Bab 2. Phbs - Promkes.docx

  • Uploaded by: Ayu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2. Phbs - Promkes.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,372
  • Pages: 22
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2.2 Tujuan PHBS PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS

2.3 Sasaran PHBS 2.3.1 Tatanan Rumah Tangga Merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam: a. Sasaran Primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah b. Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK c. Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dll. Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga: 1) Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Persalinan

yang

ditolong

oleh

tenaga

kesehatan

menurunkan resiko gangguan pasca persalinan dan mencegah infeksi neonatus. 2) Memberi ASI Esklusif Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian

balita,

memberikan

Asi

ekslusif

tidak

hanya

memberikan manfaat bagi bayi namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. 3) Menimbang Balita Setiap Bulan Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos yandu untuk dilakukan penimbangan. Menimbang berat badan merupakan parameter untuk menentukan status gizi balita, dengan melakukan

penimbangan

setiap

bulan

dapat

diketahui

pertumbuhan dan perkembangan balita serta dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi kekurangan gizi. 4) Menggunakan Air Bersih Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih. Jika kondisi air yang digunakan tidak jernih,

keruh atau berbau sebaiknya air yang digunakan diolah terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan menggunakan saringan sederhana. 5) Mencuci Tangan dengan Air dan Sabun Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan dan ketika akan mengerjakan suatu pekerjaan hal ini secara nyata telah mencegah perpindahan kuman dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri penyebab infeksi antara lain hepatitis B, HIV/AIDS. 6) Menggunakan Jamban Sehat Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang sangat kompleks antara lain tipus, disentri, kolera, berbagai macam penyakit cacing, schisosomiasis dan sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat mengkontaminasi makanan, minuman, sumber air, tanah dan sebagainya. 7) Memberantas Jentik di Rumah Sekali Seminggu Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air minimal seminggu sekali dan mengubur kalengkaleng bekas tindakan ini merupakan cara memberantas jentikjentik nyamuk demam berdarah. Karena nyamuk demam berdarah bertelur di tempat genangan/penampungan air jernih bukan air got atau sejenisnya. 8) Makan Buah dan Sayur Setiap Hari Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah didapatkan. Dengan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat terpenuhi. 9) Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari Aktifitas fisik, gerak badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan meningkatkan kekuatan otot dan menyehatkan badan. 10) Tidak Merokok Didalam Rumah Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah.

2.3.2 Tatanan Sekolah Seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara

mandiri

mampu

mencegah

penyakit,

meningkatkan

kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah. Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam: a. Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau siswa dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah) b. Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK c. Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua siswa Indikator PHBS di sekolah antara lain: a. Mencuci Tangan dengan Air Bersih Mengalir Dan Sabun Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke tangan. Pada saat makan kuman dengan

cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus, cacingan, flu burung dll. b. Mengkonsumsi Jajanan di Warung /Kantin Sekolah Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan tambahan makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak. c. Membuang Sampah Pada Tempatnya Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara. Sampah menjadi media perkembangan kumankuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran. d. Olah Raga Yang Teratur dan Terukur Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi. e. Memberantas Jentik Nyamuk Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar. Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempattempat penampungan air seminggu sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan. f. Tidak Merokok Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain terjangkit penyakit kanker paru-paru,

kanker mulut, penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok. g. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi. Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal. h. Menggunakan Jamban Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau. Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar. Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, cacingan dll. 2.3.3 Tatanan Tempat Kerja Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat. a. Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam lingkungan tempat kerja yang akan dirubah perilakunya yaitu seluruh aspek yang ada dalam suatu perusahaan (karyawan dan pemilik perusahaan) yang bermasalah. b. Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang bermasalah

dalam

perusahaan. c. Sasaran Tersier

lingkungan

tempat

kerja

yaitu

pemilik

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan

kegiatan

untuk

tercapainya

pelaksanaan

PHBS

dalam

lingkungan perusahaan, yaitu kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, tokoh masyarakat Indikator PHBS di tempat kerja antara lain: Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat kerja: 1) Tidak merokok di tempat kerja 2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja. 3) Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik 4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil 5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja. 6) Menggunakan air bersih. 7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar. 8) Membuang

sampah

pada

tempatnya.

Menggunakan

Alat

Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan. 2.3.4 Tatanan Tempat Umum Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana, perdagangan, dsb. Disini kita berupaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit. a. Sasaran Primer

Adalah sasaran utama di tempat umum yang akan dirubah perilakunya yaitu pengurus maupun pengunjung yang bermasalah dalam berprilaku hidup bersih dan sehat b. Sasaran Sekunder Adalah

sasaran

yang

dapat

mempengaruhi

individu/

kelompok di tempat umum yang bermasalah yaitu prilaku masyarakat di sekitar tempat umum c. Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Dinas kebersihan, guru, tokoh masyarakat. PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat. Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. 1) PHBS di Pasar Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk 2) PHBS di tempat Ibadah Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk 3) PHBS di Rumah Makan

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di rumah makan, Menutup makanan

dan

minuman,

Tidak

meludah

Sembarangan,

Memberantas Jentik nyamuk 4) PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut, dll) Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan 2.3.5 Tatanan Di Fasilitas Kesehatan Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. Sehingga dapat memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung,

dan

petugas

agar

tahu,

mampu,

dan

mampu

mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat. a. Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam institusi kesehatan yang akan dirubah perilakunya atau bermasalah (individu/kelompok) yaitu pengunjung, pengguna fasilitas, dan paramedis dalam institusi kesehatan. b. Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi kesehatan yang bermasalah misalnya, kelapa ruangan, dokter, dan kepala rumah sakit. c. Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan,

dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi kesehatan misalnya, Dinas kesehatan Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain: 1) Menggunakan Air Bersih 2) Menggunakan Jamban Yang Bersih & Sehat 3) Membuang Sampah Pada Tempatnya 4) Tidak Merokok 5) Tidak Meludah Sembarangan 6) Memberantas Jentik Nyamuk

2.4 Manajemen PHBS Sebelum melaksanakan langkah-langkah manajemen PHBS, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi: a. Persiapan Sumber Daya Manusia Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program Promkes, bentuk kegiatannya yaitu : 1) Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal) 2) Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan 3) Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sector 4) Pelatihan PHBS 5) Lokakarya PHBS 6) Pertemuan koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah berjalan baik resmi maupun tidak resmi. b. Persiapan teknis dan administrative Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana baik jumlah, jenis maupun sumbernya serta dana yang, diperlukan. Persiapan administrasi, dilakukan melalui: 1) Surat menyurat, membuat surat undangan, dll. 2) Penyediaan ATK, transportasi, dana, dll. 3) Pencatatan dan pelaporan. 4) Pemantauan.

2.4.1 Tahap Pengkajian Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga). A. Pengkajian Masalah PHBS Secara Kuantitatif 1) Pengumpulan Data Sekunder Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Data tersebut dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder tersebut. Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah: a) Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu b) Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan c) Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi. 2) Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah tangga secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil sampel yang dapat mewakili populasi.

Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan rumah tangga adalah dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir). Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi. Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota. Untuk mengukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu: 30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster). Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap pertama dapat dipilih sejumlah kluster (kelurahan / desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya. Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga: Langkah 1: List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Langkah 2: Tulis jumlah desa yang berada pada masing – masing kecamatan Langkah 3: Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir Langkah 4: Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X Langkah 5: Tentukan nomor Muster pertama desa. Dengan mengundi nomor unit desa. selanjutnya desa kedua dapat ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30 kluster. Langkah 6: Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7 rumah tangga. 3) Analisis dan Pemetaan PHBS Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks

Potensi Keluarga Sehat) dan nilai PHBS sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil pemetaan, diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah. Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk mendukung PHBS. Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan ditentukan alternatif intervensi penyuluhan. 4) Menentukan Prioritas Masalah Berdasarkan

rumusan

masalah

yang

ada

kemudian

dilakukan analisis yang akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi.

Caranya dengan memberikan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan dibawah ini: a) Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah? b) Mengapa terjadi demikian ? c) Bagaimana penanggulangannya ? d) Apa rencana tindakannya ? e) Berapa sumber dana yang tersedia ? f) Siapa yang mengerjakan ? g) Berapa lama mengerjakannya ? h) Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ? Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara lain pesan dan media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan. pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang dapat mendukung PHBS. B) Pengkajian PHBS Secara Kualitatif

Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS. Ada dua metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu: 1) Diskusi Kelompok Terarah (DKT). Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah perilaku PHBS. Dalam DKT: a. Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu. b. Melibatkan

dan

memberikan

kebebasan

peserta

untuk

mengungkapkan pendapat dan perasaannya. c. Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa. 2) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM). Adalah wawancara antara pewancara yang trampil dengan perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajavvab (dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam WPM: a. Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu. b. Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu. c. Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam

C. Pengkajian Sumber Daya (Dana, Tenaga dan Sarana) Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS, bentuk kegiatannya: 1) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor. 2) Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral dalam jumlah dan sumbernya. 3) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan sumbernya.

2.4.2 Tahap Perencanaan Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut: A. Menentukan Tujuan Berdasarkan kegiatan pengkaj ian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya PKM ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan. Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah merokok pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya. Tujuan Umum: Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok selama satu tahun. Tujuan Khusus: Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang merokok. dari 40% menjadi 20%. B. Menentukan Jenis Kegiatan Intervensi Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai alternatif intervensi, kemudian dipilih

intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada ketersediaan sumber daya. Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada: 1) Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai dengan urutan masalah PHBS. 2) Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS hasil kajian rendah. 3) Penentuan tatanan yang akan diintervensi, yaitu menentukan tatanan yang akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain 4) Mengembangkan PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan

intervensi

terpilih

pada

intinya

menipakan

operasionalisasi strategi PHBS, yaitu: a) Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan Wilayah. b) Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program lima sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta, dll. c) Gerakan

masyarakat,

kegiatan

mempersiapkan

dan

menggerakkan sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan sarana. Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, Namur untuk menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil pengkajian. Contoh 1: dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan analisis data kualitatif melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi

ini kegiatan yang bernuansa bina suasana akan lebih banyak porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya. Contoh 2: dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukan analisis kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti manfaat pemeriksaan kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan lainnya. Serangkaian alternatif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian PHBS adalah: 1. Rancangan

Intervensi

Penyuluhan

Massa

dan

Kelompok Penyuluhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerja tersebut. Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal sifatnya 2. Rancangan Intenvensi Penyuluhan Terpadu Lintas Program/Sektor Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga bisa dirancang “Paket Penyuluhan Terpadu” di wilayah tersebut. Misal: di desa A terdapat 3 masalah utama, yaitu JPKM, Air bersih dan KIA/KB, maka dapat dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut. Disini

petugas

kesehatan

berfungsi

sebagai

penggerak lintas program dan lintas sektor, untuk selanjutnya

bersama-sama

melaksanakan

penyuluhan

diwilayah tersebut.

2.4.3 Tahap Pelaksanaan A. Advokasi (Pendekatan Pada Para Pengambil Keputusan)

Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam berperilaku sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan. Langkah-langkah Advokasi: 1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau tersier 2) Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan. 3) Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi. 4) Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan metoda yang tepat. 5) Simpulkan dan sepakati hasil advokasi. 6) Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran. B. Mengembangkan Dukungan Suasana Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/suami/bapak ibu, kakek, nenek, dan lain-lain. Tujuannva adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya melalui anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.

Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan.

Tujuannya

adalah

agar

kelompok

ini

dapat

mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dsb. Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana : 1) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi. 2) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya. 3) Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan. 4) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan. C. Gerakan Masyarakat Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ditingkat petugas strategi ini ditujukan kepada sasaran primer, meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dll. Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat:

1) Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan. 2) Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya. 3) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya. 4) Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba dan disempurnakan. 5) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersamasama dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait. 6) Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan, eksekutif). Berdasarkan uraian tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak; pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu : A (Apreciation): penghargaan kepada para pelaksana kegiatan. I (Involvement): keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya. C (Commitment): kesepakatan

para

pelaksana

untuk

melaksanakan tugasnya. Hasil yang dicapai dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan

yang dilaksanakan

sesuai rencana,

khususnya dalam: 1) Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat 2) Kegiatan pengembangan kemitraan dengan program dan sektor terkait serta dunia usaha. 3) Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan 4) Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi. 5) Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan. 6) Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor, organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi. 7) Mengembangkan pesan dan media spesifik. 8) Melaksanakan uji coba media dll.

2.4.4 Tahap Pemantauan dan Penilaian 2.4.4.1 Pemantauan Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan. Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi penyuluhan PHBS.

2.4.4.2 Penilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan keluaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan. Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS. Cara melakukan penilaian melalui: 1) Pengkajian ulang tentang PHBS 2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS 3) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP)

4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas, kader dan keluarga. Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah: 1) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana 2) Adanya

pembinaan

untuk

mencegah

terjadinya

penyimpangan 3) Adanya

upaya

jalan

keluar

kemacetan/hambatan 4) Adanya peningkatan program PHBS

apabila

terjadi

Related Documents

Bab 2. Phbs - Promkes.docx
November 2019 12
Phbs Posko 2.pptx
June 2020 3
Kebijakan Phbs
June 2020 29
Phbs Sd.docx
December 2019 29
Phbs Ppt.pptx
June 2020 20

More Documents from "mutia as"