3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Tanaman binahong adalah tanaman asli yang berasal dari amerika selatan yang disebut Anredera cordifolia. Binahong merupakan tumbuhan menjalar yang berumur panjang (perennial) dan panjangnya bisa mencapai kurang lebih 5 m. Tanaman ini tumbuh baik di cuaca tropis dan sub-tropis (Darma Susetya, 2012). Tanaman ini family Basellaceae, di Indonesia secara umum dikenal dengan nama Binahong, sedangkan dalam bahasa Inggris di sebut Heartleaf Madeiravine atau Madeira Vine dan di negeri Cina di sebut Deng San Chi atau Teng San Chi. 1. Klasifikasi Regnum : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Caryophyllales
Familia
: Basellaceae
Genus
: Anredera
Species
: Anredera cordifolia (Tenore) Steen (Robinson, 2009)
3
4
2. Morfologi (Pradana Indra, 2013) a. Daun Daun binahong adalah tunggal. Ia mempunyai tangkai yang pendek bersusun berselang-seling, dan berbentuk jantung. Panjang daun adalah 5-10 cm dan lebar 3-7 cm. Helaian daun tipis lemas, ujungnya runcing, pangkalnya berlekuk, tepinya rata, permukaannya agak licin, dan bisa dimakan. b. Akar Akar daun binahong berbentuk rimpang dan berdaging lunak. c.
Batang Batang tanaman binahong adalah lunak. Bentuknya silindris, saling membelit, dan berwarna kemerahan. Bagian dalamanya solid sedangkan permukaannya halus. Panjang batang dan cabang tanaman pangkal
binahong batang
bisa
mencapai
mencapai 3,5
cm
20-30 pada
m.
tanaman
Diameter umur
3
tahun, membentuk semacam umbi atau rimpang yang melekat diketiak daun dengan bentuk tak beraturan serta tekstur kasar. d. Bunga Bunga binahong keluar dari ketiak daun pada setiap ranting. Dari setiap tangkai bunga akan keluar 40-60 kuntum bunga berwarna putih yang berukuran kecil, mahkotanya berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak 18 berlekatan, bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, panjang helai mahkota adalah 0,5-1 cm,
5
dan berbau harum. Bunga akan muncul pada tanaman yang sudah berumur 2,5-3 tahun.
Sumber : Mahani dewi sitania (2018)
Gambar. 1 foto Tumbuhan binahong 3. Kandungan senyawa kimia dan khasiat tanaman (Lina Marliana, 2013) a. Flavonoid Beragam riset menunjukan flavonoid dari ekstrak daun binahong memiliki aktivitas farmakologi sebagai analgesic dan antioksidan. Mekanisme anti inflamasi misalnya terjadi melalui efek penghambatan pada
jalur
metabolisme
asam
arakhidona,
pembentukan
prostaglandin, hingga pelepasan histamin pada radang. b. Alkaloid Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid memilik iaktivitas hipoglikemik. c.
Asam oleanolik Asam oleanolik termasuk golongan triperteroid yang merupakan sumber antioksidan di tanaman. Sistem perlindungan oleh asam
6
oleanolik adalah dengan mencegah racun menyusup ke dalam sel dengan cara meningkatkan sistem pertahanan sel. Asam oleanolik juga bersifat anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida di asam oleanolik merupakan antioksidan kuat yang bersifat racun pada bakteri merugikan yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat untuk membunuh bakteri. Dengan demikian kehadiran asam oleanolik akan memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi sekaligus memperbaiki sel rusak. Senyawa golongan triperteroid pada daun binahong juga dapat menurunkan kadar gula darah sehingga luka pada penderita diabetes yang sulit sembuh dapat diobati dengan cepat. d. Protein Binahong juga kaya dengan protein dengan berat molekul besar hal tersebut menjadi keuntungan karena protein dapat menjadi antigen yang memacu pembentukan antibody. Protein ini juga mampu menstimulasi produksi nitrit oksidasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah berisi nutrisi kesetiap jaringan sel. Nitrit oksida juga penting untuk produksi hormon pertumbuhan. e. Asam askorbat Asam askorbat dikenal sebagai vitamin C. kehadiran asam askorbat dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, memelihara membran mukosa, mempercepat penyembuhan, serta antioksidan. Asam askorbat pun memiliki peranan penting untuk mengaktifkan enzim prolilhidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi ketika
7
kolagen dibentuk. Dengan semakin cepatnya pembentukan kolagen proses penyembuhan luka berlangsung singkat. Asam askorbat yang tidak bisa di produksi tubuh manusia karena tubuh tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa atau galaktosa menjadi asam askorbat, memerlukan sumber vitamin C itu dari makanan. f.
Saponin Saponin adalah glikosida yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Pada tanaman, saponin banyak di temukan pada akar dan daun. Kehadiran saponin memberikan banyak manfaat karena memiliki sifat antibakteri dan antivirus.
B. Uraian bakteri 1. Staphylococcus epidermidis a. Klasifikasi Domain
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacili
Ordo
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus epidermidis (Garity, 2004)
8
b. Sifat dan morfologi Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri opotunistik yang menyerang individu ketika sistem tubuh lemah. Ciri-ciri penting dari bakteri Staphylococcus epidermidis adalah berbentuk kokus, berdiameter 0.5-1.5 µm. Staphylococcus epidermidis berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur, koloni biasanya berwarna putih atau krem. Bakteri ini merupakan Gram positif (Pramasanti, 2008). Staphylococcus epidermidis bersifat aerob fakultatif. Kuman ini tidak memiliki protein A pada dinding selnya. Bersifat koagulasi negatif, dalam keadaan anaerob tidak meragi manitol (Todar, 2011). D. Uraian tentang ekstraksi Ekstrasi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan
pelarut
tertentu
dalam
mengekstraksinya
(Depkes RI, 1986). Ekstraksi bertujuan untuk menarik senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia. Proses ekstraksi ini didasarkan atas perpindahan massa senyawa zat padat dari simplisia ke dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel kemudian melarutkan senyawa kimia yang ada di dalam sel. Proses ini terjadi karena perbedaan
9
konsentrasi antara cairan didalam sel dan diluar sel sehingga terjadi aliran dari konsentrasi yang pekat menuju konsentrasi yang encer
sampai
terjadi keseimbangan (Depkes RI, 1986). Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dan dingin. Ekstraksi secara panas dilakukan dengan cara refluks, infusa, dekokta dan destilasi uap air, sedangkan ekstraksi secara dingin dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi dan sokhletasi (Depkes RI, 1986). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan penyari yang akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dimana cairan penyari larut dengan zat aktif. Adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel mengakibatkan larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Depkes RI, 1986). Maserasi digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan berupa air, etanol atau pelarut lain (Depkes RI, 1986). Keuntungan penyarian denga cara maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan kerugian cara
10
maserasi adalah pengerjaannya yang lama serta mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme (Depkes RI, 1986). D. Uraian umum scrub Lulur adalah sediaan kosmetik tradisional yang diresepkan dari turun temurun (Tranggono, 2007). Lulur badan (body scrub) terbagi beberapa bentuk sediaan yaitu lulur bubuk, lulur krim, ataupun lulur kocok atau cair. Luluran adalah aktivitas menghilangkan kotoran , minyak atau sel kulit mati yang dilakukan dengan pijatan diseluruh badan. Hasilnya dapat langsung terlihat, kulit lebih halus, kencang, harum, dan sehat bercahaya (Fauzi dkk., 2012). Butiran
scrub
pada lulur ketika
digosokkan
akan membantu
menghilangkan sel -sel kulit mati dan digantikan pula dengan sel -sel kulit baru (Baliaromaticspa, 2008). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi dengan kandungan air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Berdasarkan fase internalnya, krim dibagi menjadi 2 yaitu krim minyak dalam air (o/w) dan krim air dalam minyak (w/o). Krim w/o mengandung air kurang dari 25% dengan minyak sebagai medium pendispersi. Krim o/w mengandung air lebih dari 31%. Krim o/w merupakan bentuk yang paling sering dipilih dalam dermatoterapi karena mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan (Bergstorm & Strobber, 2008), dan memiliki daya pendingin lebih baik. Krim w/o kurang disukai secara kosmetik
11
karena komponen minyak yang lama tertinggal dipermukaan kulit dengan daya emolien lebih besar dari krim o/w (Sharma, 2008). Berikut
beberapa
manfaat
body
scrub
untuk
tubuh:
(Baliaromaticspa, 2008) a. Membuang sel kulit mati lebih maksimal Setiap hari kulit mengalami regenerasi. Mandi adalah usaha membersihkan kulit dan membuang sel kulit mati. Namun mandi saja tak cukup membersihkan semua sel kulit mati, yang akhirnya menumpuk dan menyebabkan kulit kusam. Body scrub membantu pengelupasan kulit dengan lebih sempurna. b. Menyehatkan kulit Dengan membersihkan lapisan sel kulit mati, berarti kulit menjadi lebih sehat. Kulit yang bersih akan merangsang tumbuhnya sel kulit baru, yang akan menampilkan kulit yang lebih halus dan bersih. c. Menghaluskan kulit Body scrub bekerja seperti mengampelas kulit, sehingga kulit kasar akan hilang. Sesudah memakai body scrub, kulit tubuh akan terasa lebih licin dan halus. Komposisi Lulur Krim Dalam membuat formulasi suatu sediaan lulur krim yang baik perlu diperhatikan adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu kesesuaian sifat antara bahan aktif dengan bahan aktif dengan bahan pembawanya (basis). Suatu krim terdiri atas bahan aktif dan bahan dasar (basis) krim. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dan
12
fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Selain karakteristik formula
yang diinginkan, maka
sering ditambahkan bahan-bahan
tambahan antara lain, pengawet, pengkelat, pengental, pewarna, pelembab, pewangi dan sebagainya. Agar diperoleh suatu basis yang baik maka
pemakaian
bahan
pengemulsi
sangat
menentukan.
Dalam
penentuan jenis dan komposisi bahan pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasetika dan kosmetik, selain mengacu pada formula
standar
(Budirman, 2008).
seringkali
ditentukan
dengan
trial
anderror
13
E. Uraian Bahan 1. Parafin cair (Dirjen POM, 1995 dan Raymond, 2009) Nama Resmi
: Parafinum
Nama Lain
: Parafin
Pemerian
: Hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih.
Kegunaan
: Emolient
Konsentrasi
: 1-20%
2. Propilenglikol (Dirjen POM, 1995 dan Kibbe, 1986) Nama Resmi
: Propylenglikolum
Nama Lain
: Propilen glikol
RM / BM
: C3H8O2 / 76.09
Pemerian
: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
14
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas
: Tidak bercampur dengan bahan pengoksidasi seperti potassium permanganat.
Kegunaan
: Humektan
Konsentrasi
: 5-80%
5. Asam stearat (Dirjen POM, 1979 dan Kibbe, 1986) Nama Resmi
: Acidum stearicum
Nama Lain
: Asam stearat
RM / BM
: C16H36O2 / 284.47
Pemerian
: Cairan kental, kekuningan sampai coklat muda, bau dan rasa khas.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol 95% P, dalam kloroform, dalam eter P, dan dalam minyak tanah.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, dan terlindung dari cahaya.
Inkompabilitas
: Inkom dengan kebanyakan senyawa metil hidroksida
15
Kegunaan
: Emulgator fase minyak
Konsentrasi
: 1-20%
6. Trietanolamin (TEA) (Rowe, 2009 dan Dirjen POM, 1979) Nama Resmi
: Triaethanolaminum
Nama Lain
: Trietanolamin (TEA)
Rumus Molekul
: C6H15O3
Pemerian
: Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Inkompabilitas
: Trietanolamin
adalah
amin
tersier
yang
mengandung kelompok hidroksi. Selanjutnya bereaksi topikal dengan amin tersier dal alkohol. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam, kristal dan ester. Trietanolamin membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karateristik sabun. Trietanolamin juga bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamin dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan
16
tempat kelompok hidroksi dengan halogen. Hasil reaksi ini beracun. Kegunaan
: Emulgator fase air
Konsentrasi
: 2-4%
7. Air suling (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi
: Aqua destillata
Nama Lain
: Air suling, aquadest
RM /BM
: H2O / 18.02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Kegunaan
: Pelarut