9) perilaku mem membolos merupakan salah satu dari kenakalan remaja, karena membolos mencerminkan perilaku yang melanggar aturan sekolah. Kata membolos sangat populer dikalangan para siswa. Menurut Andesi (2016:90) faktor eksternal yaitu faktor yang dipengaruhi dari luar diri siswa, misalnya guru yang tidak profesional dalam mengajar, fasilitas penunjang sekolah atau laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, ataupun aturan sekolah yang sangat ketat, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah. Bagi siswa yang ingin dirinya memiliki kebebasan untuk beraktivitas dan berfikir sangat mengganggu aktivitasnya di sekolah. Karena masa remaja, masa-masa yang penuh rintangan. Tentunya sistem pembelajaran yang sangat serius tanpa diimbangi dengan pola pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa merasa tidak betah berada di kelas. Buktinya siswa yang mem membolos sering pada saat mata pelajaran berlangsung. Setiap kesalahan perilaku membolos kebanyak dibebankan pada siswa yang suka membolos. Pada saat kasus demi kasus terungkap siswa yang suka membolos ini menjadi beban kesalahan, sikap yang tidak mendukung ini membuat masalah bertambah. Betapa pentingnya perilaku membolos ini mendapat perhatian penuh dari guru–guru di sekolah khususnya konselor. Bukan saja di sekolah tetapi perhatian dari orang tua sangat diperlukan. Perilaku membolos sangat berdampak negatif bagi siswa, karena siswa bisa ketinggalan pelajaran dan sulit memahami mata pelajaran yang dipelajarinya. Mungkin perilaku membolos dianggap hal yang biasa bagi para siswa, Masalah membolos terdiri dari, pada saat siswa menerima pelajaran ia merasa ngantuk, tidak paham dengan penyampaian guru mata pelajaran. Perilaku membolos juga terjadi hampir setiap minggu karena siswa merasa tidak betah pada saat menerima pelajaran,dan siswa lebih memilih meninggalkan ruang kelas. Oleh karena itu siswa lebih mementingkan membolos dari pada mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sering dilakukan siswa karena merasa bosan dengan proses pembelajaran. Maka dari itu Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting berfungsi membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang

dihadapinya yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran dan membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya komponen antara guru dan siswa dalam hal komunikasi verbal ataupun non verbal, Oleh karena itu membekali peserta didik agar cerdas secara intelektual pengetahuan dan sosial merupakan peran guru di sekolah. Maka guru sebagai tenaga pengajar maupun pendidik memiliki peran yang sangat besar terhadap siswa dan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno (2017: 168) yaitu guru harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi berbeda dengan tujuan itu semua karena terdapat beberapa faktor atau masalah yang membuat tidak optimalnya tujuan tersebut, dikarenakan masalah yang paling besar di SMKN 1 Glagah banyuwangi adalah perilaku membolos, Perilaku membolos bukan merupakan perilaku yang baru lagi bagi para pelajar.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Glagah berperan penting dalam ruang pendidikan terutama mengenai pembentukan pola perilaku siswa. SMKN 1 Glagah adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai siswa yang tergolong banyak dan dalam proses belajar mengajar pasti ada siswa yang mengalami banyak hambatan atau kesulitan antara lain yaitu perilaku membolos, dan SMKN 1 Glagah sudah menerapkan bimbingan dan konseling

dalam sistem pendidikannya. Tetapi sistem yang berlaku untuk menangani siswa membolos dirasa kurang efektif dikarenakan kurang tegasnya sistem yang berlaku maupun tidak konsisten dalam menangani masalah tersebut, oleh karena itu Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk membantu meningkatkan kemandirian bertanggung jawab dengan proses belajar adalah dengan menggunakan strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah

strategi self-management yang

dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) “Self-management is a process in which client direct their own behavior change with any one therapeutic strategy or a combination strategies”. Dapat diartikan self-management adalah suatu proses dimana individu mengarahkan sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi. Pada penelitian ini, karena merujuk pada teori tersebut maka peneliti mengambil teknik behaviour kontrak yang diberikan kepada siswa yang berperilaku membolos di SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Perilaku membolos harus segera dikurangi atau dicari penyelesaiannya dengan menggunakan layanan teknik behaviour kontrak. Layanan konseling individu pada anak yang membolos akan dilakukan, tujuannya adalah mengetahui pengaruh teknik behaviour kontrak terhadap pengurangan perilaku membolos siswa. Mengingat tujuan dari teknik behaviour kontrak yaitu mengentaskan permasalahan siswa yang dirasakan mengganggu kehidupan efektif sehari-hari, maka perilaku membolos juga termasuk permasalahan siswa yang harus diselesaikan. teknik behaviour kontrak akan diberikan kepada siswa yang berperilaku membolos di SMKN 1 Glagah Banyuwangi dengan syarat siswa sudah melakukan kesalahan dan melebihi batas score. Jumlah siswa yang membolos di SMKN 1 Glagah Banyuwangi cukup banyak, peneliti berasumsi bahwa teknik behaviour kontrak dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dalam mengurangi perilaku membolos siswa. Teknik behaviour kontrak diberikan untuk mengurangi perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi dengan menggunakan teknik behavior contract (kontrak perilaku). Membolos merupakan perilaku negatif yang dapat diubah oleh diri individu sendiri. Layanan konseling kelompok

dengan teknik behavior contract diberikan kepada siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi yang melakukan perilaku membolos. Behavior contract atau kontrak perilaku adalah “persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan konseli) untuk mengubah perilaku tertentu pada konseli. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan,

ganjaran dapat diberikan kepada

konseli” (Latipun, 2016: 95). Pada penelitian ini, teknik kontrak perilaku diberikan dalam siswa yang didapati membolos yaitu pada tahap kegiatan layanan konseling dengan guru konselor. Dalam hal ini sejalan dengan penelitian Mahmudah (2015) dalam jurnalnya yang

berjudul “Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan

Menggunakan Layanan Konseling Behavior”. Latar belakang masalahnya adalah masih adanya sebagian anak yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, terbukti masih adanya sebagian anak yang berperilaku membolos, sehingga perlu ada sebuah tindakan. Dari sekian tindakan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing, salah satunya adalah melalui layanan konseling behavior. Setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh penelitian tersebut, “dengan menggunakan layanan konseling behavior dapat mengurangi perilaku membolos pada siswa SMP Kestraian I Semarang” diterima. Penelitian terkait oleh Wanda Esa Wibowo tahun 2015 dengan judul “Upaya Mengatasi Perilaku Membolos Sekolah Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Behavior Teknik Kontrak Perilaku (Penanganan Kasus Pada Siswa SMP Negeri 4 Rembang)”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa melakukan pelanggaran maupun tata tertib di sekolah khususnya siswa yang melakukan perilaku membolos di sekolah. Ternyata setelah melakukan beberapa layanan individual yang diberikan kepada siswa dengan konseling pendekatan teknik behavior kontrak, konseli mulai bisa memahami bagaimana pentingnya bersekolah, kenapa guru galak kepadanya dan konseli juga berusaha menolak ajakan teman untuk tidak membolos sekolah. Kesimpulan dari

konseling secara menyeluruh kepada konseli yang memiliki perilaku membolos di sekolah dapat terselesaikan melalui konseling individual dengan pendekatan teknik behavior kontrak. Terbukti adanya perubahan perilaku berupa penurunan membolos bahkan tidak membolos lagi. Dalam memberikan layanan konseling dengan teknik behavior contract, konselor membahas tentang perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa yang membolos. Selanjutnya konselor dapat memberikan format behavior contract kepada siswa dan mengadakan kesepakatan antara konselor dan konseli yang bertujuan untuk mengubah perilaku konseli. Apabila konseli mampu mengubah perilakunya menjadi lebih baik, yaitu dapat mengurangi frekuensi perilaku membolosnya menjadi lebih sedikit atau bahkan tidak membolos lagi, maka konseli akan menerima reward dari pihak yang telah disebutkan konseli dalam behavior contract yang telah disepakati oleh dua orang atau lebih (konselor dan konseli). Reward yang dapat diberikan kepada konseli misalnya hadiah tas atau ransel, sepatu, baju dan lain-lain. Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut, maka peneliti ingin meneliti tentang pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract terhadap pengurangan perilaku membolos siswa. Apakah dengan diberikan layanan konseling dengan teknik behavior contract dapat mengurangi perilaku membolos siswa. Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengangkat judul penelitian yaitu “Efektifitas Konseling Behavioral Teknik Behavior Kontrak Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Kelas 11 X-TKJ SMKN 1 Glagah Banyuwangi”. 2.Identifikasi Masalah Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang teridentifikasi paling besar yaitu masalah membolos pada siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut : a. Rendahnya minat siswa terhadap jam mata pelajaran yang mengakibatkan siswa ketika mata pelajaran yang tidak disenangi lebih memilih tidak mengikuti atau membolos, dan guru yang tidak disukai maupun hari tertentu yang menyebabkan siswa sering membolos.

b. Kurang adanya kebijakan yang tegas dari pihak sekolah dalam memperlakukan tata tertib untuk menangani siswa yang membolos c. Kurang adanya teknik yang efektif untuk mengatasi masalah membolos yang diberlakukan oleh guru BK untuk menunjukkan hasil yang diharapkan yaitu masalah membolos siswa. 3.Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang perlu diteliti maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji yaitu : a. penelitian hanya dilakukan pada perilaku siswa yang membolos. b. penelitian dilakukan dengan masalah kenapa siswa melakukan perilaku membolos. c. penelitian

dilakukan

setelah

melihat

perubahan

setelah

diberlakukannya behavior kontrak terhadap siswa yang membolos. d. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa X TKJ di SMKN 1 Glagah 4.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah terdapat pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract terhadap perilaku membolos siswa kelas SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Selanjutnya dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Bagaimana gambaran perilaku membolos siswa kelas SMKN 1 Glagah Banyuwangi sebelum mengikuti layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract? b. Bagaimana gambaran perilaku membolos siswa kelas SMKN 1 Glagah Banyuwangi setelah mengikuti layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract? c. Apakah terdapat pengaruh sebelum dan setelah mengikuti layanan konseling siswa dengan teknik behavior contract terhadap pengurangan perilaku membolos siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi?

5.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi empiris mengenai pengaruh layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract terhadap perilaku membolos siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Selanjutnya tujuan dari rumusan masalah yang telah disusun, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh informasi secara empiris perilaku membolos siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi sebelum mengikuti layanan konseling dengan teknik behavior contract. 2. Untuk memperoleh informasi secara empiris perilaku membolos siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi setelah mengikuti layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh sebelum dan setelah mengikuti layanan konseling dengan teknik behavior contract terhadap perilaku membolos siswa SMKN 1 Glagah Banyuwangi. 6.Signifikansi Penelitian C.Landasan teori dan perumusan hipotesis : 1.Kajian Teori 2.Kajian Penelitian yang Relevan 3.Kerangka Berpikir 4.Perumusan Hipotesis

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"