Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Acut Kidney Injury (Gagal Ginjal Akut) Untuk Pemenuhan Tugas Seminar Blok Sistem Perkemihan
Disusun oleh :
Rizka Ariyani
Fenia Cahya Astuti
Dwi Irana Ningsih
M. Syarifudin
M. Elsa Al Sidiq
Eldaniati
Dyah Arum Puspita
Furqan Syakban N.
Tutut Resa Amalia
Imam Cahyadi
Nanda Zulfa Permatasari
Ircham Setiadi
Bella Maulia Indah K.
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2016/2017
0
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah Seminar Sistem Perkemihan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien denganAcut Kidney Injury (Gagal Ginjal Akut)” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Meskipun dalam penyusunannya kami banyak mengalami hambatan. Kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena ini kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita semua. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, 14 Maret 2017 Penulis,
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI Daftar Isi ......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. Latar Belakang .................................................................................... Tujuan Penulisan ................................................................................. Metode Penulisan ................................................................................ Sistematika Penulisan ......................................................................... BAB II KONSEP DASAR .............................................................................. Pengertian ............................................................................................ Etiologi ................................................................................................ Patofisiologi ........................................................................................ Manifestasi Klinis ............................................................................... Penatalaksanaan .................................................................................. Komplikasi .......................................................................................... Pengkajian fokus .................................................................................. Pathways Keperawatan ....................................................................... Diagnosa Keperawatan ........................................................................ Focus Intervensi & Rasional ............................................................... BAB III PEMBAHASAN BERDASARKAN KASUS .................................. Skenario Kasus .................................................................................... Pengkajian ........................................................................................... Diagnosa Keperawatan ....................................................................... Intervensi ............................................................................................. BAB IV PENUTUP ........................................................................................ Kesimpulan ......................................................................................... Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Akut adalah hilangnya fungsi secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau fungsi tubular dan glomerular. (Smeltzer, 2002) Di Amerika Serikat, kejadian tahunan gagal ginjal akut terjadi 100 kasus / 1 juta orang.. Gagal ginjal akut di rumah sakit terjadi pada 4% dari semua pasien yang dirawat. (nurseslabs.com) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 menunjukkan bahwa penduduk Indoensia kurang aktifitas fisik (26,1%); penduduk usia > 15 tahun merupakan perokok aktif (36,3%); penduduk > 10 tahun kurang mengonsumsi buah dan sayur (93%); serta penduduk >10 tahun memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol (4,6%). Dari data ini orang dewasa dan anak-anak mempunyai risiko terkena penyakit ginjal. (depkes.go.id) Gagal ginjal akut merupakan istilah untuk kondisi di mana ginjal seseorang mengalami kerusakan secara mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring limbah kimiawi dari darah yang bisa memicu penumpukan atau penimbunan limbah tersebut di dalam tubuh. Penumpukan limbah kimia dan garam dalam tubuh bisa menghentikan organ lain untuk berfungsi dengan benar. (alodokter.com)
B. Tujuan Penulisan Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Acut Kidney Injury (gagal ginjal akut) Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian gagal ginjal akut 2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi gagal ginjal akut 3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi gagal ginjal akut 4. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis gagal ginjal akut 5. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan gagal ginjal akut 6. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi gagal ginjal akut 3
7. Mahasiswa mampu menyebutkan pengkajian secara teori dan kasus pada gagal ginjal akut 8. Mahasiswa mampu membuat pathways keperawatan gagal ginjal akut 9. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa keperawatan secara teori dan kasus pada gagal ginjal akut 10. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional secara teori dan kasus pada gagal ginjal akut C. Metode Penulisan Data penulisan makalah kami ambil dari : 1. Research Library Pengambilan sumber dari buku-buku yang terkait dengan gagal ginjal akut 2. Web Search Pengambilan sumber dari internet yang ada hubungannya dengan gagal ginjal akut D. Sistematika Penulisan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN a.
Latar Belakang
b.
Masalah
c.
Tujuan Penulisan
d.
Metode Penulisan
e.
Sistematika Penulisan
BAB II KONSEP DASAR a.
Pengertian
b.
Etiologi/predisposisi
c.
Patofisologi
d.
Manifestasi Klinis
e.
Penatalaksanaan
f.
Komplikasi
g.
Pengkajian
h.
Pathways Keperawatan
i.
Diagnosa Keperawatan
j.
Fokus Intervensi dan Rasional 4
BAB III PEMBAHASAN BERDASARKAN KASUS a.
Skenario Kasus
b.
Pengkajian
c.
Diagnosa Keperawatan
d.
Intervensi
BAB IV PENUTUP a.
Kesimpulan
b.
Saran
5
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Gagal Ginjal Akut adalah hilangnya fungsi secara mendadak dan hamper lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau fungsi tubular dan glomerular. (brunner and suddarth.2002.KMB.jakarta: EGC
B. Etiologi/predisposisi 1. Parental (hipoperfusi ginjal) akibat masalah aliran darah hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umumnya adalah penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis) gagal jantung kongestif atau syok kardiogenik) 2. Intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal) akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi ini seperti : rasa terbakar, cedera akibat benturan dan infeksi serta agens nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut( ATN) dan berhentinya fungsi renal. 3. Pasca renal (obstruksi aliran urin) yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal menigkat akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat. (brunner and suddarth.2002.KMB.jakarta: EGC
C. Patofisologi Menurut Price, (1995) ada beberapa kondisi yang menjadi factor predisposisi yang dapat menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal, yaitu sebagai berikut : 1. Obstruksi tubulus 2. Kebocoran cairan tubulus 3. Penurunan permeabilitas glomerulus 4. Disfungsi vasomotor 5. Glomerulus feedback 6
Teori obstruksi glomerulus menyatakan bahwa NTA (necrosis tubular acute) mengakibatkan deskuamasi sel-sel tubulus yan nekrotik dan materi protein lainnya, yang kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat iskemia. Tekanan tubulus meningkat sehingga tekanan filtrasi glomerulus menurun. Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa filtrasi glomerulus terus berlangsung normal, tetapi cairan tubulus bocor keluar melalui sel-sel tubulus yang rusak dan masuk dalam sirkulasi peritubular. Kerusakan membrane basalis dapat terlihat pada NTA yang berat. Pada ginjal normal, 90% aliran darah didistribusi ke korteks (tempat dimana terdapat glomerulus) dan 10% pada medulla. Dengan demikian, ginjal dapat memekatkan urine dan menjalankan fungsinya. Sebaliknya pada GGA, perbandingan antara distribusi korteks dan medulla menjadi terbalik sehingga terjadi iskemia relatif pada korteks ginjal. Kontriksi dari arteriol aferen merupakan dasar penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Iskemia ginjal akan mengaktivasi system renin-angiotensin dan memperberat iskemia korteks luar ginjal setelah hilangnya rangsangan awal. Pada disfungsi vasomotor, prostaglandin dianggap bertanggung jawab terjadinya GGA, dimana dalam keadaan normal, hipoksia merangsang ginjal untuk melakukan vasodilator sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks yang mengakibatkan diuresis. Ada kemungkinan iskemia akut yang berat atau berkepanjangan dapat menghambat ginjal untuk menyintesis prostaglandin. Penghambatan prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat menurunkan aliran darah renal pada orang normal dan menyebabkan NTA. Teori glomerulus menganggap bahwa kerusakan primer terjadi pada tubulus proksimal. Tubulus proksimal yang menjadi rusak akibat nefrotoksin atau iskemia gagal untuk menyerap jumlah normal natrium yang terfiltrasi dan air. Akibatnya makula densa mendeteksi adanya peningkatan natrium pada cairan tubulus distal dan merangsang peningkatan produksi renin dari sel jukstaglomerulus. Terjadi aktivasi angiotensin II yang menyebabkan vasokontriksi ateriol aferen sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal dan laju aliran glomerulus. Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut, yaitu periode awal, periode oliguria, periode diuresis dan periode perbaikan. 1. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria. 2. Periode oliguria (volume urin kurang dari 400 ml/24 jam) disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal 7
(urea, kreatinin, asam urat, serta kation intraseluler-kalium dan magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk membersihkan produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap ini gejala uremic untuk pertama kalinya muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi. 3. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine output mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih dianggap normal. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat. 4. Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3-12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal. (Muttaqin, Arif., Kumala Sari. 2014)
D. Manifestasi Klinis 1.
Dapat terjadi oliguria, terutama apabila kegagalan disebabkan oleh iskemia atau obstruksi. Oliguria terjadi karena penurunan GPR.
2.
Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria (haluaran urine banyak) dan terkait dengan dihasilkannya volume urine encer yang adekuat
3.
Tampak peningkatan BUN dan nilai kreatinin serum menetap
4.
Hiperkalemia berat dapat mengarah pada disritmia dan henti jantung
5.
Asidosis progresif, peningkatan konsentrasi fosfat serum, dan kadar kalsium serum rendah
6.
Anemia, karena kehilangan darah akibat lesi uremik gastrointestinal, penurunan masa hidup sel-sel darah merah, dan penurunan pembentukan eritropoetin (Corwin, Elizabeth J. 2009) (Diane C. Baughman. 2000)
E. Penatalaksanaan 8
Penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut dilakukan secara komprehensif baik dari disiplin medis, nurse practitionist, nutritionist, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah manajemen penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut (Judith, 2002) 1. Tata laksana umum Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut adalah memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah protein, natrium, kalium dengan pemberian suplemen tambahan. Jumlah kebutuhan kalori disesuaikan dengan umur dan berat badan. Dan yang paling penting adalah membatasi asupan cairan. Untuk mengontrol kadar elektrolit yang tidak seimbang dalam tubuh, maka perlu tindakan dialisis (hemodilysis/ peritoneal dialysis). 2. Tata laksana medis Penggunaan terapi medis pada gagal ginjal akut utamanya diperuntukkan untuk menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai dengan kompensasi ginjal dan menjaga kondisi asam basa darah. Terapi medis yang digunakan adalah : a. Furosemid Pemberian 20 sampai 100 mg per IV setiap 6 (enam) jam akan menjaga stabilitas volume cairan dalam tubuh. b. Kalsium glukonat Pemberian 10 ml/ 10% dalam cairan solut infus (IV) akan membantu menjaga kadar kalium. c. Natrium polystyrene 15 gr dalam dosis 4 kali sehari dicampur dalam 100 ml dari 20% sorbitol, 30 sampai 50 gr dalam 50 ml 70% sorbitol dan 150 ml dalam air akan menjaga kadar kalium. d. Natrium bikarbonat Pemberian ini akan mengatasi kondisi asidosis metabolik. 3. Observasi ketat Hasil pemeriksaan laboratorium (BUN, kreatinin dan kadar kalium) harus dimonitoring secara ketat. Hal ini sangat bermakna dalam mempertahankan hidup klien. 4. Terapi edukatif Sebagai perawat, hal yang paling penting adalah memberikan pendidikan kesehatan pada klien untuk mengikuti petunjuk diet yang telah ditentukan. 9
(Prabowo, Eko. 2014)
F. Komplikasi 1.
Retensi cairan akibat kegagalan fungsi ginjal dapat menyebabkan edema atau gagal jantung kongestif
2.
Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati
3.
Apabila hiperkalemia parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter) dapat terjadi disritmia dan kelemahan otot (Corwin, Elizabeth J. 2009)
G. Pengkajian
10
H. Pathways Keperawatan Iskemia / Nefrotoksin Penurunan aliran darah
Penurunan aliran darah
Kerusakan sel tubulus
Pe↑ pelepasan NaCl ke makula densa
Obstruksi tubulus
Kerusakan glomerulus
Kebocoran filtrat
Penurunan ultrafiltrasi glomerulus
pe↓ GFR
Gagal ginjal akut
Pe↓ produksi urine Azotemia Retensi cairan interstitial ↑ dan pH turun
Diuresis ginjal
Edema paru Asidosis metabolik
Defisit volume cairan
Pola napas tidak efektif
Pe↓ pH pada cairan serebrospinal
Pe↓ perfusi jaringan serebral
Kerusakan hantaran impuls saraf
Defisit Neurologik Risiko tinggi kejang
Respons psikologis
Kecemasan Pemenuhan Informasi
Pe↑ metabolit pada jaringan otot
Pe↑ metabolit pada gastrointestinal
Ketidakseimbangan elektrolit
Pe↑ kelelahan otot Kram otot ↑
Bau amonia pada mulut. Mual, muntah, anoreksia
Hiperkalemia
Kelemahan fisik
Ekskresi kalium ↓
Responsi nyeri Perubahan konduksi elektrical jantung
Risiko aritmia
Nyeri Gangguan ADL
Curah jantung ↓
Intake nutrisi tidak adekuat
Pemenuhan nutrisi ↓
11
I. Diagnosa Keperawatan 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan fase diuresis dari gagal ginjal akut. 2. Pola nafas nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada ciaran serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada respons asidosis metabolik. 3. Risiko tinggi kejang b.d kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia. 4. Penurunan fungsi serebral b.d. penurunan pH pada cairan serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolik 5. Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari hiperkalemi. (Muttaqin, Arif. 2014)
J. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Defisit volume cairan b.d fase deuresis dari gagal ginjal akut Tujuan: dalam waktu 1x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi Kriteria evaluasi: -
klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari.
-
Laboratorium: nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN / kreatinin menurun
Intervensi
Rasional
Monitoring status cairan (turgor kulit, Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan membrane mukosa, urine output)
dari
keadaan
status
cairan.
Penurunan
volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi
urine < 600 ml/hari
merupakan
tanda-tanda
terjadinya
karena syok
hipovolemik. Auskultasi TD dan timbang berat Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. badan
Perubahan berat badan sebagai parameter
12
dasar terjadinya defisit cairan. Programkan untuk dialisis
Program dialisis akan mengganti fungsi ginjal
yang
terganggu
dalam
menjaga
pengaruh
adanya
keseimbangan cairan tubuh. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui
adanya
perifer, dan diaforesis, secara teratur
peningkatan tahanan perifer.
Kolaborasi
Jalur yang paten penting untuk pemberian
Pertahankan pemberian cairan cairan
secara
cepat
dan
memudahkan
perawat dalam melakukan kontrol intake dan
secara intravena.
output cairan. 2. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d edema paru asidosis metabolik. Tujuan : Kriteria hasil : Intervensi
Rasional
Kaji factor penyebab asidosis metabolik
Mengidentifikasi
untuk
mengatasi
penyebab dasar dari asidosis metabolic. Monitor ketat TTV
Perubahan dampak
TTV
pada
akan
resiko
memberikan asidosis
yang
bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi asidosis. Istirahat klien dengan posisi fowler
Posisi
fowler
akan
meningkatkan
ekspansi paru optimal. Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan
jantung,
dan
menurunkan tekanan darah. Ukur intake dan output
Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan
perfusi
ginjal,
retensi
natrium/air, dan penurunan urine output. Manajemen
lingkungan:
lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan 13
tenang dan batasi pengunjung
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan
membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan
berkurang
apabila
banyak
pengunjung yang berada diruangan. Kolaborasi
Berikan cairan ringer laktat secara Larutan intravena.
IV
merupakan
ringer
laktat
cairan
biasanya
pilihan
untuk
memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan
selisih
anion
normal,
serta
kekurangan volume ECF yang sering menyertai keadaan ini.
Berikan bikarbonat.
Kolaborasi pemberian bikarbonat. Jika penyebab
masalah
adalah
masukan
klorida, maka pengobatannya adalah ditujukan pada menghilangkan sumber
Pantau data laboratorium analisis klorida. gas darah berkelanjutan.
Tujuan
intervensi
keperawatan
pada
asidosis metabolic adalah meningkatkan pH sistemik sampai kebatas yang aman dan menanggulangi sebab-sebab asidosis yang mendasarinya. Dengan monitoring perubahan dari analisis gas darah berguna untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan.
3. Actual / risiko tinggi aritmia b.d perubahan konduksi elektrikal jantung. Tujuan: Kriteria hasil: Intervensi
Rasional
Kaji factor penyebab dari situasi / keadaan Banyak
factor
yang
menyebabkan 14
individu dan factor-faktor hiperkalemi.
hiperkalemia
dan
penanganan
disesuaikan dengan factor penyebab. Manajemen pencegan hipokalemia:
Beri diet rendah kalium.
Makanan yang mengandung kalium tinggi yang harus dihindari termasuk kopi, cocoa, the, buah yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan roti gandum utuh. Susu dan telur juga mengandung kalium yang cukup besar sebaliknya, makanan dengan kandungan kalium
minimal
termasuk
mentega,
margarin, sari buah, atau saus cranbeery, bir jahe, permen karet atau gula-gula (permen), root beer, gula dan madu.
Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 Adanya perubahan TTV secara cepat jam.
dapat menjadi pencetus aritmia pada klien hipokalemi.
Monitoring ketat kadar kalium Upaya darah dan EKG.
deteksi
berencana
untuk
mencegah hiperkalemi.
Monitoring klien yang berisiko Asidosis dan kerusakan jaringan, seperti pada luka bakar atau cedera remuk, terjadi hipokalemi. dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ICF ke ECF, dan masih ada hal-hal lain
yang
dapat
menyebabkan
hiperkalemia. Akhirnya , larutan IV yang mengandung kalium harus diberikan perlahan-lahan terjadinya
untuk
beban
Monitor klien yang mendapat infus iatrogenik. Aspek yang cepat yang mengandung kalium. pencegahan
mencegah
kalium
paling
berlebihan
penting
hiperkalemia
dari adalah
mengenali keadaan klinis yang dapat menimbulkan
hiperkalemia
karena
15
hiperkalemia adalah akibat yang bisa diperkirakan pada banyak penyakit dan pemberian obat-obatan. Selain itu juga harus diperhatikan agar tidak terjadi pemberian
infuse
larutan
IV
yang
mengandung kalium dengan kecepatan tinggi. Manajemen
kolaborasif
koreksi Dilakukan penghambatan terhadap efek
hiperkalemi:
jantung
dengan
kalsium,
disertai
redistribusi K+ dari ECF ke ICF. Tiga metode
yang
penanganan
digunakan kegawatan
dalam dari
hiperkalemia berat (>8 mEq/L atau
Pemberian kalsium glukonat.
perubahan EKG yang lanjut). Kalsium glukonat 10% sebanyak 10 ml diinfus IV perlahan-lahan selama 2-3 menit dengan pantauan EKG; efeknya terlihat dalam waktu 5 menit, tetapi
Pemberian glukosa 10%.
hanya bertahan sekitar 30 menit. Glukosa 10% dalam 500 ml dengan 10 U insulin regular akan memindahkan K ke dalam sel; efeknya terlihat dalam waktu
Pemberian natrium bikarbonat.
30 menit dan dapat bertahan beberapa jam. Natrium bikarbonat 44-88 mEq IV akan memperbaiki asidosis dan perpindahan K kedalam sel; efeknya terlihat dalam waktu 30 menit dan dapat bertahan beberapa jam.
16
4. Aktual resiko tinggi perubahan perfusi otak b.d penurunan pH pada cairan serebrospinal sekunder dari asidosis metabolic Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal Krtiteria evaluasi: -
Klien tidak gelisah, Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual kejang, GCS 4,5,6; pupil isokor, reflek cahaya (+).
-
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-100 x/menit, suhu: 36-36,7’C, pernapasan 1620 x/menit), serta klien tidak mengalami defisit neurologis seperti: lemas, agitasi, iritabel, hiperfleksia, dan spastisitasdapat terjadi hingga akhirnya timbul koma, kejang. Intervensi
Rasional
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih dengas GCS.
lanjut.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada
keadaan
normal,
autoregulasi
nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati mempertahankan keadaan tekanan darah pada hipertensi sistolik.
sistemik yang dapat berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan
vaskular
serebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh
penurunan
sedangkan
tekanan
peningkatan
diastolik,
suhu
dapat
menggambarkan perjalanan infeksi Bantu klien untuk membatasi muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan dan batuk. Anjurkan klien untuk intrakranial
dan
intraabdomen.
mengeluarkan napas apabila bergerak Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau berbabalik di tempat tidur.
atau mengubah posisi dapat melindung diri dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat meningkatkan batuk dan mengejan berlebihan.
tekanan intrakranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Rangsangan batasi pengunjung.
aktivitas
yang
meningkatdapat meningkatkan kenaikan 17
TIK. Istirahat total dan ketegangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam ksus stroke hemoragik/perdarahan lainnya. Monitor kalium serum
Hiperkalemi terjadi dengan asidosis, hipokalemi dapat terjadi pada kebalikan asidosis dan perpindahan kalium kembali ke sel.
5. Aktual/resiko tinggi kejang b.d penurunan transmisi impuls saraf, penurunan kontrol kontraksi, dan relaksasi otot efek sekunder dari penurunan pH Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan resiko kejang berulang tidak terjadi. Kriteria evaluasi : Klien tidak mengalami kejang Intervensi
Rasional
Kaji dan catat faktor-faktor yang Penting menurunkan kalsium dari sirkulasi
artinya
untuk
mengamati
hipokalsemia pada klien berisiko. Perawat ha rus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat.
Kaji stimulus kejang
Stimulus kejang pada tetanus adalah rangsang cahaya dan peningkatan suhu tubuh
Monitor
klien
yang
hipokalsemi
berisiko Individu berisiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya masukan kalsium
diet
yang
adekuat;
jika
dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan Hindari konsumsi alkohol dan kafein Alkohol dan kafein dalam dosis yang yang tinggi
tinggi menghambat penyerapan kalsium dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine.
Kolaborasi pemberian terapi -
Garam parenteral.
kalsium Garam
kalsium
parenental
termasuk
kalsium glukonat, kalsium klorida, dan 18
kalisum
gluseptat.
Meskipun
kalsium
klorida menghasilkan kalisum berionisasi yang
secara
dibanding
signifikan
jumlah
lebih
akuimolar
tinggi kalsium
glukonat tetapi cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut lebih
-
mengiritasi
dan
dapat
peluruhan
jaringan
menyebabkan
jika
dibiarkan
mengilfiltrasi. Terapi vitamin D dapat
Vitamin D.
dilakukan untuk meningkatkan absorsi ion kalsium dari traktus GI. -
Tingkatkan masukan diet Tingkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1.000 hingga 1.500 mg/hari
kalsium.
pada orang dewasa sangat dianjurkan (produk dari susu; sayuran berdaun hijau; salmon kaleng, sarden, dan oystersegar. Manilai keberhasilan intervensi. -
Monitor
pemeriksaan
EKG dan laboratorium kalsium serum.
19
BAB III PEMBAHASAN BERDASARKAN KASUS A. Skenario Kasus Ny T 58 tahun dibawa ke ruang penyakit dalam RSUD Kota Semarang karena mengeluh sejak kemarin tidak bisa BAK, kaki bengkak, sesak napas. Pasien juga mengeluh mual muntah dan lemas. Dua hari sebelumnya pasien muntah dan berak, menolak dibawa ke RS. Saat ini TD : 160/100 mmHg, Nadi radialis 96 x/menit, S : 37,3ºC, RR : 28 x/ireguler. Ureum 70mg/dl, creatinin 4,5 mg/dl, gula darah sewaktu 156 mg/dl, natrium 149 meq/l, kalium 6,5 meq/l, hasil AGD pH 7.37 ,pCO2 31,1 mmHg, pO2 95,6 mmHg, HCO3 21,5 mmol/L, SaO2 97,1%, BE -2,9 B. Pengkajian
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi dan Rasional
20
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Gagal Ginjal Akut adalah hilangnya fungsi mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau fungsi tubular dan glomerular. Factor yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal, yaitu: 1. Obstruksi tubulus 2. Kebocoran cairan tubulus 3. Penurunan permeabilitas glomerulus 4. Disfungsi vasomotor 5. Glomerulus feedback Tanda dan Gejala 1. Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria (haluaran urine banyak) dan terkait dengan dihasilkannya volume urine encer yang adekuat 2. Peningkatan BUN dan nilai kreatinin serum menetap 3. Hiperkalemia berat 4. Asidosis progresif, peningkatan konsentrasi fosfat serum, dan kadar kalsium serum rendah 5. Anemia, karena kehilangan darah akibat lesi uremik gastrointestinal. Komplikasi 1. Retensi cairan dapat menyebabkan edema atau gagal jantung kongestif 2. Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati 3. Apabila hiperkalemia parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter) dapat terjadi disritmia dan kelemahan otot
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA Muttaqin, Arif., Kumala Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Diane C. Baughman. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
22