BAB I PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit endokrin yang ditandai oleh kelainan metabolisme dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan organ lain seperti mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Harrison, 2000). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang cukup banyak diderita oleh penduduk dunia. Indonesia menempati urutan keempat dalam daftar negara dengan penderita diabetes melitus terbanyak, setelah India, Cina, dan Amerika. (Wild, 2004). Diabetes mellitus kini benar-benar telah menapaki era kesejagatan, dan menjaga masalah kesehatan dunia. Insidens dan pravelensi penyakit ini tidak pernah berhenti mengalir, terutama dinegara sedang berkembang dan negara yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi. jumlah diabetes dunia yang tercatat pada tahun 1990 baru mencapai angka 80 juta, yang secara mencengangkan melompat ke angka 110, 4 juta empat tahun kemudian. Menjelang tahun 2010 angka ini diperkirakan menggelembung hingga 239,3 juta dan di duga bakal terus melambung hingga menyentuh angka 300 juta pada tahun 2025 (Zimmern 1991 dalam Arisman, 2013). Menurut data WHO (2003), rendahnya tingkat kepatuhan pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pengobatan dan penyakit, faktor intrapersonal, faktor interpersonal, dan faktor lingkungan.
Sementara Given (2002) mengatakan bahwa tingkat kepatuhan berobat secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ; pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi, dan persepsi pasien tentang keparahan penyakit. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes mellitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (WHO, 2011). Tingkat kepatuhan pengobatan pasien untuk proses terapi pada pasien penyakit kronis di negara berkembang rata rata hanya 50% Di Amerika serikat, kurang dari 2% dari orang dewasa dengan diabetes melakukan tingkat penuh perawatan yang telah direkomendasikan oleh American Diabetes Association (WHO, 2003) Menurut WHO (2003), rendahnya tingkat kepatuhan pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pengobatan dan penyakit, faktor intrapersonal dan faktor interpersonal, dan faktor lingkungan.Sementara Given (2002) Mengatakan bahwa tingkat berobat secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi, dan persepsi pasien tentang keparahan
penyakit Selain prevalensinya yang cukup banyak diderita oleh penduduk dunia khususnya di Indonesia, diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes tujuh tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini (Soegono, dkk., 2009). Biasanya diagnosa pada sebagian besar kasus diabetes tipe II muncul setelah penyakit komplikasi lain muncul (Jacobson & Weinger dalam Leahy, dkk., 2000). Laporan penelitian Aini (2011) yang dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan surabaya pada 15 pasien didapatkan pengetahuan baik tentang kepatuhan berobat penyakit diabetes melitus adalah 100% , sikap sedang 47% (7 orang) dan sikap baik 53% (8 orang) , praktik kurang 6% (1 orang), praktik sedang 40% (6 orang) dan praktik baik 54% (8 0rang) meskipun pengetahuan pasien sudah baik (pengetahuan baik ini mungkin disebabkan karena pasien sudah sering mendapatkan penyuluhan dari rumah sakit) namun praktik pasien yang baik hanya 54% Hasil Studi Mihardja (2009) menyatakan prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita dan kelompok sosio-ekonomi yang lebih tinggi. Faktor yang berhubungan dalam pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, dan minum atau injeksi obat diabetes. Studi ini menunjukkan sebagian besar responden belum mengetahui ataupun menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengontrol penyakit diabetes.
Indonesia merupakan salah satudari 10 besar negara dengan jumlah diabetes terbanyak. Pada tahun 1995, negara yang tergolong tengah berkembang ini baru mempunyai peringkat ke-7, dengan jumlah pengidap dibetes sebanyak 4,5 juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik dua tingkat menjadi peringkat ke-5 pada tahu 2025, dengan prakiraan jumlah pengidap sebanya 12,4 juta jiwa (International Diabetes Monitor, 1999 dalam Arisman 2013). Laporan dari hasil penilitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980-an menunjukkan sebaran prevalensi Diabetes mellitus antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil penelitian pada rentang waktu tahun 1980 hingga tahun 2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam (Anonim, 2011). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Jumlah penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada 2014. Prevalensi global diabetes antara orang dewasa di atas usia 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% di 2014. Prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah menengah dan. Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke dan amputation ekstremitas bawah. Pada tahun 2012, sekitar 1,5 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes dan lain 2,2 juta kematian yang
disebabkan glukosa darah tinggi. Hampir setengah dari semua kematian disebabkan glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 years. Prevalensipenderitaulkus diabetic sekitar 15% denganrisikoamputasi 30 % sertasebesar 80% di Indonesia, ulkus diabetic merupakanpenyebab paling besarperawatan di rumahsakit (Sulistyowati, 2015). Angkapenderita DM menurut(Rikesdas,2013) didapatkanhasil 1,1% padatahun 2007 menjadi 2,1%tahun 2013. Datatersebutmenunjukkanbahwaterjadipeningkatansebesar 1% dalamrentangenamtahun. Kasus DM di Nusa Tenggara barat (NTB) untuk penyakit diabetes, prevalensi sebesar 1,8% (kisaran 0,1 – 5,9%). Tertinggi dikabupaten bima dan terdapat disemua kabupaten/kota (Riskesdas, 2013). Kasus DM di NTB termasuk dalam salah satu memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional diabetes yaitu 4,1%. Prevalensi nasional Penyakit DM adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB dalam 3 tahun Terakhir (2013-2015) jumlah kasus penderita DM yaitu pada tahun 2013 sejumlah 9.171 jiwa, tahun 2014 sejumlah 6.504 jiwa dan pada tahun 2015 sejumlah 53.687 jiwa. Tabel 1.1
Data Jumlah Kunjungan Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Cakranegara Tahun 2014-2016.
Jumlah penderita DM L P 1 2013 3840 5331 2 2014 2691 3813 3 2015 21.400 32287 (Sumber : Data dinas kesehatan Prov NTB) No
Tahun
Jumlah 9.171 6.504 53.687
Data penderita diabetes yang di perolehpadajanuari-desember 2013 di RumahSakitUmum (RSU) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Didapatkan 23
pasienrawatjalandan
43
Pasienrawatjalandenganjeniskelaminperempuan
pasienrawatinap. (69.6%)
danlaki-laki
(30,4%) Usia 5-14 tahun (0%) 15-24tahun (4,3%) 25-44 tahun (17,4%) , 4564
tahun
(69,6%)
dan
di
atas
65
tahun
(8,7%)
Pada
43
paienrawatinapdenganjeniskelaminperempuan (62,8%) danlaki-laki (37,2%) Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas cakranegara dalam 3 tahun terakhir tahun (2014-2016) jumlah penderita DM pada tahun 2014 sejumlah 89 jiwa, tahun 2015 sejumlah 79, jiwa, dan pada tahun 2016 sejumlah 76 jiwa Tabel 1.2 Data jumlah penderita Diabetes Mellitus di Daerah Provinsi NTB tahunn 2013-2015 N Jumlah Tahun o Penderita DM dipuskesmas cakra negara 1 2014 89 2 2015 79 3 2016 76 (Sumber : Puskesmas cakranegra). Keberhasilan proses kontrol terhadap penyakit diabetes melitus sangatlah ditentukan oleh kepatuhan berobat yang tinggi, agar dapat mencegah segala komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes melittus. Meskipun memerlukan Kepatuhan adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan terapi. Kepatuhan pasien dalam menjalani rutinitas hemodialisis sangat di perlukan dalam penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik.Salah satu faktor pendukung kepatuhan adalah pengetahuan pasien
tentang program terapi yang di jalaninya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur yang penting bagi sumber pengetahuan seseorang yang akan mempengaruhi pola berpikir seseorang dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya, maka makin tinggi tingkat pendidikan seseorang di harapkan makin besar pula tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan program pengobatan terhadap penyakitnya (Hasbullah, 2001). 1.2
PerumusanMasalah Berdasarkanlatarbelakangpenelitiandiatasmakadapatdirumuskanmasal ahpenelitiansebagaiberkut: “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi KepatuhanBerobatPasienDiabetesMellitusPada
Wilayah
KerjaPuskesmasCakranegara” 1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Untukmengetahui
faktor
faktor
yang
mempengaruhi
kepatuhanberobatpasien Diabetesmellituspadawilayahkerjapuskesmascakranegara” 1.3.2
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasipendidikan padapenderita diabetes melitus di Puskesmas Cakranegara 2. Mengidentifikasistatus
sosialpadapasienpenderita
melitus di PuskesmasCakranegara
diabetes
3. Mengidentifikasipetugas kesehatan yang memberi pelayanan padapasienpenderitadiabetesmelitus di PuskesmasCakranegara 4. Mengidentifikasistatus
ekonomipadapasienpenderita
diabetes
melitus di PuskesmasCakranegara 1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1
PelayanandanMasyarakat Dapatdijadikansebagaimasukandalammemberikan
program
pendidikakesehatan (penyuluhankesehatan) kepedapenderita DM. Dan
hasilpenelitianini
di
harapkandapatmemberikaninformasikepadamasyarakatsehinggadihar apkanmasyarakatmempunyaipengetahuan
yang
lebihbaikdalammeningkatkankepatuhanberobatpenderita DM dengan optimal 1.4.2
PendidikanKeperawatan Dapatdijadikansebagaibahanpengembanganpengetahuan yangberkaitandenganfaktor
yang
berpengaruhterhadaptingkatkepatuhanberobatpenderita DM dengan optimal 1.4.3
PerkembanganIlmuKeperawatan 1. Hasilpenelitianinidiharapkandapatmenambahpengetahuandanwa wasantentang
DM
sertadapatbermanfaatdalampengembanganasuhankeperawatan yangterkaitdenganpengobatan DM
2. Sebagaibahanuntukpenelitianlebihlanjutberkaitandengantopikper masalahan yang sama 1.5 No 1.
KeaslianPenelitian
Namapenelit i 1. Vera
JudulPenelitian Faktor-faktor
Variabel yang diteliti
yang a. Variabelindependen
Tombokan Berhubungandengan 2. A. J. M Kepatuhan Berobat Rattu 3. Ch.
Pasien
Diabetes
R. Melitus
pada
Tilaar
Praktek
Dokter
(2014)
Keluarga
di
Kota
Tomohon. 2.
1. Mei
Dukungankeluarga
Lina
meningkatkankepat
Susanti
uhan
2. Tri
diet
pasiendiabetes
Faktor-faktor
mellitus
di
arini
ruangrawatinapRS.
(2013)
BaptisKediri
itian edaan Observasio a. Persamaan
yang nal dengan
Berhubungandengan sien
Diabetes sectional
MelituspadaPraktek
studymeng
DokterKeluarga
di gunakanuji
Kota Tomohon.
chi square
a. Variabelindependen Dukungankeluarga b. Variabeldependen pasien
Desain survey denganpen
diet dekatancro diabetes ss
mellitus
sectional study kanWilcox on
Macth
Pair” Norma
Hubungantingkatkep
a. Variabelindependen
Risnasari
atuhan diet pasien
Tingkatkepatuhan
(2014)
diabetes
diet pasien diabetes sectional
mellitus
denganmunculnya Komplikasi
mellitus di
b. Variabel dependent
- Lokasipeneliti an - Variabelpenelit ian - Jumlahpopulas idansampel a. Persamaan - Jenispenelitian b. Perbedaan - Desainpeneliti an
Mengguna
3
Jenispenelitian
pendekatan b. Perbedaan
KepatuhanBerobatPa cross
kepatuhan
Sulisty
DesainPenel PersamaandanPerb
Penelitian cross
- Lokasipeneliti an - Variabel yang diteliti - Jumlahpopulas idansampel a. Persamaan - Desainpeneliti an
denganmen b. Perbedaan ggunakan
- Lokasipeneliti
puskesmaspesantren
MunculnyaKomplik Analisis
kotakediri
as
chi-square
an - Variabel yang diteliti