Bab I.docx

  • Uploaded by: mia faramida
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,417
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Apa yang dimaksud dengan perilaku seksual normal? Seperti kita ketahui jawabannya adalah: tergantung. Bila pertanyaan lebih spesifik: kapan perilaku seksual yang berbeda dari norma yang berlaku dianggap sebagai gangguan? Jawabannya, sekali lagi, adalah tergantung, pandangan yang berlaku saat ini cenderung cukup toleran terhadap beragam ekspresi seksual, bila ekspresi tersebut tidak lumrah, kecuali jika perilaku itu berhubungan dengan hendaya yang cukup subtansial dalam fungsi (Durand dan Barlow,2006). Dalam lingkup perilaku seksual, konsep yang kita miliki tentang apa yang normal dan apa yang tidak sangat di pengaruhi oleh factor sosiokultural. Berbagai pola-pola perilaku seksual yang dianggap abnormal di Ini Beag seperti maturbasi, hubungan seks premarital, dan seks oralgenital dikatakan normal pada masyarakat Amerika. Perilaku seksual dapat dianggap abnormal jika hal tersebut bersifat self-defearing, menyimpang dari norma social, menyakiti orang lain, menyebabkan distress personal, atau memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. (Nevid Rathus dan Greene, 2003). Seks merupakan aspek intim yang penting, dalam hubungan saling mencintai antara satu orang dengan orang lain. Seks merupakan aspek hidup yang pribadi dan tersendiri yang jarang dibahas dengan orang lain. Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas seseorang adalah terlibat dengan faktor kepribadian yang lain, dengan susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri sendiri(sense of self). Ini termasuk persepsi sebagi laki-laki atau wanita,yang mencerminkan perkembangan pengalaman dengan seks selama siklus kehidupan. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat diarahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif. Bagi kebanyakan orang, banyak yang tidak peduli tentang apakah perilaku seksual yang normal 1

dan apakah jenis-jenis dan gangguan seksual. Gangguan seksual merupakan masalah dasar bagi pria dan wanita yang mengganggu kemampuan mereka untuk menikmati seks.

A. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan gangguan seksualitas? 2. Apa saja jenis-jenis gangguan seksualitas? 3. Apakah penyebab terjadinya gangguan seksualitas? 4. Bagaimana tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat terjadinya gangguan seksualitas? 5. Bagaimana penaganan atau pencegahan terhadap gangguan seksualitas? 6. Apa saja patofisiologi gangguan seksual? 7. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap gangguan seksual? 8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan terhadap gangguan seksual?

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan seksualitas 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian gangguan seksualitas b. Untuk mengetahui jenis-jenis gangguan seksualitas c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan seksualitas d. Untuk megetahui patofisiologi tentang gangguan seksualitas

C. MANFAAT PENULISAN 1. Penulis dan pembaca dapat lebih memahami materi tentang Seksualitas 2. Pembaca dapat mengetahui pentingnya mempelajari tentang Seksualitas, khususnya dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang mungkin terjadi 3. Penulis dan pembaca mulai dapat menerima bahwa Seksualitas penting untuk dipahami oleh mahasiswa Fakultas Psikologi, bukan lagi hal yang tabu untuk dipelajari

2

BAB II KONSEP DAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan seksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menu njukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Ganguan-ganguan dalam bidang seks biasanya tidak melemahkan atau melumpuhkan seperti yang terjadi pada kecemasan, depresi, dan skizofernia karena itu, gangguan ini sering dilihat sebagai gangguan-gangguan yang kurang berat. Dalam beberapa bentuk gangguan itu terlihat bahwa kepuasan seksual diperoleh dengan cara-cara dan kebiasaan kebiasaan yang berbeda dari persetubuhan yang wajar merpakan satu-satunya bentuk kegiatan seks yang lebih disukai. Gangguan-ganguan ini dapat sangat mengganggukarena pengaruh yang di timbulkannnya terhadap orang lain. Hal ini terajadi, misalnya, bila gangguan –gangguan ini melibatkan 3

tindakan-tindakan, seperti pemerkosaan, sadis seksual, atau pelecehan seksual terhadap anakanak (Semium, 2006). Jenis-jenis gangguan seksual Jenis disfungsi seksual beradasarkan DSM IV yakni (Durand dan Barlow,2006). 1) Gangguan nafsu seksual Terdapat 2 gangguan yang merefleksikan masalah-masalah yang terkait dengan fase nafsu dari siklus seksual. Masing-masing gangguan di tandai oleh sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang menimbulkan masalah dalam satu hubungan. a. Ganguan nafsu seksual hipoaktif yaitu minat terhadap kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang bersangkutan. b. Gangguan aversi seksual yaitu perasaan tidak suka yang persisten dan ekstrim terhadap kontak seksual atau kegiata serupa itu. 2) Ganguan rangsangan seksual Gangguan-gangguan rangsangan seksual male erectile disorder (gangguan ereksi pada laki-laki) dan female sexsual araousal di sorder (gangguan rangsangan seksual pada perempuan). a. Gangguan ereksi pada laki-laki yaitu ketidakmampuan sebagian laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktivitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali. b. Ganguan rangsangan seksual pada perempuan yaitu ketidakmampuan sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi vagina dan respon keterangsangan seksual yang membuat vagina membesar sampai aktivitas c. seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali. 3) Gangguan orgasme Fase orgasme dalam siklus respon seksual dapat terdisrupsi dengan cara tertentu. Orgasme dapat terjadi pada waktu yang tidak tepat atau tidak terjadi sama sekali. a. Inhibited organ (orgasme yang terhambat ) yaitu ketidakmampuan untuk mencapai orgasme meskipun nafsu dan keterangsangan seksualnya cukup adekuat

4

pada umum nya dialami pada perempuan dan jarang terjadi pada laki-laki. (Stock. 1993:Wincze dan Barlow, 1997). b. Female orgasmic disonder (gangguan orgasme pada perempuan).orgasme yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali, yang terjadi berulang kali pada sebagian perempuan, menyusul fase perangsangan seksual yang normal ;berhubungan dengan pengalaman mereka sebelumnya dan stimulus saat itu. c. Male orgasmic di sorder (gangguan orgasme pada laki-laki). Orgasme yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali yang terjadi berulang kali pada sebagian laki-laki menyusul fase perangsangan seksual yang normal ; berhubungan dengan umur mereka dan stimulus saat itu. d. Premature

ajaculation

(ejakulasi

dini).yaitu

ejakulasi

sebelum

orang

megiginkannya, dengan stimulus minimal dan keadaan ini terjadi berulang kali. 4) Ganguan nyeri seksual (sexsual pain distora) adalah nyeri genital berulang kali terjadi, yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan sebelum, selama,atau setelah hubungn seksual . B. ETIOLOGI 1. Faktor biologis. Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa identitas gender dipengaruhi oleh hormon. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu yang mengkonsumsi hormon seks selama hamil sering kali seperti lawan jenis dan mengalami abnormalitas anatomis. Contohnya, anak-anak perempuan yang ibunya mengonsumsi progestin sintetis yang merupakan cikal bakal hormon seks laki-laki, untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil, sehingga anaknya setelah lahir akan berperilaku tomboy diusia pra sekolah. 2. Faktor fisik Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).

5

Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai gangguan ringan yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen.etal, 1998). Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut: a. Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria. b. Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah). c. Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis. d. Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf. e. Gangguan hormonal,menurunnya testosteron dalam darah (hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia. f. Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok). g. Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas. Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian juaga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain: barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI), lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006). 3. Faktor psikis Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya depresi, anxietas (kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang yang masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor psikoseksual. Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan normal sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing, 2006). Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis, yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya.

6

Disfungsi seksual pria yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga (Abdelmassih, 1992, Basson, R, et al., 2000). Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual. kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo, 1994, Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992). C. TANDA DAN GEJALA 1. Pedofilia Pedofilia hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri biasanya terjadi setelah seseorang melewati masa puber dan ia memiliki kecenderungan seksual terhadapa anak-anak dibandingkan dengan sebaya. Akibat dari kelainan seksual tersebut membuat mereka merasa aneh dan berusaha untuk menyembunyikannya. Meskipun begitu akhirnya ada juga penderita pedofilian yang mau bekerja sama demi penetahuan. Berikut in adalah beberapa gejala pedofilia menurut penderita tesebut. Memiliki perasaan inverior terhadap orang lain mengalami depresi berlebih ketakutan seseorang mengetahui kelainan seksualnya, yang akhirnya membuat mereka mengisolasi diri. 2. Ekshibisionisme Pada dasarnya secara kasat mata penderita ekshibisionisme ini tidak memiliki ciri ciri yang tampak dari luar. Jadi para penderita ekshibisionisme ini sama seperti orang kebanyakan. Banyak di antara mereka pemalu, kurang percaya diri berasal dari keluarga yang keras dalam soal seks para peneliti menyatakan ekshibisionis memiliki pendekatan yang tidak dewasa terhadap kebutuhan yang besar untuk di perhatikan. Sebelum bereaksi mereka selalu gelisah, tercekam dan tegang. perasaan akan terasa lega setelah berhasil memamerkan kemaluannya kepada lawan jenisnya. Gejala ekshibisionistis itu banyak tedapat dikalangan kaum pria jarang sekali terjadi pada wanita. Penderita ekshibisionis ini sering menimbulkan gangguan ketertiban umum meskipun jarang membahayakan masyarakat. Sebanyak 30-40% wanita pernah menjadi korban/ terpapar oleh ekshibisionisme. 3. Fetisisme gejala gejalanya sebagai berikut: 1) Sangat tertarik dengan payudara wanita 2) Sering memikirkan tentang payudara, bahkan dalam waktu yang abnormal. 7

3) Mempunyai fantasi yang berulang dan intens tentang payudara. 4) Dorongan seksual yang intens dan selalu di picu oleh payudara. 5) Menyukai

hal-hal

yang

berhubungan

dengan

payudara

(seperti

gambar,

patung/ukiran) 4. Voyeurism Terdapat beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa seseorang merupakan penderita voyeurisme tanda tanda tersebut ialah : selain suka mengintip orang lain berganti baju, adalah mencapai kepuasan seksual hanya dengan melihat orang lain berganti baju atau melakukan hubungan suami istri. Mempunyai hasrat untuk melihat orang orang asing dan membayangkan mereka melepas baju mereka satu persatu untuk mencapai kepuasan seksual tersebut. Ketika melihat seseorang berganti baju, para penderita voyeurisme ini memiliki fantasi yang membuat hasrat seksual mereka menjadi jauh lebih tinggi.

D. PENCEGAHAN a) Sikap dan pengertian orang tua Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika punya kesempatan 8

melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan.

b) Pendidikan seks Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terusmenerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks. ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa.

9

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY 1. patofisiologi Penyakit Menular Seksual Karena Bakteri 1) Gonorrhea dan Chlamydia Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini. Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluanpria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejalagejala ini dapat terasa beratatau tidak terasa sama sekali. Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidakterasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadiparah dan menyebabkan kemandulan. Gejala-gejalanya sangat mudah di deteksi dan di ketahui terutama untuk laki-laki. Ciricirinya adalah terasa sakit perih ketika buang air kecil, kadang-kadang pada waktu kencing atau sesudah kencing akan terasa nyeri beberapa saat, setelah itu tidak terasa lagi. Ciri kedua adalah penis akan mengeluarkan cairan putih kekuning-kuningan atau kehijau-hijaun. Jika anda menemukan dua gejala itu pada diri anda bisa dipastikan anda telah terinfeksi bakteri ini. Pada wanita gejala ini agak lebih sulit di ketahui, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual. Pengobatanya. Penyakit ini termasuk mudah disembuhkan, asal tidak terlambat. Begitu ada gelaja itu segera tanpa menunggu lama pergilah ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk di berikan obatnya. Jangan sekali-sekali membeli obat sendiri, karena obat itu harus sesuai dengan resep 10

dokter. Kalau tidak ada dokter spesialis, dokter umum juga bisa, namun lebih di anjurkan langsung ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dokter akan memberikan 3 jenis obat untuk di makan selama seminggu. Setelah itu anda harus datang kembali untuk memeriksa ke dokter yang sama. 2) Syphilis Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini. Luka terlihatseperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnyatidak terasa sakit. Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi viruskan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akanmenyerang bagiantubuh lain Gejala-gejala. Gejala penyakit ini mirip dengan gejala sejumlah penyakit lain. Ciri awalnya dimulai dengan lecet yang tida terasa sakit pada penis atau kemaluan dan berkembang dalam tiga tahap, yang dapat berlangusung lebih dari 30 tahun. Gejala-gejala umum yang timbul: 1) Muncul benjolan di sekitar kelamin 2) kadang-kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati. 3) Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seksual. 4) selama 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun. Namun setelah 5-10 panyakit ini menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah, dan jantung. 5) Pada perempuan penyakit ini dapat menular pada bayi yang di kandung.

11

Pengobatan Antibiotik dapat menghentikan aktivitas bakteri penyebab sifilis, namun penggunaanya harus sesuai resep dokter. Jadi, Jika anda merasakan gejala diatas maka segera periksakan diri, selanjutnya ikuti saja petunjuk dokter. 3) Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) / Hiv Disease Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh. Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian menyebabkan pengobatan

kematian setelah sepuluh tahun setelah telah

terinfeksi

darah. virus

Dapat HIV,tetapi

ditemukan. Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum

suntik secara bersamaan. 4) Herpes Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan herpes genitalis (herpes kelaim). Penyebab herpes ini adalah Virus Herpes Simplex (HSV) dan di tularkan melalui hubungan seks, baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet pada kelamin dan mengenai langsung bagian luka/bintil/kutil. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar, dan akan membentuk keropeng. Herpes timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan dengan orang yang mempunyai penyakit tersebut. Tetapi antara 5-10 hari, gejala ini akan hilang dan muncul kembali. Gelaja ini timbul tergantung tergantung daya tahan tubuhnya. Pengobatan yang terbaik adalah segera kunjungi dokter anda dan ikuti petunjuknya. 5) Klamidia. Kondisi ini mempunyai gejala mirip gonore, walaupun bisa juga beraksi tanpa gejala. Di Amerika, klamidia termasuk yang paling dapat diobati, tetapi telah menginfeksi sekitar

12

empat juta orang setiap tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan artritis parah dan kemandulan pada pria. Seperti sifilis dan gonore, penderitanya dapat disembuhkan dengan antibiotika. Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan diri. Gejala yang ditimbulkan : Cairan vagina encer berwarna putih kekuningan; Nyeri di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual. Komplikasi yang mungkin terjadi : Biasanya menyertai gonore; Penyakit radang panggul; Kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian; Infeksi mata pada bayi baru lahir; Memudahkan penularan infeksi HIV. Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi adalah Elisa, Rapid Test dan Giemsa 6) Kulit Kelamin Disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang ditimbulkan : tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam). Komplikasi yang mungkin terjadi : kutil dapat membesar seperti tumor; bisa berubah menjadi kanker mulut rahim; meningkatkan resiko tertular HIV-AIDS. Tidak perlu mendeteksi laboratorium karena langsung dapat terlihat oleh mata biasa. 7) Hepatitis B. Penyakit ini juga banyak disebabkan oleh hubungan seks yang tidak aman. Hepatitis B dapat berlanjut ke sirosis hati atau kanker hati. Setiap tahun kasus yang dilaporkan mencapai 200.000, walaupun ini satu-satunya STD yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

13

2. Pathway PENYAKIT MENULAR SEKSUALYANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI

Gonorrhea

Syphilis

dan

Aids/ Hiv Disease

herpes

Chlamydia Kulit Kelamin

Hepatitis B.

Klamidia

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

a) Pengobatan dengan estrogen (eastration) Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah.Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti. b) Pengobatan dengan neuroleptic Phenothizine yaitu memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan peroral. c) Preparat modifikasi Phenothiazine Dapat mengurangi dorongan sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25mg efektif untuk jangka waktu 2 pekan.

14

d) Pengobatan dengan transquilizer Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik. G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Terapi penyembuhannya : 1. Menghilangkan penyebab – penyebab yang sifanya psikologis atau psikogen. 2. Sehingga wanita tersebut mampu menjalin relasi sosial yang wajar akrab, dan bisa menjalin relasi cinta kasih yang sehat dengan suaminya. Terjadi perwujudan paduan psikofisis yang harmonis, dalam wujud bersatunya jasad dan rasa dengan suami atau partnernya. 3. Permainan – pendahuluan perlu dilakukan dengan ras kemesraan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga pihak wanita hampir mencapai tingkat orgasme untuk kemudian melakukan coitus sebenarnya. Ada orang yang mencoba merangsang nafsu erotik wanita dengan jalan melakukan masturbasi, dengan menggunakan alat penggetar atau melakukan kontak oral genital yaitu merangsang alat kelamin wanita dengan mulut (menjilat, mencium, membelai, dll).

H. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

I. Pengkajian keperawatan Pengkajian ini adalah riwayat keperawatan,pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial. a. Pada riwayat keperawatan dapat di identifikasi bebarapa hal tentang riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah seksual,seperti penyakit diabetes kronis,adanya trauma pada alat genital,terjadi peradangan dan adanya penyakit pada alat kelamin,seperti HIV/AIDS dan spilis.

15

b. Pada pengkajian secara fisik dapat dikaji tentang berbagai informasi pada system,atau

keyakinan,seperti

system

saraf,kardiovaskular,endokrin

serta

genitourinaria. c. Pengkajian riwayat psikososial,antara lain ada atau tidaknya riwayat psikososial dengan masalah seksual seperti adanya trauma perkosaan,latar belakang budaya atau keyakinan dalam berhubungan yang lain II. Analisa Data Data

Masalah Keperawatan

DS : a. Klien mengatakan bahwa ia kurang menikmati aktivitas seksualnya

jika

menggunakan kondom. b. Klien mengatakan bahwa ia enggan hubungan

melakukan seksual

Perubahan pola seksualitas

jika

menggunakan kondom.

DO : a. Keinginan

pasangan

mencegah

kehamilan,

pencegahan terhadap PMS. b. Penggunaan

alat

kontrasepsi kondom. c. Kurang menikmati aktivitas seksual.

16

III. Diagnosa keperawatan 1. Disfungsi seksual berhubungan dengan: a. Ketiadaan model peran b. Perubahan biopsikososial seksualitas. c. Defiensi pengetahuan d. penganiayaan psikososial e. Konflik nilai 2. Ketidak efektifan pola seksualitas behubungan dengan : a. Ketakautan mendapat infeksi menular seksual b. Ketakutan terhadap kehamialan 3. Ketidak efektifan proses kehamilan berhubungan dengan : a. Kekerasan dalam rumah tangga b. Kurang model yang tepat untuk menjadi orang tua 4. Resiko ketidak efektifan proses kehamilan-melahirkan a. Kurang perencanaan kelahiran yang realistic b. Kehamilan yang tidak diinginkan 5) Resiko tentang hubungan ibu-janin a. Gangguan traspott oksigen(misalnya anemia,penyakit jantung) b. Penganiaan fisik IV. Intervensi Tahap perencaan yang dilakukan adalah penetuan tujuan dari masalah yang hendak di atasi dengan tujuan agar pasien mampu mempertahankan atau menolong individu untuk mencapai integritas seksual serta dapt mengembangkan kesadaran diri terhadap sikap.kemudian rencana dan intervensi yang dapat dilakukan adalah : 1. Memberikan pendidikan dan konseling tentang kebutuhan dan masalah seksual 2. Mencegah isolasi seksual 3. Mengurangi dorongan seksual 4. Meningkatkan citra diri dan harga diri pasien

17

Diagnosa

Gangguan Seksualitas

NOC

NIC

- Pemulihan dari penganiayaan: seksual: tingkat penyembuhan cedera fisik akibat penganiayaan/eksploitasi seksual.

-peningkatan citra tubuh: meningkatkan persepsi sadar dan persepsi bawah sadar serta sikap pasien terhadap tubuhnya

- Citra tubuh: persepsi tentang penampilan dan fungsi tubuh individu

-peningkatan koping : membantu pasien menyusuaikan diri dengan persepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan hidup dan peran -peningkatan peran : membantu pasien, orang terdekat, atau keluarga untuk meningkatkan hubungan mengklarifikasi dan menambah perilaku peran tertentu.

Gangguan Seksualitas

Gangguan Seksualitas

Gangguan Seksualitas

Gangguan Seksualitas

- Maturisi fisik :wanita: perubuhan normal pada fisik pada wanita yang terjadi melalui transisi dari anak-anak menjadi orang dewasa. - Maturasi fisik : pria: perubahan normal pada fisik pada pria yang terjadi melalui transisi dari anak-anak menjadi orang dewasa. - penampilan peran: kesesuaian perilaku peran individu dengan harapan peran.

- Harga diri: penilaian peribadi tentang harga diri.

-peningkatan harga diri: membantu pasien meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri. -konseling seksual : penggunaan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan untuk membuat penyusuaian pada praktik seksual/meningkatkan koping terhadap 18

gangguan/peristiwa seksual. Gangguan Seksualitas

Gangguan Seksualitas

-penyuluhan : sek yang aman: member arahan tentang perlindungan seksual selama melakukan aktivitas seksual.

- Identitas seksual : penganaan dan penerimaan terhadap identitas seksual diri sendiri.

-penyuluhan: seksualitas: membantu indivu memahami dimensi fisik dan psikologis pertumbuhan dan pekembangan seksual.

V. Implementasi 1. Promosi kesehatan seksual penyuluhan / pendidikan kesehatan. 2. Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan dan waktu yg mendukung privasi dan kenyamanan klien. 3. Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungan pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien usia subur, serta pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu. 4. Rujukan mungkin diperlukan VI. Evaluasi keperawatan Evaluasi terhadap masalah seksual secara umum dapat di nilai dari kemampuan untuk melakukan hubungan seksual,percaya diri akan adanya kepuasan hubungan dan mampu mengekspresikan perasaan tentang kebetuhan seksual,mampu meningkatkan fungsi peran serta konsep diri. 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan seksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Penyebab gangguan seksualitas: 1. Factor biologis 2. Factor fisik 3. Factor psikis Tanda dan gejala dari gangguan seksualitas: 1. Pedofilia 2. Ekshibisionisme 3. Fetisisme 4. Voyeurisme Penyakit yang timbul akibat gangguan seksual yaitu Gonorrhea & Chlamydia, shipylis, Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) / Hiv Disease

20

B. Saran Perawat sebagai role model maka : 1. Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui cara perawat bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara. 2. Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat / meningkatkan diskusi. 3. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon seksual, ekspresi seksual dapat membantu pengkajian yang efektif. 4. Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.

21

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salembamedika. Potter dan perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,dan praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC. Stevens, P.J.M, Bordui,F dan Van der Weyde, JAG. 1999. Ilmu keperawatan.Jilid 2 Jakarta: EGC NANDA, diagnosis keperawatan:definisi dan klasifikasi 2009-2011: editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC - Jakarta : EGC, 2010 Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC- Jakarta : EGC, 2010. Journal of Sex & Marital Therapy, 30:95–105, 2004. Sexual Dysfunction in Parkinson’s Disease Journal of Sexual Medicine. Vol. 1, No. 1, 2004. Epidemiology/Risk Factors of Sexual Dysfunction. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Baverly (2003). Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Martaniah, Sri Mulyani. 2001. Psikologi Abnormal Dan Psikopatologi. Yogyakarta. Hidayat, A.Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta: Salemba Medika Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2012. Bukun Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

22

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Cover.docx
June 2020 4
Demam Dengue.docx
July 2020 2
Nama.docx
July 2020 5
Bab I.docx
July 2020 4
Kata Pengantar.docx
December 2019 11
Bab I.docx
December 2019 7