Bab I.docx

  • Uploaded by: vermillion noel
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,663
  • Pages: 58
BAB I PENDAHULUAN

1.4

Latar belakang Kemacetan merupakan masalah yang menjamur di negeri ini, terlebih dengan membludaknya penjualan kendaraan yang semakin membanjiri masyarakat di Indonesia , berdampak pada terhambatnya transportasi jalur antar kota. Dengan masalamh kemacetan yang semakin melonjak, pemerintah daerah merencanakan jalur alternative yang menghubungkan kota Samarinda menuju kota Balikpapan, dengan adanya jalur penghubung diharapkan dapat mempermudah akses menuju antar kota tersebut. Rencana pembangunan Rest Area jalur Kota Samarinda-Balikpapan yang akan direalisasikan, memunculkan beberapa aspek yang mengikuti perkembangannya missal perancangan Rest Area dan perbelanjaan, dengan adanya Rest Area yang berada di Kecamatan Samboja menjadi titik tengah perjalanan antar dua Kota yaitu Kota Samarinda-Balikpapan, pengendara dapat menghemat energy untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Area istirahat yang notabenya bukan hanya memerlukan lahan kosong dan pembangunan seadanya, tidak di kuasai area sepihak, area istirahat jika tidak benar-benar dimanfaatkan secaraoptimal, akan menjadi tempat kumuh dengan beberapa pelancong yang kurang bertanggung jawab dan menjadi area negative. Perjalanan jauh membutuhkan 1nergy lebih saat berkendara, banyak terjadi kecelakaan disebabkan lalai dalam mengemudi, kecerobohan manusia berakibat fatal pada diri sendiri, istirahat, ketenangan, hilangnya rasa lelah dan kesulitan serta semangat dan kekuatan dapat terpenuhi dengan istirahat.

1.2

Rumusan Masalah Bagaimana merencanakan Rest Area yang dapat memenuhi kebutuhuhan pengendara lintas kota Samarinda-balikpapan

1.3

Batasan Masalah Mengidentifikasi perencanaan Rest Area yang dapat memenuhi kebutuhan pengendara jalur Samarinda-Balikpapan

1.4 Tujuan dan sasaran 1.4.1 Tujuan

Menghasilkan area istirahat yang berfungsi layak untuk melepas lelah bagi pengendara Tol Samarinda-Balikpapan 1.4.2 Sasaran Memudahkan pengendara jalur Samarinda-Balipapan dalam beristirahat

1.5

Keaslian judul Keaslian judul dalam tugas Studio Perancangan Arsitektur V ini dengan judul perancangan Rest Area jalur kota Samarinda-Balikpapan, dapat di rincikan dengan tabel berikut yang meliputi perbedaan,persamaan,serta orisinalitas judul yang dibuat penulis.

1

Tugas akhir perancangan rest area tol surabaya malang di kecamatan purwodadi kabupaten pasuruan,

Objek penelitian Yang membahas Tentang Rest Area

Konteks berbeda Dan tidak ada

oleh ahmad athoillah

brilliawan, universitas negeri maulana malik ibrahim malang

1.6

Meteodologi

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas ini adalah : 1. Metode Literatur Literatur dari buku dan media elektronik yang berkaitan dengan teori arsitektur, konsep, analisa, perencanaan, dan perancangan Masjid

2. Metode Observasi Metode observasi adalah metode dengan mengumpulkan data data yang di perlukan untuk pembahasan tugas yang di dapatkan dari lapangan. Data

data tersebut berupa hasil pengamatan dari salah satu tempat yang berkaitan dengan Masjid

3. Metode Diskusi atau Bimbingan Metode Diskusi atau Bimbingan yaitu melakukan konsultasi atau bimbingan dngan dosen atau pihak pihak yang berkaitan dengan penyusunan laporan tugas Studio Perancangan Arsitektur V.

1.6

kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG a) Tidak adanya Rest Area yang memadai di jalur Kota SamarindaBalikpapan. b) Perencanaan Rest Area memudahkan pengendara untuk beristirahat dengan nyaman.

RUMUSAN MASALAH Bagaimana merencanakan Rest Area guna memudahkan pengemudi beristirahat dengan nyaman ?

TUJUAN Membuat tempat istirahat yang layak untuk pengemudi jalaur Kota SamarindaBalikpapan.

METODE PENELITIAN 1. Wawancara 2. Observasi

ANALISA PERENCANAAN Analisa penentuan lokasi Analisa Tapak Analisa kegiatan Analisa kebutuhan ruang Analisa besaran ruang Analisa bentuk bangunan Analisa orientasi matahari Analisa angina Analisa vegetasi Analisa kebisingan Analisa utilitas

KONSEP

DESAIN

1.7

Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan laporan Studio Perancang Arsitektur V mengenai “ Rest Area “ meliputi : BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah tujuan dan saran, lingkup pembahasan, metodologi dan sistematika pembahasan mengenai judul yang terkait.

BAB 2 LANDASAN TEORI Berisi tentang tinjauan literatur dan studi studi yang terkait mengenai substansi materi, konsep perancangan digunakan serta elemen perancangan (teknologi, bangunan atau tampilan bangunan) untuk mendukund kemudahan dalam perancangan objek yang akan di bangun.

BAB III ANALISA Berisi tentang analisa pelaku dan besaran ruang dan pola hubungan ruang, rekap besaran ruang, zona, tinjauan site, pendekatan pemilihan lokasi, analisa site, zona aspek fisik, analisa utilitas, anlisa aksesbilitas, analisa kebisingan, analisa arah angin, analisa matahari, analisa view dan analisa kontur.

BAB IV KONSEP Berisi tentang perancangan blokplan, konsep ruang bangunan, konsep bentuk bangunan, konsep penghawaan, konsep pencahayaan, konsep struktur, dan konsep utilitas.

BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Rest Area Rest Area adalah tempat beristirahat sejenak untuk melepasa lelah, kejenuhan, ataupun ke toilet selama perjalanan jarak jauh. Tempat isitirahat ini banyak ditemukan di jalan Tol ataupun di jalan nasional dimana para pengemudi jarak jauh beristirahat. Di jalan Arteri primer juga banyakl ditemukan Restoran yang berfungsi sebagai tempat istirahat. Restoran ini banyak digunaka pengemudi-ppengemudi truck jarak jauh ataupun bus antar kota untuk beristirahat (Wikipedia,2013)

Pengembangan Rest Area mempunyai fasilitas lebih untuk mendukung identitas yang menjadi pembeda dari Rest Area di tempat lain. Dan dengan adanya pengenalan produk agrowisata, yaitu pengenalan bentuk sumber bumi daerah sekitar

Keutamaan dari Rest Area yang notabennya sebagai tempat istirahat juga akan menjadi suasana penyambutan dan perpisahan bagi wisatawan local maupun interlokal. Tol yang hanya jalan lurus tanpa nuansa lain lama kelamaan memberi kejenuhan bagi pengendara yang berakibat pada kecelakaan

2.2 Fasilitas Rest Area

Fasilitas adalah kebutuhan yang mendukung dari Rest Area tersebut, kebutuhan yang maksimal akan membuat bangunan lebih bermanfaat banyak bagi pengunjun. Dalam Rest area fasilitas yang sangat berperan adalah area yang memanjakan diri untuk beristirahat dengan tenang, seperti area istirahat dengan pemandangan alam, nuansa alami yang dipertahankan, sirkulasi yang tidak membingungkan, area bermaindan taman terbuka, resto dan caffe, area keluarga. Ketika fasilitas pendukung sudah terpenuhi pengunjung akan lebih suka dengan kegiatan yang mereka lakukan, kegiatan yang tidak membosankan membuat pengunjung dapat memulihkan kondisi yang menurun akibat perjalanan.

2.2.1 Detail fasilitas pendukung Rest Area

Detail fasilitas pendukung adalah uraian dari fasilitas yang ada, guna menjabarkan keadan yang ada disekitar, ukuran maupun fungsi fasilitas, supaya terkesan tidak terbuang sia-sia 2.2.2 Area Istirahat

Area istirahat yang berada dalam lalu lintas dan Angkutan Jalan terdapat ketentuan yang menyebutkan bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama empat jam harus istirahat selama sekurang-kurangnya setengah jam, untuk melepaskan kelelahan, tidur sejenak ataupun untuk minum kopi, makan ataupun ke kamar kecil/toilet. Waktu kerja bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum paling lama 8 (delapan) jam sehari, sehingga tempat istirahat juga digunakan untuk tempat pergantian pengemudi Tempat istirahat pada jalan arteri yang padat atau jalan Tol merupakan tempat yang menarik untuk membuat sekaligus menjadi tempat usaha, merupakan peluang bekerja sama dengan sektor swasta. Tempat istirahat di jalan Tol menyediakan restoran/cafe lokal maupun internasional. Dalam kawasan jalan bebas hambatan, tempat istirahat yang tidak terencana dapat mengakibatkan kemacetan bila akses masuk tidak direncanakan dengan baik. Maka perlu adanya penentuan jalur sirkulasi dengan melihat suatu daerah yang akan dibangun rest area. Demi meningkatkan keselamatan lalu lintas, kendaraan yang keluar masuk ke tempat istirahat harus direncanakan, sehingga konflik dapat diminimalisir, terutama pada tempat istirahat yang ditempatkan pada pada salah satu sisi di jalan dua arah karena akan terjadi konflik bersilangan untuk kendaraan yang memotong jalan masuk ke tempat istirahat. Keadaan ini menjadi masalah besar di jalan arteri nasional yang arus lalu

lintasnya sudah tinggi tetapi belum ada median jalannya.Di jalan Tol tempat istirahat dilengkapi dengan lajur percepatan dan lajur perlambatan agar kendaraan yang masuk ataupun keluar dari tempat istirahat dapat menyesuaikan

kecepatan

pada

lajur

percepatan

ataupun

lajur

perlambatan. Apalagi terdapat tempat istirahat yang tidak terlalu ramai, munculnya masalah kriminal, di mana dilakukan pencurian ataupun pemerasan terhadap pengguna tempat istirahat, tempat istirahat dijadikan tempat untuk melakukan Rendezvous (pacaran yang strategis). Keadaan rest area yang tidak terpakai akan menarik orang yang tidak bertanggung jawab menjadi hunian asik untuk wadah kegiatan mereka. Perencanaan tempat istirahat seharusnya mengikuti kriteria sebagai berikut: 

Jalur mobil penumpang harus dipisah dari jalur mobil barang



Pemisahan tempat pengisian bahan bakar antara mobil penumpang dengan truk



Parkir mobil penumpang harus dilengkapi fasilitas pejalan kaki yang aman



Parkir mobil penumpang dipisah dari parkir truk Khusus jalur truk agar sedapat mungkin satu arah (wikibooks, 2013

2.2.3 Taman produktif

Taman produktif merupakan kawasan berskala lokal yaitu pada tingkat wilayah kabupaten atau kota baik dalam konteks interaksi antar kawasan lokal maupun Provinsi. Taman produktif yang sudah berkembang memiliki kriteria- kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali, yang memiliki kriteria sebagai berikut: 

Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor penataan lanskap

dan pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, 

Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi.

Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya

industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembang. 

Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan pertanian dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

Daerah Kecamatan Purwodadi memiliki daerah Pengembangan dalam pertanian untuk menyalukan hasil bumi dalam kawasan penataan lanskap alam dan bercocok tanam, yang harus memenuhi beberapa prasyarat dasar antara lain: Perencanaan dan pengembangan taman produktif harus memenuhi prinsip- prinsip tertentu. Harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat. Pembangunan rest area dengan memasukkan hasil pertanian didalamnya

akan

memunculkan

kesan

ruang

hijau

dan

menjadi

perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan pengguna rest area. Pengguna dapat menukmati hasil bumi daerah Purwodadi yang memang menjadi prduktifitas tani sejak dulu. Yang perlu diperhatikan mengenai sirkulasi penjual untuk memasuki kawasan rest area yang memang dalam kawasan jalur bebas hambatan.

2.2.4 Café dan Resto Kafe dari bahasa Perancis café. Arti secara harafiah adalah (minuman) kopi, tetapi kemudian menjadi tempat di mana seseorang bisa minum-minum, tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya (Wikipedia, 2013). Kafe berarti semacam tempat sederhana di mana seseorang bisa menikmati makanan ringan dengan santai, santai disini yaitu dengan diiringi music langsung ataupun dari MP3. Kafe berbeda dengan warung karena dalam warung suasan dan penyajiannyapun berbeda. Rest area yang memang menjadi tempat istirahat perlu adanya kafe untuk menyejukkan pikiran dengan cara bersantai, bercengkrama sambil mendengarkan musik membuat suasan damai untuk mengalihkan lelah dalam perjalanan. Restoran berasal dari kata Restaurer yang berarti restore atau restorasi yang dalam bahasa Indonesia berarti memperbaiki atau memulihkan, yakni memulihkan kondisi seseorang dari suatu kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih baik. Jadi restoran adalah suatu tempat yang menyediakan makanan dan minuman untuk dikonsumsi tamu sebagai kebutuhan dalam rangka memperbaiki/memulihkan kembali kondisi yang telah berkurang setelah melakukan suatu kegiatan. Tempat makan yang tersedia dalam rest area mencakup kafe dan resto merupakan bentuk penunjang istirahat yang singkat, sangatlah cocok demi mendukung adanya rest area tersebut. Apalagi kunjungan berkumpul bersama keluarga akan menjadi sajian yang berbeda dalam kafe dan

resto tersebut. Menurut Setianus Zai dalam blognya berbagai bentuk penyajian untuk menjadi hal pembeda dalam bangunan. Beberapa Jenis-Jenis Restoran yaitu : 

Dinning Room Adalah restoran yang melayani makanan dan minuman dengan kualitas nomor satu. Teknik pelayanan yang digunakan adalah pelayanan secara Rusia dan Perancis . Penataan meja makan secara Elaborate Cover atau lengkap dari Appetizer hingga Dessert.



Café Sebuah tempat yang menyediakan penjualan makanan dan minuman. Café biasanya lebih memiliki suasana santai.



Specialty Restaurant adalah restoran dengan ciri khasnya tersendiri mulai dari suasana, interior, peralatan, makanan, minuman, musik hingga pakaian seragam pelayan cenderung meonjolkan kekhasan suatu daerah atau negara. Seperti restoran Cina, restoran Korea, dll.



Cafetaria Adalah restoran yang menyajikan makanan dan minuman ringan yang pada umumnya makanan sudah jadi dengan pelayanan yang cepat. Makanan ditata di etalase atau counter panjang, tamu tinggal memilih/mengambil makanan sesuai dengan seleranya. Pembayaran dilakukan di kasir yang terletak di ujung counter.



Pub adalah tempat dimana lebih banyak mengkhususkan penjualan minuman dibanding penjualan makanan. Suasana pub biasanya lebih focus

pada penghiburan pelanggan dengan penyuguhan berbagai aliran musik ataupun oleh beberapa artis lokal hingga artis dunia. (http://definisirestoran.blogspot.com, 2013) 2.2.5 Area bermain anak Pengertian bermain menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain

adalah

kegiatan

yang

menimbulkan

kenikmatan,

dan

kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Menurut Charlote

Buhler

yang

menganggap

bermain

sebagai

pemicu

kreativitas.(www.slideshare.net, 2013) Perlunya area bermain dalam suatu kawasan pembangunan membuat

ketertarikan

bagi

keluarga

untuk

berkunjung,

dengan

mengemas bangunan dalam bentuk imian mereka apalagi dalam pikiran anak-anak yang masih sering berpikir dunia itu adalah negeri dongeng. Sebenarnya menjadi suasana baru daerah istirahat dilengkapi dengan tempat bermain, meski notabenya tidak sebesar wisata permainan. Area pemainan yang membuat anak akan merasa menemukan dunianya sendiri perlu pengawasan orang tua, karena area terdapat di area sirkulasi kendaraan. Yang perlu diperhatikan adalah penempatan zona bermain agar tidak membahayakan bagi anak dan pengguna jalur bebas hambatan dan kondisi area permainan yang nyaman, aman serta dapat mendidik anak.

2.2.6

Area pertokoan UKM (usaha kecil menengah) Usaha Kecil Menengah adalah sebuah bangunan usaha yang berskala kecil. Umumnya, dikelola oleh perseorangan maupun kelompok.

Usaha kecil menengah untuk melengkapi rest area dengan memapakrkan hasil daerah yang ada seperti : hasil pengolahan tani, kerajinan dan makanan has daerah. Dengan ukuran tempat yang kecil dan fleksibel, usaha kecil menengah

memiliki

kelebihan

yang

lebih,

terutama

dalam

segi

pembentukan dan operasional. Usaha kecil menengah memiliki peran yang besar sebagai kontribusi terhadap pemerintah daerah. Mengenalkan kepada masyarakat luas apa karakter daerah setempat. UKM usaha kecil menengah dapat mewadahi masyarkat untuk berusaha karena mengingat daerah Tol adalah pilihan yang tepat untuk jalur bebas hambatan, dimana jalan lama telah ditinggalkan. Dan komunitas

usaha

kian

menurun

karena

tidak

lagi

dilewati

oleh

pengendara, demi mengatasi kejahatan yang semakin merajalela karena peluang kerja semakin sedikit. Dalam rest area menyediakan usaha kecil menengah sebagai tempat aspirasi masyarakat terutama terhadap kesenjangan sosial yang semakin memburuk.

2.2.7 Tempat Informasi industri dan pariwisata di Kota Samarinda atau Kota Balipapan Tempat informasi adalah tempat mencari berita. Berita yang di dapat menjadi pengetahuan baru bagi wisatawan, dengan adanya tempat informasi industry dan pariwisata, pengunjung dapat menegtahui dan merencakan tempat apa yang akan mereka kunjungi. Adanya sektor industry yang begitu banyak di Kota Samarinda atau Kota Balikpapan menjadikan

suatu

indentitas

daerah

sehingga

pengunjung

dapat

mengetahui bagaimana industri dapat muncul dan berkembang sampai

saat ini. Dalam Pariwisata dapat menenrima berita secara aktual tentang lokasi,biaya,jarak tempuh dan kendala. Hal ini sangat menguntungkan pengunjung tanpa harus kebingungan mengetahui informasi. juga dapat mengangkat daerah Kabupaten Pasuruan agar dikenal masyarakat lain,

2.2.8 Kajian Arsitektural Rest area yang akan dirancang adalah kawasan dari beberapa bangunan yang tersedia, dengan melihat sisi arsitektural yang ada sebagai acuan perancangan sangat memungkinkan untuk lebih dekat pada peraturan dan kesesuaian. Dalam konteks arsitektural bangunan bermassa banyak lebih detail kajian tentang arsitekturalnya. Perlunya mengkaji bangunan pada jalur bebas hambatan untuk memudahkan sirkulasi dan kekohan bangunan, dan akan dibawa kemana bangunan yang menjadi tempat istirahat pengendara Tol Samarinda-Balikpapan 2.3

Kebutuhan dalam Rest Area

2.3.1 Jenis Kendaraan Kebutuhan dalam rest area dapat menunjang sarana dan prasana, yaitu untuk memudahkan pengguna. Dari keadaan yang terjadi, tepatnya bangunan berada di daerah jalan bebas hambatan jadi untuk melihat bangunan harus mengetahui jenis kendaraan dan ukuran kendaraan merupakan acuan untuk merancang jalur sirkulasi, apalagi terdapat dijalur bebas hambatan, perlunya mengetahui ukuran kendaraan sangatlah penting demi kelancaran jalur dan sirkulasi di dalam bangunan.

Gambar 2.1 Jenis Kendaraan Muatan. (Sumber : Neufert jilid 2 : 2002 : 100)

Ukuran kendaraan menjadi batasan bangunan, area terbuka dan kekuatan material pada area, kendaraan juga dapat menjadi pembeda pada

akses

masuk

atau

lahan

yang

terbangun.

pemberhentian berakibat pada kelancaran akses jalan Tol.

Penentuan

Gambar 2.5. Jenis Kendaraan Pribadi. (Sumber : Neufert jilid 2 : 2002 : 100)

Kendaraan yang melintasi jalur Tol Surabaya-Malang dapat dilihat mengenai ukuran kendaraan, untuk menentukan jalur sirkulasi yang ada. Jalan arteri primer merupakan jalan penghubung antar kota yang selalu dipadati oleh pengendara terutama roda empat. UNtuk menentukan jalur yang ada perlu melihat acuan standar mengenai bagaimana kendaraan roda empat bergerak, dari kendaraan pribadi sampai kendaraan pengangkut barang.

2.3.2 Jalur Sirkulasi Jalur sirkulasi pada jalan arteri primer perlu adanya perhatian khusus dari letak parkir dan entrance. Bahwa adanya pembagian kendaraan besar dan kendaraan kecil

Kondisi parkir menurut data arsitek melakukan kondisi nyaman dalam meletakkan kendaraan adalah salah satu dari bagian sirkulasi, dengan keadaan yang nyaman dengan pengaturan tempat parkir yang berbrda bentuk. Penataan ini juga mengantisipasi adanya egoism pribadi

dengan memikirkan kendaraannya sendiri ditempat yang layak sedangkan milik orang lain terserah, hal ini menumbuhkan sisi sosial yang berpengaruh pada interaksi personal masing- masing.

Jalur sirkulasi kendaraan pribadi perlu adanya control dengan kendaraan muat barang, karena kendaraan pribadi lebih banyak dibanding kendaraan barang. Jalur kendaraan muat barang memiliki parkir khusus karena lebih memiliki volume yang besar dibanding kendaraan biasa, karena melihat putaran dan cara meletakkannya.

Perletakan bangunan pada jalur sirkulasi dengan melihat arus kendaraan yang melintas, dengan begitu dapat menentukan sudut dimana entrance

biasa.

diletakkan,

untuk mengurangi

tingkat

kecelakaan

lalulintas, seharusnya direncanakan perletakan parkir yang sesuai agar tidak mengganggu para pengguna jalan yang mau memasuki rest area tersebut.

Susunan mengenai bangunanan terhadap empat jalur jalan memiliki ketentuan, dengan tidak mengganggu sirkulasi jalan yang sudah ada, dan melihat keselamatan pengguna jalan. Bagaiman bangunan dibuat secarah penuh menjaga kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan ataupun pengguna rest area

Keadaan yang ada dapat menjadi acuan bagaimana cara merancang bangunan dalam kawasan jalan arteri primer maupun skunder. Dengan acuan dapat menjadi rencana yang akan dibangun Karen merupakan kenyamanan dan keamanan. Sebagai contoh bangunan pom bensin yang ada pada jalur utama, dapat menjadi acuan untuk peletakan sirkulasi. Kendaraan yang melintas bukan hanya kendaraan pribadi tetapi juga kendaraan umum dan muat barang

2.3.3 Area Istirahat Area istirahat yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna tentang istirahat yang baik dan benar, dengan kondisi yang benar pengunjung dapat melepaskan lelah. Dengan kesesuaian daerah istirahat. Pengguna dapat dimanjakan dengan kondisi yang atraktif

Kebutuhan gerak manusia yang memiliki standar ukuran dapat menjadi titik acuan mengenai sirkulasi manusia maupun tempat istirahat, untuk berpikir lebih atraktif berawal dari gerak manusia menjadi aktivitas manusia itu sendiri, apabila pengembangan area berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan dalam istirahat.

2.3.4 Cafe/Resto Untuk menunjang fasilitas rest area, adanya area santai dan makan diperlukan untuk memanjakan pengunjung untuk lebih menikmati hidangan yang ada di rest area. Dalam kafe dan resto untuk memunculkan suasana damai dan benar-benar menjadi kawasan istirahat. Sebagian daerah makan menunjang kondisi tubuh kembali vit dengan cara melihat menu makanan dan cara pandang tempat, seperti melihat lanskap yang luas dan melebar atau melihat pemandangan. Untuk dapat makan dengan nyaman. Seseorang membutuhkan meja dengan lebar rata-rata 60 cm dan ketinggian 40 cm agar cukup untuk meja sebelahnya, ditengah meja dibutuhkan alas yang lebarnya 20 cm

untuk mangkuk, pinggan dan mangkuk besar maka dari itu lebar keseluruhan untuk meja yang ideal adalah 80-85 cm. Meja bundar, delapn dan enam siku dengan diameter 90- 120 cm sangat ideal bagi 4 orang mampu menampung satu atau dua orang.Jarak antara meja dengan

Gambar 2.28 tempat makan pengunjung (Sumber : Neufert jilid 2 :

Gambar 2.29 tempat makan pengunjung (Sumber : Neufert jilid 2 :

dinding kurang lebih 75 cm karena satu kursi 50 cm ruang gerak, pengaturan ruangan antara meja dan dinding sebagai jalan kecil, jarak yang seharusnya kurang lebih 100 cm. Meja bundar membutuhkan ruang

Gambar 2.31. pengaturan meja. (Sumber : Neufert jilid 1 : 2002 : 120)

Gambar 2.32 pengaturan meja bagi pengunjung

Pengaturan meja pada kafe dan resto diperuntukkan pada area keluarga, tetapi penerapan meja geser sangat berkompeten untuk dapat menjadi daerah makan berkebutuhan sedikit atau banyak pengunjung. Dengan ini pengunjung tidak bersusah-payah untuk dapat berkumpul bersama

2.3.5 Usaha Kecil Menengah (UKM) Usaha kecil menengah yang di berikan kepada masyarakat untuk menampung hasil usaha mereka. Dengan begitu masyarakat dapat berkembang dengan mandiri. Pemberian lapak usaha ada kareana keterbatasan lapangan pekerjaan yang kian menyempit, pembangunan Tol Surabaya-Malang juga berdampak pada sektor social tentang penggusuran penghasilan mereka di jalan sebelumnya. Lahan yang diberikan kepada masyarakat mandiri bertujuan juga mengangkat Kabupaten Pasuruan dapat dikenal,masyarakat juga tidak terpaku pada daerah industry di Kabupaten Pasuruan yang sudah banyak, menjadikan masyarakat berpikir hasil usaha dibanding berpikir menunggu dari upah pekerja pabrik. Pemberian lapak yang menampung hasil usaha mereka khususnya dibidang kerajinan dan pertanian. Perancangan yang disuguhkan kepada wisatawan tentang lingkungan pertokoan yang tertata, bukan hanya pemberian lapak kemudian ditinggal, hal ini akan berdampak buruk bagi kesan bangunan rest area itu sendiri

Area pertokoan merupakan pengaturan lahan pertokoan yang menjadi ritme perdagangan, toko bahan makanan memiliki kebutuhan memberokan konsultasi, perTolongan, pemrosesan dan pelayanan, barang dikemas sesuai kebutuhan yang ada. Memudahkan pengunjung merupakan target utama untuk membeli bahan yang disediakan. Area pertanian dikelompokkan menjadi satu agar dapat dikelola dengan benar, karena bahan tersebut tidak tahan lama, berbeda dengan hasil kerajinan dan makanan jadi. Kesesuain tempat pada area yang luas harus dipikir lebih mendalam untuk menjelaskan area yang mudah

dijangkau

oleh

pengunjung, perokoan juga mudah diawasi oleh manajemen. Lalu lintas didalam juga butuh disesuaikan dengan penggunaan lahan, kenyamanan dan keselamatan pada pengunjung dan juga pemberian area terbuka yang nyaman dengan melihat suasana pemandangan harus diberikan kepada pengunjung rest area.

2.3.6 Area Bermain Daerah permainan yang mendukung basis sebagai bangunan untuk istirahat sangat memungkinkan pengguna melakukannya, dengan area santai yang multi fungsi ditambah dengan adanya area permainan menjadi pelengkap kebutuhan pelanggan, apalagi bagi anak-anak, menjadikan rest area sebagai alternative wahana lain setelah dalam perjalanan yang melelahkan. Permainan dibuat sekaligus menjadi daerah belajar bagi anak-anak, permainan tidak dibuat melelahkan tetapi permainan yang santai dan pembelajaran

Lokasi bermain dapat diletakkan dengan kondisi suasana santai karena anak-anak dan penunggu dapat menikmati, secara tidak langsung dapat merubah psikologis pengunjung untuk melepas lelah dan mengisi energy untuk perjalanan selanjutnya.

2.4

Peraturan Perundang –undangan

2.4.1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (“UU Bangunan Gedung”). BAB III FUNGSI BANGUNAN GEDUNG Pasal 5

(1) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus. (5) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum. (7) Satu bangunan gedung dapat memiliki. BAB IV PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG Paragraf 3 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung Pasal 14 (1) Persyaratan arsitektur bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa. (2) Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya. (3) Persyaratan tata ruang dalam bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung. Bagian Keempat Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung Paragraf 1 Umum Pasal 16 (1) Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. (2) Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung Paragraf 2 Persyaratan Keselamatan

Pasal 17 (1) Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. (3) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif. (4) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. Pasal 20 (1) Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melindungi semua bagian bangunan gedung, termasuk manusia di dalamnya terhadap bahaya sambaran petir. (2) Sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan instalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung yang karena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaannya mempunyai risiko terkena sambaran petir. (3) Ketentuan mengenai sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Paragraf 3 Persyaratan Kesehatan Pasal 21 Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung. Pasal 22 (1) Sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan. (2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.

(3) Ketentuan mengenai sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 23 (1) Sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat. (2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami. (3) Ketentuan mengenai sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Pasal 24 (1) Sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. (2) Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan. (3) Ketentuan mengenai sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Paragraf 4 Persyaratan Kenyamanan Pasal 26 (1) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. (2) Kenyamanan ruang gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan. (5) Kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.

(6) Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan

tingkat

kenyamanan

yang

ditentukan

oleh

suatu

keadaan

yang

tidak

mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya. (7) Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak, tata hubungan antar ruang, tingkat kondisi udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 5 Persyaratan Kemudahan Pasal 27 (1) Persyaratan kemudahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. (2) Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. (3) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada bangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi. (4) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 28 (1) Kemudahan hubungan horizontal antarruang dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan keharusan bangunan gedung untuk menyediakan pintu dan/atau koridor antar ruang.

(2) Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor disesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung. (3) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antarruang dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 29 (1) Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk sarana transportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung. (2) Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang menghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.

Pasal 30 (1) Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) harus disediakan di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal. (2) Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan penunjuk arah yang jelas. (3) Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 31 (1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.

(2) Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya

2.4

Teori terkait bentuk Bangunan

2.4.1 Bentuk dalam arsitektur

Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya. Hal ini juga menjelaskan kondisi tertentu dimana sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya, misalnya bila kita bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap. Dalam seni dan perancangan sering kali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam mengkordinasi unsur-unsur dan bagian-bagan dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata. Dalam konteks studi ini bentuk dapat dihubungkan baik dengan struktur internal maupun garis eksternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh. Jika bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga dimensi, maka wujud secara khuus lebih mengarah aspek penting bentuk yang mewujudkan penampilannya-konfigurasi atau perletakkan garis atau kontur yang membatasi suatu gambar atau bentuk A. Wujud Sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama dimana bentuk-bentuk dapat di identifikasi dan di kategorikan.

Disamping wujud, Bentuk memiliki ciri visual seperti : 1. Dimensi dimensi fisik berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi-dimensi tersebut menentukan proporsi dari bentuk. Skala ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain dalam konteksnya. 2. Warna Merupakan

fenomena

pencahayaan

dan

persepsi

visual

yang

menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan warna. Warna adalah atribut yang paling menyolok dan membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga berpengaruh terhadap bobot visual suatu bentuk. 3. Tekstur Tekstur adalah kualitas yang dapat dilihat dan diraba yang diberikan kepermukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. tekstur juga menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya datang. 4. Posisi Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau lingkungan visual dimana bentuk tersebut terlihat. 5. Orientasi arah dari sebuah bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda-benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya. 6. Inersia Visual

merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia suatu bentuk tergantung kepada geometri dan orientasinya relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandang manusia. B. Wujud Dasar Bentuk juga memiliki sifat-sifat tertentu yang menentukan pola dan komposisi unsure-unsurnya: 1. Posisi Letak dari sebuah bentuk adalah relative terhadap lingkungannya atau lingkungan visual di mana bentuk tersebut terlihat. 2. Orientasi Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya. 3. Inersia Visual Merupakan tingkat konsetrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orentasinya relative terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi, dan garis pandang manusia Semua sifat-sifat bentuk ini pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana kita memandangnya: 

Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan wujud ataupun aspek-aspek bentuk dalam pandangan mata manusia.



Jarak kita terhadap bentuk tersebut menentukan ukuran yang tampak.



Keadaan pencahayaan dimana kita melihat suatu bentuk akan mempengaruhi kejelasan dari wujud dan strukturnya.



Lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut mempengaruhi kemampuan kita dalam menterjemahkan dan mengidentifikasi bentuk tersebut.

C. Bentuk Dalam Arsitektur Beberapa pengertian bentuk dalam arsitektur : 

Suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri/ekspresi (Hugo Haring).



Wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama (Mies Van der Rohe).



Suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan, yang hasilnya merupakan susunan benda (Benyamin Handler).



Hasil dipenuhinya syarat-syarat kokoh, guna, dan indah (Vitruvius).

(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua, halaman 34-36, di ketik pada tanggal 11 Oktober 2017.)

2.4.2 Teori Terkait Tampak Selubung Elemen merupakan bagian bagian penting pembentuk struktur kerja dari sebuah proses. Seperti dalam proses yang berlangsung dalam pengendalian sistem pendinginan, pemanasan, hujan dan lain sebagainya, juga mempunyai beberapa elemen yang harus dikendalikan agar tercapai tujuan dari proses tersebut.

2.6

Teori Terkait Struktur Sistem - sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya horizontal dan vertikal secara merata pada sistemsistem struktur inti dan struktur pendukung, sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.

2.6.1

Struktur rangka space frame Space frame adalah suatu sistem kontruksi rangka ruang dengan menggunakan sistem sambungan antar batang. Batang-batang tersebut disambungkan menggunakan bola baja atau ball joint. Sistem sambungan space frame akan membentuk segitiga dengan joint-joint bola baja. Struktur rangka space frame ini mudah dipasang, dibentuk dan dibongkar kembali. Sehingga pemasangan struktur ini lebih cepat.

2.7

Teori Terkait Utilitas

2.7.1 Air bersih dan Air kotor

- Instalasi Air Bersih Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber cadangan berasal dari pengelolaan air hujan. Air dari jaringan PDAM dialirkan ke ground water tank yang diletakkan di bawah muka air tanah, kemudian dipompakan ke roof tank yang letaknya lebih tinggi, terdapat dua jenis roof tank yang pertama untuk penggunaan sehari-hari, yang kedua untuk pencegahan kebakaran. Dengan mengandalkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian didistribusikan ke tiap titik pengambilan air seperti keran wastafel, keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant dengan sistem shaft. Meskipun dengan pemakaian roof tank membutuhkan ruang tersendiri serta beban struktur yang lebih namun dibandingkan dengan menggunakan pompa yang langsung dialirkan ke titik-titik pendistribusian air akan lebih efektif karena rusunawa yang memiliki banyak ruang akan mebutuhkan tenaga atau daya dari pompa dalam jumlah besar

- Instalasi Air Kotor

Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : •

Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar mandi, wastafel, dll.,



Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi,



Air hujan.

 Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor darain kamar mandi, wastafel, tempat cuci piring dsb pada tiap lantai disalurkan ke bawah melalui pipa menuju ke lantai dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air dialirkan menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.  Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset tiap lantai disalurkan melalui pipa limbah padat secara vertikal menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung disalurkan ke dalam septic tank. Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal harus memiliki kemiringan minimal 5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena hal ini, penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila jaraknya semakin jauh dari letak kloset lantai dasar, maka penempatan septic tank akan membutuhkan kedalaman yang semakin besar.  Pada septic tank, limbah kemudian ditampung dan diendapkan, lalu air yang tersisa dialirkan ke sumur resapan. Untuk penempatan septic tank beserta resapannya, sebaiknya diletakkan berjauhan dengan sumur artesis maupun gorund water tank, minimal berjarak 15 meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.  Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang disesuaikan dengan bentuk atap, yang kemudian dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol yang sama dengan yang digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.

2.7.2 Pembuangan Sampah

Pada bangunan bertingkat banyak, dibutuhkan shaft sampah agar dapat mempermudah pengumpulan sampah tanpa harus naik-turun tiap lantai. Shaft sampah biasanya diletakkan di ujung bangunan. Sampah yang telah dipilah – pilah sesuai jenisnya dan telah dimasukkan kedalam kantung sampah kemudian dibawa ke shaft sampah yang ada di tiap lantai. Lalu sampah dimasukkan melalui pintu shaft sampah yang biasanya berukuran 50 x 50 cm. Lalu sampah turun melalui saluran shaft sampah hingga mencapai bak penampungan sampah di lantai dasar. Bak penampungan sampah ini harus dapat diakses oleh mobil, agar pengambilan sampah dapat dilakukan dengan mudah yang selanjutnya dibawa menuju ke TPA.

2.7.3 Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase : Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1) Sistem Jaringan Drainase Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.

Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

A.

Kolam Pengumpul Air Hujan di bawah Permukaan Tanah

Cara ini diperuntukkan bagi lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: -

daerah bebas banjir.

-

muka air tanah dangkal > 2 m.

-

keterbatasan ruang di atas tanah.

-

daerah dengan ketinggian permukaan tanah minimal di atas 10 m di atas permukaan laut dengan luas lahan terbatas.

B. Konstruksi -

Membuat saluran air (PVC) dari talang bangunan ke dalam kolam pengumpul air hujan.

-

Membuat kolam pengumpul air hujan dari beton, batu bata, atau bak fiber/aluminium dilengkapi dengan saluran pelimpasan keluar dari kolam pengumpul air hujan. Apabila kolam pengumpul tersebut dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari maka dapat dilengkapi dengan pompa air yang diletakkan pada permukaan tanah.

-

Membuat penutup kolam pengumpul air hujan.

C. Pemeliharaan -

Membersihkan talang dari kotoran seperti ranting, dedaunan agar tidak tersumbat.

Melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air di dalam kolam p engumpul air (bila perlu). 2.7.4 Instalasi Penangkal Petir

-

Karena bentuk bangunan memanjang, penangkal petir yang digunakan pada bangunan ini adalah penangkal petir tipe sangkar Faraday. Penangkal petir sangkar Faraday terdiri dari : Batang penangkal petir, berupa batang – batang logam berujung runcing yang diletakkan pada bagian teratas atap bangunan, Kabel konduktor, yang merupakan kabel penyalur petir yang dipasang pada sisi luar bangunan dan diberi lapisan pelindung / isolator, Tempat pembumian / grounding, berupa batang elektroda tembaga yang ditanam di dalam tanah

2.7.5 instalasi pemadam kebakaran Beberapa perangkat pemadam kebakaran atau pencegahan kebakaran yang terdapat pada bangunan Rusunawa antara lain :  Pendeteksi gejala kebakaran (detektor)  Alarm atau sirine kebakaran  Spinkler  Hidrant Pendeteksi gejala kebakaran yang diperluka berupa :

  

Detektor asap Detektor panas Detektor Api

Peletakan detektor berapa pada langit-langit pada setiap ruangan di gedung serta di lorong dengan jarak tertentu. Detektor akan mendeteksi adanya asap atau tanda-tanda lain kebakaran kemudian secara otomatis mengaktifkan alarm atau sirine kebakaran, namun jika alarm otomatis tidak berfungsi terdapat tuas manual yang ditarik untuk mengaktifkan sirine kebakaran. Kemudian sprinkler akan bekeja menyemprotkan air ketika alarm berbunyi. Air yang digunakan sprinkler berasal dari roof tank untuk pemadaman pada instalasi air bersih. Selain Sprinkler terdapat pula hidrant yang terdapat masing-masing dua diletakkan di pojok lorong pada setiap lantai, sumbernya dari roof tank pemadaman kebakaran pada instalasi air bersih. Pada saat terjadi kebakaran para penghuni menggunakan tangga darurat yang berada di sisi kanan dan kiri bangunan untuk melakukan evakuasi.

2.8

Penekanan judul Dalam kamus bahasa Inggris – Indonesia Rest adalah istirahat (selain, sisa), sedangkan disimpulkan Rest

Area

adalah daerah atau wilayah, jadi dapat

Area adalah sebuah kawasan peristirahatan yang bersifat sementara. Rest area yang umumnya berada di jalan bebas hambatan adalah suatu tempat dan fasilitas yang disediakan bagi pemakai jalan sehingga baik pengemudi, awak, penumpang maupun kendaraannya dapat beristirahat untuk

sementara karena alasan lelah. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai untuk menghilangkan dan mengusir rasa lelah sehingga dapat melanjutkan perjalanan dengan selamat

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1

Kutai Kartanegara Kutai kartanegara merupakan sebuah kabupaten yang berada di provinsi kalimantan timur yang beribukotakan tenggarong dengan memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan sekitar 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 626.286 jiwa

3.1.1 Sejarah Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai sebelum terjadi pemekaran wilayah pada tahun 1999. Wilayah Kabupaten Kutai sendiri, termasuk Balikpapan, Bontang dan Samarinda, sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada tahun 1947, Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan status Daerah Swapraja Kutai masuk dalam Federasi Kalimantan Timur bersama 4 Kesultanan lainnya seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir. Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan daerah otonom/daerah istimewa setingkat kabupaten berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953. Pada tahun 1959, status Daerah Istimewa Kutai yang dipimpin Sultan A.M. Parikesit dihapus. Dan berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959, daerah ini dibagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni: 1. Kotamadya Balikpapan dengan ibukota Balikpapan 2. Kotamadya Samarinda dengan ibukota Samarinda 3. Kabupaten Kutai dengan ibukota Tenggarong Dengan berakhirnya Daerah Istimewa Kutai, maka berakhir pula kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Dalam Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai pada tanggal 21 Januari 1960, Sultan Kutai Kartanegara A.M. Parikesit secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Aji Raden Padmo selaku Bupati Kutai, Kapten Soedjono selaku Walikota Samarinda dan A.R.S. Muhammad selaku walikota Balikpapan. Pada tahun 1999, wilayah Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi 4 daerah otonom berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999, yakni: 1. 2. 3. 4.

Kabupaten Kutai dengan ibu kota Tenggarong Kabupaten Kutai Barat dengan ibu kota Sendawar Kabupaten Kutai Timur dengan ibu kota Sangatta Kota Bontang dengan ibu kota Bontang

Untuk membedakan Kabupaten Kutai sebagai daerah hasil pemekaran, nama kabupaten ini akhirnya diganti menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Peraturan

Pemerintah RI No. 8 Tahun 2002 tentang "Perubahan Nama Kabupaten Kutai Menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara". Sebutan Kabupaten Kutai Kartanegara ini merupakan usulan dari Presiden RI Abdurrahman Wahid ketika membuka Munas I Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Tenggarong pada tahun 2000

3.1.2 Batas-batas wilayah Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara terletak antara 115°26'28" BT 117°36'43" BT dan 1°28'21" LU - 1°08'06" LS dengan batas administratif sebagai berikut: Utara

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara

Selatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan

Barat

Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Mahakam Ulu

Timur

Kabupaten Kutai Timur, Kota Bontang dan Selat Makassar

3.1.3 Iklim Kabupaten kutai kartanegara beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur udara antara 20 °C – 34 °C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm, sedangkan kelembaban udara rata-rata 85%. Bulan terdingin terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan bulan terpanas terjadi pada bulan April dan Oktober 3.1.4 pariwisata Kabupaten kutai kartanegara memiliki beberapa objek wisata yang menjadi andalan dan sering dikunjungi wisatawan lokal. 3.1.5 wisata alam 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pantai Pangempang di Muara Badak Bukit Bangkirai di Samboja Pantai Tanah Merah di Samboja Danau Semayang di Kota Bangun Danau Murung di Kota Bangun Waduk Panji Sukarame di Tenggarong Pulau Kumala di Tenggarong Taman Rekreasi Tepian Mahakam Jembatan Kartanegara di Tenggarong

3.1.6 wisata budaya 1. Desa Sungai Bawang di Muara Badak (Kehidupan Suku Dayak) 2. Museum Mulawarman di Tenggarong (peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara) 3. Kedaton Kutai Kartanegara di Tenggarong (istana baru Sultan Kutai Kartanegara) 4. Desa Pondok Labu di Tenggarong (kehidupan suku Dayak) 5. Desa Lekaq Kidau di Sebulu 6. Lamin suku Dayak di Tabang (kehidupan suku Dayak) 7. Dusun Berubus di Muara Kaman (situs kerajaan tertua di Indonesia) 3.1.7 wisata pendidikan 1. Planetarium Jagad Raya di Tenggarong 2. Museum Kayu Tuah Himba di Tenggarong 3. Museum Perjuangan Merah Putih di Sanga-Sanga 3.2

kriteria lokasi

Dari ketiga lokasi yang menjadi acuan pemilihan site maka satu diantaranya akan ditetapkan sebagai lokasi perencanaan perpustakaan umum yang dimana pada suatu lokasi tersebut memenuhi kriteria pemilihan lokasi yang tepat, kriteria lokasi tersebut diantaranya sebagai berikut : 1. Aksesibilitas, yakni kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi. 2. Kompatibilitas, yakni keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya. 3. Fleksibilitas, yakni kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. 4. Ekologi, yakni keterpaduan antara tata kegiatan alam yang mewadahinya 3.3

pemilihan lokasi

3.3.1 identifikasi site Site adalah dimana suatu perancangan sebuah banguanan akan dibangun sesuai dengan lokasi yang strategis atau disebut juga dengan site, dalam perancangan Rest Area di jalur Kota Samarinda-Balikpapan mengajukan tiga buah site untuk di analisa dan hasil yang sesuai kiteria maka akan dipilih sebagai site untuk perancangan Rest Area di jalur Kota Samarinda-Balikpapan A. Site pertama berada di Jalan A.Yani Kab.Kutai Kartanegara kecamatan Samboja, dengan keriteria :  Berada di tengah-tengah jalur antara kota Samarinda-Balikpapan  Dekat dengan fasilitas publik yaitu, RSUD ABADI Samboja



Dekat dengan pusat rekreasi

Pencitraan satelit

Existing lokasi

Pantai samboja

RSUD ABADI

B. Lokasi site kedua berada di jalan Soekarno-Hatta Samarinda-Balikpapan, kecamatan Loa janan, kutai kartanegara dengan keriteria sebagai berikut :  Dekat dengan puskesmas batuah  Banyak ditemuinya rumah makan  Terlalu dekat dengan kota Samarinda

Existing lokasi

RM. Amado

Puskusmas

C. Lokasi site ketiga berada di jalan Jl. Soekarno-Hatta Km. 23, No. 185 RT. 42, Karang Joang, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, dengan keriteria sebagai berikut :  Dekat dengan konservasi wisata beruang madu  Dekat dengan kawasan pendidikan SMAN 9 Balikpapan  Terlalu dekat dengan kota Balikpapan

Existing lokasi

Kawasan wisata

Kawasan pendidikan

3.4

penetapan lokasi Kriteria pemilihan lokasi site berdasarkan penilaian pada setiap lokasi

No Kriteria

1 2 3 4 Skor

Aksesbilitas Kompatibilitas Fleksibilitas Ekologi

Site 1 Jl. A.Yani SamarindaBalikpapan, samboja 1 1 1 1 4

Site 2 Jl. SoekarnoHatta, loa janan

Site 3 Jl.SoekarnoHatta, KM 28

1 0 0 1 2

1 1 0 1 3

Angka yang paling besar menunjukan site yang paling baik/cocok dengan kriteria lokasi sesuai judul proyek. Dari keriteria pemilihan lokasi site di atas, maka site yang memiliki kriteria yang paling bagus yaitu site yang terletak di Jalan A.Yani Samarinda-Balikpapan, karena lokasi site pada Jalan A.Yani yang paling mendekati kriteria pemilihan site di atas.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab V.docx
June 2020 15
Seminar Tematik.docx
June 2020 7
Bab 2.docx
June 2020 12
Bab I.docx
June 2020 9
Bab Iii.docx
June 2020 10
Bab I1 Skate.docx
June 2020 28