Bab 2 3 4 Dapus Fix.docx

  • Uploaded by: Gengga Hagane
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 3 4 Dapus Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,929
  • Pages: 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu bentuk pengolahan pangan yang semakin berkembang saat ini yakni penambahan atau penggunaan Bahan Tambahan Makanan. BTM atau food additives adalah senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan. Bahan tambahan makanan ini terdiri dari beberapa jenis yaitu pewarna, pemanis, pengawet, penguat rasa, dll. Penggunaan bahan tambahan makanan telah diatur oleh pemerintah pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 722/MenKes/Per/IX/88 yang menjelaskan tentang bahan tambahan makanan yang diizinkan dan yang dilarang. Salah satu bahan tambahan makanan yang sering digunakan pada produk pangan adalah pengawet dan penyedap rasa (Muawanah & Rudiana, 2018). Menurut

Peraturan

No.722/Menkes/Per/IX/88

Menteri tentang

Kesehatan Penyedap

Rasa

Republik dan

Indonesia

Penguat

rasa,

didefinisikan sebagai bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Penyedap rasa bukan hanya suatu zat, melainkan suatu komponen yang mempunyai sifat khas. Bahan penyedap mempunyai beberapa fungsi dalam bahan pangan sehingga dapat memperbaiki, membuat lebih bernilai atau diterima dan lebih menarik, sifat utama penyedap adalah memberi ciri khusus suatu pangan misalnya segi flavor (Cahyadi, 2006). Sedangkan bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penggunaan BTM pengawet ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan suatu produk pangan sehingga produk pangan tersebut tidak mudah rusak. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan pangan yaitu suhu, lingkungan, kadar air, oksigen, pH, relatif humidity (RH) dan water activity (Aw) (Winarno, 2007). Pengawetan dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, seperti pengawetan secara alami, biologi dan secara kimia Pengawetan secara kimia merupakan pengawetan dengan menggunakan bahan kimia seperti ,garam dapur,

nitrat, nitrit, natrium benzoate, asam propionate, asam sitrat, garam sulfat, dan lainnya. Satu diantaranya adalah garam dapur (NaCl). Garam dapur berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan ikan dan juga bahan-bahan lain. Penggunaannya sebagai pengawet minimal 20% atau 2 ons/kg bahan (Muawanah & Rudiana, 2018). Natrium (sodium) adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan termasuk ke dalam logam alkali yang banyak terdapat di alam (Henri, 2003). Natrium merupakan zat gizi penting untuk mempertahankan volume darah, mengatur keseimbangan air dalam sel, dan menjaga fungsi saraf. Ginjal mengontrol keseimbangan natrium dengan meningkatkan atau menurunkan natrium dalam urin. Natrium bersifat sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak (Sugiyarto, 2003). Sifat natrium yang sangat reaktif membuat natrium hampir tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni. Natrium yang dikombinasikan dengan klorida umumnya ditemukan sebagai garam dapur dengan rumus NaCl. Klorida berfungsi dalam mengatur keseimbangan cairan, asam, basa, dan tekanan osmotik di dalam tubuh. Natrium klorida adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk yang berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol (Paryanto, 2000). Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan endapan ion Ag+ pada argentometri zat pemeriksaan yang telah diberikan indikator. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tetap diendapkan. Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood, 2001). Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi

pengendapan

yang

cepat

mencapai

kesetimbangan

pada

setiap

penambahantitran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi (Khopkar, 1990). Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi (Khopkar, 1990). Pembentukan suatu endapan berwarna Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59 (Bassett, 1994).

BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, mortar, corong pemisah, pipet ukur, pipet volumetri, pemanas, Erlenmeyer, buret, dan kertas pH serta kertas saring. Bahan yang diperlukan yaitu sampel makanan, HNO3 10%, akuades, Mg-Oksida, K2CrO4 5%, AgNO3 0,05 N.

3.2 Prosedur Kerja a. Sampel yang sedikit atau Tidak Mengandung Lemak Ditimbang 1 gram sampel dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 mL akuades. Diasamkan dengan HNO3 10% dan kemudian dinetralkan dengan Mg-Oksida. Setelah netral dan ditest pHnya, dititrasi dengan AgNO3 0,05 N dengan 3 mL indicator K2CrO4 5% sampai terbentuk endapan merah bata.

Perhitungan : % NaCl =

π‘šπΏ 𝐴𝑔𝑁𝑂3 π‘₯ 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 π‘₯ 58,46 π‘šπ‘–π‘™π‘–π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™

x 100

Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan Tabel 1. Data hasil pengamatan (biskuit crackers) Sampel

Volume

Volume AgNO3 0,05 N

Kadar NaCl

Sampel (mL)

Awal

Akhir

Simplo

100 mL

0 mL

7,0 mL

2,0461 %

Duplo

100 mL

7,0 mL

14,4 mL

2,163 %

4.2 Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan untuk menetapkan kadar garam (NaCl) pada suatu bahan pangan. Bahan pangan yang dijadikan sampel dan ditentukan kadar garamnya adalah biskuit crispy crackers merek AIM Biscuit. Kadar Garam NaCl dalam sampel tersebut dapat ditentukan jumlahnya dengan metode titrasi argentometri yang dimana melibatkan reaksi pengendapan yang menggunakan larutan AgNO3 sebagai titran. Pada percobaan ini menggunakan metode Mohr yaitu didasarkan pada pembentukan endapan berwarna. Metode Mohr merupakan salah satu bentuk metode Titrasi Argentometri, yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja penentuan konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3 dengan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator (Yusmita, 2017). Kelebihan Metode Mohr memilki cara kerja yang lebih sederhana dan titik akhir titrasi yang mudah ditentukan serta metode ini hanya baik untuk menentukan kadar Cl dan Br. Sedangkan kelemahan pada metode ini jika terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai yang mengakibatkan titik akhir titrasi jadi tidak tajam. Sebagai solusinya dilakukan pengadukan secara cepat. Pada lingkungan untuk titrasi berada pada suasana netral dan sedikit alkalis pada pH 6-10. Pada suasana asam CrO2βˆ’ 4 dapat melarut

sehingga Ag2CrO4 tidak mengendap. Sedangkan dalam suasan basa, AgNO3 akan bereaksi denganbbasanya sehingga hasil titrasi akan salah. Menurut Underwood dan Day (1992) dalam Yusmita (2017), Larutan AgNO3 dan larutan NaCl pada awalnya masing masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambahkan dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna dan aquades tersebut larut dalam larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa. Setelah ditambahkan indikator K2CrO4, larutan kemudian berubah warna menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang ditambahkan. Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Endapan tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl- mengendap dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut: Ag+ + Cl- β†’ AgCl (putih) 2 Ag+ + CrO2βˆ’ 4 β†’

Ag2CrO4 (merah bata)

Untuk dapat melakukan titrasi dan mendapatkan hasil titrasi dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu pH larutan, dimana pH larutan harus dalam suasana netral atau basa lemah (pH = 6 – 8). Hal tersebut harus dilakukan karena jika berlangsung dalam suasana asam, maka konsentrasi ion CrO2βˆ’ 4 akan berkurang. Kemudian jika titrasi dilakukan dalam suasana basa kuat, maka akan timbul suatu endapan peroksida. Selain itu, titrasi juga harus dilakukan secara cepat dan pengocokan harus dilakukan dengan kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang akan menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai (Yusmita, 2017). Hal-hal tersebut merupakan kekurangan dari titrasi argentometri ini, karena titrasi harus dilakukan dengan kondisi-kondisi yang telah ditentukan. Jika tidak dilakukan dengan kondisi-kondisi yang telah ditentukan, maka akan menghasilkan hasil titrasi yang kurang baik.

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dengan warna endapan analat dengan Ag+. Pada analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi (Yusmita, 2017): Ag+ (aq) + Cl- (aq) β†’ AgCl (s) Sedangkan pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi berikut: 2 Ag+ (aq) + CrO2βˆ’ 4 (aq) β†’ Ag2CrO4 (s) Menurut Harjadi (1993), Selama titrasi mohr larutan harus diaduk dengan baik karena jika tidak maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan dioklusioleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian sehingga titik akhir menjadi tidak sharp. Natrium Klorida (NaCl) atau yang biasa dikenal dengan sebutan garam dapur sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai pemberi rasa asin dan dapat mencegah kebusukan. Garam termasuk bahan pengawet GRAS (Generally Recognize as Safe) sehingga aman dan tidak berefek toksik. Kemampuan garam sebagai pengawet disebabkan mampu berperan sebagai penghambat selektif mikrooorganisme pencemar tertentu dan garam mampu mempengaruhi water activity suatu substrat sehingga mengontrol pertumbuhan mikroba. Hasil analisa kadar garam biskuit crispy crackers merek AIM Biscuit Kemudian setelah titrasi dilakukan perhitungan hasil analisa kadar NaCl dalam sampel biskuit crispy crackers merek AIM Biscuit tersebut yaitu mengandung 2,105% NaCl. AIM Crispy Cracker ini boleh dikonsumsi karena sudah terdaftar di BPOM RI MD. 235513051137 dan mendapat sertifikat halal dari LPPOM MUI. Ditinjau dari kemasan pangan ini terdapat informasi nilai gizi yaitu dalam takaran saji sebesar 25 gram memiliki energi total 130 kkal, energi dari lemak 60 kkal, lemak total 6 gram, kolesterol 0 gram, protein 2 gram, karbohidrat total 16 gram, gula 1 gram, natrium 270 mg, dan kalium 20 mg. Untuk kadar garam (yang dihitung sebagai NaCl) pada syarat mutu makanan ringan ekstrudat pada biskuit kemasan dalam SNI 2886:2015 maksimal sebesar 2,5 %. Pada percoban ini kadar NaCl yang didapatkan sebesar 2,105%. Bahan tambahan pangan tersebut

diizinkan untuk makanan ringan ekstrudat karena sesuai dengan ketentuan yang berlaku. NaCl ini juga mempunyai banyak kegunaan seperti: 1. Sebagai garam, garam dapur, garam meja, atau garam karang. 2. Sebagai bahan utama dalam garam yang dapat dimakan ini , biasanya digunakan sebagai bumbu dan makanan pengawet. 3. Garam digunakan dalam berbagai aplikasi, dari industri pulp dan kertas, untuk pengaturan pewarna pada tekstil dan kain, untuk memproduksi sabun, deterjen dan produk-produk mandi lainnya. 4. Sumber utama klorin industri dan natrium hidroksida , dan digunakan dalam hampir setiap industri. 5. Kadang-kadang digunakan sebagai pengering yang murah dan aman karena sifatnya yang higroskopis, efektif untuk membuat pengawetan makanan metoda pengasinan, seperti menarik air dari bakteri melalui tekanan osmotik mencegah mereka dari reproduksi yang menyebabkan makanan dirusak. 6. Digunakan untuk melepaskan lintah yang melekat sendiri 7. Garam ini juga digunakan untuk membasmi kuman luka. 8. Kristal murni NaCl adalah senyawa optik dengan berbagai macam transmisi dari 200 nm sampai 20 ΞΌm. Ini sering digunakan dalam rentang spektrum inframerah dan kadang-kadang masih digunakan. Saat ini kristal seperti selenide seng (ZnSe) yang digunakan sebagai pengganti NaCl (untuk rentang spektrum IR).

Menurut Muchtadi (1993), Dalam tubuh garam yang dikonsumsi sebagian besar akan diserap oleh usus dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urin. Akan tetapi

bila

jumlah

yang dikonsumsi

melebihi

kapasitas,

ginjal

untuk

mengeluarkannya kembali sehingga kadar natrium dalam darah akan meningkat. Untuk mengembalikan kadar natrium darah ke tingkat yang normal, tubuh mengaturnya dengan cara menambah jumlah cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan natrium tersebut. Akibatnya volume darah yang bersirkulasi dalam sistem sirkulasi bertambah jumlahnya, dan apabila jumlah ini melebihi volume tertentu, maka tekanan di dalam sistem tersebut meningkat, dan

orang yang mengalaminya dikatakan menderita penyakit darah tinggi (essential hypertension). Menurut Yusmita (2017), tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg natrium. Kebanyakan makanan yang kita konsumsi sehari-hari kandungan garamnya lebih banyak dari kebutuhan tubuh per hari. Selain meningkatkan tekanan darah, kadar garam yang tinggi dalam tubuh juga membuat kerja ginjal jadi jauh lebih berat. Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg natrium. Natrium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu, ginjal perlu bekerja lebih keras untuk tetap mempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa tubuh agar tidak muncul penyakit akibat kelebihan. Konsumsi garam yang rendah juga dapat menyebabkan volume darah menurun sehingga tekanan darah ikut turun, denyut jantung meningkat, pusing, kadang-kadang disertai kram otot, lemas, lelah, kehilangan selera makan, daya ingat menurun, daya tahan terhadap infeksi rendah, luka sulit untuk disembuhkan, gangguan penglihatan, rambut tidak sehat dan bercabang ujungnya serta terbentuknya bercak-bercak putih di kuku (Yurmita, 2017). Menurut Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan RI (2014) dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya dengan cara menyajikan makanan rendah natrium: 1. Gunakan garam beriodium untuk konsumsi. 2. Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti sayuran, kacangkacangan atau ikan, baca label informasi nilai gizi dan pilih yang rendah natrium. 3. Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu dicuci terlebih dahulu agar sebagian garam dapat terbuang 4. Gunakan mentega atau margarine tanpa garam (unsalted) 5. Jika mengonsumsi mi instan gunakan sebagian saja bumbu dalam sachet bumbu yang tersedia dalam kemasan mi instan 6. Coba bumbu yang berbeda untuk meningkatkan rasa makanan, seperti jahe atau bawang putih. Mengonsumsi lebih banyak pangan sumber

kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pangan sumber kalium adalah kismis, kentang, pisang, kacang (beans) dan yoghurt.

Dalam Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan RI (2014) juga terdapat gambar mengenai β€œTumpeng Gizi Seimbang”. Tumperng gizi Seimbang dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik sehari-hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memantau berat badan.

Gambar 2. Tumpeng Gizi Seimbang (Panduan Konsumsi Sehari-hari)

Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya Gizi Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu beragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri dan lingkungan, dan pemantaun berat badan. Semakin ke atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas yaitu gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi setiap kelompok pangan yang

dianjurkan. Misalnya pada kelompok sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar 300 gram sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955 tersebut, merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan β€œ4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar NaCl Kadar NaCl pada sampel simplo % π‘π‘ŽπΆπ‘™ =

mL AgNO3 Γ— 𝑁 AgNO3 Γ— 58,46 Γ— 100 mg Sampel

% π‘π‘ŽπΆπ‘™ =

7,0 mL Γ— 0,05 𝑁 Γ— 58,46 Γ— 100 1000 mg

% π‘π‘ŽπΆπ‘™ = 2,0461 %

Kadar NaCl pada sampel duplo % π‘π‘ŽπΆπ‘™ =

mL AgNO3 Γ— 𝑁 AgNO3 Γ— 58,46 Γ— 100 mg Sampel

% π‘π‘ŽπΆπ‘™ =

7,4 mL Γ— 0,05 𝑁 Γ— 58,46 Γ— 100 1000 mg

% π‘π‘ŽπΆπ‘™ = 2,163 %

Rata-rata standar deviasi Standar Deviasi xΜ„ =

2,0461 % + 2,163 % 2

Standar Deviasi xΜ„ = 2,105 %

Lampiran 2. Informasi kemasan AIM Biskuit Crispy Crackers

Gambar 3. Informasi Nilai Gizi AIM Biskuit Crispy Crackers

Gambar 4. Informasi No. Registrasi AIM Biskuit Crispy Crackers Pada Laman Web cekbpom.pom.go.id

Lampiran 2. Dokumentasi percobaan penentuaan kadar NaCl pada bahan pangan

Sampel Biskuit

Sampel biskuit yang telah didestruksi

Ditambahkan aquades dan penyaringan

Dinetralkan dengan HNO3 10%

Dinetralkan dengan Mg-Oksida

Diteteskan dengan indikatir K2CrO4 5%

Hasil akhir setelah dititrasi

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, D. G., N. I., & James. (2018, Maret 14). Penentuan Waktu Detensi Optimum Kontinu

Dalam Proses Penyisihan Klorida Pada Reaktor Electro

Gravitational

Desalination.

Retrieved

from

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wpcontent/uploads/2010/11/pi-ws4-dewa-gde-bagus-15305071.pdf Bernaseoni, G. (2005). Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita. Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hefni, E. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dari Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kemenkes RI Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Muawanah, A., & Rudiana, T. (2018). Pedoman Praktikum Kimia Pangan Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Muchtadi, D., M. Astawan, dan N.S. Palupi. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Paryanto, I. (2000). Pengaruh Penambahan Garam Halus Pada Proses Kristalisasi Garam Farmasetis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 2 (9) : 59. SNI 2886:2015. Makanan Ringan Ekstrudat.

Sugiyarto, & Kristian, H. (2003). Kimia Anorganik II. Yogyakarta: JICA.

Titis, U. A. (2018, Maret 14). Anallisis Kadar Khlorida Pada Air dan Air Limbah

dengan

Metode

Argentometri.

Retrieved

from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375 Underwood, A.L dan Day, R.A. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga Underwood, & R.A, D. (2001). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Vogel. (2005). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Winarno, F. G. (2007). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yusmita, Lita. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (NaCl) Pada Jahe dan Lengkuas Giling di Beberapa Pasar Tradisional di Kota Padang. Padang: Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Dharma Andalas

Related Documents

Dapus Bab 2 Dian.docx
June 2020 17
Dapus Bab 1.docx
May 2020 12
Dapus Bab 1.docx
May 2020 16
Bab 1-dapus Acs.docx
December 2019 10
Dapus
August 2019 36

More Documents from "Akhir Septian"