BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupaka
MAKALAH KAMPUS
Beranda Wacana Keilmuan Makalah Hizib Dan Do'a Lirik Lagu Lembaga Makalah Bahasa Indonesia Selasa, 26 Desember 2017
Makalah Teori Motivasi "PSIKOLOGI PENDIDIKAN" BAB I PENDAHULUAN a.Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih siswa. Dengan prestasi yang tinggi, para siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah. Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Untuk mengetahui apa itu motivasi maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai motivasi, jenis, teori dan peranannya dalam belajar.[1] b. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
2. Apa saja jenis-jenis motivasi ? 3. Apa saja teori-teori motivasi ? 4. Bagaimana peranan motivasi dalam belajar dan pembelajarann? c. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian motivasi 2. Untuk mengetahui jenis-jenis motivasi 3. Untuk mengetahui teori-teori motivasi. 4. Untuk mengetahui bagaimana peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
a.Pengertian Motivasi Istilah motivasi dalam kaidah bahasa Indonesia berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang ada dalm diri individu , yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga untuk melakukan tingkah laku tertentu.[2] Sedangkan dalam mengartikan motivasi para ahli mempunyai pendapat masingmasing, diantaranya: 1.Hellriegel dan Slocum: “Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh berbagai macam kebutuhan.” 2.Petri(1981) :” Motivasi adalah kekuatan yang bertindak pada organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya” 3.Morgan dkk.(1986):” Motivasi adalah suatu kekuatan yang memggerakkan dan mendorong terjadinya perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu.[3] Dari serangkaian uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seorang individu yang menyebabkan individu tersebut melakukan aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. b.Jenis Motivasi 1.Berdasarkan arah datangnya motif : Motivasi Internal Motivasi internal diartikan sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan dari orang lain. Seseorang yang secara intrinsic termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Motif ini dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan , atau penghargaan dan cita-cita. Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul karena rang sangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ini disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman.[4]
1. 2.
3.
4.
2.Berdasarkan pengaruhnya terhadap cara seseorang dalam bertingkah laku Menurut Davis dan Newsstroom (1996), motivasi yang mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar terbagi menjadi empat pola: Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang. Motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orng lain secara efektif. Motivasi berkompetisi, yaitu dorongan untuk mencaoai hasil kerja dengan kualitas tinggi. Motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi.[5] 3.Berdasarkan sunber dan proses pekembangannya Untuk keperluan studi psikologis telah diadakan penertiban dengan diadakan penggolongannya, antara lain: Motivasi primer, adalah motivasi dasar yang bersifat alamiah dan tidak dipelajari. Motivasi ini dibedakan menjadi dua, yakni: -Dorongan fisiologis yang bersumber pada kebutuhan organis seperti lapar, haus, pernafasan, seks, dan lain sebagainya. -Dorongan umum atau motif darurat termasuk di dalamnya rasa takut, rasa kasih sayang, rasa ingin tahu dan lain-lain. Motivasi sekunder, adalah motivasi yang menunjuk pada motif yang berkembang dalam diri individu, karena pengalaman, dan dipelajari misalnya: takut terhadap apa yang dipelajari, motif sosial, motif objektif dan lain-lain.[6] c. Teori-Teori Motivasi Dari sekian banyak teori motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli, pemakalah akan mengambil beberapa teori yang banyak digunakan dan dianut pada zaman sekarang, diantaranya: 1.Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow Menurut Maslow bahwa pada saat seseorang telah mencapai dan memenuhi kebutuhan tertentu, maka mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Dia mengemukakan lima tigkat kebutuhan seoerti terlihat pada gambar di bawah ini. Kebutuhan Fisologis Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, misalnya sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan akan Rasa Aman Ketika seseorang telah tercapai kebutuhan fisologisnya maka perhatian akan diarahkan pada keselamatan diri. Misalnya, pengambilan polis asuransi, mendaftarkan diri masuk pada perserikatan kerja dan lain sebagainya. Kebutuhan Sosial Setelah semua kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, maka seseorang akan memunculkan motif baru yakni berkenaan dengan hubungan sosial. Misalnya, dalam kaitannya dengan pekerjaan seorang karyawan melakakukan pekerjaan tertentu agar memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup(pokok) , sementara di sisi yang lain, ia juga menilai pekerjaan sebagai suatu dasar hubungan kemitraan sosial yang ditimbulkannya. Kebutuhan akan Penghargaan
Percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan akan pengakuan akan orang lain. Dalam kaitannya denga pendidikan, hal itu berarti memiliki suatu capain belajar yang dapat diakui sebagai sesuatu yang bermanfaat, memndapat pengakuan dan kehormatan dalam dunia pendidikan. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Tahap ini merupakan tahap puncak dimana seseorang ingin meraih secara penuh potensinya. 2. Teori Motivasi Kesehatan Hezberg Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan para akuntan dan para ahli teknik Amerika Serikat, Hezberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Teori tersebut menjelaskan adanya beberapa faktor yang jika tidak ada akan menyebabkan ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa. Hal-hal yang tidak memuaskan, ia gambarkan sebagai motivator. Hezberg berteori,” faktor-faktor kesehatan tidak mendorong minat para pegawai. Akan tetapi,jiika faktor-faktor itu dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal, seumpama karena gaji tidak cukup tinggi atau kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu menjadi sumber ketidakpuasan potensial yang kuat.”. Motivator sebaliknya, adalah faktor-faktor yang agaknya mendorong semangat guna mencapi kinerja yang lebih tinggi dan pekerjaan denganmutu yang lebih baik. 3. Teori X dan Teori Y Douglas Mc. Gregor Teori X dabn Teori Y beranggapan bahwa teori X memandang para pekerja sebagi pemalas yang tidaak dapat diperbaiki, dan oleh karena itu, mereka menggunakan pendekatan “wortel dan tongkat” untuk menanganinya. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang-orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik.[7]
4. Teori Harapan Vroom Teori harapan didasarka pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan mereka. Contohnya, orang menginginkan kenaikan pangkatakan menunjukkan kinerja yang baik jika mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat. Vroom mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada apa yang ia gambarkan sebagai kemampuan bersenyawa (valence), alat perantara(instrumentality), dan harapan (expectancy). Kemampuan bersenyawa adalah pilihan lebih baik seseorang akan tercapainya hasil tertentu. 5. Teori Motivasi Berprestasi Mc Celland Mc Celland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil mengerjakan segala sesuatu. Ia menandai 3 motivasi utama, yaitu penggabungan, kekuatan/prestasi. Ia menandai sifat-sifat dasar orang awam berikut dengan kebutuhan penacapaian yaitu: Selera akan keadaan yang menyebabkan seseorang apat bertanggungjawab secara pribadi Kecenderungan menentukan sasaran yang pantas dan memperhitungskan risikonya Keinginan untuk mendapat umpan balik yang jelas akan kinerja .[8]
6.Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan Cleyton Alderfer E.R.G Alderfer merumuskan lagi hierarki Maslow dalam 3 kelompok yang dinyatakan sebagai keberadaaan, keterkaitan,dan pertumbuhan, yaitu: Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yan berkaitan dengan keberadaan manusia yang diperhatankan dan behubungan dengan hubungan fisiologis daridan rasa aman pada hierarki Maslow. Kebutuhan keterkaitan yaitu hubungan kemitraan Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan ppotensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukakan oleh Maslow. Menurut teori ini semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ke tingkat yang lain. d.Peranan dalam Belajar dan Pembelajaran Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain: 1.Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, daan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang dilaluinya. Dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila ia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perilaku belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar di adapt membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. 2.Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar itu sendiri. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronikkarena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta untuk memperbaiki radio yang rusak, dan berkat pengalaman dari belajar elektronik, maka anak tersebut dapat memperbaikinya. Dari pengalaman itu anak semakin termotivasi untuk beajar karena anak tersebut telah mengetahui makna dari belajar elektronik. 3.Motivasi menentukan ketekunan belajar Seoarang yang termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun. Dalm hal ini, tampak bahwa motivasi dalam belajar menyebabkan seseorang tekun dalam belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka ia tidak tahan lama dalam belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.[9]
BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN Dari serangkaian penjelaasan di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seorang individu yang menyebabkan individu tersebut melakukan aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi tersebut bias akibat rangsangan dari luar (lingkungan) individu atau berasal dari dalam diri individu (alamiah). Terdapat beberapa jenis motivasi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan arah datangnya motif, diantaranya: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selain itu jika dipandang berdasarkan pengaruhnya terhadap cara seseorang dalam bertingkah laku, diantaranya motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi berkompetisi, dan motivasi berkuasa. Disamping itu, berdasarkan sumber dan proses perkembangannya motivasi terbagi menjadi motivasi primer dan motivasi sekunder. Semua teori motivasi mengisyaratkan bahwa rangsangan adalah hal terpenting. Tidak kalah penting keinginan seseorang untuk menerima rangsangan, tersebut karena hal itu merupakan wujud kerelaan dan kesadaran dari individu serta keinginan untuk menanggapi rangsangan tersebut kemudian menginterpretasikan dalam sebuah aktivitas dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran dirasa sangat penting. Hal tersebut dikarenakan peranan motivasi sangat besar dalam menentukan hal-hal yang menguatkan intensitas belajar, memperjelas tujuan belajar serta meningkatkan ketekunan belajar.
DAFTAR PUSTAKA B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Khadijah, Nyayu. Psikologi Pendiidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014. Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Hamdu, Ghullam dan Nisa Agustina. “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan (Online), No. 01, 2011(http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu.pdf, diakses 2 Desember 2017).
[1] Ghullam Hamdu dan Nisa Agustina, “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12, 1 April 2011, 90-91. [2] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 3. [3] Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 150. [4] Ibid, 152. [5] Ibid, 152.
[6] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), 29. [7] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 45. [8] Ibid, 47. [9] Ibid, 27-29. Diposting oleh COAN CEO di 09.32
Reaksi: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Makalah Psikologi Pendidikan
Tidak ada komentar: Posting Komentar Semoga Manfaat
Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda Langganan: Posting Komentar (Atom) Pemilik
COAN CEO Jepara, Jepara/ Jawa Tengah, Indonesia Lihat profil lengkapku Translate
Diberdayakan oleh
Terjemahan
Label Blog
Hizib Lembaga Lirik Lagu Makalah Administrasi dan Manajemen Pendidikan Makalah Bahasa Indonesia Makalah Bank Syariah Makalah Bisnis Makalah Filsafat Makalah Fiqih
Makalah Hukum Tata Negara Makalah Kajian Teks Arab Makalah Media Pembelajaran Makalah Metodologi Pendidikan Islam Makalah Metodologi Studi Islam Makalah Nahwu Makalah Pengantar Pendidikan Makalah Perbankan Syariah Makalah Praktik Ibadah Makalah Psikologi Makalah Psikologi Pendidikan Makalah Sejarah Kebudayaan Makalah Sejarah Peradaban Islam (SPI) Makalah Seputar Akhlak Makalah Statistik Makalah Studi Al-Qur'an Makalah Studi Hadits Makalah Supervisi Pendidikan Makalah Ushul Fiqh RPP
Postingan Populer
Makalah Proses Lahirnya Dan Fase-fase Pemerintahan Bani Abbasiyah Makalah Proses Lahirnya Dan Fase-fase Pemerintahan Bani Abbasiyah Mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam BAB I PENDA... MAKALAH PROSES PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN MASA BANI ABBASIYAH PROSES PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN MASA BANI ABBASIYAH Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) BAB I PENDAHULUAN ... Makalah Validitas dan Reabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering di... Makalah Sholat Gerhana MAKALAH PRAKTIK IBADAH "SHOLAT GERHANA" BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tidak ada suatu kejadian diantara sekian b... MAKALAH CAKUPAN PELAYANAN PRIMA DAN ATURAN TENTANG PELAYANAN PRIMA MAKALAH CAKUPAN PELAYANAN PRIMA DAN ATURAN TENTANG PELAYANAN PRIMA MATA KULIAH SERVICE EXCELENCE BAB I PENDAHUL... MAKALAH STUDI QUR'AN "MUNASABAH AL-QUR’AN" MAKALAH STUDI QUR'AN "MUNASABAH AL-QUR’AN" KATA PENGANTAR Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Tuhan s... MAKALAH AKHLAK MENURUT IBNU MISKAWAIH Makalah Filsafat Islam "AKHLAK MENURUT IBNU MISKAWAIH" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etika dan jiwa merupa... Arsip Blog
► 2018 (15) o
▼ 2017 (98) ▼ 12/24 - 12/31 (10) Makalah Validitas dan Reabilitas "STATISTIK" Hukum Dalam Perbankan Syariah Sebagai Bentuk Keunt... Makalah Metode Pendidikan Islam Makalah Pengelolaan Kelas "PSIKOLOGI PENDIDIKAN" Makalah Sistem Evaluasi "PSIKOLOGI PENDIDIKAN"
o o o o
Makalah Teori Motivasi "PSIKOLOGI PENDIDIKAN" MAKALAH PERENCANAAN INSTRUKSIONAL DAN TEKNOLOGI PE... MAKALAH PENDEKATAN KONTRUKTIVISME DAN PEMBELAJARAN... MAKALAH PENDEKATAN KOGNITIF KOMPLEKS "Psikilogi Pe... Makalah Pendekatan Pemrosesan Informasi "Psikologi... ► 12/17 - 12/24 (13) ► 11/05 - 11/12 (36) ► 10/29 - 11/05 (33) ► 10/22 - 10/29 (6)
Google+ Followers Hal
https://makalahkampus15.blogspot.co.id/2017/11/lirik-bidadari-surga-uje-versi.html Entri yang Diunggulkan
Makalah MASA KOLONIALISME TERHADAP DUNIA ISLAM Makalah Sejarah Peradaban Islam (SPI) MASA KOLONIALISME TERHADAP DUNIA ISLAM PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode mode... Pencarian
Formulir Kontak
Nama Email * Pesan *
Gus Han. Tema Sederhana. Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
n kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi adalahsebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian jika sebuah motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali. Dan pada makalah ini, saya akan mencoba membahas tentang motivasi dan macam-macam teori motivasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu motivasi ? 2. Macam - macam teori motivasi ?
BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsipprinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas sehari-hari. B. Konsep Motivasi Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut 1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi. 2. Model Hubungan Manusia Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting. 3. Model Sumber Daya Manusia Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. C. Jenis Motivasi 1. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. D. Teori-teori Motivasi
1. Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan) Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting; • Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) • Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) • Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki) • Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan) • Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). 2. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor) Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). 1) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), 2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 3. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab. d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja. Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y : a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain. b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab. d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif. 4. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan ) Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: • Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas • Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu). • Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan. 5. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi) Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: • Need for achievement (kebutuhan akan prestasi) • Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow) • Need for Power (dorongan untuk mengatur). 6. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG) Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory) Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. 8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari. Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang yang terjadi jika suatu motif telahdihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai. Sedangkan motif adalah segaladaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif tidak dapat dilihat begitusaja dari perilaku seseorang karena motif tidak selalu seperti yang tampak, bahkankadang-kadang
berlawanan dari yang tampak. Dari tujuan-tujuan yang tidak selalu disadariini, kita dipaksa menghadapi seluruh persoalan motivasi yang tidak disadari itu. Karena teori motivasi yang sehat tidak membenarkan pengabaian terhadap kehidupan tidak sadar. Dari banyaknya pandangan yang berbeda mengenai motivasi yang mungkin dikarenakanoleh penggunaan metode observasi yang berbeda-beda, studi tentang berbagai kelompokusia dan jenis kelamin yang berbeda, dan sebagainya, terdapat model tentang motivasiyang digeneralisasi yang mempersatukan berbagai teori yang ada.Ada macam-macam motivasi dalam satu perilaku. Suatu perbuatan atau keinginan yangdisadari dan hanya mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa.Karena suatu keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsisebagai penyalur untuk tujuan-tujuan lainnya.Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan ”hasil pekerjaan”seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang dapat diidentifikasisebagai ”kemampuannya”. Jadi, motivasi memegang peranan sebagai perantara untukmentransformasikan kemampuan menjadi hasil pekerjaan. B. Daftar Pustaka Agus. TEORI-TEORI MOTIVASI. http://agus.blogchandra.com/teori-teori-motivasi/ Sudrajad, akhmad. 2008. TEORI-TEORI MOTIVASI Ryanti, D.B.P & Prabowo, H. Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum 2. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : PT. Gramedia
15+ Macam Macam Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi, Lengkap! SalamadianFebruari 24, 20181
Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi – Pengertian pemimpin adalah Individu atau seseorang yang mempunyai kecakapa atau kelebihan dalam suatu bidang sehingga ia
dapat mempengaruhi orang- orang lain dalam suatu organisasi ataupun perusahaan untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu sesuai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan kepemimpinan menurut George R Terry adalah aktivitas mempengaruhi orangorang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan sendiri yang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Setiap gaya pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri baik itu untuk organisasi perusahaan ataupun lembaga. Berikut adalah macam macam gaya kepemimpinan. Daftar Isi Artikel [buka]
Macam Macam Gaya Kepemimpinan
preefik.com Dalam bab ini kita akan membahas gaya-gaya kepemimpinan yang biasa digunakan pimpinan baik itu dalam kepemimpinan organisasi ataupun perusahaan.
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis Menurut Sudarwan Danim, Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepimpinan dimana anggota organisasi/kelompok diberikan kebebasan dalam mengutarakan pendapat, ide ataupun gagasan. Pemimpin menekankan kesederajatan dan sering melakukan interaksi, konsultasi atau musyawarah dengan bawahan sebelum mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan demokratis adalah salah satu gaya kepemimpinan yang paling disukai karena dapat mendorong kompetensi, kreativitas, kejujuran, kecerdasan dan keberanian berpendapat bawahan- bawahannya.
2. Gaya Kepemimpinan Otokratis atau Otoriter Jika gaya kepemimpinan demokratis berpusat pada bawahan atau anak buah, Maka gaya kepemimpinan otokratis adalah sebaliknya. Gaya kepemimpinan otokrasi adalah gaya yang memusatkan diri pada atasan. seluruh keputusan diambil berdasarkan pertimbangan pemimpin itu sendiri. Sementara bawahan dituntut untuk menjalankan keputusan tersebut baik suka ataupun tidak suka. Peran bawahan dalam pengambilan keputusan terbatas atau bahkan tidak ada. Atasan akan menentukan lewat komunikasi satu arah, apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana caranya, kapan waktunya hingga seperti apa tugas dikerjakan. Gaya otokratis ditandai dengan banyaknya perintah atau petunjuk yang diberikan atasan. gaya kepemimpinan ini membutuhkan kepatuhan total bawahannya untuk menjalankan prosedur- prosedur yang telah dibuat.
3. Gaya Kepemimpinan Instruktif Gaya kepemimpinan instruktif adalah gaya yang menekankan instruksi atau pengarahan langsung dari atasan pada bawahan (-bawahan baru). Biasanya sifat instruksi atau pengarahan itu sendiri sangat spesifik. Seperti tugas apa yang harus dilakukan, bagaimana hingga kapan harus dilakukan. Seorang atasan yang menerapkan gaya kepemimpinan instruktif akan memberikan pengawasan lebih kepada bawahan atau anak buah yang baru bekerja. Selain itu kepemimpinan instruktif ini juga memiliki kadar direktif yang relatif tinggi.
Kadar supportifnya juga rendah sehingga dianggap tidak efektif untuk menggali potensi sumber daya manusia dari bawahan. Bahkan gaya kepemimpinan yang satu ini bisa membuat kualitas pegawai lebih rendah.
4. Gaya Kepemimpinan Delegatif
briantracy.com Sesuai dengan namanya, gaya kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan yang dipenuhi dengan tindakan atasan yang lebih banyak menyerahkan keputusan kepada bawahan. Biasanya atasan juga sangat jarang memberi arahan kepada anak buah. Tujuan gaya kepemimpinan delegatif ini adalah untuk melatih anak buah dalam menyelesaikan persoalannya sendiri dalam sebuah organisasi hingga perusahaan tanpa harus melibatkan peran atasan lebih banyak. Banyak atasan menggunakan gaya kepemimpinan yag satu ini tidak hanya dalam rangka membuat operasional perusahaan berjalan dengan baik. Namun banyak atasan mempertimbangkan untuk menggunakan gaya kepemimpinan delegatif ini dalam rangka memaksimal potensi bawahan. Dalam gaya kepemimpinan delegatif, bawahan lebih banyak dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik saat bekerja, mengajukan ide-ide kreatif hingga motivasi tinggi.
5. Gaya Kepemimpinan Birokratis Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya memimpin yang mengacu pada peraturan. Tanda-tanda yang paling mudah dikenali dari seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan birokratis adalah perilaku taat prosedur.
Ketaatan ini tidak hanya berlaku untuk dirinya sebagai atasan namun juga untuk bawahan yang berada dalam kepemimpinannya. Selain taat prosedur, atasan dengan gaya kepemimpinan birokratis ini juga lebih banyak mengambil keputusan sesuai prosedur, lebih kaku dan tidak fleksibel. Karakteristik yang dapat dikenali dapat gaya kepemimpinan birokratif adalah adanya keputusan yang berpusat pada atasan. Biasanya semua keputusan yang dibuat dan berkaitan dengan pekerjaan akan ditentukan oleh atasan. Sementara bawahan menjadi pihak yang wajib menjalankannya. Atasan juga menjadi penentu standar bawahan untuk melaksanakan tugas. Atasan juga akan memberikan sanksi yang jelas jika bawahan tidak memiliki kinerja sesuai prosedur standar kerja yang berlaku.
6. Model Kepemimpinan Partisipatif Gaya kepemimpinan partisipatif sebetulnya adalah nama lain dari gaya kepemimpinan demokratis. gaya partisipatif menuntut peran aktif atau partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan. Karena itu setiap kali keputusan diambil, atasan tidak akan mengambil keputusan secara sepihak tanpa harus berdiskusi lebih dulu dengan bawahan. Mengingat pentingnya peran bawahan atau anggota dalam kepemimpinan partisipatif, perwujudan kepemimpinan ini membuat atasan harus lebih proaktif. Mendekati bawahan dan memastikan langsung mengenai tanggapan karyawan terhadap keputusan yang diambilnya.
7. Gaya Kepemimpinan Konsultatif Dalam beberapa pembahasan, gaya kepemimpinan konsultatif ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari gaya kepemimpinan partisipatif. Pasalnya gaya kepemimpinan partisipatif menghendaki adanya peran aktif dari bawahan untuk mendukung atasan. Keterlibatan bawahan dalam hal ini anak buah sangat besar dalam proses pengambilan keputusan hingga apapun yang ditentukan oleh atasan. Namun penerapan gaya kepemimpinan konsultatif ini lebih kepada atasan yang meminta pendapat bawahan atas keputusan yang akan diambil.
Jika dalam gaya kepemimpinan demokratis peran bawahan menjadi sangat penting karena memiliki derajat yang sama besarnya dengan atasan dalam mengambil keputusan. Sementara dalam gaya kepemimpinan konsultatif ini, peran bawahan juga tetap cukup besar, namun sifatnya hanya menjadi konsultan bagi atasan. Dengan kata lain, atasan akan selalu berkonsultasi atau berdiskusi dengan bawahan namun hak mutlak pengambilan keputusan masih ada di tangannya.
8. Gaya Kepemimpinan Situasional Gaya kepemimpinan situasional adalah gaya yang memimpin yang menggunakan berbagai macam gaya kepemimpinan berbeda-beda (demokratis, otoriter, delegatif dll) yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan dari bawahan atau pegawai dan kondisi yang ada. Seorang atasan yang menerapkan gaya kepemimpinan situasional ini cenderung menyadari jika tidak ada acuan baku gaya kepemimpinan terbaik. Atasan yang sukses cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang fleksibel. Meski cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi anggota atau anak buah, namun biasanya atasan dengan gaya kepemimpinan situasional memiliki beberapa karakter yang dapat dibaca. Setidaknya ada beberapa karakter atau gaya yang selalu dilakukan seorang atasan yang mengadopsi kepemimpinan situasional. Diantaranya telling directing atau lebih banyak memberitahu, menunjukkan dan memimpin juga menetapkan. Selain itu atasan juga akan lebih banyak selling coaching atau menjual, menjelaskan sekaligus memperjelas dan membujuk. Participating supporting atau mengikutsertakan hingga memberi semangat dan bekerja sama. Dan juga delegating atau memberikan delegasi, mengawasi sekaligus menyelesaikan. 9. Gaya Kepemimpinan Paternalistik 10. Gaya Kepemimpinan Egaliter 11. Gaya Kepemimpinan Transformatif 12. Gaya Kepemimpinan Autocratic 13. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
14. Gaya Kepemimpinan Kharismatik 15. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership
Demikian artikel singkat mengenai penjelasan dari gaya kepemimpinan baik itu otoriter demokratis definisi pengertian dari gaya kepemimpinan beserta dengan jenis model dan macam macam gaya kepemimpinan yang ada dalam organisasi atau perusahaan.