Bab 4 Asuhan Keperawatan.docx

  • Uploaded by: muhammad abdul basir
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Asuhan Keperawatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,799
  • Pages: 12
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengkajian a. Identitas Meliputi Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya. Hal ini dilakukan sebagai standar prosedur yang harus dilakukan untuk mengkaji keadaan pasien. Umumnya Atresia billiaris lebih banyak terjadi pada perempuan. Atresia bilier dtemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1. b. Keluhan Utama Keluhan utama dalam penyakit Atresia Biliaris adalah Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan Jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit dan mata bayi yang baru lahir. Jaundice terjadi karena darah bayi mengandung kelebihan bilirubin, pigmen berwarna kuning pada sel darah merah. c. Riwayat Penyakit Sekarang Anak dengan Atresia Biliaris mengalami Jaundice yang terjadi dalam 2 minggu atau 2 bulan lebih, apabila anak buang air besar tinja atau feses berwarna pucat. Anak juga mengalami distensi abdomen, hepatomegali, lemah, pruritus. Anak tidak mau minum dan kadang disertai letargi (kelemahan). d. Riwayat Penyakit Dahulu Adanya suatu infeksi pada saat Infeksi virus atau bakteri masalah dengan kekebalan tubuh. Selain itu dapat juga terjadi obstruksi empedu ektrahepatik. yang akhirnya menimbulkan masalah dan menjadi factor penyebab terjadinya Atresia Biliaris ini. Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.

e. Riwayat Perinatal 1) Antenatal: Pada anak dengan atresia biliaris, diduga ibu dari anak pernah menderita infeksi penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella 2) Intra natal: Pada anak dengan atresia biliaris diduga saat proses kelahiran bayi terinfeksi virus atau bakteri selama proses persalinan. 3) Post natal: Pada anak dengan atresia diduga orang tua kurang memperhatikan personal hygiene saat merawat atau bayinya. Selain itu kebersihan peralatan makan dan peralatan bayi lainnya juga kurang diperhatikan oleh orang tua ibu. f. Riwayat Kesehatan Keluarga Anak dengan atresia biliaris diduga dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah menderita penyakit terkait dengan imunitas HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap penyakit atresia biliaris. Selain itu terdapat kemungkinan adanya kelainan kongenital yang memicu terjadinya penyakit atresia biliaris ini.

g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar, motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien atresia biliaris dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan atresia biliaris, kebutuhan akan asupan nutrisinya menjadi kurang optimal karena terjadi kelainan pada organ hati dan empedunya sehingga akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembangnya.

h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Kedaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya atresia pada anak yaitu pola kebersihan yang cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan. i. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola Aktivitas/Istirahat : Pola aktivitas dan istirahat anak dengan atresia biliaris terjadi gangguan yaitu ditandai dengan anak gelisah dan rewel yang gejalanya berupa letargi atau kelemahan 2) Pola Sirkulasi : Pola sirkulasi pada anak dengan atresia biliaris adalah ditandai dengan takikardia, berkeringat yang berlebih, ikterik pada sklera kulit dan membrane mukosa. 3) Pola Eliminasi : Pola eliminasi pada anak dengan atresia biliaris yaitu terdapat distensi abdomen dan asites yang ditandai dengan urine yang berwarna gelap dan pekat. Feses berwarna dempul, steatorea. Diare dan konstipasi pada anak dengan atresia biliaris dapat terjadi. 4) Pola Nutrisi : Pola nutrisi pada anak dengan atresia biliaris ditandai dengan anoreksia,nafsu makan berkurang, mual-muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas dan biasanya disertai regurgitasi berulang. 5) Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang diderita klien 6) Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan. 7) Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati anak dengan atresia biliaris. 8) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita atresia biliaris biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi. 9) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan semangat sembuh bagi anak. 10) Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat. j. Pemeriksaan Fisik Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa: 1) Air kemih bayi berwarna gelap 2) Tinja berwarna pucat 3) Kulit berwarna kuning 4) Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat

5) 6) a) b) c) d) 7) a)

b)

c)

d)

e) f)

Hati membesar. Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut: Gangguan pertumbuhan Gatal-gatal Rewel Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati). Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : lemah. TTV : Tekanan Darah : terjadi peningkatan terutama pada vena porta Suhu : Suhu tubuh dalam batas normal Nadi : takikardi RR : terjadi peningkatan RR akibat diafragma yang tertekan (takipnea) Kepala dan leher Inspeksi : Wajah : simetris Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis Hidung : kemungkinan terdapat pernafasan cuping Hidung Telinga : bersih Bibir dan mulut : mukosa biibir kemungkinan terdapat ikterik Lidah : normal Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher Dada Inspeksi : asimetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan dan tekanan pada otot diafragma akibat pembesaran hati (hepatomegali). Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, terdapat nyeri tekan(-) Perkusi : Jantung : dullness Paru : sonor Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi kemungkinan terdengar bunyi wheezing Abdomen Inspeksi : terdapat distensi abdomen Palpasi : dapat terjadi nyeri tekan ketika dipalpasi Perkusi : sonor Auskultasi : kemungkinan terjadi pada bising usus Kulit Turgor kurang, pucat, kulit berwarna kuning (jaundice) Ekstremitas Tidak terdapat odem pada pada extremitas

k. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium a) Bilirubin direk dalam serum meninggi (nilai normal bilirubin total < 12 mg/dl) karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas. b) Tidak ada urobilinogen dalam urine.

c) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigiliserol) 2) Pemeriksaan diagnostik a) USG yaitu untuk mengetahui kelainan congenital penyebab kolestasis ekstra hepatic (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu) b) Memasukkan pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan duodenum di aspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu dapat berarti atresia empedu terjadi c) Sintigrafi radio kolop hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai tercurah ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat berarti terjadi katresia intra hepatik d) Biopsy hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75% penderita tidak ditemukan lumen yang jelas 4.2 Diagnosa Keperawatan a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva anemis b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 4.3 Perencanaan Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva anemis Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan:

Setelah

dilakukan

Intervensi tindakan 1. Kaji distensi abdomen

keperawatan 2 x 24 jam selama proses 2.

Pantau masukan nutrisi dan perhatikan

keperawatan, diharapkan pola nutrisi pasien frekuensi muntah klien

a.

menjadi adekuat

3. Timbang BB setiap hati

Kriteria Hasil:

4. Berikan diet yang sedikit namun sering

BB pasien stabil

5. Atur kebersihan oral sebelum makan

b. Konjungtiva tidak anemis

6. Konsulkan dengan ahli diet sesuai indikasi 7. Berikan diet rendah lemak, tinggi serat, dan batasi makanan penghasil gas 8.

Kolaborasikan pemberian makanan yang mengandung MCT sesuai indikasi

9.

Monitor kadar albumin, protein sesuai program

10. Berikan vitamin-vitamin larut lemak (A, D, E, K) b. Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 1. Kaji distensi abdomen jam, diharapkan pasien menunjukkan tanda2. tanda pola nafas yang efektif Kriteria Hasil: a.

pernafasan 3.

RR mencapai 30-40 napas/mnt

Awasi klien agar tidak sampai mengalami leher tertekuk

b. Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas4. c.

Kaji RR, kedalaman nafas, dan kerja

Posisikan klien semi ekstensi atau eksensi

Tidak ada penggunaan otot bantu nafas pada pada saat beristirahat pasien

5. Kolaborasikan operasi apabila dibutuhkan

c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik, ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, dan pasien demam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Tujuan:

setelah

dilakukan

pemeriksaan 1.

Berikan kompres air biasa pada daerah

keperawatan 1 x 24 jam diharapkan suhu aksila, kening, leher, dan lipatan paha tubuh pasien akan kembali menjadi normal 2. Kriteria Hasil: a.

Pantau suhu minimal setiap 2 jam sekali disesuaikan dengan kebutuhan

Nadi dan pernapasan dalam rentang normal 3. Berikan pasien pakaian tipis

b. Suhu normal 36,50 – 37,50

4.

Menipulasi lingkungan menjadi senyaman mungkin seperti penggunaan kipas angin atau AC

5.

Kolaborasikan pemberian obat anti piretik sesuai kebutuhan

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien

Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan:

pasien

akan

Intervensi mempertahankan 1.

Pantau asupan dan carian pasien perjam

keseimbangan cairan dan elektrolit setelah (cairan infus, susu per NGT, atau jumlah ASI dilakukan perawatan didalam rumah sakit yang diberikan

a.

selama 2 x 24 jam

2. Periksa feses pasien tiap harinya

Kriteria Hasil:

3. Pantau lingkar perut pasien

Kembalinya pengisian kapiler darah kurang 4. Observasi tanda-tanda dehidrasi dari 3 detik

5. Kolaborasikan pemeriksaan elektrolit pasien,

b. Turgor kulit membaik

kadar protein total, albumin, nitrogen urea

c.

darah dan kreatinin serta darah lengkap

Produksi urin 1-2ml/kgBB/jam

e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi. Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Tujuan: pola BAB pasien normal setelah1. Evaluasi jenis intake makanan perawatan yang dilakukan 2 x 24 jam

2.

Kriteria Hasil: a.

Tidak ada diare

adanya iritasi dan ulserasi 3. Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti

b. Elektrolit normal c.

Asam basa normal

Monitor kulit sekitar perianal terhadap

diare 4. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses 5.

Kolaborasi jika tanda dan gejala diare menetap

6. Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit) 7. Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi 8. Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Tujuan: pasien akan dapat beraktivitas secara1. Observasi adanya pembatasan klien dalam normal setelah pemeriksaan yang dilakukan 2 melakukan aktivitas x 24 jam

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan

Kriteria Hasil: a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

kelelahan 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang

disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

adekuat 4. Monitor respon kardivaskuler terhadap

b. Mampu melakukan aktivitas sehari hari

aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

(ADLs) secara mandiri c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) 5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

4.4 Implimentasi Keperawatan a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva anemis 1) mengkaji adanya distensi pada abdomen pasien 2) memantau masukan nutrisi dan frekuensi muntah 3) menimbang berat badan pasien 4) mengkolaborasikan pemberian diet pada pasien sedikit namun sering 5) mempertahankan kebersihan oral pasien sebelum makan 6) mengkonsultasikan dengan ahli diet sesuai indikasi 7) memberikan diet rendah lemak, tinggi serat, dan batasi makanan penghasil gas

8) memberikan makanan mengandung MCT sesuai indikasi 9) memonitor laboratorium untuk kadar albumin dan protein sesuai program 10) memberikan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien 1) mengkaji ada tidaknya distensi abdomen klien 2) mengkaji RR, kedalaman nafas, dan kerja pernafasan 3) mengawasi leher klien agar tidak tertekuk atau memosisikan leher klien semi ekstensi saat istirahat 4) mempersiapkan operasi apabila diperlukan c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik 1) memberikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher, dan lipatan paha 2) memantau suhu minimal setiap 2 jam sekali sesuai kebutuhan 3) memberikan pasien pakaian tipis 4) memanipulasi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien dengan penggunaan AC / kipas angin d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien 1) memantau asupan dan cairan pasien perjam 2) memeriksa feses pasien setiap hari 3) memantau lingkar perut bayi 4) mengobservasi tanda-tanda dehidrasi pada pasien 5) mengkolaborasikan pemeriksaan elektrolit, kadar protein total termasuk albumin, nitrogen urea, darah dan kreatinin serta darah lengkap e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi. 1) Mengvaluasi jenis intake makanan 2) Memonitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi 3) Mengajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare 4) Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses 5) Berkolaborasi jika tanda dan gejala diare menetap

6) Memonitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit) 7) Memonitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi 8) Berkonsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 1) Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2) Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan 3) Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 4) Memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) 5) Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien 6) Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

4.5 Evaluasi a. Diagnosa 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva anemis S: Orang tua pasien mengatakan jika sang anak tidak mau menghabiskan makanannya O: BB menurun, Muntah, dan konjungtiva tampak anemis A: Masalah teratasi P: Lanjutkan intervensi b. Diagnosa 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien S: Orang tua mengeluhkan anaknya sering sesak O: adanya sesak nafas, RR: 60 x/menit A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi c. Diagnosa 3: Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik S: Pasien mengatakan tubuhnya panas O: suhu meningkat, takikardi, dan RR meningkat A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi

d. Diagnosa 4: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien S: Keluarga mengatakan sejak pagi pasien muntah-muntah setelah makan O: muntah sebanyak ¼ gelas kecil, wajah terlihat pucat dan sianosis A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi e. Diagnosa 5: Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi S: keluarga mengatakan pasien sudah mulai berkurang BABnya O: pasien BAB 2 kali dalam sehari, dengan konsentrasi cair A: masalah teratasi sebangian P: lanjutkan intervensi f. Diagnosa 6: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan S: pasien mengatakan sudah dapat beraktivitas, dan tidak lelah O: nadi 95 kali / menit, RR: 21 kali / menit A: masalah teratasi P: lanjutkan intervensi

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Atresia Bilier adalah suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006). Penyebab atresia bilier tidak diketahui dengan jelas, tetapi diduga akibat proses inflamasi yang destruktif. Atresia biliar terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga karena kelainan kongenital, didapat dari proses-proses peradangan, atau kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.Dalam hal ini pengobatan tidak memberikan efek yang terlalu besar. Satu-satunya terapi yang memberikan harapan kesembuhan bagi atresia biliar adalah pembedahan. Secara historis, berbagai operasi telah disusun, termasuk reseksi hepatik parsial dengan drainase luka permukaan, penusukan hepar dengan tabung hampa, dan pengalihan duktus limfatik torasikus kedalam rongga mulut. Dalam hal pencegahannya perawatdiharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000) 5.2 Saran Saran bagi perawat, sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien atresia biliaris sesuai dengan indikasi penyakit, dan sebaiknya dengan baik dan benar sesuai standar.

DAFTAR PUSTAKA

Attasaranya S, 2008. Choledocholithiasis, ascending cholangitis, and gallstone pancreatitis.http://health.nytimes.com/health/guides/disease/cholangitis/overview.html. (diakses pada tanggal 11 maret 2015 pukul 16.22) Craft-Rosernberg, Martha & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.2006. Patofisiologi, Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit, Volume 1, edisi 6.J akarta: EGC

Sarjadi, 2000. Patologi umum dan sistematik. Jakarta. EGC Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M.2007. Buku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Related Documents

Bab 4
May 2020 52
Bab 4
December 2019 75
Bab 4
November 2019 71
Bab 4
November 2019 71

More Documents from ""

S26e.pdf
May 2020 4
Bab 1.docx
June 2020 8
S29d.pdf
May 2020 4