LAPORAN PENDAHULUAN
gm
BAB 4 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1.
PENGERTIAN UMUM RUANG TERBUKA HIJAU
4.1.1. Urgensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “ruang” didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Kegiatan manusia dan mahkluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan.
Disadari bahwa ketersediaan ruang itu sendiri tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Pengertian ruang yang demikian ini menurut M Danisworo : mendorong pergeseran arti dari place (yang cenderung dua dimensi) menjadi space (yang bermakna tiga dimensi). Ruang publik PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-1 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah kota yang senantiasa berkembang. Ruang publik menjadi salah satu unsur terpenting dalam struktur ruang suatu kota seiring dengan proses pertumbuhannya sebagai hasil interaksi keheterogenitasan budaya yang hidup di dalamnya. Heterogenitas ini mendorong perwujudan ciri atau karakteristik yang khas dimana setiap individu yang berbeda memiliki posisi yang sama penting dalam menentukan arah kebijakan bersama. Dalam konteks ini, ruang publik berfungsi sebagai tempat pertemuan antara individu dengan masyarakat sekitarnya, antara pemerintah dengan warga, antara penduduk setempat dengan pendatang. Semua peristiwa tersebut menjadi jiwa yang mampu mengakrabkan berbagai kepentingan individu dalam sebuah komunitas kota. Ciri inilah yang menjadi pembeda utama antara kota (urban) dan desa (rural) yang secara esensial budaya yang berkembang lebih bersifat homogen. Homogenitas ini dipresentasikan dalam wujud komunal dan bukan individual, serta keterikatan oleh tali persaudaraan yang masih kuat. Bahkan Aristoteles menyatakan bahwa kota terbentuk dari berbagai macam kelompok manusia, dan kelompok manusia yang sama tidak dapat mewujudkan eksistensi sebuah kota. Menilik fungsi pemanfaatan ruang terbuka pada kota-kota klasik, secara umum dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka pada sebuah kota berfungsi sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, baik untuk kepentingan keagamaan, perdagangan maupun membangun sebuah kepemerintahan, serta menyampaikan aspirasi warga kotanya. Sementara itu, bila disimak kota-kota tua yang bersandar pada agama, ruang publik untuk ritual dibedakan dengan ruang kota secara umum. Sedangkan kota-kota lainnya, ruang publik (termasuk ruang terbuka) disamping fungsi tradisionalnya sebagai tempat pertemuan, juga digunakan sebagai identitas atau tanda pengenal sebuah kota. Tidak heran bila banyak kota yang memanfaatkan ruang publik sebagai simbol sekaligus pusat interaksi sosialnya, seperti upaya membangun pusat-pusat kebudayaan, taman kota, plaza ataupun monumen. Perkembangan kota-kota modern makin memperluas fungsi dan peran ruang publik. Jika sebelumnya ruang publik selalu diandaikan / diidentikkan sebagai ruang terbuka, maka kini ruang publik selain bermakna kultural, sekaligus juga bermakna politis. Seiring dengan proses perkembangannya, sebuah kota tidak pernah selesai dalam menampilkan eksistensinya. Wajah dan tatanan kehidupan di dalamnya selalu berproses melalui interaksi antar berbagai kepentingan yang ada. Upaya mengalokasikan aktivitas yang menjalankan denyut nadi perekonomian suatu kota akan terus berkembang secara kreatif. Oleh karenanya, upaya penentuan peruntukan lahan kota dengan sistem zoning yang ketat dalam kurun waktu yang PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-2 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
sangat lama, tidak dapat diterapkan dengan mudah. Bahkan apabila dipaksakan, dapat menyebabkan sebuah kota kehilangan eksistensinya yang pada gilirannya juga akan menurunkan kualitas kehidupan kota di dalamnya. 4.1.2. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) A. Pengertian RTH Kota dan RTH Publik Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau di klasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Riswandi, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
Ruang
terbuka
hijau
adalah
area
memanjang/jalur
dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhtumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemanfaatan RTHKP publik dikelola oleh Pemerintah
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-3 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
Daerah dengan melibatkan para pelaku pembangunan. RTHKP publik tidak dapat dialihfungsikan. Pemanfaatan RTHKP publik dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga ataupun antar pemerintah daerah. B. Peran dan Fungsi RTH Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi : a.
Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;
b.
Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;
c.
Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain;
d.
Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik dan psikis’. Dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Fungsi RTHKP adalah sebagai berikut: a.
Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
b.
Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-4 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
c.
Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
d.
Pengendali tata air; dan
e.
Sarana estetika kota.
C. Manfaat RTH Manfaat RTH secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis, atau kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi. Secara langsung, manfaat RTH adalah berupa bahan-bahan yang untuk dijual dan kenyamanan fisik.Sedangkan RTH yang manfaatnya tidak langsung adalah bermanfaat dalam perlindungan tata air dan konservasi hayati/untuk keanekaragaman hayati. Selain itu, RTH dapat bermanfaat bagi kesehatan dan ameliorasi iklim (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008). Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, manfaat RTHKP adalah sebagai berikut : a.
Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
b.
Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
c.
Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial;
d.
Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
e.
Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
f.
Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
g.
Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
h.
Memperbaiki iklim mikro; dan
i.
Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
D. Tipologi RTH Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (2008) pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-5 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008)
Gambar 4.1. Tipologi RTH Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Tabel 4.1 Kepemilikan RTH No 1
2
Jenis RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal b. Halaman perkantoran, pertokoan dan tempat usaha c. Taman atap bangunan RTH Taman dan Hutan Kota
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
RTH Publik
RTH Privat V V V
4-6 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
3
4
a. Taman RT b. Taman RW c. Taman Kelurahan d. Taman kecamatan e. Taman kota f. Hutan kota g. Sabuk hijau (green belt) RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau jalan dan media jalan b. Jalur pejalan kaki c. Ruang di bawah jalan layang RTH Fungsi tertentu
V V V V V V V
V V V V
V V V
V V
a. b. c. d. e. f.
V V V V V V
RTH sempadan rel kereta api Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi RTH sempadan sungai RTH sempadan pantai RH pengamanan sumber air baku/mata air pemakaman
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2008
Status
kepemilikan
RTH
dapat
berupa
RTH
publik
yang
penyedia
dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH privat atau non-publik yang penyedia dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota. E. Jenis-Jenis RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, jenis RTHKP meliputi: a.
Taman kota Taman kota merupakan ruang didalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan. Pembangunan taman dibeberapa lokasi akan menciptakan kondisi kota yang indah, sejuk, dan nyaman serta menunjukkan citra kota yang baik.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-7 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
b.
Taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan ini dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (Ditjenphka, 2010).
c.
Taman rekreasi Taman rekreasi merupakan tempat rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Kegiatan yang cukup aktif seperti piknik, olah raga, permainan, dan sebagainya melalui penyediaan sarana-sarana permainan.
d.
Taman lingkungan perumahan dan permukiman Taman lingkungan perumahan dan permukiman merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang meliputi populasi terbatas/masyarakat sekitar. Taman lingkungan ini terletak disekitar daerah permukiman dan perumahan untuk menampung kegiatan-kegiatan warganya. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan kenyamanan lingkungan.
e.
Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan terbatas yang meliputi populasi terbatas/pengunjung. Taman ini terletak di beberapa kawasan institusi, misalnya pendidikan dan kantor-kantor. Institusi tersebut membutuhkan ruang terbuka hijau pekarangan untuk tempat upacara, olah raga,
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-8 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
area parkir, sirkulasi udara, keindahan dan kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja. f.
Taman hutan raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjenphka, 2010).
g.
Hutan kota Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan
lingkungan
sehat,
suasana
nyaman,
sejuk,
dan
estetis.
Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. h.
Hutan lindung Hutan lindung/mangrove merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Selain itu, hutan lindung/mangrove adalah sebidang RTH di kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung dengan kegiatan sangat ketat dan hati-hati, habitat satwa liar, penyangga lingkungan, dengan radius pelayanan untuk seluruh warga, luas areal sepanjang lahan tersedia, dilengkapi sarana dan fasilitas standar jalan setapak.
i.
Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah RTH bentang alam adalah ruang terbuka yang tidak dibatasi oleh suatu bangunan dan berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; tempat
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-9 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota. j.
Cagar alam Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sesuai fungsinya, kawasan cagar alam ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya (Ditjenphka, 2010).
k.
Kebun raya Kebun raya adalah suatu area kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan terutama untuk keperluan penelitian. Selain itu, kebun raya juga digunakan sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Dua buah bagian utama dari sebuah kebun raya adalah perpustakaan dan herbarium yang memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan untuk keperluan pendidikan dan dokumentasi (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010).
l.
Kebun binatang Kebun binatang adalah tempat dimana hewan dipelihara dalam lingkungan buatan serta dipertunjukkan kepada publik. Selain menyuguhkan atraksi kepada pengunjung dan memiliki berbagai fasilitas rekreasi, kebun binatang juga mengadakan
program-program
pembiakan,
penelitian,
konservasi,
dan
pendidikan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010) m. Pemakaman umum Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga memiliki fungsi lainnya seperti cadangan ruang terbuka hijau, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya
ditanami
berbagai
jenis
tumbuhan.
RTH
pemakaman
perlu
dikembangkan untuk mendukung kebutuhan akan lahan RTH yang semakin menyempit dan langka di wilayah perkotaan. Lahan pemakaman umum perlu ditata dengan baik untuk mencapai tujuannya sebagai daerah resapan air dan PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-10 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
paru-paru kota. Ketersediaan sarana penunjang (jalan, tempat sampah, lampu taman, areal parkir, dan lainnya) di lokasi pemakaman juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sehingga areal pemakaman tidak lagi berkesan menakutkan. n.
Lapangan olah raga Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai aktifitas olahraga seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta saranasarana penunjangnya. Fungsi lapangan olahraga adalah sebagai wadah olahraga, tempat bermain, pertemuan, sarana interaksi dan sosialisasi, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya.
o.
Lapangan upacara Lapangan upacara merupakan lapangan yang dibangun untuk kegiatan upacara. Umumnya kegiatan ini dilakukan di halaman perkantoran yang cukup luas dan lapangan olah raga.
p.
Parkir terbuka Area parkir merupakan unsur pendukung sistem sirkulasi kota yang dapat menambah kualitas visual lingkungan. Lahan parkir terbuka yang ada di perkantoran, hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan lainnya hendaknya ditanami dengan pepohonan agar tercipta lingkungan yang sejuk dan nyaman.
q.
Lahan pertanian perkotaan Pertanian kota adalah kegiatan penanaman, pengolahan, dan distribusi pangan di wilayah perkotaan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010). Kegiatan ini tentunya membutuhkan lahan yang cukup luas.Oleh karena itu, lahan ini biasanya jarang ditemui di wilayah perkotaan yang cenderung memiliki lahan yang sudah terbangun. Hasil pertanian kota ini menyumbangkan jaminan dan keamanan pangan yaitu meningkatkan jumlah ketersediaan pangan masyarakat kota serta menyediakan sayuran dan buahbuahan segar bagi masyarakat kota. Selain itu, pertanian kota juga dapat menghasilkan tanaman hias dan menjadikan lahanlahan terbengkalai kota menjadi indah. Dengan pemberdayaan masyarakat penggarap maka pertanian kota pun menjadi sarana pembangunan modal sosial.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-11 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
r.
Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) adalah sistem penyaluran listrik yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusatpusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien.Daerah sekitarnya hendaklah tidak dijadikan daerah terbangun, tapi dijadikan RTH jalur hijau.RTH ini berfungsi sebagai pengamanan, pengendalian jaringan listrik tegangan tinggi, dan mempermudah dalam melakukan perawatan instalasi.
s.
Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa Sempadan adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari sungai, danau, waduk, situ, pantai, dan mata air atau bahkan kawasan limitasi terhadap penggunaan lahan disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran sungai, dan dikembangkan sebagai area penghijauan. Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan di sekeliling waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau/situ.
t.
Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masingmasing arah yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas.
u.
Kawasan dan jalur hijau Kawasan adalah suatu area yang dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu di wilayah perkotaan dan memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.Ruang terbuka hijau kawasan berbentuk suatu areal dan non-linear dan ruang terbuka hijau jalur memiliki bentuk koridor dan linear. Jenis RTH berbentuk areal yaitu hutan (hutan kota, hutan lindung, dan hutan rekreasi), taman, lapangan olah
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-12 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
raga, kebun raya, kebun pembibitan, kawasan fungsional (perdagangan, industri, permukiman, pertanian), kawasan khusus (hankam, perlindungan tata air, dan plasma nutfah). Sedangkan RTH berbentuk jalur yaitu koridor sungai, sempadan danau, sempadan pantai, tepi jalur jalan, tepi jalur kereta, dan sabuk hijau. v.
Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah atau lebih untuk beberapa alasan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010).Salah satu jenis daerah penyangga adalah daerah penyangga lapangan udara.Daerah penyangga ini berfungsi untuk peredam kebisingan, melindungi lingkungan, menjaga area permukiman dan komersial di sekitarnya apabila terjadi bencana, dan lainnya.
w. Taman atap (roof garden) Taman atap adalah taman yang memanfaatkan atap atau teras rumah atau gedung
sebagai
lokasi
taman.
Taman
ini
berfungsi
untuk
membuat
pemandangan lebih asri, teduh, sebagai insulator panas, menyerap gas polutan, mencegah radiasi ultraviolet dari matahari langsung masuk ke dalam rumah, dan meredam kebisingan. Taman atap ini juga mampu mendinginkan bangunan dan ruangan
dibawahnya
sehingga
bisa
lebih
menghemat
energi
seperti
pengurangan pemakaian AC. Tanaman yang sesuai adalah tanaman yang tidak terlalu besar dengan sistem perakaran yang mampu tumbuh pada lahan terbatas, tahan hembusan angin, dan tidak memerlukan banyak air.
F. Alokasi dan Standar Kebutuhan RTH Alokasi dan Standar Kebutuhan RTHK menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi kedalam beberapa unit lingkungan. Tabel 4.2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk No 1 2 3 4
Unit Lingkungan 250 jiwa 2.500 jiwa 30.000 jiwa 120.0 jiwa
Tipe RTH Taman RT Taman RW Taman Kelurahan Taman Kecamatan Pemakaman
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
Luas Minimal/Unit (m2) 250 1.250 9.000 24.000 Disesuaikan
Luas Minimal/ Kapita (m2) 1,0 0,5 0,3 0,2 1,2
4-13 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Unit Lingkungan
Tipe RTH
Luas Minimal/Unit (m2) 5 480.000 jiwa Taman Kota 144.000 Hutan Kota Disesuaikan Untuk fungsi – fungsi tertentu Disesuaikan Sumber : Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum 2008
Luas Minimal/ Kapita (m2) 0,3 4,0 12,5
Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Kawasan Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH Kawasan Perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa RTH terdiri dari RTH Publik dan Privat. RTH Privat paling sedikit 10 % dari luas wilayah dan RTH publik terdiri dari 20% dari luas wilayah. Sedangkan berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan kriteria RTH kota, yaitu lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2, berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur atau kombinasi dari bentuk satu bentuk hamparan dan jalur dan didominasi komunitas tumbuhan.
4.2.
LANDASAN TEORI URBAN DESIGN a.
Building Civil Community /Civil Society
b.
Penanganan Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kota Hijau
c.
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
d.
Prinsip – Prinsip Model Pengelolaan Hutan Kota
e.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
f.
Pembangunan Green Belt Di Sekitar Waduk, Sungai Dan Lingkungan Permukiman Dalam Kota Hijau
g.
Kota Hijau Dan Infrastruktur
h.
Penataan Ruang Hijau Di Kawasan Permukiman Sekitar Waduk/Sungai Kota
i.
Struktur Kota ( Urban Structure )
Struktur kawasan kota hijau adalah suatu konsepsi spasial yang merupakan kerangka dan menjadi determinan dari pola / pattern dan karakter permukiman kota hijau. Peran dan Fungsi Peran dan fungsi urban structure merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan kota pada suatu struktur kota yang mencetak pola-pola / pattern kota hijau/green city pattern. Klasifikasi peran dan fungsi Urban structure: 1.
Konsepsi Sirkuit Adalah arus pergerakan pada kerangka kerja dari suatu kawasan kota yang menimbulkan persepsi fisik sebagai sirkuit. Sirkuit memiliki strata yang
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-14 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
menggambarkan intensitas moda, sehingga secara fisik hirarki dan titik simpul pergerakan dapat diidentifikasi. Melalui hirarki dan intensitas moda dapat diamati kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan dari suatu kawasan kota hijau. 2.
Struktur Kontrol Peran urban structure sebagai struktur kontrol lebih mengenai pada aspek fungsi sosial dan urban structure tidak lepas dari jaringan kerja yang dibentuk oleh kegiatan kota. Kegiatan ini membentuk arus pergerakan yang menghubungkan antara pusat kegiatan yang berbentuk pusat pertumbuhan dengan pusat kegiatan lain dalam suatu kota hijau.
3.
Bentuk Urban Structure Kategori pembentukan struktur kota hijau pada dasarnya dapat dilihat melalui 2 sisi : a. Dari Sisi Fisikal Terdiri dari pola sebagai berikut : Skeleton Frame Work Network Kawasan Hirarki b. Dari Sisi Non Fisikal Bentuk struktur kawasan ini lebih bersifat simbolik dan merupakan konsepsi yang memberikan kesan kuat sebagai kerangka kawasan hijau.
4.
Skeleton of Urbanism Skeleton of urbanism menampilkan konsepsi perencanaan yang disamping mengikuti rencana tata ruang akan tetapi juga berkemungkinan “memberi kerangka” pada perencanaan tata ruang atau membentuk struktur tata hijau kota yang bisa menjadi landasan bagi perencanaan tata ruang. Skeleton of urbanism pada dasarnya berusaha menstrukturalisasikan ruang kota melalui desain dengan formasi lansekap terutama pohon - pohon. Morfologi struktur terkonfigurasi dan terbentuk akan berperan sebagai basic structuring function yang akan mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan kota. Skeleton of urbanism juga berfungsi sebagai penguat struktur kota hijau. Menjadi elemen penguat figur ruang terbuka. Mengkoneksi elemen - elemen urban design dan menyangga ruang kota. Menetapkan ruang - ruang yang terbentuk menjadi tidak mudah berubah.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-15 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
5.
Figure Ground Plan Figure ground plan adalah suatu peta “black and white” yang memperlihatkan dan menjelaskan suatu komposisi
yang menarik antara solid (Black), Void
(White) serta internal void (white) di dalam suatu kota hijau. Mencetak karakteristik kawasan yang bersangkutan. Solid adalah suatu elemen (biasanya bangunan) yang merupakan unsur masive yang memiliki nilai fungsi sebagai wadah aktivitas manusia. Memberikan suatu kehadiran massa dan volume obyek pada jalan dan tapak. Void adalah ruang terbuka dalam lingkup suatu kawasan permukiman Internal Void, adalah ruang terbuka dalam lingkup suatu bangunan. Kualitas internal void ini dapat dipengaruhi oleh konfigurasi bangunan serta keunikan dari fasade-fasade interior bangunan yang melingkupinya. Internal void ini merupakan private domain. External Void, adalah ruang terbuka diluar lingkup suatu bangunan. Kualitas space yang ditimbulkan dipengaruhi oleh fasade dari bangunan yang melingkunginya. Melalui figure ground kota hijau dapat diketahui konfigurasi solid dan void yang merupakan sifat elemental kawasan/pattern kota hijau. 6.
Visual Symbolic Connection Visual Connection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara satu bangunan dengan bangunan lain, jalan dan ruang dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu pada kawasan tersebut. Lebih mencakup ke non visual atau ke hal yang lebih bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapatmemberikan kesan kuat antara lain dari kerangka kawasan/kota hijau. Melalui strategi ini, tekstur kota hijau atau matriks dasar dari material kota hijau yakni kombinasi pola jalan, ruang terbuka, blok bangunan (bervariasi dalam kontinyuitas tatanan typological dapat dalam bentuk grid ataupun acak) akan lebih terformasi secara visual dan konseptual. Bila koneksikoneksi visual konseptual sudah terdefinisikan, maka variabel dari tekstur menentukan derajat keteraturan, proporsi solid dan void dan kepadatan kawasan akan dapat dikendalikan secara lebih konseptual pula. Melalui taktik koneksi dari urban design ini maka diperoleh : Interpenetrasi kawasan. Overlapping dari sudut dan pola kawasan untuk membangun relasi majemuk. Kontinuitas tekstur
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-16 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
Strukturalisasi ruang kota hijau dengan urban design landscape melalui pembentukan Pattern of Urbanism/Green City. Sumbu-sumbu atau aksis konseptual dan hubungan konseptual/Iantar elemen kota hijau/ struktur kota hijau. 7.
Typological And Morphological Analysis Merupakan analisa morfologi dan tipologi dari bangunan dan urban structure. Zoning dari suatu kota menurut Leon Krier, menghasilkan distribusi acak dari bangunan private maupun publik, maka ruang kota terbagi dalam 3 kategori yang harus dicermati, yaitu : Blok kota sebagai hasil daripada sebuah pola dari jalan dan square Pola jalan dan square sebagai hasil daripada penempatan blok Jalan dan square adalah type formal yang terencana Morfologi struktur merupakan konfigurasi merupakan basic structuring function yang tidak lepas dari perkembangan dan pertumbuhan. Konotasi tersebut meliputi hal yang menjadikannya spesifikasi, seperti: ukuran khusus / dimensi khusus, konfigurasi khusus dan posisi yang khusus pula. Berikut merupakan pemikiran teori placemenurut Trancik (1986), adalah perpaduan antara manusia, budaya, sejarah serta lingkungan alam. Inti teori ini adalah perubahan dari bentuk fisik dari space yang telah berintegrasi dengan karakter budaya dan manusia. Juga mempunyai pemahaman karakteristik nilainilai sosial budaya, menambahkan komponen kebutuhan manusia, konteks budaya, sejarah serta alam. Sedangkan menurut Schulz (1988), untuk memahami suatu tempat (place) yang dibentuk sebagai wadah kebutuhan manusia maka terdapat 3 komponen struktural pembentuknya yaitu morfologi, menyangkut kualitas spatial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan tipe lainnya; tipologi, lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenal bagianbagian arsitektur; dan topologi, menyangkut tatanan social (social order) dan pengorganisasian ruang (spatial organization) dalam hal menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat (place) yang abstrak. Seiring dengan ini Cullen, 1961, mengemukakan teori tentang perwujudan ruang fisik akan menimbulkan efek psikologis bagi pemakainya, sedangkan place merupakan hasil leburan fisik bangunan dengan kegiatan penduduknya (non fisik), yang telah membentuk suatu lingkungan tempat tinggal dengan kehidupan
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-17 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
ritualnva sehari-hari dan tidak akan terjadi di tempat lain, kehidupannya menciptakan validitas lingkungannya, sedang artefak dan perubahannya adalah hasil pengendapan yang berlangsung secara terus-menerus terhadap ruang dan waktu. Eiseman dalam Rosi (1982) dalam Siswanto (1995) adalah seorang arsitek yang memiliki pemandangan menarik perihal tempat karena olehnya place didefinisikan sebagai locus solus. Buat Rosi, kota adalah amalgam dari artefak formal produk dari berbagai individu. Jadi kota adalah sekaligus produk kolektif dan dirancang untuk kolektif. Dengan demikian konsep sentral dari pengertian ini adalah bahwa arsitek merupakan subyek kolektif. Locus adalah komponen dari artefak individual, yang ditentukan oleh ruang, topografi, bentuk, dan sebagai tapak suksesi baik peristiwa lama maupun mutakhir. Kota adalah teater peristiwa manusia; tidak sekedar representasi tetapi realitas. Ia menyerap kejadian dan rasa. Dan setiap kejadian baru mengandung di dalamnya memori masa lalu dan potensi memori masa depan. Dengan demikian, locus selain sebagai tapak yang menampung berbagai peristiwa, ia juga membangun dirinya sebagai peristiwa. Dalam pengertian ini, arsitektur perkotaan menjadi tempat dengan karakteristik yang unik, atau Locus Solus. Kajian teori di atas memiliki pemikiran yang searah mengenai pemahaman place dalam sebuah kota warisan budaya. Ruang kota warisan budaya bukan saja sekedar sebagai space tetapi lebih bermakna sebagai place, artinya wujud kebudayaan fisik bermorfologi urban heritage memiliki roh, makna dan karakter. Tatanan sosial dan budaya pun turut memberi dimensi makna kehidupan dalam ruang perkotaan. Makna ruang bagi kota warisan budaya (khususnya natural heritage) merupakan bentuk pelestarian dalam menjaga keseimbangan karya budaya sebagai suatu place yang
memiliki keseimbangan roh, makna dan
karakter. Topologi melalui tatanan sosial dan budaya pun turut memberi dimensi makna dalam tata ruang. 8.
RTH Publiki/Ruang Terbuka (Open Space) Pada open space atau ruang terbuka peran keberadaannya ditentukan oleh bangunan-bangunan yang melingkupinya, sehingga terbentuk Urban Space (ruang kota). Kualitas bangunan yang melingkupinya berpengaruh terhadap kualitas space tersebut. Peran sosial dalam urban space dapat dipengaruhi oleh elemen-elemen fisik arsitektur yang bisa dikategorikan dari dua sudut pandang yaitu : Public Domain, makna dan tujuan akhir urban design adalah menciptakan Dunia Public atau Public Domain yang berkualitas buat kemanusiaan. Dalam
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-18 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
konteks urban design, public domain menjadi ruang publik atau ruang milik rakyat. Dunia publik mencakup dua aspek : Ruang publik sebagai konstruk si formal dan fisik Ruang publik sebagai institusi publik yang terbangun dari konstruksi ekonomi dan politik. Menurut Hannah Arendt, public Par Excellence adalah dunia politikal, oleh karena itu dunia publik adalah dunia yang digunakan bersama (Common Shared) oleh warga masyarakat untuk bertemu dan menggunakan ruang kota pada teritorial tertentu, dalam sebuah suasana kebebasan (freedom) dan kesamaan derajat (equality). Didalam public, berlangsung berbagai mode asosiasi dan forum opini publik. Ruang publik pada dasarnya adalah ruang (room) bagi representasi kepentingan masyarakat. 9.
Private Domain Private Domain adalah open space yang terdapat pada lahan milik perorangan ataupun space terbuka yang merupakan bagian dari suatu bangunan.
10. Public Park / Public Open Space Ruang publik adalah ruang eksterior kota yang digenerasikan oleh bangunan. Dunia publik mencakup dua aspek : Ruang publik sebagai konstruksi formal dan fisik dan ruang publik sebagai institusi publik yang terbangun dari konstruksi ekonomi dan politik. Ruang publik menjadi penting karena memiliki ciri sebagai dunia publik. 11. The Structure Of Space/ The Figure Of Space Teori ini menyatakan bahwa konsepsi urban design dari sistem pola struktur ruang dasarnya adalah penciptaan jalan (street) dan ruang terbuka (open space) seolah-olah dari cungkilan (carving out) dari sebuah masa yang sebelumnya solid. Oleh karena ruang dibentuk langsung dari dalam konfigurasi bangunan. Imaji dan satuan fisikal semacam ini dapat disaksikan pada umumnya Urban Design Kota Lama. Proses pertumbuhan kota semacam ini tentu saja diawali dengan pembangunan beberapa bangunan. Namun pada evolusi selanjutnya yang menjadi semakin kompleks sebagai akibat logis dari tradisi yang masih homogen, aglomerasi ekonomi, kohesi sosial dan keamanan pertumbuhan in fill dimana modern cenderung merusak the structure of space yang ada.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-19 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
12. Eco Design Eco design ditujukan untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan, menjaga keseimbangan ekosistem dan sistem ekologis lingkungan. Didasarkan pada environmental assesment yang dipergunakan sebagai desain determinant dalam planning dan desain. Disini dalam setiap pengembangan kota diharapkan untuk dapat menghargai topografi, drainase alam, ciri khas tapak, pohon, angin (wind) dan lain - lain sebelum mengintervensi site. Pohon - pohon yang berkualitas harus dikonservasi dan intervensi bangunan lebih bersifat infill.
4.3.
METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
Berikut ini adalah kerangka piker pelaksanaan pekerjaan. Gambar 4.1 Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan PERSIAPAN
KOMPILASI DATA PENGUMPULAN DATA PRIMER PENGUMPULAN DATA SEKUNDER OBSERVASI LAPANGAN/KONDISI , 1. Standart Pedoman Ketentuan PENDATAAN & IDENTIFIKASI KAWASAN 2. Peraturan/ Kebijakan 1. Peta 2. Foto 3. Identifikasi eksisting ANALISA KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN
Analisis Lokasi Prioritas RTH (3 lokasi prioritas)
Gambaran kondisi eksisting site Gambaran kondisi site terhadap lingkungan Koordinat lokasi Luasan lahan Peta kontur Analisa potensi, aksesibilitas lahan, kedekatan dengan pusat kegiatan masyarakat dan pusat kota Peta vegetasi eksisting Kepemilikan lahan
PENILAIAN DAN PEMILIHAN SATU LOKASI RTH Analisis SWOT Pembobotan
PENYUSUNAN DED RTH TERPILIH
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-20 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
LANGKAH I I. Persiapan Terbagi atas lingkup kerja: Persiapan Mobilisasi Persobil Pemahaman KAK Koordinasi awal dengan Pihak Satker Pemantapan Lokasi : Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “ruang” didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Kegiatan manusia dan mahkluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan. Disadari bahwa ketersediaan ruang itu sendiri tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Pengertian ruang yang demikian ini menurut M Danisworo : mendorong pergeseran arti dari place (yang cenderung dua dimensi) menjadi space (yang bermakna tiga dimensi). Ruang publik merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah kota yang senantiasa berkembang. Ruang publik menjadi salah satu unsur terpenting dalam struktur ruang suatu kota seiring dengan proses pertumbuhannya sebagai hasil interaksi keheterogenitasan budaya yang hidup di dalamnya. Heterogenitas ini mendorong perwujudan ciri atau karakteristik yang khas dimana setiap individu yang berbeda memiliki posisi yang sama penting dalam menentukan arah kebijakan bersama. Dalam konteks ini, ruang publik berfungsi sebagai tempat pertemuan antara individu dengan masyarakat sekitarnya, antara pemerintah dengan warga, antara penduduk setempat dengan pendatang. Semua peristiwa tersebut mejadi jiwa yang mampu mengakrabkan berbagai kepentingan individu dalam sebuah komunitas kota. Ciri inilah yang menjadi pembeda utama antara kota (urban) dan desa (rural) yang secara esensial budaya yang berkembang lebih bersifat homogen. Homogenitas ini dipresentasikan dalam wujud komunal dan bukan individual, serta keterikatan oleh tali persaudaraan yang masih kuat. Bahkan Aristoteles menyatakan bahwa kota terbentuk dari berbagai macam kelompok manusia, dan kelompok manusia yang sama tidak dapat mewujudkan eksistensi PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-21 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
sebuah kota. Menilik fungsi pemanfaatan ruang terbuka pada kota-kota klasik, secara umum dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka pada sebuah kota berfungsi sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, baik untuk kepentingan keagamaan, perdagangan maupun membangun sebuah kepemerintahan, serta menyampaikan aspirasi warga kotanya. Sementara itu, bila disimak kota-kota tua yang bersandar pada agama, ruang publik untuk ritual dibedakan dengan ruang kota secara umum. Sedangkan kota-kota lainnya, ruang publik (termasuk ruang terbuka) disamping fungsi tradisionalnya sebagai tempat pertemuan, juga digunakan sebagai identitas atau tanda pengenal sebuah kota. Tidak heran bila banyak kota yang memanfaatkan ruang publik sebagai simbol sekaligus pusat interaksi sosialnya, seperti upaya membangun pusat-pusat kebudayaan, taman kota, plaza ataupun monumen. Perkembangan kota-kota modern makin memperluas fungsi dan peran ruang publik.Jika sebelumnya ruang publik selalu diandaikan / diindetikkan sebagai ruang terbuka, maka kini ruang publik selain bermakna kultural, sekaligus juga bermakna politis. Seiring dengan proses perkembangannya, sebuah kota tidak pernah selesai dalam menampilkan eksistensinya. Wajah dan tatanan kehidupan di dalamnya selalu berproses melalui interaksi antar berbagai kepentingan yang ada. Upaya mengalokasikan aktivitas yang menjalankan denyut nadi perekonomian suatu kota akan terus berkembang secara kreatif. 1. DASAR HUKUM DAN LANDASAN KERJA 1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air; 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 5. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-22 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindah tanganan Barang Milik Negara 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; 14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum; 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri; 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2012 tentang Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun 2012-2020 Kementerian Pekerjaan Umum; 17. Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2013 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi; 18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; 19. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
UmumNomor
3/PRT/M/2014
tentang
Pedoman
Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan; 20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau, dan; 21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5/PRT/M/2015 tentang
Pedoman
Umum
Implementasi
Konstruksi
Berkelanjutan
pada
Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-23 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
LANGKAH II II. Kompilasi Data Terbagi atas lingkup kerja: 1. Pendataan dan Review Data Sekunder, mencakup: - Dasar Hukum - Kebijakan Terkait Tata Ruang Kota - Data Sekunder Terkait 2. Survei dan Pendataan Data Primer - Survey lokasi RTH di kawasan perkotaan Batang - Pemetaan Tanaman Eksisting menghasilkan Laporan dan Peta Tegakan Tanaman 3. Review dan Analisis terhadap : P2KH Kabupaten Batang a)
Tematik Kawasan
Gambar : Tanaman-tanaman tematik
a)
Morfologi Dan Tipologi Lansekap Dan Arsitektur Yang Figuratif Morfologi dan tipologi lansekap dan arsitektur dilihat dari perimeter block, fasade, gaya bangunan, material, dan warna.
b) Greening Jenis Vegetasi Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal (Dahlan et.al., 1990) a. Tanaman kemampuan sedang-tinggi: Damar (Agathis alba), Mahoni (Swietenia
microphylla
dan
S.
macrophylla),
Jamuju
(Podocarpus
imbricatus), Pala (Myristica fragrans), Asam Landi (Pithecelebium dulce), dan Johar (Cassia siamea) PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-24 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Tanaman berkemampuan sedang-rendah : Glodogan (Polyalthea longifolia), Keben (Baringtonia asiatica), dan Tanjung (Mimusops elengi). c. Tanaman kemampuan rendah: Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dan Kesumba (Bixa orellana). Penyerap (absorbsi) dan Penjerap (adsorbsi) Debu Semen (Irawati, 1990 ) Mahoni
(Swietenia
macrophylla),
Bisbul
(Diospyros
discolor),
Tanjung
(Mimusops elengi), Kenari (Canarium commune), Meranti Merah (Shorea leprosula), Kirai Payung (Filicium decipiens), Kayu Hitam (Diospyros celebica), Duwet/Jamblang (Eugenia cuminii), Medang Lilin (Litsea roxburghii), dan Sempur (Dillenia ovata). Peredam Kebisingan Jenis pohon yang paling efektif meredam suara ialah yang bertajuk tebal, Penyerap gas karbon dioksida (CO2) dan Penghasil oksigen (O2): Damar (Agathis alba), Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Lamtoro Gung (Leucena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis), dan Beringin (Ficus benyamina) Penyerap bau:
tanaman berbunga atau berdaun harum, seperti Cempaka
(Michelia champaka), Pandan (Pandanus sp.), kemuning (Murraya paniculata) atau tanjung (Mimusops elengi). Penyerap genangan: Nangka (Artocarpus integra), Albazia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp., Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea saman), dan Lamtoro Gung (Leucena glauca). IntrusiAir : Jenis-jenis tanaman Ketapang (Terminalia catappa), Nyamplung (Callophyllum innophyllum), dan Keben (Barringtonia asiatica), Asam Lindi Pelestarian Air Tanah jenis Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Karet (Ficus elastica), Hevea brasiliensis, Manggis (Garcinia mangostana), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragans, dan Kelapa (Cocos nucifera). (Michelia champaka), Pandan (Pandanus sp.), kemuning (Murraya paniculata) atau tanjung (Mimusops elengi). Penyerap genangan: Nangka (Artocarpus integra), Albazia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp., Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea saman), dan Lamtoro Gung (Leucena glauca).
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-25 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
IntrusiAir : Jenis-jenis tanaman Ketapang (Terminalia catappa), Nyamplung (Callophyllum innophyllum), dan Keben (Barringtonia asiatica), Asam Lindi Pelestarian Air Tanah jenis Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Karet (Ficus elastica), Hevea brasiliensis, Manggis (Garcinia mangostana), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragans, dan Kelapa (Cocos nucifera).
Gambar 8.21 Tanaman Estetik
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-26 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
Yang disukai Burung: adalah Kiara, Caringin, dan Loa ( Ficus, spp), Beringin (Ficus benjamina), Ficus variegata, Ficus glaberrima, Dadap (Erythrina variegate), Bunga Dangduer (Gossampinus heptaphylla), Aren (Arenga pinnata) ,Pucuk Bambu (Bambusa spp) Pengaman dari abrasi: Jenis hutan bakau atau mangrove, dari Avicinnea di tepi pantai sampai Bruguiera dan Nipah di sebelah darat Jenis Tanaman Rambat: dolar-dolaran, seruni juntai, passiflora
c)
Penyediaan Ruang Publik Yang Nyaman Dan Asri
P R E S E D E N
Square LANGKAH IV : Analisis Lokasi Prioritas RTH (3 Lokasi) Berdasarkan pada lokasi – lokasi potensi RTH yang telah dipetakan dalam rangka peningkatan kuantitas RTH. Penentuan lokasi prioritas agar merujuk pada penyusunan DED Taman Kota Hijau. Tiga lokasi prioritas selanjutnya akan dianalisis dengan memuat informasi sebagai berikut : a. Gambaran eksisting kondisi site b. Gambaran eksisting kondisi site terhadap lingkungan c. Koordinat lokasi d. Luasan lahan e. Peta kontur f. Analisa potensi, aksesibilitas lahan, kedekatan dengan pusat kegiatan masyarakat dan pusat kota g. Peta vegetasi eksisting h. Kepemilikan lahan LANGKAH V : Penentuan 1 Lokasi Berdasarkan 3 lokasi yang dianalisis pada langkah IV maka selanjutnya langkah V yaitu melakukan penilaian dan pemilihan terhadap 1 lokasi. Dengan menggunakan metode SWOT atau pembobotan.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-27 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
LANGKAH VI : DED terhadap 1 lokasi terpilih Dokumen DED ini terdiri dari : a. Penyusunan Konsep Perencanaan, meliputi : 1) Pengumpulan data dan informasi lapangan 2) Sketsa gagasan 3) Identifikasi peruntukan lokasi (zoning) b. Penyusunan Pra Rencana, meliputi : 1) Rencana Tapak dengan prosentase Softscape : Hardscape adalah 70 : 30 2) Perkiraan Biaya dengan prosentase Softscape : Hardscape adalah 60 : 40 c. Kegiatan Pengembangan Rancangan, meliputi : 1) Gambar Rencana Lansekap : siteplan, gambar rencana dan gambar detil, dengan ketentuan sebagai berikut : a) Siteplan dilengkapi dengan keterangan indeks notasi (material dan vegetasi), dimensi, keterangan arah mata angin, keterangan peel lantai, garis potongan kawasan dan keterangan lain yang diperlukan; b) Skala gambar Siteplan 1:1000 sampai dengan 1:200; c) Gambar Detil Siteplan yang terbagi dalam beberapa area/zona dengan skala 1:500 ampai dengan 1:100 serta dilengkapi dengan keterangan indeks notasi (material dan vegetasi), detail dimensi, keterangan arah mata angin, keterangan peel lantai, dan keyplan; d) Rencana Vegetasi dengan keterangan notasi vegetasi yang memuat jenis vegetasi, diameter batang, diameter tajuk, dan jarak tanam; e) Rencana Hardscape keseluruhan memuat perletakan atau posisi komponen hardscape dalam site yang terdiri antara lain pedestrian, jogging track, plaza, parkir sepeda, pos jaga, toilet umum dan kelengkapan lainnya. f) Rencana Instalasi Penyiraman yang memuat titik sumber air, titik keran air, titik sprinkler dan titik sumur resapan. g) Rencana Penempatan Landsekap Furniture; h) Rencana Titik Lampu menggunakan sistem penerangan hemat energi; i) Gambar detail seluruh komponen lansekap baik detail penanaman, detail hardscape, maupun lansekap furniture, dengan skala 1:50 sampai dengan 1:5; j) Desain rancangan merupakan desain unik dan kreatif yang bersumber pada unsur lokalitas masing-masing daerah; k) Dilengkapi dengan gambar visual 3D. 2) Uraian penggunaan landscape item (spesifikasi secara garis besar); 3) Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat Pelaksanaan (RKS) yang meliputi rencana kerja dan syarat umum pekerjaan konstruksi serta rencana kerja dan syarat khusus pekerjaan lansekap dengan ketentuan antara lain : a) RKS disusun sejelas mungkin memuat persyaratan-persyaratan spesifikasi teknis pekerjaan dilapangan; b) RKS memuat tahapan-tahapan pekerjaan mulai dari persiapan lahan, pekerjaan konstruksi/hardscape sampai dengan pekerjaan penanaman; c) RKS memuat rencana jadwal pelaksanaan; d) RKS memuat spesifikasi bahan dan material termasuk ketentuan atau prasarat vegetasi (jenis, jumlah, tinggi, diameter batang dll). 4) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)dengan ketentuan: a) Harga dasar upah dan bahan mengacu pada harga standar yang ditetapkan Kepala Daerah/Kepala Dinas Teknis setempat. (buku harga dasar upah dan bahan dilampirkan dalam pelaporan)
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-28 | M E T O D O L O G I
LAPORAN PENDAHULUAN
b) Analisa Harga Satuan Pekerjaan menggunakan standar analisa dalam Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2016. c) Seluruh volume yang tercantum dalam RAB/BQ harus ada perhitungan detailnya dalam calculation sheet. d) Adapun berkas keluaran penyusunan RAB adalah sbb: Rekap RAB Rincian RAB Analisa Harga Satuan Pekerjaan Daftar harga upah dan bahan Perhitungan Volume (calculation sheet) Copy buku standar upah dan bahan 5) Hasil penyusunan DED (Gambar, RKS, RAB) ini adalah DED yang benar-benar SIAP LELANG.
PENYUSUNAN DESAIN KAWASAN DAN DED RTH P2KH KAB. BATANG TH. 2017
4-29 | M E T O D O L O G I