LAPORAN PNDAHULUAN HIPRGLIKMI
OLEH :
DINI HRMAWATI NPM.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM 2019
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005) mengemukakan kejadian hiperglikemia pada anak sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) berkisar antara 16,7-75,0%, sedangkan Wintergest et al. (2006) mendapatkan kejadian hiperglikemia di PICU sebesar 35,2-86,7%. Pada penelitian Nurnaningsih dan Pudjiadi (2008) didapatkan 33,3% pasien yang dirawat di PICU RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta memiliki kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dL. Kejadian hiperglikemia pada pasien kritis ini telah dikemukakan pertama kali oleh Claude Bernard lebih dari seabad yang lalu (Van den Berghe, 2004). Namun, sampai saat ini patofisiologi, pengaruh, dan penatalaksanaan terhadap fenomena tersebut masih menjadi masalah yang diperdebatkan dan menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penyakit kritis merupakan stres yang menimbulkan perubahan pada hampir semua sistem organ dalam tubuh (Reddy, 2009). Hiperglikemia merupakan salah atu akibat dari respon sistemik tubuh terhadap stres. Faktor neurohormonal sebagai respon terhadap stres menyebabkan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif atau absolut, dan peningkatan produksi glukosa (Krinsley, 2003; Weinzimeret al., 2008). Di satu sisi, pada kondisi stres, hiperglikemia merupakan proses adaptasi fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat dan mempertahankan volume intravaskular dengan meningkatkan osmolaritas serum (Hirshberg et al., 2008; Bratton, 2009). Namun di sisi lain, stressinduced hyperglycemia ternyata mempunyai efek merugikan akibat disfungsi endotel dan gangguan
respon imun etal.,2008). B.
yang
ditimbulkannya
(Weinzimer
Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Hiperglikemia ? 2. Apasaja yang menyebabkan terjadinya Hiperglikemia ? 3. Tindakan apasaja yang dilakukan pada Hiperglikemia ? 4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
C.
Hiperglikemia ? Manfaat 1. untuk mengetahui pengertian Hiperglikemia 2. untuk mengetahui penyebab terjadinya Hiperglikemia 3. untuk mengetahui tindakan pada Hiperglikemia 4. untuk mengetahui bagaimana asuhan keperatan pada Hiperglikemia
BAB II HIPERGLIKEMIA
A. Pengertian Hiperglikemia Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 200). B. Etiologi 1. Penyebab umumnya
tidak
diketahui
diketahui
penyebab
utama
dengan
kekurangan
dan
faktor
pasti
insulin
pengrusakan
secara
adalah
herediter
memegang peranan penting. 2. Yang lain akibat pengangkatan kimiawi
sel
tapi yang
pancreas, beta
pulau
langerhans. 3. Faktor predisposisi herediter, obesitas. 4. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana tubuh
antibody dengan
terarah
cara
pada
bereaksi
jaringan
terhadap
normal
jaringan
tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing. C. Patofisiologi Sindrome Hiperglikemia mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan. Tingginya kadar glukosa serum dikeluarkan melalui ginjal, sehingga
akan timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma. Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.
Pathway Faktor risiko (usia, obesitas, riwayat penyakit keluarga)
Sel beta rusak
Insufisiensi insulin
Penggunaan glukosa oleh otot, lemak hati menurun
Produksi glukosa oleh hati meningkat
Hiperglikemia
glukosuria glukosuria
Gangguan metabolisme Protein lemak
Diuresis osmotic keperawatan
Tindakan
Pemecahan asam Poliuria lemak meningkat pertukaran
menurunnya simpanan kalori
informasi Risiko defisit
asam lemak
peningkatan selera
cairan
Meningkat
makan (polipagia)
Sensasi rasa haus
asidosis
Resti ggn nutrisi
(Polidipsia)
kurang dari kebutuhan selera makan
pasien Risiko dehidrasi bertanya-tanya
menurun (anoreksia)
Sakit kepala
Kelemahan pengetahuan
Resti ggn nutrisi
kurang
kurang dari kebutuhan
Risiko misinterpretasi informasi
asietas
D. Manifestasi Klinik 1. Gejala awal umumnya
yaitu
(akibat
tingginya
kadar glukosa darah) polipagi, polidipsi, dan 2. 3. 4. 5. 6.
poliuri. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering. Rasa kesemutan, kram otot. Visus menurun. Penurunan berat badan. Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-
sembuh. E. Komplikasi Hiperglikemia Dibagi menjadi 2 kategori yaitu : a) Komplikasi akut 1. Komplikasi metabolic Ketoasidosis diabetic
Koma
hiperglikemik
ketotik Hipoglikemia Asidosis lactate 2. Infeksi berat b) Komplikasi kronik 1. Komplikasi vaskuler Makrovaskuler : PJK,
hiperismoler
stroke
,
non
pembuluh
darah perifer Mikrovaskuler : retinopati, nefropati 2. Komplikasi neuropati Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik buli
gastroporesis,
–
buli
diare
neurogenik,
diabetik, impotensi,
gangguan refleks kardiovaskuler. 3. Campuran vascular neuropati Ulkus kaki 4. Komplikasi pada kulit F. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma vena). Bila GDS 100–200 mg%, maka perlu pemeriksaan toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien DM adalah : 1. Hb 2. Gas darah arteri 3. Insulin darah 4. Elektrolit darah 5. Urinalisis 6. Ultrasonografi G. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia : a) Diet
1. Komposisi makanan : Karbohidrat = 60–70% Protein 10–15% Lemak 20–25% 2. Jumlah kalori perhari Antara 1100–2300 kkal Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25 kkal/kg BB 3. Penilaian status gizi BB BBR = x 100 % TB – 100 Kurus : BBR 110% Obesitas bila BBRR > 110% Obesitas ringan 120 – 130% Obesitas sedang 130 – 140% Obesitas berat 140 – 200% Obesitas morbit > 200% Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah : Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari Gemuk : BB x 20 kalori / hari Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari. b) Latihan Jasmani c) Penyuluhan Dilakukan pada kelompok resiko tinggi; umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat keluarga DM, dislipidemia, HDL 250 mg/dl, parah TGT atau GPPT (TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl). d) Obat berkaitan hiperglikemia H. Pemeriksaan Diagnostik a. Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih b. Aseton plasma ; Positif secara mencolok. c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat. d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e. Elektrolit Natrium
:
:
menurun. f. Kalium
Mungkin
Normal
(perpindahan
normal, atau
meningkat
peningkatan
seluller),
atau semu
selanjutnya
akan
menurun. g. Fospor : Lebih sering menurun. h. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali
lipat
dari
normal
yang
mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama
hidup
SDM)
dan
karenanya
sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat
Versus
DKA
yang
berhubungan
dengan insiden. i. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah
dan
penurunan
metabolik)
dengan
respiratorik. j. Trombosit darah (dehidrasi),
:
pada
HCO3
kompensasi Ht
alkalosis
mungkin
leukositiosis,
(asidosis
meningkat
hemokonsentrasi,
merupakan respon terhadap stress atau infeksi. k. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). l. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA. m. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak
ada
tinggi
(pada
tipe
(tipe
II)
insufisiensi
1)
atau
yang
normal
mengindikasikan
insulin/gangguan
penggunaannya
(endogen/eksogen).
insulin
berkembang
dapat
sampai dalam
Resisiten
sekunder
terhadap
pembentukan antibodi. (auto antibodi). n. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas
hormon
tiroid
dapat
meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat. p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan
adanya
infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
I. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Pengkajian primer : Airways : kaji pasien,
ada
kepatenan
tidaknya
jalan
nafas
sputumatau
benda
asing yang menghalangi jalan nafas Breathing : kaji frekuensi nafas,
bunyi
nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan. Circulation : kaji nadi, capillary refill 2. Pengkajian sekunder Pengkajian head to toe a) Data subyektif : Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit sekarang Status metabolik : intake makanan yang melebihi
kebutuhan
kalori,infeksi
atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan
faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi
lainyang
mempengaruhi
darah,
penghentian
insulin
antihiperglikemik oral. b) Data Obyektif Aktivitas / Istirahat
glikosa
atau
obat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma
Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia. Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
Integritas/ Ego Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi Tanda : Ansietas, peka rangsang
Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare. Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
Nutrisi/CairanGejala makan,
:
mual/muntah,
Hilang tidak
mematuhi
diet, peningkatan
masukan
glukosa/karbohidrat, badanlebih
dari
haus,
nafsu
penurunan
beberapa
berat
hari/minggu,
penggunaan
diuretik
(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,
pembesaran
tiroid
(peningkatan
dengan
peningkatan
kebutuhanmetabolik gula
darah),
bau
halisitosis/manis,
bau buah (napas aseton) Neurosensori Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
Nyeri/kenyamananGejala tegang/nyeri
:
Abdomen
yang
(sedang/berat).Tanda
:
Wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati PernapasanGejala : oksigen,
Merasa
batuk
sputum purulen
kekurangan
dengan/tanpa
(tergantung
adanya
infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa
sputum
purulen,
frekuensi pernapasan meningkat . Keamanan Gejala kulit
:
Kulit
kering,
gatal,
ulkus
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
Seksualitas Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d
kehilangan
gastric berlebihan, diare, muntah, masukan di batasi,
kacau
mental,
diuresis
osmotic,
intake yang kurang, Kemungkinan di buktikan : peningkatan haluran urine,urine encer, kelemahan, haus, penurunan BB tiba-tiba, kulit membrane mukosa kering, turgor buruk, hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian kapiler. Hasil yang di harapkan dan Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan hidrasia dekuat di buktikan oleh tanda vital yang stabil, nadi perifer dapat di raba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urine tepat secara individu.
INTERVENSI:
Dapatkan
riwayat
pasien/orang
terdekat
sehubungan dengan lamanya/intensitas gejala seperti
muntah,
pengeluaran
urine
yang
sangat berlebihan. Pantau tanda-tanda vital Frekuensi dan kualitas
pernafasan,
penggunaan
dan
otot
Bantu
nafas
adanya
periode apnoe dan munculnya sianosis. Suhu, warna kulit/ kelembapannya. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membrane mukosa Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat
jenis urine. Ukur berat badan setiap hari Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
di toleransi jantung. Tingkatkan lingkungan
menimbulkan rasa nyaman Catat hal-hal yang dapat seperti
mual,
nyeri
yang di
abdomen,
distensi lambung. Observasi adanya perasaan
dapat laporkan
muntah
kelelahan
dan yang
meningkat edema, peningkatan berat badan, nadi
tidak
teratur,
dan
adanya
distensi
sesuai
indikasi
pada vaskuler. Berikan therapy
(kolaborasi) Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui
IV
dan
cairan
atau
indikasi. 2. Nutrisi, perubahan,
melalui
kurang
oral
dari
sesuai
kebutuhan
tubuh b/d penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Kemungkinan
di
buktikan
:
Maloporkan
masukan
kurang
minat
lemah,
kelelahan.tonus
Hasil
yang
evaluasi yang
:
pada
makanan
di
makanan, otot
buruk, dan
jumlah
menunjukkan
adekuat,
penurunan
harapakan
Mencerna
tepat,
tak
BB, diare
criteria
kaori/nutrient tingkat
energi
seperti biasanya. INTERVENSI :
Timbang BB setiap hari Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan
hasilkan pasien. Auskultasi bising
makanan usus,
yang
catat
dapat
adanya
di
nyeri
abdoment/perut kembung, mual, muntahan makanan
yeng belum dapat di cerna. Beri diit TKTP/diit DM Identifikasi makanan yang
kehendaki termasuk kebutuhan etnik/cultural. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan
ini sesuai dengan indikasi. Observasi adanya tanda-tanda hiperglikemia Lakukan pemeriksaan gula darah dengan
dapat
di
sukai/di
menggunakan “finger stiek” Lakukan konsultasi dengan ahli diit. 3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar
glukosa
darah,
penurunan
fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang sebelumnya. Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mengidentivikasi intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi, mendemontrasikan teknik, atau gaya hidup untuk mencegah infeksi. INTERVENSI :
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien. Pertahankan teknik aseptic
invasive Pasang kateter/lakukan
dengan baik Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
pada
prosedur
perawatan
perineal
sungguh-sungguh. Awasi bunyi napas Berikan tindakan kenyamanan pada pasien Bantu pasien untuk melakukan oral hygine Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat 4. Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia
endogen,
ketidak
seimbangan
insulin
glukosa dan atau eletrolit. Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori INTERVENSI:
Pantau
mental Panggil pasien dengan nama, orientasikan
kembali sesuai dengan kebutuhan Jadwalkan intervensi keperawatan
tidak terganggu waktu istirahat pasien. Pelihara aktivitas pasien sekonsisten
tanda-tanda
vital
dan
setatus
agar
mungkin, dorong untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuanya Lindungi pasien dari cidera pengikat)ketika
tingkat
(gunakan kesadaran
terganggu. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai
dengan indikasi Berika tempat tidur yang lembut
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan
posisi. 5. Kelelahan
b/d
penurunan
produksi
energi
metabolic, perubahan energi darah defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status hipermetabolik/infeksi. Kemungkinan di buktikan : Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas seperti biasanya, penurunan kinerja, kecendrungan terjadi kecelakaan. Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan penigkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan. INTERVENSI:
Diskusikan
aktivitas Berikan aktivitas alternative dengan periode
istirahat yang cukup/tanpa gangguan. Pantau nadi/pernafasan dan tekanan
sebelum/sesudah melakukan aktivitas. Diskusikan cara menghemat kalori
mandi,berpindah tempat dan sebagainya. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
dengan
pasien
sehari-hari
kebutuhan
sesuai
akan
darah selama
dengan
dapat di toleransi. c. Evaluasi Volume cairan dalam batas seimbang Nutrisi terpenuhi Infeksi (sepsis) tidak terjadi Perubahan persepsi sensori tidak terjadi Kelelahan tidak terjadi Komplikasi tlebih lanjut lebih terjadi
yang