KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian Di dalam melakukan
pembangunan,
setiap
Pemerintaah
Daerah
memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah prinsip perencanaan Pembangunan daerah pasal 2, perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dimana perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah. Berdasarkan analisis wilayah Gedebage, didapati bahwasanya daerah Gedebage Bandung merupakan daerah yang sering terjadi banjir. Dari fenomena ini, Gubernur Jawa Barat (periode 2013-2018) Ahmad Heryawan dan wakilnya Deddy Mizwar merencanakan suatu penyelesaian yang dapat mengatasi permasalahan banjir yang kerap terjadi di wilayah Gedebage dan sekitarnya sekaligus membuat suatu spot pariwisata Jawa Barat yang iconic dan Religius, yaitu Pembangunan Masjid terapung Al- Jabbar. Masjid ini akan dikelilingi air di sekitarnya sehingga terlihat seperti masjid yang terpung. Wilayah perairan disekitar masjid inilah yang disebut Embung. dari hal tersebut maka dibuatlah rencana untuk membangun sebuah fasilitas di Bandung Timur untuk mengatasi Banjir dan juga bermanfaat untuk warga sekitar maka dibuatlah sebuah Embung. Air Embung sendiri disadap dari sungai di dekatnya yakni sungai Cinambo. Di sungai Cinambo dibangun sebuah bendung untuk menaikkan tinggi muka air agar dapat mengaliri dan mengisi Embung yang disebutkan di atas. Selain fungsi utama bendung ini
untuk penyadapan air menuju embung, bendung ini juga ditujukan untuk mengairi sawah di sekitar masjid Al-Jabbar. Dalam memenuhi fungsi-fungsi bendung ini, dibutuhkan perencanaan yang baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji mengenai “Perencanaan Bendung dan Intake Cinambo pada Embung Gedebage”.
1.2. Rumusan Kajian Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi eksisting bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 2. Dimana letak bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 3. Bagaimana perencanaan Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage secara umum? 4. Bagaimana Perencanaan Teknis Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 5. Bagaimana pelaksanaan pembangunan Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 1.3. Tujuan Kajian 1. Untuk mengetahui kondisi eksisting bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 2. Untuk mengetahui letak bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 3. Untuk mengetahui perencanaan Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage secara umum? 4. Untuk mengetahui Perencanaan Teknis Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 5. Untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage? 1.4. Manfaat Kajian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka manfaat dari pada penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi lanjutan tentang evaluasi perencanaan bangunan Bendung dan Intake Cinambo Embung Gedebage. 2. Bagi peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa menegenai Perencanaan, pelaksanaan pembangunan, operasi, dan fungsi, pada struktur Bendung dan Intake yang terdapat pada bangunan Bendung. 1.5. Sistematika Penulisan Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan kajian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang kajian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Membahas teori mengenai Bendung serta prosedur perencanaan suatu Bendung dari studi kelayakan hingga ke pelaksanaan pembangunan. BAB III STUDI KELAYAKAN BENDUNG DAN INTAKE CINAMBO Membahas mengenai penelusuran data kelayakan daerah untuk pembangunan Bendung di Sungai Cinambo sebagai fungsinya sebagai pengairan Embung dan pengairan kebutuhan sawah. BAB IV PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG DAN INTAKE CINAMBO Penjelasan mengenai hasil penelususran data (mulai dari data hidrologi hingga survei geodesi) dan pelaksanaan pembangunan Bendung dan Intake Cinambo. BAB V PENUTUP Berisi tentang rangkuman mengenai pokok pembahasan dari seluruh bab, serta mengenai saran dan rekomendasi dari seluruh permasalahan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Bendung Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Fungsi bendung ini berbeda dengan fungsi bendungan dimana sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991: 37). Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu. Sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan lokasi atau di bagian sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait dengan wilayah atau luas petak-petak sawah yang aliran air irigasinya akan dibantu oleh adanya konstruksi bendung tersebut. Pemilihan lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa hal-hal seperti, wilayah atau topografi daerah yang akan dialiri, topografi lokasi bendung, keadaan hidrolis aliran sungai, keadaan tanah pondasi, dan lain sebagainya. Selain hal-hal utama yang telah disebutkan tadi, terdapat pula hal-hal khusus yang harus tetap diperhatikan sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, misalnya konstruksi bendung harus direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat
dialiri secara proses gravitasi, tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, saluran induk tidak melewati trase yang sulit, letak bangunan pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur sungai yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak menimbulkan genangan yang luas di udik bendung serta tanggul banjir sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit dan biaya pembangunan tidak mahal. Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi bendung, diperlukan pula data-data yang nanti akan dipergunakan untuk menentukan dimensi, luasan, dan bagian-bagian bendung yang perlu dibangun. Data-data tersebut, misalnya data topografi, data hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar perencanaan (PBI, PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi. Selain itu, diperlukan juga data-data terkait tentang curah hujan di derah tersebut, data debit banjir, dan data-data lain yang terkait dengan keadaan hidrologis daerah tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk perencanaan dan pembangunan sebuah konstruksi bendung. 2.2. Bagian-bagian Bendung Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagianbagian ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki detail dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar operasional suatu bendung dapat berjalan dengan baik. Bagian-bagian dari konstruksi bendung secara umum, yaitu: 2.2.1. Tubuh bendung Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. 2.2.2 Pintu air (gates) Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :
1. Daun pintu (gate leaf) Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air. 2. Rangka
pengatur
arah
gerakan
(guide
frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan. 3. Angker (anchorage) Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton. 4. Hoist Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
2.2.3 Pintu pengambilan (intake) Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja. 2.2.4 Kolam peredam energi Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan
penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu: 1. Ruang olak tipe Vlughter Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir. 2. Ruang olak tipe Schoklitsch Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir. 3. Ruang olak tipe Bucket Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya 4. Ruang olak tipe USBR Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5. 5. Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls) Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420) Pemilihan tipe kolam peredam energi tergantung pada beberapa faktor atau beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan muka air hulu dan hilir, dan sedimen yang diangkut aliran sungai. 2.2.5 Pintu penguras Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.
2.3.Macam-macam Bendung 2.3.1. Fungsi Bendung 2.1.4. Bangunan Penunjang Bendung 2.2. Perencanaan Bendung 2.2.1. Studi Kelayakan Pendahuluan 2.2.2. Studi Kelayakan 2.2.3. Perencanaan Teknis 2.2.4. Pelaksanaan Pembangunan
BAB III STUDI KELAYAKAN BENDUNG CINAMBO 3.1. Gambaran Umum Bendung Cinambo Gedebage 3.1.1. Deskripsi Bendung 3.1.2. Lokasi Kajian
BAB IV PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG CINAMBO BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA