BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di Indonesia banyak terdapat hasil bumi yang melimpah terutama hasil pertanian yang tidak tergantung dengan musim dan salah satu contohnya adalah kacang tanah. Selain tersedia melimpah di alam, kacang tanah juga merupakan bahan pangan yang cukup digemari dan banyak di komsumsi oleh masayarakat. Kacang tanah diolah untuk menghasilkan berbagai makanan yang beraneka ragam seperti permen, bumbu seslai, makanan ringan, dan sebagainya. Hal itu menyebabkan permintaan akan kebutuhan kacang tanah dari waktu ke waktu semakin meningkat. Kacang tanah atau bahasa latinnya Archis hypoghea merupakan salah satu tanaman palawija yang sudah lamah dikenal petani kita sebagai tanaman produksi. Kacang tanah mengandung sumber protein nabati yang cukup penting dalam menu makanan kedua di Indonesia setelah kacang kedelai. Bahan pangan ini terutama digunakan untuk tujuan komsumsi selain juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan bahan baku industry. Bidang industry membutuhkan kacang tanah sebagai bahan baku untuk membuat keju, mentega, minyak, selai, permen atau makanan ringan ( Kemala, 2008 dan Woodroof, 1983) Pada umumnya pihak industry membelih bahan baku kacang tanah dalam bentuk polong dan biji untuk selanjutnya diolah menjadi berbagai produk. Pihak mempersyaratkan kepada petani kacang tanah agar menjadi pemasok yang mampuh memberi jaminan pasokan secara teratur dan kontinyu dengan mutuh yang sesuai standar. Untuk memenuhi persyaratan tersebut petani harus mengubah cara-cara pengolahan pasca panen dari tradisional atau manual ke cara mekanis dan modern agar produktivitasnya dapat ditingkatkan dan mutuh yang di hasilkan dapat terjamin. Namaun kenyataanya di lapangan menggambarkan bahawa sebagian dari, kebutuhan kacang tanah dalam negri masi diimpor dari luar negri. Hal itu di sebabkan oleh keterbatasan petani Indonesia dalam memanfaatkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kapasitas dan mutuh kacang tanah. Kendala utama yang
dapat menyebabkan bisnis usaha dan prosesing kacang tanah masi sering menghadapi resiko kegagalan di antranya adalah belum di kuasainya teknolgi produksi yang maju oleh parah petani penanganan pasca panen kacang tanah ditingkat petani pada umunya masi dilakukan secara tradisional seperti panen, perontokang polong atau pengupasan kulit sehingga memerlukan cukup banyak tenaga kuhususnya untuk pengupasan kulit kacang, dubutuhkan banyak tenaga dan waktu agar didapat kacang tanah yang telah dikupas kulitnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan prosese penanganan pasca panen dengan waktu yang cepat dan terkendali untuk mengatasi hal itu, perlu dirancang alat pengupas kulit kacang tanah agar dapat meningkatkan produktivitas dan efesiensi pengupasan. Rancanagn alat pengupas ini harus disesuaikan dengan karakteristik dan sifat bahan pangan yang dimiliki kacang tanah. Hal itu bertujuan agar tidak merusak bahan pangan tersebut baik itu segi fisik ataupun fungsionalnya. Diharapkan dengan menggunakan alat ini dapat meningkatkan kapasitas kerja juga dapat menghasilkan produk kacang tanah yang bermutuh baik.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana cara membuat mesin pengupas kulit kacang tanah
1.3. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Membuat mesin pengupas kulit kacang tanah
1.4. Batasan Masalah Yang jadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini memakai alat-alat seperti motor listrik, pulley, V-Belt, Bering dan blower. 2. Pengujiannya mengunakan kacang tanah yang sudah kering
1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis perancanagn ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta dapat mengembangkan perancangan mesin pengupas kulit kacang yang berguna dalam kehidupan sehari-hari 2. Bagi Masayarakat adalah dengan adanya perancangan ini diharapkan masyarakat dapat mengatasi beberapa masalah yang timbul terutama dalam hal pengupasan kulit kacang tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tentang Kacang Tanah Tanaman kacang tanah ( Arachis hypogaea L ) berasal dari amerika selatan diperkirakan dikawasan sekitar Bolivia, Brasil dan Peru. Tanaman kacang tanah telah dibudidayakan sejak tahun 1500 sebelum masehi, terutama oleh orang india di Amerika Selatan( sumarno 1986 ) Kacang tanah mempunyai dua tipe pertumbuhan yang berbeda yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak lebih disenangi oleh petani karena berumur yaitu 100-120 hari dan saat panen lebih mudah. Sedangkan tipe menjalar berumur pajang yaitu 5-6 bulan dan ginofornya menyebar menurut arah menyebarnya cabang tanaman. kacang tanah digunakan sebagai bahan makanan oleh masayarakat tetapi begitu banyaknya komsumsi kacang tanah di dalam masayarakat kurang tepat memenuhi komsumsi kacang tanah, sehingga produksi kacang tanah mengalami penurunan selain memiliki kebutuhan yang banyak. Bahan baku industry yang diubah dengan bentuk lain seperti kacang atom, rempeyek, manisan, dan lain-lain ( pitojo, 2005 ). Selain itu sisa hasil kacang tanah yang tidak dipakai dapat digunakan sebagai bahan baku makanan industry maupun pakan ternak. Peningkatan produksi kacang tanah dilakukan dengan berbagai cara seperti perluasan penanaman kacang tanah sehingga memiliki produksi yang baik dan lainlain tetapi kendala dalam pengupasan kulit kacang tanah masi menggunakan cara tradisional sehingga memebutuhkan tenaga dan waktu yang banyak dalam mengupas kulit kacang oleh karena itu masayrakat harus mengubah cara-cara pengolahan pasca panen dari tradisional atau manual ke cara mekanis dan modern agar produktivitasnya dapat ditingkatkan dan mutuh yang di hasilkan dapat terjamin. 2.2. Teori Desain Perancangan Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkain dalam proses pembuatan produk pada tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan lain yang menyusulnya. Sehingga sebelum sebuah produk dibuat terlebih dahulu dilakukan proses perancangan yang intinya menghasilkan
sebuah gambar sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat (Dharmawan, 1999: 1) Gambar sketsa yang telah dibuat kemudian digambar kembali dengan aturan gambar sehingga dapat dimegerti oleh semua orang yang ikut terlibat dalam proses pembuatan produk tersebut. Gambar hasil perancangan adalah hasil akhir dari proses perancangan
2.3.
.