Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Semula shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam,
seperti sari biji Perak, sari daging kelapa, dan sari abu merang (sekam padi). Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen, yakni “zat sabun” sintetik, sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah shampo yang dibuat dari detergen. Dan untuk shampo yang dibuat dari bahan lain, biasanya diberikan penjelasan seperlunya, misalnya shampo merang. Pada saat ini perkembangan mobil dan motor berkembang dengan sangat pesat dan bahkan hampir smeua masyarakat memilikinya. Dengan meningkatnya perkembangan mobil dan motor ini meenyebabkan munculnya kebutuhan baru yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk merawat atau membersihkan mobil dan motor secara efektif dan efisien. Karena bagaimanapun juga, mobil dan motor tersbut perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat agar tampilan mobil dan motor agar tidak cepat rusak. Dan untuk kebutuhan ini, kebanyakan orang menggunakan shampoo mobil atau motor untuk pencucian (Amin, 2011). Shampo yang terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena memiliki efektifitas pencucian yang lebih bagus.Hal ini dikarenakan kandungan surfaktan dalam deterjen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan membersihkan kotoran.Surfaktan itu sendiri merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar dan nonpolar pada molekul yang sama (Anonim, 2009). 1.2
Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara pembuatan shampoo motor dan shampoo mobil 2. Menentukan karakteristik pembuatan shampoo motor dan shampoo mobil
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 1.3
2
Manfaat Praktikum 1. Mempelajari, mengetahui cara pembuatan shampoo mobil sehingga dapat mengaplikasikannya pada kehidupan yang memberikan dampak positif. 2. Dapat mengetahui karakteristik shampoo dan mengetahui kualitas shampoo dari pengujian karakteristik shampoo tersebut.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Shampo Mobil atau Motor Shampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang sudah banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linear Alkyl Benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Teknologi pembuatan produk shampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih dan proses yang rumit (Holmberg, dkk, 2003). Semula shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji Perak, sari daging kelapa, dan sari abu merang (sekam padi). Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen, yakni “zat sabun” sintetik, sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah shampo yang dibuat dari detergen. Dan untuk shampo yang dibuat dari bahan lain, biasanya diberikan penjelasan seperlunya, misalnya shampo merang. Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, shampo harus memiliki sifat berikut: 1. Shampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air. 2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering. 3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika. 4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
4
Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya (Ismunandar, 2004). 2.2
Surfaktan Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Beberapa kegunaan surfaktan antara lain yaitu : Deterjen, pelembut kain, pengemulsi, cat, adesif, tinta, anti–fogging, remidiasi tanah, pendispersi, pembasah, Ski wax dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa, penghilang busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan insektisida, coating, sanitasi, sampo, pelembut rambut, spermicide, pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dsb (Holmberg, dkk, 2003). 2.2.1 Sifat Surfaktan Sifat-sifat surfaktan terbagi dua yaitu: a.
Sifat umum surfaktan :
1.
Sebagai larutan koloid Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan larutan koloid.
Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan gugus yang hidrofob (tak suka air). Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal, gumpalan ini disebut misel atau baik berbentuk sferik/ ’S’ (daya hantar listriknya tinggi) atau lamelar/ ’L’ (daya hantar listriknya kecil disebut juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak–balik dengan sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai konsentrasi kritik misel menurut aturan Jones dan Burry.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 2.
5
Adsorpsi Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada pelarut
murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukkan bahwa molekul-molekul zat terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada dipermukaan. Hubungan antara derajat
penyerapan dan penurunan tegangan permukaan dinyatakan dalam
persamaan Gibbs. 3.
Kelarutan dan daya melarutkan Murray dan Hartly dalam pernyataanya menunjukkan bahwa partikel-partikel
tunggal relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan tinggi. Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin tinggi temperatur kritik larutan.
b.
Sifat khusus surfaktan:
1.
Pembasahan Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan
dinyatakan oleh Hukum Dupre. 2.
Daya Busa Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil
tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktan mempunyai daya busa. 3.
Daya Emulsi Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak
saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktan akan menurunkan tegangan antar muka, sehingga terjadi emulsi yang stabil ( Holmberg, dkk, 2003). 2.2.2. Macam-macam Surfaktan Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES). Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi. Disamping itu, minyak bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
6
banyak pihak mencari alternative surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. 1.
Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil benzena dengan
Belerang trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil benzena maka persamaan reaksinya adalah : C6H5C12H25
+
SO3
(Alkil Benzena) (Blerang Trioksit)
C6H4C12H25SO3H ......................... (1) (Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat.
Gambar 2.1 Alkil Benzene Sulfonat ( Borwankar, dkk., 1992) 2.
Linear Alkil Benzene Sulfonat (LABS). Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi: C12H25OH (Lauril Alkohol)
+
H2SO4 (asam sulfat)
C12H25OSO3H (LAS)
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
+
H2O ................... (2) (Air)
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
7
+ + NaOH
Gambar 2.2 Pembentukan LABSNa (Voight,1994). Molekul LAS berisi cincin aromatik tersulfonasi pada posisi para dan melekat pada rantai alkil linier di setiap posisi kecuali karbon terminal. Rantai karbon alkil biasanya memiliki atom karbon 10 sampai 14 dan linearitas dari rantai alkil berkisar 87-98%. Sementara LAS komersial terdiri dari lebih dari 20 individu komponen, rasio dari berbagai homolognya dan isomer, yang mewakili panjang rantai alkil yang berbeda dan posisi cincin aromatik di sepanjang rantai alkil linier, relatif konstan dalam produk saat ini diproduksi, dengan tertimbang jumlah karbon rata-rata rantai alkil berdasarkan volume produksi per daerah antara 11,7-11,8. LAS didukung sebagai kategori karena konsistensi dekat campuran, penggunaan komersial mereka, nasib, dan kesehatan dan dampak lingkungan. 3.
SLS ( Sodium Lauryl Sulfonat ) Natrium lauril sulfat (SLS), natrium lauril sulfate atau sodium dodecyl sulfat (SDS
atau NaDS) (C12H25SO4Na) adalah anionic surfaktan yang digunakan dalam membersihkan dan produk kebersihan. SLS adalah surfaktan sangat efektif dan digunakan dalam setiap tugas yang membutuhkan penghapusan noda berminyak. SLS terkadang dijadikan sebagai penunjang busa, pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting. Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap "memegang" partikel yang
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
8
telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut (Voight, 1994).
Gambar 2.3 Struktur SLS (Voight, 1994). Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat. SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa. a.
Karakteristik SLS Sifat hidroskofis SLS hanya terjadi dibawah suhu 50 0C, sedangkan pada suhu diatas
500C SLS berbentuk padat. Densitas SLS hasil pemasakan lebih besar dari densitas SLS komersial, hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan kemurnian kedua SLS tersebut. Densitas SLS hasil pemasakan yaitu 1,41 g/cm3 (lebih besar dari densitas air), akan tetapi pada pengujian sifat kelarutan di dalam air (aquades), SLS hasil pemasakan larut sempurna di dalam air (tidak ada endapan). Dari beberapa pengujian karakteristik SLS tersebut dapat disimpulkan bahwa SLS hasil pemasakan relatif memiliki sifat yang sama dengan SLS komersial.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
9
Sifat-sifat umum SLS adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Sifat-Sifat Umum SLS NO
Sifat-sifat Umum SLS
1
Merupakan surfaktan anionic sebesar 68%-73%
2
Memiliki pH sebesar 7.0-9.0
3
Mengandung sodium sulfat sebesar 1 %
4
Mengandung sodium klorida sebesar 0.1 %
5
Mengandung dioksan sebesar 30 ppm
6
Merupakan pasta berwarna kuning transparan
7
Dibuat dari fatty alcohol
Sumber : Schubert, 1992 b. Kandungan SLS sebagai Foam Booster SLS terkadang dijadikan sebagai penunjang busa, pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting.Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap "memegang" partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan
Natrium
Lauril
Sulfat.
SLS
diketahui
menyebabkan
iritasi
pada
kulit,memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa. Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener tersebut, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin. Golongan ammonium kuartener dapat membentuk senyawa nitrosamin.Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker. Pada deterjen anionik, ditambahkan surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS), yang merupakan golongan ammonium kuartener.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
10
Senyawa SLES (sodium lauryl ether sulfonate) adalah senyawa dibuat dari bahan lauryl ether (C12) dan oleum. Jika bahan lauryl ( C12) ini digunakan pada shampo, bahan ini menghasilkan busa sekaligus meningkatkan stabilitas busa, meningkatkan kekuatan pencucian, dan memiliki kekentalan yang stabil. Penggunaan oleum pada pembuatan shampo ini hanya dimaksudkan untuk membantu proses pada pembuatan sodium lauryl ether sulfonate yaitu pada proses sulfonasi. 4.
Sorbitan Monooleat Sorbitan monooleat merupakan jenis senyawa ester dan memiliki rumus kimia
C24H44O6. Pada temperatur ruang, sorbitan monooleat berupa cairan dengan warna kuning terang. Dalam dunia perdagangan, sorbitan monooleat dikenal puladengan nama Polysorbates 80, Span 80 atau Tween 80. Sorbitan monooleat adalah surfaktan nonionik dan pengemulsi yang merupakan turunan dari polietoksilat sorbitan dan asam oleat, dan sering digunakan pada makanan.
Gambar 2.4 Sorbiton Monooleat (Schubert, 1992) Gugus hidrofilik dalam senyawa ini adalah polieter yang dikenal juga sebagai gugus polioxietilen yang merupakan polimer dari etilen oksida. Dalam istilah polisorbat, angka yang ditunjukkan pada polisorbat menunjukkan gugus lipofilik, dalam hal ini adalah asam oleat. Sebagai bahan kimia surfaktan, kegunaan sorbitan monooleat yang paling utama adalah sebagai emulsifier water in oil, karena sorbitan monooleat memiliki nilai HLB 4,3. Selain itu, sorbitan monooleat juga digunakan sebagai bahan tambahan untuk makanan. Sorbitan monooleat ini bersifat tidak larut dalam air dan larut dalam minyak, dan juga stabil pada suhu tinggi serta tidak beracun.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
11
Beberapa sifat sorbitan monooleat dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.2 Sifat-sifat Sorbitan Monoleat Rumus Molekul
C24H44O6
Densitas
1,06-1,09 g/Ml
Titik didih
>100˚C
Viskositas
1810 cP pada 25˚C
Titik nyala
148,89˚C
Kepolaran
Nonpolar
Berat molekul
428,61 g/mol
Specific gravity
1
Sumber : (Schubert, 1992)
5.
Metil Ester Silfonat (MES) Metil ester termasuk ke dalam golongan ester. Ester dibuat dengan mereaksikan
asam karboksilat dan alkohol. Cox dan Weerasoriya (2001) melaporkan bahwa sebagian besar metil ester diproduksi dari oleokimia. Metil ester dapat diproduksi melalui esterifikasi asam lemak dengan metanol. Reaksi transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 3. Metil ester juga dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam lemak dengan alcohol (Schubert, 1992).
Gambar 2.5 Metil Ester Sulfonat (Holmberg, 2003) 6.
Glikolipid Biosurfaktan yang paling dikenal adalah glikolipid. Glikolipid merupakan karbohidrat
yang dikombinasikan dengan rantai panjang asam aliphatic atau asam hydroxyaliphatic. Contoh
bakteri
penghasil
biosurfaktan
glikolipid
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
adalah
Pseudomonas
sp.,
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
12
Rhodococcuserythropolis,.Torulopsis sp.,dan lain-lain. Ada 3 glikolipid paling dikenal, yaitu rhamnolipid, trehalolipid dan sophorolipid.
Gambar 2.6 Glikolipid (Fessenden, 1997) 7.
Trehalose lipid Trehalose lipid yang dihasilkan oleh organisme yang berbeda memiliki ukuran
dan struktur asam myolic, jumlah atom karbon, dan derajat kejenuhan yang berbeda. Asam myolic merupakan asam lemak β-hydroxy dengan cabang α. Trehalolipid dihasilkan oleh spesies
yang
Mycobacterium, Nocardia dan Corynebacterium merupakan
trehalose disakarida yang terikat pada C-6 dan C-6‟ dengan asam myolic. Spesies Rhodococcus erythropolis dapat menghasilkan senyawa trehalose dimycolate (Desai, 1997).
Gambar 2.7 Trehalose lipid (Holmberg, 2003) 2.2.3 Klasifikasi Surfaktan Ada cara penggolongan zat aktif permukaan yang umum yaitu: 1.
Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul. Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri dari
dua gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus aril
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
13
alkil (aralkil) yang biasanya terdiri dari paling sedikit sepuluh atom karbon. Menurut struktur kimia menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini erat hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan cara penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai alifatik tinggi, dan sebagainya. Tabel 2.3 Surfaktan Berdasarkan Zat Pembentuknya Sabun
-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Naoleat, dsb.
Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan
Minyak jarak yang disulfatkan (TRO)
Parafin atau olefin yang disulfurkan
senyawa
sulfochlorida
yang
disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan (Tepol). Aralkil sulfonat
alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonatNa (Nekal A), dsb.
Alkil sulfat
Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat +
alkohol
(Nacconol.
dengan LAL),
Na-bisulfit Alkil
sulfat
sekunder/ dari alkil alkohol sekunder. Kondensat asam lemak
: kondensat dengan gugus amino (Medialan
A,
Sapamine
A), kondensat mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti aromatik (Melioaran F). Persenyawaan
polietilena
oksida
(poliglikoeter). Sumber: (Muhson, 1998).
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Alkil
amin
poliglikol
eter
(Peregal OK), Dispersol E
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
14
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut : a.
Surfaktan anionik Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan anionik adalah Linier Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat (AES), Alpha Olefin Sulfonat (AOS).
Gambar 2.8 Contoh surfaktan anionik (Hart, 1990) b.
Surfaktan kationik Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan positif.Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif pada permukaannya adalah bagian kationnya.Contoh jenis surfaktan ini adalah ammonium kuarterner, DEA (Dietanolamina). Dietanolamina, sering disingkat sebagai DEA, merupakan senyawa organik dengan rumus HN (CH2CH2OH)2. Ini adalah cairan berwarna polifungsional, menjadi sekunder amina dan diol . Seperti amina organik lainnya, Dietanolamina bertindak sebagai basa lemah. Mencerminkan karakter hidrofilik kelompok alkohol, DEA larut dalam air, dan bahkan higroskopis. Amida dibuat dari DEA sering juga hidrofilik. DEA digunakan sebagai surfaktan dan inhibitor korosi .Hal ini digunakan untuk menghilangkan hidrogen sulfida dan karbon dioksida dari gas alam.Dalam kilang minyak, DEA dalam larutan air yang biasa digunakan untuk menghilangkan hidrogen sulfida dari gas berbagai proses. DEA adalah kimia serbaguna menengah, turunan utama termasuk ethyleneimine dan etilendiamin . Dehidrasi DEA dengan asam sulfat memberikan morpholine. Amida yang berasal dari DEA dan asam lemak, yang dikenal sebagai diethanolamides , yang amphiphilic. Diethanolamides adalah bahan umum di kosmetik dan shampo ditambahkan
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
15
ke memberikan tekstur yang lembut dan tindakan berbusa. turunan yang relevan dari DEA termasuk Dietanolamina lauramide dan Dietanolamina cocamide.
Gambar 2.9 Contoh surfaktan kationik (Hart, 1990). c.
Surfaktan Non Ionik Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu
surfaktan dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun, contohnya: alkohol etoksilat, polioksietilen (R-OCH2CH). Polioksietilen adalah ester sulfat dari alkohol atau polioksitilen alkohol dibuat dengan reaksi dengan SO3 yang secara langsung diikuti denagn netralisasi menggunakan NaOH untuk menghasilkan garam natrium. Alkohol sulfat tidaklah stabil di dalam keadaan asam dan basa.C12-C16 alkohol sulfat memiliki kemampuan mengangkat kotoran yang baik, busa yang banyak dan pembasah yang baik.Alkohol sulfat sangat mudah didegradasi oleh mikroba pada kondisi aerob atau anaerob.Mono- atau diasilgliserol merupakan bahan awal untuk surfaktan ester sulfat yang dapat dipersiapkan secara langsung dari triasilgliserol tanpa reduksi lauril alkohol.
Gambar 2.10 Representasi surfaktan nonionik (Hart, 1990). d.
Surfaktan ampoterik Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di dalam larutan,
jadi surfaktan ini mengandung muatan negatip maupun muatan positip pada bagian aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN+(CH3)2CH2CH2SO3-. Banyak jenis-jenis shampo mobil.Ada yang berlimpah busa,beraoma wangi dan lainlain. Pembuatan shampo mobil merupakan teknologi yang mudah di lakukan,karena dalam
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
16
proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih dan proses yang rumit. Bahan yang penting dalam pembuatan shampo ini adalah LABS (linear alkyl benzene sulfonat) atau kadang disebut juga linear alkyl benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (sodium lauryl sulfonat). Teknologi pembuatan produk shampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna, karena dalam pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih (Muhson, 1998).
Gambar 2.11 Contoh surfaktan amfoter (Hart, 1990).
Non Ionik Anionik Kationik Amfoter
Gambar 2. 12 Struktur Surfaktan (Irdoni HS, 2015) 2.
Menurut kelarutannya
Surfaktan yang larut dalam minyak Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
Surfaktan yang larut dalam pelarut air Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
zatpengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
17
yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya (Muhson, 1998). 2.2.4 Pembuatan Surfaktan a.
α-Sulfonasi Metilen berdampingan dengan gugus karboksil cukup aktif untuk bereaksi dengan
SO3 yang menghasilkan α-Sulfonasi. Rekasi yang sangat komplek melibatkan 2 mol SO3 menghasilkan intermediet disulfonat yang bereaksi dengan metil ester yang menghasilkan α-Sulfonasi ester.α-Sulfonasi memiliki toksik yang rendah dan mudah didegradasi oleh mikroba. RCH2COOCH3 + (Metilen)
2SO3
→
(Sulfur Trioksid)
RCH(SO3H)COOSO2OCH3 ................................. (3) (Intermediet Disulfonat)
RCH(SO3H)COOSO2OCH3 +RCH2COOCH3 → (Intermediet Disulfonat) b.
(Metil Ester)
2RCH(SO3H)COOCH3 ............ (4) (α-Sulfonat)
Surfaktan dengan Basis Karbohidrat Karbohidrat telah menarik perhatian sebagai komponen hidrofilik dari surfaktan
netral, terutama sebagai alternatif industri yang tidak berbahaya menggunakan etilen oksida. Sukrosa, glukosa dan sorbitol terdapat dalam jumlah yang besar yang berasal dari sumber terbarukan. Walaupun Sorbitol Ester telah digunakan bertahun-tahun yang lalu, sintesis dalam skala besar dari gula ester sangat susah karena kemiripan kereaktifan seluruh gugus hidroksil dari karbohidrat. Kesulitan yang lainnya adalah ketidak larutan karbohidrat di dalam medium pereaksi.Kontrol reaksi yang lebih baik diantara rantai panjang alkohol dan glukosa, menghasilkan alkil poliglikosida dengan alkohol eter rantai panjang berikatan hanya dengan C-1 pada cincin glukosa.Dalam produksi komersial, glukosa diputuskan dalam alkohol berlebih dan direaksikan pada suhu 100-120°C dengan asam sulfonat sebagai katalis.Hasilnya memiliki batas rata-rata polimerisasi sebanyak 1.2-1.7 unit glukosa per molekul dan tidak dapat menyebabkan iritasi serta biodegradable. c.
Dimer dan Estolida Banyak dimer dan oligomer yang berbeda dihasilkan dari asam lemak dan alkohol.
Senyawa rantai cabang ini secara signifikan memiliki titik leleh yang lebih rendah daripada
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
18
struktur senyawa rantai lurus dengan berat molekul yang sama. Dimer yang sangat jenuh memiliki kestabilan sifat oksidasi yang baik. d.
Asam Dimer. Asam Dimer diproduksi dengan memanaskan asam lemak monoena dan diena
dengan menggunakan katalis kationik clay. Kondisi yang sesuai adalah 4% montmorillonite pada suhu 230°C selama 4-8 jam. Setelah proses distilasi, produk dengan campuran khusus dimer asilik, silik dan bisilik dengan beberapa trimer. Asam Dimer merupakan dasar dan bereaksi dengan diamina dan triamina untuk menghasilkan politriamida. Turunan imidazol digunakan sebagai penghambat korosi dan ester sebagai pelumas. Senyawa Guerbet. Alkohol Guerbet telah ditemukan lebih dari seabab yang lalu dan diproduksi dengan katalis basa dari dimerisasi alkohol alifatik dengan hasil samping air. Kondisi reaksi yang sesuai dengan memanaskan pada suhu 200-300°C. Teknologi terbaru dalam industri Alkohol Sulfat berantai panjang adalah dengan menggunakan gas SO3 sebagai Sulfating Agent. Proses ini tidak hanya menghasilkan produk dengan tingkat kemurnian yang tinggi namun juga lebih ekonomis serta umumnya menghasilkan limbah yang sedikit. Industri ini dibagi atas 5 langkah: proses persiapan udara, pembuatan SO3, Sulfasi, Netralisasi dan pengolahan gas buang. 1.
Proses Persiapan Udara Proses ini harus dilkukan dalam keadaan yang benar-benar kering, tidak boleh
dilakukan pada titik pengembunan pada -50°C. Keadaan lembab tidak hanya membuat proses menjadi korosif tetapi juga meningkatkan warna dari produk. Kemudian udara dimasukkan dengan kompresor besar ke dalam sistem pendingin yang akan mendinginkan pada suhu 3-5°C dan kebanyakan dari uap yang ada akan dikondensasikan. Setelah itu, udara akan melewati dehumidifier seperti silika gel yang akan didapatkan sedikit uap. 2.
Pembuatan SO3 Sulfur murni (99,5%) dicairkan di dalam tank dan dijaga suhunya pada 145-150°C
untuk menjaga viskositasnya minimum dan memiliki nilai yang konstan. Sulfur yang telah mencair dimasukkan kedalam sulfur burner dengan menggunakan pompa khusus dan kemudian dibakar dengan menggunakan udara kering untuk menghasilkan SO2. SO2 cair
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
19
dihasilkan dari burner pada suhu 650°C dan didinginkan pada suhu 430°C sebelum diumpankan kedalam konverter. Katalis Vanadium Pentaoksida mengubah SO2 menjadi SO3 dengan efisiensi konversi sebesar 98%. Gas SO3 didinginkan sampai suhu 60°C dan dilewatkan melalui mist eliminator untuk menghilangkan sedikit oleum yang terbentuk sebelum SO3 dimasukkan kedalam reactor. 3.
Sulfasi Sulfasi dilakukan pada banyak reaktor film terutama yang dirancang untuk mengatur
secara akurat ratio mol antara SO3 dan umpan organik di dalam setiap pipa.Bahan masuk melalui bagian atas dan mengalir turun kedalam pipa.Reaksinya kebanyakan spontan dan bersifat eksotermik. Air dingin dengan aliran yang terkontrol dimasukkan kedalam jacket untuk menjaga suhu pada 45-50°C maka hasil reaksi sebesar 97% akan mudah tercapai. 4.
Netralisasi Hasil samping dari reaktor harus dinetralisasi dengan cepat.Hal ini dapat dilakukan
dengan unit netralisasi kontinu double step. 5.
Pengolahan Gas Buang Efluen gas harus diolah agar sesuai dengan regulasi lingkungan. Gas buang dari
reaktor mengandung sedikit bahan organik dan gas SO3 serta gas SO2. Pertama pengotor dihilangkan electrostatic precipitator. Gas SO2 yang tersisa dihilangkan dengan reaksi pengendapan menggunakan kaustik soda.Konsentrasi SO2 yang tersisa dalam gas buang dilepaskan ke udara dan dijaga pada kisaran maksimum 5 ppm sebaiknya di bawah standar yang diperbolehkan. Surfaktan yang digunakan dalam pembuatan shampo motor ini adalah LABS (linear alkyl benzene sulfonat) atau disebut juga linear alkyl benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (sodium lauryl sulfonat). Pembuatan shampo ini dengan mereaksikan surfaktan (LABS) dengan NaOH sehingga menghasil kan LABSNa lalu menambahkan surfaktan penunjang dan air (Schubert, 1992). 2.3
Cara Kerja Shampo Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air → meningkatkan kemampuan air
untuk membasahi kotoran yang melekat (makin kecil nilai tegangan permukaan air, makin besar kemampuan air membasahi benda). Surfaktan bergerak di bawah lapisan berminyak → mengangkat dan permukaan → partikel berbentuk bola.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 2.4
20
Cara Surfaktan Menghilangkan Noda Kebanyakan kotoran pada pakaian melekat sebagai lapisan tipis minyak. Jika lapisan
minyak ini dapat di singkirkan, berarti partikel kotoran itu dapat di cuci. Molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang. Rantai karbon bersifat lipofilik (tidak suka air) dan hidrofilik ( suka air ). Bila sabun di kocok dengan air akan membentuk dispersi koloid, bukannya larutan sejati. Larutan sabun mengandung agregat molekul sabun yang disebut dengan misel. Rantai karbon nonpolar atau lipofilik atau tidak suka air mengarah kebagian pusat misel, dan pada bagian yang polar mengarah pada permukaan misel. Dalam kerjanya untuk menyingkirkan kotoran, molekul sabun mengelilingi dan mengemulsi butiran minyak atau lemak. “ Ekor “ lipofilik dari molekul sabun melarutkan minyak. Ujung hidrofilik dan butiran minyak menjulur ke arah air. Dengan cara ini butiran minyak terstabilkan dalam larutan air sebab muatan permukaan yang negatif dari butiran minyak mencegah penggabungan (koalesensi). Sifat menonjol lain dari sabun ialah tegangan permukaan yang sangat rendah yang menjadikan larutan sabun lebih memiliki daya pembasahan dibandingkan air saja. Akibatnya sabun termasuk golongan zat yang disebut surfaktan. Gabungan dari daya pengemulsi dan kerja permukaan dari larutan sabun memungkinkan untuk melepas kotorandari permukaan yang sedang dibersihkan dan mengemulsikannya sehingga kotoran itu tercuci bersama air (Borwankar, 1992).
Gambar 2.13 Surfaktan (Setiawan, 2009).
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 2.5
21
Viskositas Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawan gerakan sebagian
fluida relatif terhadap yang lain. Garam juga dibutuhkan dalam pembuatan bahan pencuci tangan yaitu berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan. Garam yang ditambahkan biasanya NaCl. Dengan menambahkan NaCl maka akan membuat deterjen cair menjadi lebih kental. Dengan penambahan garam maka akan menjadikan deterjen lebih mudah dalam penggunaannya, karena tidak mudah tumpah di tangan, juga akan mempengaruhi daya cuci deterjen untuk mengangkat kotoran dan lemak. Penggunaan pengental yang berlebih juga akan membuat kualitas deterjen menurun, karena terlalu kental akan memperlambat reaksi penyabunan pada kotoran, sehinngga terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen dan apabila terlalu encer maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama (Borwankar, 1992). Faktor yang mempengaruhi viskositas menurut (Voight, 1994) : a.
Besar dan Bentuk Molekul Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang besar, seperti
air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan hidrogen. Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas. b.
Suhu Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori
”lubang” terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinyu ke dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir. c.
Tekanan Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan jumlah
lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling satu terhadap yang lain.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 d.
22
Konsentrasi Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan
larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah. 2.6
Densitas Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda, semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah : ρ=
𝑚 ....................................................................................................................... (5) 𝑣
Satuan SI = kg/m3 Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang sama, semakin rapat zatnya, semakin besar massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda. Contoh : kubus yang terbuat dari besi akan lebih besar massanya dibandingkan dengan kubus yang terbuat dari kayu, jika volumenya sama. Pada massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin kecil volumenya. Sebaliknya, semakin renggang kerapatannya semakin besar volumenya. Contoh : volume air lebih besar dibanding volume besi, jika massa kedua benda tersebut sama (Kumar, 2010). 2.7
Pengangkatan Kotoran oleh Shampo Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
23
permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya. Beberapa kegunaan surfaktan antara lain yaitu : Deterjen, pelembut kain, pengemulsi, cat, adesif, tinta, anti – fogging, remidiasi tanah, pendispersi, pembasah, Ski wax dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa, penghilang busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan insektisida, coating, sanitasi, sampo, pelembut rambut, spermicide, pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dan sebagainya (Rowe, 2006).
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan 1. 4 buah wadah plastic 2. Pengaduk plastic 3. Batang pengaduk besi 4. Gelas kimia 5. Gelas ukur 6. Timbangan 7. Botol aqua 350 ml 8. Kaca arloji 9. Viscometer 10. Piknometer 11. Botol kaca sampel 3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan 1. LABS 2. SLS 3. NaOH 4. Aquades 5. Parfum 6. Pewarna makanan 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1. Pembuatan Larutan NaOH 1 N
Timbanglah NaOH 10 gram kedalam cawan petri.
Ukurlah aquades 250 ml didalam gelas ukur.
Campurlah NaOH dengan Aquades kedalam labu ukur
Aduk hingga homogen
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
24
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 3.3.2 Pembuatan LABSNa
Timbang LABS sebanyak 40 ml kedalam gelas piala
Timbang NaOH sebanyak 60 ml dari larutan NaOH yang telah dibuat sebelumnya
Tuangkan NaOH ke wadah yang berisi LABS sambil diaduk secera perlahan agar tidak berbusa hingga homogen.
3.3.3. Pembuatan SLS
Timbang SLS sebanyak 35 gram didalam cawan petri.
Ukur 125 ml aquades ditambah dengan ekstrak pandan dan aduk hingga homogen.
Tambahkan bahan pewangi dan pewarna secukupnya.
Aduk hingga homogen.
3.3.4. Pembuatan Shampo
Campurkan seluruh larutan LABS.Na dengan larutan SLS
Aduk hingga larutan LABS.Na dengan SLS bercampur homogen.
3.3.5. Karakteristik Shampo 3.3.5.1. Viskositas (menggunakan alat viscometer) 1. Shampo dimasukkan ke dalam viscometer sampai batas yang ditentukan. 2. Shampo disedot menggunakan gondok sedot sampai batas yang ditentukan. 3. Gondok sedot dibuka setelah sampai batas yang ditentukan 4. Jari tangan dibuka dan dihitung waktu yang dibutuhkan shampo untuk sampai ke batas garis pada viscometer. 3.3.5.2. Berat Jenis (menggunakan alat piknometer) 1. Piknometer kosong ditimbang, berat dicatat. 2. Shampo dimasukkan ke dalam piknometer. 3. Piknometer yang berisi shampo ditimbang, berat dicatat. 3.3.5.3. Tes Aplikasi 1. Minyak dioleskan pada wadah plastik.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
25
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
26
2. Dituangkan sedikit shampo dan dicuci. 3. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan minyak 3.3.5.4 Tes Busa
Masukan 10 ml aquades dan tambahakan 10 tetess shampo hasil percobaan kedalam salah satu botol dan shampo merk lain sebagai pembanding kedalam botol yang lain.
Guncang kedua gelas yang telah tertutup tersebut dengan gerakan yang sama
Bandingan busa yang di dapat
Hitung waktu yang diperlukan agar busa habis
3.4. Rangkaian Alat
LABS
NaOH
SLS
Pengenceran
H2O
Pengenceran
Pencampuran Pencampuran Menghasilkan Parfum LABSNa
Shampo
Gambar 3.1 Rangkaian Alat
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Pewarna
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
27
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Larutan NaOH No
Bahan
Hasil Pengamatan Larutan NaOH 1N berwarna
1. NaOH 10 gram + akuades
bening
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Larutan LABSNa No. Prosedur
Pengamatan
1.
- Larutan berwarna coklat pekat
60 larutan NaOH dimasukkan perlahan ke wadah berisi 40 gram LABS
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Larutan SLS No.
Prosedur
Pengamatan
1.
25 gram SLS dimasukkan ke wadah
- Warna larutan encer keruh
berisi 125 ml aquades
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Larutan Shampo No.
Prosedur
Pengamatan
1.
LABSNa + SLS + Pewarna Ungu
- Larutan homogen dan kental
dan Parfum
- Berwarna coklat keunguan - Berbau wangi
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
28
Tabel 4.5 Uji Densitas, Viskositas, dan Busa Pada Shampo Berat No
Sampel
Berat
Kosong
Piknometer Densitas
Piknometer 1.
Sampo
16 gram
+ Sampel 26 gram
1 gr/ml
Uji Viskositas 4,5 s/ml
Uji Busa
Lebih Halus
hasil
Tinggi busa
percobaan
7 cm dari dasar gelas ukur. Busa habis setelah 1 jam
2.
Shampo
16 gram
25 gram
0.9 gr/ml
1,6 s/ml
Komersial
Busa tidak sebanyak shampo komersial Tinggi busa 8,5 cm dari dasar gelas ukur. Busa habis setelah 50 menit
4.2
Reaksi yang Terjadi
4.2.1 Pembuatan LABSNa LABS(aq)
+
NaOH(aq) +
H2O(l)
LABSNa(aq)
4.2.2 Pembuatan SLS SLS(s)
+
H2O(l)
SLS(aq)
4.2.3 Pembuatan shampo LABSNa(aq) + H2O(l)+ SLS(aq)
(RN+(CH3)2CH2CH2SO3-(aq)
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018 4.3
29
Pembahasan
4.3.1 Pembuatan NaOH Dalam pembuatan shampo, hal pertama yang harus dipersiapkan yaitu larutan NaOH 1N. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 250 ml sampai batasnya. Aduk larutan sampai homogen. Pada pembuatan larutan NaOH dengan cara pengenceran diketahui bahwa larutan NaOH mengeluarkan hawa panas. Hawa panas yang keluar ini menjadi tanda bahwa NaOH memiliki sifat eksoterm yaitu reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan dikarenakan sifat basa nya. NaOH(s) + H2O
NaOH(aq)
4.3.2 Pembuatan LABSNa Pembuatan LABSNa pada shampo digunakan larutan LABS dengan larutan NaOH, fungsi dari larutan LABS sebagai bahan surfaktan yang kinerjanya sebagai bahan untuk menurunkan tegangan permukaan, sedangkan LABSNa berfungsi sebagai bahan untuk menurunkan tegangan permukaan tetapi sekaligus untuk dapat larut secara homogen dengan SLS. Pencampuran LABS dengan NaOH menghasilkan larutan kental berwarna coklat pekat. 4.3.3 Pembuatan SLS Pada pembuatan larutan SLS dibutuhkan SLS kristal sebanyak 25 gram dan 125 ml aquades. Menghasilkan larutan berbusa yang berwarna keruh serta encer. Busa yang timbul dikarenakan SLS pada shampo berfungsi sebagaai bahan untuk menambah busa pada shampo sehingga mempermudah melepaskan minyak pada permukaan benda. 4.3.4 Pembuatan Shampo Pembuaatan Shampo dilakukan dengan mencampurkan SLS, parfum dan pewarna dengan LABSNa. Menghasilkan larutan yang homogen, kental, berwarna coklat kehijauan, berbau harum dan memiliki busa yang dikarenakan adanya SLS yang menjadi pembusa. 4.3.5 Uji Viskositas, Densitas, dan Aplikasi Shampo Pada uji viskositas di lakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald. Uji viskositas ini berguna untuk mengetahui seberapa besar kekentalan pada shampo yang telah di buat. Dari pengujian viskositas ini, didapatkan waktu yang dibutuhkan shampo yang telah dibuat selama 3,59 detik, dan shampo komersial membutuhkan waktu selama 1,423
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
30
detik. Dan jika dijadikan kedalam bentuk satuan viskositasnya, maka shampo percobaan memiliki viskositas 4,5 cp dan shampo komersial 1,6 cp. Ini membuktikan bahwa shampo percobaan memiliki kekentalan yang lebih besar. Dan membuat shampo hasil percobaan lebih lama dalam menghilangkan noda dan kotoran dibandingkan sampo komersial. Karena semakin besar nilai kekentalan pada suatu shampo, maka proses penyabunan akan berlangsung semakin lama (Fessenden,1997). Pada perhitungan densitas pada shampo, shampo percobaan memiliki densitas sebesar 1 g/ml , sedangkan shampo komersial memilki densitas 0,9 g/ml. Sehingga densitas shampo hasil percobaan lebih besar di bandingkan dengan shampo komersial.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
31
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini shampo dibuat dari campuran larutan LABSNa yang dibuat dengan mencampurkan LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonat) larutan NaOH dengan SLS (Sodium Lauryl Sulfonat) ditambah pewangi dan pewarna. Pada percobaan ini dilakukan uji densitas, viskositas, dan tinggi busa. Pada shampo komersial didapatkan densitasnya 0,9 gr/ml, viskositasnya 1,423 s, dan tinggi busanya 7 cm. Pada shampo yang dibuat didapatkan densitasnya 1 gr/ml, viskositasnya 3,59 s, dan tinggi busanya 8,5 cm.
5.2 Saran 1.
Pengadukan merupakan hal yang sangat penting dalam praktikum ini.
2.
Ketika membuat larutan LABSNa, pengadukan harus dilakukan secara perlahan dengan cara ditekan-tekan agar tidak menimbulkan busa.
3.
Ketika pembuatan larutan SLS pengadukannya harus lebih perlahan agar busa yang dihasilkan bagus.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil
Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2018
32
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. 2011. Shampo Mobil Ekonomis. Anonim. 2009. Peranan Surfaktan pada Proses Deinking Floatation. Borwankar,dkk.1992. Emulsion stability – kinetics of flocculation and coalescence. Colloids and Surfaces. 69:135-146.p Dungan, S.R; Tai, B.H and Gerhardt C. Rowe, dkk. 2006. Handbook of pharmaceutical exsipients, 5th edition. USA : Pharmaceutical press and American Pharmacists Association Desai. 1997. ”Teori Tentang Sampo”. http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/ teoritentang-sampo_11.html, Diakses Senin 30 April 2017. Fessenden, R. 1997. “Kimia Organik, jilid 1 edisi ketiga, terjemahan oleh : Aloysius H. P”. Penerbit Erlangga. Jakarta. Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden. 1997. Dasar – Dasar Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. Hart, H. 1990. “Kimia Organik Suatu Bahan Kuliah Singkat”. Hal 276. Erlangga. Jakarta. Holmberg, K.. 2003. Surfaktantand Polymers in Aqueous Solution. 2nd. ed. New York: John Wiley & Sons, Ltd. Hou, W. and Papadopoulos,. 1997. W1/O/W2 and O1/W/O2 globules stabilized with Span 80 and Tween 80. Colloids and Surfaces A : Physicochem. Eng. Aspects. 125: 181187 Munson, B.1988. Mekanika Fluida Jilid I.Erlangga. Jakarta R. Voight.(1994). “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi Kelima. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Schubert, H. and Armbruster, H.1992. Principles of formation and stability of mulsions. Intern. Chem. Eng. 32 (1): 14-27.
Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil