ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMODIALISA Oleh : Rini Purwanti
Pendahuluan Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun dalam darah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui sirkulasi
ekstrakorporeal dengan menggunakan ginjal buatan. Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat, Pengolahan Air, Akses Darah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat
yang
bekerja
di
luar
HD
(ruang
perawatan
biasa)
Tindakan hemodialisa dilakukan ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan normal. Pada gagal ginjal kronik maka hemodialisa bisa dilakukan seumur hidup bila tidak melakukan operasi transplantasi ginjal.
Definisi Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/regular (Daurgirdas et al., 2007). Tujuan a.
membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
b.
Membuang kelebihan air.
c.
Mempertahankan sistem buffer tubuh.
d.
Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e.
Memperbaiki status kesehatan pasien.
Proses Hemodialisa Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu: a. Difusi Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat. b. Osmosis Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). c. Ultrafiltrasi Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan). Indikasi dan Kontraindikasi Hemodialisa 1. Indikasi a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjal kembali pulih. b. Pasien dengan penurunan LFG yang diikuti gejala uremik, asidosis dll c. Indikasi Biokimia -
BUN > 100 mg/dl
-
Kreatinin > 10 mg/dl
-
Hiperkalemia
-
Asidosis metabolic tak dapat diatasi
f. Indikasi Klinis -
Anoreksia, nausea, muntah
-
Ensepalopati uremikum
-
Edema paru, refraktur dieresis
-
Perikarditis uremikum
-
Perdarahan uremik
2.Kontra indikasi akses vaskuler sulit, hemodinamik tidak stabil dan gangguan kekentalan darah. penyakit alzheimer, dan enselofati (PERNEFRI, 2003).
Frekwensi Hemodialiasa Sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 2 - 3 x/mgg, setiap HD berlangsung ± 4 jam. Program dialisis dikatakan berhasil, jika : a.
Pasien mencapai BB kering.
b.
Pasien makan dengan diit normal.
c.
Kadar Hb ≥ 10 g/dl.
d.
Tekanan darah normal.
Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani HD reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik (Daurgirdas et al., 2007).
2.2.1 Komplikasi akut Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2007).
Tabel 2.3 Komplikasi Akut Hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)
Komplikasi
Hipotensi Hipertensi Reaksi Alergi Aritmia Kram Otot Emboli Udara Dialysis disequilibirium
Masalah pada dialisat / kualitas air Chlorine Kontaminasi Fluoride Kontaminasi bakteri / endotoksin
Penyebab
Penarikan cairan yang berlebihan, terapi antihipertensi, infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak adekuat Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu cepat, obat antiaritmia yang terdialisis Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit Udara memasuki sirkuit darah Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral. Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu cepat
Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop, tetanus, gejala neurologi, aritmia Demam, mengigil, hipotensi oleh karena kontaminasi dari dialisat maupun sirkuti air
2.2.2. Komplikasi kronik Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. (Bieber dan Himmelfarb, 2013).
Tabel 2.4 Komplikasi kronik hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013) Penyakit jantung Malnutrisi Hipertensi / volume excess Anemia Renal osteodystrophy Neurophaty Disfungsi reproduksi Komplikasi pada akses Gangguan perdarahan Infeksi Amiloidosis Acquired cystic kidney disease
ASUHAN KEPERAWATAN I.
Pengkajian
a. Keluhan Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini Riwayat Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.
Pemeriksaan Fisik Aktivitas istirahat/tidur o
Lelah,, lemah atau malaise
o
Insomnia
o
Tonus otot menurun
o
ROM berkurang
Sirkulasi o
Palpitasi, angina, nyeri dada
o
Hipertensi, distensi vena jugularis
o
Disritmia
o
Pallor
o
Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
o
Edema periorbital-pretibial
o
Anemia
o
Hiperlipidemia
o
Hiperparatiroid
o
Trombositopeni
o
Pericarditis
o
Aterosklerosis
o
CHF
o
LVH
Eliminasi o
Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
o
Disuri, kaji warna urin
o
Riwayat batu pada saluran kencing
o
Ascites, meteorismus, diare, konstipasi
Nutrisi/cairan o
Edema, peningkatan BB
o
Dehidrasi, penurunan BB
o
Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
o
Efek pemberian diuretic
o
Turgor kulit
o
Stomatitis, perdarahan gusi
o
Lemak subkutan menurun
o
Distensi abdomen
o
Rasa haus
o
Gastritis ulserasi
Neurosensor o
Sakit kepala, penglihatan kabur
o
Letih, insomnia
o
Kram otot, kejang, pegal-pegal
o
Iritasi kulit
o
Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan o
Sakit kepala, pusing
o
Nyeri dada, nyeri punggung
o
Gatal, pruritus,
o
Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasi o
Pernapasan kusmaul
o
Napas pendek-cepat
o
Ronchi
Keamanan o
Reaksi transfuse
o
Demam (sepsis-dehidrasi)
o
Infeksi berulang
o
Penurunan daya tahan
o
Uremia
o
Asidosis metabolic
o
Kejang-kejang
o
Fraktur tulang
Seksual o
Penurunan libido
o
Haid (-), amenore
o
Gangguan fungsi ereksi
o
Produksi testoteron dan sperma menurun
o
Infertile
Pengkajian Psikososial o
Integritaqs ego
o
Interaksi social
o
Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
o
Stress emosional
o
Konsep diri
Laboratorium o
Urine lengkap
o
Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre
dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3
o
Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi,
ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun Radiologi o
Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung,
adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal. o
Sidik nuklir dapat menentukan GFR
EKG o
Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia miokard.
Biopsi o
Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
II.
Diagnosa Keperawatan dan intervensi
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN 1
Pola nafas tidak efektif b.d -
Penumpukan cairan pada paru
Pola nafas efektif dengan criteria : -
nasal/masker/reservoir sesuai
Klien mengatakan
-
Asidosis
-
Anemia
-
RR 16-20 x/mnt
-
Hiperkalemia
-
Tidak
Karakteristik : -
Klien mengeluh sesak
-
RR > 30 x/mnt
sesak berkurang
ada
pernafasan cuping hidung
1. Beri O2
dengan tingkat sesak 2. Atur
posisi
semi
fowler/
dengan
medis
fowler 3. Kolaborasi prescript HD 4. Lakukan UF didepan bila perlu
-
Pernafasan cuping
-
hidung -
Tarikan intercostae
-
Lab BGA menunjukkan
-
-
asidosis (pH > 7,45 dll)
2
-
Hb < 7 mg/dl
-
Adanya Ronchi
-
Sputum campur darah
Tidak ada tarikan
5. Atur UFR
intercostae
6. Kolaborasi
dengan
medis
Nilai BGA Post
dalam pemberian tranfusi jika
HD normal
Hb < 7 mg/dl
Nilai Kalium post
7. Observasi Sign Vital
HD normal -
Kadar HB > 7 mg/dl
Gangguan rasa nyaman:
Kram berkurang/hilang
kram b.d.
dengan criteria
relaksasi, hiperekstensi bagian
Hipotensi
Keluhan kram berkurang
tubuh yang kram.
UFR↑/penarikan cairan di
Otot yang kram rileks
bawah BB kering
Klien nampak tenang
penyebab kram, ukur tekanan
Kandungan sodium pada
Tensi dalam batas normal
darah
cairan dialisat rendah Hipokalsemi
1. Anjurkan klien untuk
2. Lakukan distraksi, kaji
3. Bila disertai hipotensi, berikan normal salin;diikuti pemberian larutan hipertonik
Karakteristik:
dianjurkan glukosa 40%
Klien mengeluh kram
(tidak diberikan pada klien
Otot pada anggota tubuh yang
diabetic)
kram nampak tegang Klien nampak kesakitan Klien nampak gelisah Tensi menurun
4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila hipokalsemi 5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2 jam sebelum dialysis 6. Evaluasi BB kering klien, atur UF Goal dengan hati-hati 7. Anjurkan kepada klien untuk latihan peregangan pada
anggota badan yang serting kram 8. atur nilai sodium pada cairan dialisat tidak terlalu rendah.
3
Gangguan rasa nyaman:
Ekspresi wajah tenang
nyeri kepala b.d
Keluhan sakit kepala
Sindroma dis-equilibrium
berkurang/hilang
ringan
Gelisah (-)
Penggunaan larutan dialisat
Minum kopi terkendali
yang mengandung asetat
Qb minimal
Penarikan kafein dari darah
Menggunakan dialisat
secara mendadak bagi klien
bicnat
peminum kopi
Time dialysis terkendali
1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri 2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi 3. Turunkan QB sampai batas minimal (150 ml/mnt) 4. Ganti dialisat asetat dengan bicnat 5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran 6. Anjurkan untuk membatasi
Karakteristik: Klien mengeluh sakit kepala
kopi sebelum cuci darah
Ekspresi wajah nampak
7. Hentikan dialysis bila sakit
meringis
kepala tidak hilang
Nampak gelisah Riwayat peminum kopi QB tinggi Penggunaan dialisat asetat Time dialysis terlalu lama 4
Resiko terjadi hipotensi b.d.
Hipotensi tidak terjadi
1. Penurunan volume darah
dengan criteria:
yang berlebihan akibat: -
Fluktuasi UFR
-
UFR yang tinggi akibat peningkatan BB yang tinggi
-
Tanda vital dalam batas normal
-
1. Monitor tanda vital tiap jam/lebih sering bila perlu sebagai deteksi dini hipotensi 2. Kaji adanya keluhan mual,
Keluhan pusing,
pusing sebagai deteksi dini
mual (-)
hipotensi
-
-
BB kering yang
-
3. Atur UFR dengan cara: BB
terlalu rendah
dari selisih BB
sebelum cuci dikurangi BB
Sodium cairan
per time dialysis
kering dibagi time dialysis
dialisat terlalu rendah
< 5% BB kering
tidak lebih dari 5% BB kering
2.Penurunan fungsi
-
vasokonstriksi akibat -
UFR tidak lebih
Obat anti hipertensi (OAH)
-
Mengkonsumsi
4. Anjurkan tidak
OAH pada wakrtu
mengkonsumsi OAH sebelum
yang tepat
cuci
Menggunakan
5. Atur pemberian dialisat :
-
Cairan dialisat asetat
dialisat bicnat, Na
-
Gunakan bicnat hindari asetat
-
Suhu cairan dialisat
ditingkatkan,
-
Tingkatkan nilai sodium
terlalu panas
suhu diturunkan
-
Turunkan suhu dialisat ke 34-
3.Penurunan fungsi jantung -
Kegagalan meningkatkan
-
BB kering terkendali
36°C 6. Re-evaluasi BB kering 7. Anjurkan untuk tidak makan secara berlebihan saat
denyutan jantung
menjalani HD
secara tepat karena penurunan
8. Bila diketahui tensi menurun dan terdapat keluhan pusing:
pengisiannya akibat: memakan β bloker, neuropati
-
-
-
-
penurunan kontraktilitas otot jantung akibat ketuaan, hipertensi,
Berikan normal salin 100 cc/lebih
kardiak output karena alas an lain :
Turunkan UFR serendah mungkin
Ketidak mampuan meningkatkan
Atur posisi kepala lebih rendah
otonom uremikum, ketuaan.
Berikan oksigen lembab
-
Berikan larutan hipertonis
aterosklerosis, kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll 4.Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli udara, anafilksis
Karakteristik -
Klien mengeluh pusing, mual, kram
-
Tensi menurun
-
UFR tinggi
-
Suhu dialisat rendah
-
Sodium dialisat terlalu rendah
-
Pemakan asetat dialisat
-
Ureum sangat tinggi
-
Riwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis
5
1. Monitor BB, kadar ureum,
Perubahan pola nutrisi b.d.
Keluhan mual-muntah,
Pembatasan diet
tidak napsu makan
kreatinin, protein total,
Mual-muntah
berkurang/hilang
albumin, dan elektrolit
Anoreksia
Protein total dan albumin
sebagai indicator dari
Penurunan BB kering
dalam batas normal
adekuasi dialysis, status gizi
Gangguan keseimbangan
BB kering terpelihara
dan respon therafi
elektrolit
2. Anjurkan perawatan mulut
Karakteristik: Klien mengeluh mual-
untuk mencegah stomatitis,
muntah, tidak nafsu makan
membuang bau mulut 3. Berikan makanan porsi kecil
BB kering menurun Bau mulut (+)
tapi sering dalam keadaan hangat 4. Anjurkan klien untuk memilih makanan yang diperbolehkan 5. Berikan makanan dengan kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi proses katabolisme dialysis dan memelihara BB kering 6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk mengurangi metabolisme dan produk ureum, kalium, fosfat dan H+ 7. Berikan permen dan sejenisnya untuk meningkatkan rasa pada klien yang tidak menderita DM
6
1. Monitor peningkatan tensi,
Gangguan keseimbangan
Klien mengatakan
cairan : overload b.d.
bengkak
edema perirbital dan
Penurunan fungsi ginjal
berkurang/hilang
peripheral
dalam dalam mengatur
Klien mengatakan sesak
keseimbangan cairan dan
berkurang
mengidentifikasi adanya
elektrolit
Edema (-)
cairan dalam paru
2. Auskultasi paru untuk
3. Ajarkan klien untuk Karakteristik:
pentingnya pengendalian dan
Klien mengeluh bengkak-
Peningkatan BB
pengukuran air dan berat
bengkak pada perut, wajah
interdialitik tidak lebih
badan untuk mencegah
atau anggota gerak, sesak
dari 5% BB kering
overhidrasi; jumlah air yang
Anuri/oliguri (+)
Pola napas normal, RR
diminum = 500 cc + diuresis /
Hipertensi (+)
Normal
hari 4. Ajarkan klien tentang diet
Peningkatan BB yang signifikan
rendah sodium untuk
Pernapasan pendek-cepat
mengontrol edema dan
Ronchi (+), edema paru
hipertensi 5. Ajarkan klien agar peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering 6. Berikan oksigen lembab bila sesak 7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering 8. Lakukan SQHD bila perlu
7
1. Mengkaji tingkat kecemasan:
Gangguan rasa aman:
Karakteristik:
cemas b.d.
Perilaku yang tidak patuh
a. Apabila ringan sampai
Perubahan konsep diri
Penolakan
sedang, dilanjutkan dengan
Ancaman fungsi peran
Cemas
penyelesaian masalah
Ketidakpastian hasil terafi
Mudah marah
(problem solving)
pengganti ginjal
Peningkatan denyut
b. Apabila berat-panik,
Batasan-batasan diet obat
jantung, RR, dan tensi
kurangi tuntutan-tuntutan
dan penanganan
Ketidakmampuan
pada klien, mencegah
Berkurangnya rasa kendali
berkonsentrasi
prosedur yang tidak perlu,
diri
gunakan teknik focusing dan relaksasi
Karakteristik:
2. Mengkaji stressor tertentu
Perilaku yang tidak patuh
terhadap ancaman-ancaman
Penolakan
yang tidak spesifik dan umum
Cemas Mudah marah Peningkatan denyut jantung,
3. Menunjukkan sikap pengertian 4. Mempertahankan cara yang
RR, dan tensi
santai, tidak mengancam dan
Ketidakmampuan
empati
berkonsentrasi
5. Membantu mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa klien gunakan 6. Identifikasi cara klien meminimalkan stressorstressor yang dihadapinya 7. Berikan umpan balik realistis terhadap ancaman nonspesifik yang dihadapi klien 8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya 9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan perasaannya 10. Berikan konsistensi terhadap apa yang kita lakukan
III. Implementasi dan Evaluasi Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan dengan respon dari klien
Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi untuk dikaji ulang apakah tujuan sudah tercapai atau masih perlu modifikasi.