Bab Cair.docx

  • Uploaded by: Agustin Hariyani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Cair.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,902
  • Pages: 13
LAPORAN KASUS DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

I.

IDENTITAS 1. Identitas penderita

II.

Nama penderita

: An MS

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tanggal lahir

: 30 Februari 2016

Umur

: 19 bulan

Alamat

: Pasar Baru RT 06

MRS

: 18 Desember 2017

RMK

: 15.72.52

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS 20 Desember 2017) 1. Keluhan utama

: BAB cair

2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RS diantar ibunya dengan keluhan utama BAB cair sejak kemarin. Buang air besar sebanyak 8 kali, jumlah setiap kali buang air besar ¼- ½ gelas aqua, konsistensi cair, berwarna kekuningan, disertai dengan adanya ampas, tidak disertai adanya darah maupun lender, bau amis tidak ada. Keluhan BAB cair tersebut disertai muntah setiap habis makan dan minum susu. Muntah sebanyak 6 kali, sebanyak ± ½ aqua gelas, berisi sisa makanan dan atau minuman. Ibu mengaku anak buang air kecilnya

23

sedikit di popok dan berwarna kuning tua. Anak juga nampak kehausan dan ingin selalu minum. Orang tua pasien juga mengeluh anaknya demam sejak kemarin. Demam terjadi terus menerus, tidak naik turun. Pasien tidak mengganti susu dari yg biasa diminum. Pasien tidak makan makanan di luar dari biasanya. 3. Riwayat penyakit dahulu : keluhan serupa (-), asma (-), alergi obat (-) 4. Riwayat Imunisasi Ibu mengaku anak rajin datang ke posyandu dan telah imunisasi sampai usia 9 bulan. 5. Riwayat persalinan Pasien merupakan anak pertama dari 1 anak, lahir aterm, persalinan spontan, ditolong oleh bidan. Berat badan lahir: 3100 gram. Panjang badan lahir: 49 cm. 6. Riwayat tumbuh kembang Anak duduk usia 7 bulan, berjalan 12 bulan, saat ini anak sudah lancer bicara kalimat. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis

GCS

: 4–5–6 24

2. Pengukuran Tanda vital:Nadi

: 82 x/menit, kualitas: reguler, kuat angkat

Suhu

: 36,7OC

Respirasi

: 22 x/menit, regular

Berat badan

: 11 kg

3. Kulit : Warna sawo matang,turgor cepat kembali, tidak pucat 4. Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir lembab, tidak ada distensi vena jugular, tidak ada pembesaran KGB. Ubun-ubun tidak cekung, mata cekung tidak ada, tetapi di IGD ada mata cekung. 5. Toraks : a. Dinding dada / paru Inspeksi

:

Bentuk

: Simetris

Retraksi

: Tidak ada

Dispnea

: Tidak ada

Pernapasan

: Torako abdominal

Lokasi : -

Palpasi

:

Fremitus fokal : Simetris kanan – kiri

Perkusi

:

Sonor / sonor

Auskultasi :

Suara napas dasar

: vesikuler

25

Suara napas tambahan: Tidak ada ronkhi dan wheezing b. Jantung : Inspeksi

:

Iktus

: Tidak terlihat

Palpasi

:

Apeks

: Tidak teraba

Thrill

: Tidak ada

Batas kanan

: ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri

: ICS V linea midklavikula sinistra

Batas atas

: ICS II linea parasternalis dextra

Frekuensi

: 108 X / menit, Irama : Reguler

Suara dasar

: S1 = S2 tunggal

Bising

: Tidak ada

Perkusi

:

Auskultasi :

Lokasi

: -

Derajat

: -

Lokasi

: -

Punctum max : 6. Abdomen : Inspeksi :

Bentuk

: datar

Palpasi :

Hati

: Tidak teraba

Lien

: Tidak teraba

Ginjal

: Tidak teraba

Masa

: Tidak teraba

Nyeri tekan

: Seluruh region abdomen

Perkusi :

Timpani / pekak

: Timpani

Asites

: Tidak ada 26

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

7. Ekstremitas : Akral hangat III.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah - Rutin

: : WBC

: 10.000 /mm3

RBC

: 3,87 juta /mm3

HGB

: 11,1 g/dL

HCT

: 29 %

PLT

: 292.000 /mm3

Basophil : 0 eusinophil : 1

IV.

batang

: 3

segmen

: 71

limfosit

: 21

monosit

:4

DIAGNOSIS Diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang

V.

PENATALAKSANAAN MRS

27

IVFD RL 550 cc dalam 5 jam, kemudian lanjut D5 ¼ NS 15 tpm makro Ceftriaxon 2 x 500mg Metronidazole 3x110 mg Ondansentron 1 mg k.p Ceftriaxon 2 x 1 gram Po L-bio 1x1 sach Po zinc syrup 2x2,5 cc

VI.

PROGNOSIS Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam

28

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien mengeluh BAB cair sejak kemarin. Buang air besar sebanyak 8 kali, jumlah setiap kali buang air besar ¼½ gelas aqua, konsistensi cair, berwarna kekuningan, disertai dengan adanya ampas, tidak disertai adanya darah maupun lender, bau amis tidak ada. Keluhan BAB cair tersebut disertai muntah setiap habis makan dan minum susu. Muntah sebanyak 6 kali, sebanyak ± ½ aqua gelas, berisi sisa makanan dan atau minuman. Ibu mengaku anak buang air kecilnya sedikit di popok dan berwarna kuning tua. Anak juga nampak kehausan dan ingin selalu minum

Berdasarkan keluhan ini, maka mencret pada

pasien dapat didefinisikan sebagai Diare akut yaitu buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1 Berdasarkan patogenesisnya, jika diare akibat rotavirus maka mekanisme diare yang terjadi adalah diare sekretorik dimana toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. 2,3

29

Tabel 1 Tanda dehidrasi dan pengobatannya

Pada pemeriksaan fisik, tanda vital pasien masih normal, tetapi mata pasien nampak cekung saat di IGD sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien mengalami Dehidrasi Ringan Sedang dan mendapat rencana Terapi B, sesuai dengan tabel diatas. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada diare cair akut, yaitu;1,4

30

- Pemeriksaan tinja, tetapi tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja : -- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau -- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri Pada pemeriksaan kimia darah yaitu pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3). Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Terdapat 5 pilar tatalaksana diare yag disebut lintas diare yaitu; (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi.1,2 Pada pasien tanpa dehidrasi pilihan terapi yaitu cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus). 1,2 Pada pasien dengan dehidrasi ringan-sedang seperti pada pasien ini terapi yang diberikan cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan 31

bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala. 1,2,3 -- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari -- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari -- Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua. Pada pasien dengan dehidrasi berat diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100mL/kgBB dengan cara pemberian: 1,2 -Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam berikutnya -Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya -Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi -Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM PGD) -Hipernatremia (Na >155 mEq/L) Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak 32

-Hiponatremia (Na <130 mEq/L) Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb: Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat badan; diberikan dalam 24 jam -Hiperkalemia (K >5 mEq/L) Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0.5-1 ml/ kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. Untuk pemberian medikamentosa dapat dilihat PPM Nefrologi. -Hipokalemia (K <3,5 mEq/L) Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium. -- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari dibagi 3 dosis -- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis: -- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama -- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena

memiliki

evidence

based

yang

bagus.

Beberapa

penelitian

telah

membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih 33

lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc termasuk mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.1,5 Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negaranegara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yan rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

34

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.1,4

DAFTAR PUSTAKA

1. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal 73-103 2. Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS, Miller MA, Glass RI. Global illnes and death caused by rotavirus disease in children. Emerging Infection Disease. 2006; 9:565-572. 3. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2004 :1272-6. 4. Ditjen PPM dan PLP, 1999, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal 24-25 5. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

35

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab Cair.docx
May 2020 19
Asam Jengkolat.docx
May 2020 22
Alamat Tujuan.docx
May 2020 19
Surat Permohonan Ruangan
October 2019 30
Data Tani
October 2019 34
Biaya Pengeluaran
October 2019 50