STRUKTUR TUMBUHAN “HIBISCUS ROSA SINENSIS”
DISUSUN OLEH: 1. 2. 3. 4. 5.
Dicky Irawan Elisa Eka Nurcahya Karti Ayu Ningsih Nurma Yuli Rahmawati Siti Masdyantari Primadhanti
Dosen pengampuh : DR. Laila Hanum, M.SI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ORGAN REPRODUKTIF PADA HIBISCUS ROSA SINENSIS
Hibiscus rosa sinensis dikenal dengan nama lokal kembang sepatu. Bunga ini merupakan jenis tanaman perdu asli tropis yang memiliki berbagai macam variasi warna, bentuk, dan ukuran bunga.kembang sepatu dapat dibedakan berdasarkan variasi mahkota bunganya. Bunga kembang sepatu dapat bertahan satu hari setelah mekar, tetapi tanaman ini dapat berbunga sepanjang tahun didaerah tropis sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai tanaman penghias. Kembang sepatu merupakan suku malvaceae yang berasal dari asia timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias didaerah tropis dan sub-tropis. Struktur morfologi secara umum dari bunga ini meliputi, bunganya yang besar berwarna merah dan tidak memiliki aroma, bunga yang terdiri dari berbagai kultivar dan hibrida dapat berupa bunga tunggal atau daun mahkota yang selapis dan bunga ganda atau daun mahkota yang berlapis dari warna putih hingga kuning, jingga hingga merah tua ataupun merah muda. Malvaceae ditaksir meliputi 900 jenis terbagi dalam 50 marga yang tersebar dari daerah tropica sampai ke daerah beriklim sedang. Banyak diantara warga suku ini yang merupakan tanaman budidaya penting habitus perdu yang tumbuh sepanjang tahun dengan tinggi 1-4 meter dengan system perakaran tunggang, batang bulat, percabangan monopodial, daun bertangkai dengan bentuk daun bulat telur, ujung meruncing dan kebanyakan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi kasar dengan ujung runcing dan pertulangan daun menjari. Hibiscus rosa sinensis sendiri merupakan bunga lengkap, yang mana pada bunga lengkap kebanyakan memiliki dua buah organ perkembangbiakan sekaligus dalam satu tangkai bunga. Bunga lengkap seperti kembang sepatu ini memiliki alat perkembangan yang hermaphrodite atau bunga banci.
Pada dasarnya bunga memiliki dua buah bagian yang menjalankan fungsi yang berbeda, dua bagian tersebut adalah fertil dan steril. Dari dua bagian tersebut, masing-masing memiliki organ-organnya yang menunjang bagi bagian tersebut. Berikut bagian-bagian fertil dan juga steril pada hibiscus rosa sinensis; A. Bagian Fertil Bagian fertil adalah bagian pada bunga yang berfungsi sebagai perkembangbiakan. Organ-organ pada fertil terdiri dari mikrosporofil dan juga makrosporofil. Berikut adalah organ-organ dari bagian fertil; 1. Benang sari (stamen)
Pada hibiscus rosa sinensis, stamen terdiri atas beberapa bagian yang menyusunnya. Diantaranya ada filamentum atau tangkai sari, anthera atau kepala sari dan juga penghubung ruang sari. Tangkai sari pada hibiscus rosa sinensis memiliki tipe monodhelpus, dimana semua tangkainya pada satu bunga berlekatan menjadi satu. Berkas dibagian tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai sari yang medukung kepala sari yang masih bebas satu sama lain.
Kepala sari atau anthera pada hibiscus rosa sinensis memiliki warna kuning denga bentuk lonjong yang berlekuk dibagian tengah. Pada kepala sari ini terdapat dua buah ruang sari, dimana pada ruang tersebut terdapat serbuk sari atau pollen yang merupakan sel jantan yang berguna dalam penyerbukan. Penghubung ruang sari hibiscus rosa sinensis berada didalam dari kepala sari, dimana tanpa menggunakan bantuan mikroskop bentuknya tidak dapat dilihat secara jelas.
2. Putik (pistillum) Putik merupakan bagian kelamin betina pada bagian fertil bunga. Pada hibiscus rosa sinensis putik terdiri dari beberapa bagian yaitu bakal buah, tangkai kepala putik dan kepala putik.
Bakal biji pada hibiscus rosa sinensis berada didalam bakal buah, dimana bakal biji tersebut merupakan hasil fertilisasi. Bakal buah berwarna kekuningan hingga berwarna jingga sementara itu bakal bijinya berwarna putih berbentuk bulat gepeng. Tangkai kepala putik berwarna senada dengan corolla bunga hibiscus rosa sinensis yakni berwarna kemerahan yang menopang kepala putik. Kepala putik pada hibiscus rosa sinensis berwarna kemerahan dengan bentuk bulat lonjong. Kepala putik sendiri berfungsi untuk menangkap serbuk sari dalam proses penyerbukan.
B. Bagian Steril
Pada bagian steril hibiscus rosa sinensis terdiri dari :
Ibu tangkai bunga “pedunculus” yang merupakan aksis perbungaan sebagai lanjutan dari batang atau cabang.
Tangkai bunga “pedicellus” yang merupakan cabang terakhir yang mendukung bunga.
Dasar bunga “receptacle” yang merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya bagian-bagian bunga yang lain.
Daun pelindung “brachtea” yang merupakan daun terakhir dimana tumbuhnya diketiak bunga.
Daun tangkai “brachteola” yang merupakan daun pelindung yang letaknya dipangkal tangkai bunga.
Perhiasan bunga terdiri dari : -daun kelopak (sepal) yang merupakan daun perhiasan bunga yang paling pangkal umumnya berwarna hijau dan berkelompok membentuk kelopak bunga (calyx). -daun mahkota (petal) yang merupakan daun perhiasan bunga yang berwarna-warni. Daun mahkota ini berkelompok membentuk mahkota bunga (corolla), secara anatomi, daun kelopak dan daun mahkota bunga kembang sepatu mempunyai struktur sama yakni terdapat banyak sel parenkimatis, dimana parenkim ini disebut dengan mesofil. Paenkim terletak diantara bagian epidermis bawah dan atas.
RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA PADA KEMBANG SEPATU Rumus dari hibiscus rosa sinensis yaitu :
Dari rumus tersebut dapat diterangkan bahwa pada kembang sepatu merupakan bunga banci / hermaphrodite, terdapat kelopak bunga yang berjumlah 7 dan 5 kelopak tambahan yang saling berlekatan, mahkota bunganya berjumlah 5 buah dan tidak berlekatan, jumlah benang sarinya tak terhingga dan berlekatan, jumlah putiknya 5 buah terletak paling atas. Bunganya asimetri karena pada tepi mahkotanya tidak beraturan bentuknya.
Diagram pada kembang sepatu
Dari rumus yang telah di dapatkan, diperoleh diagram bunga seperti gambar diatas dimana bagian paling luar merupakan epicalyx dan juga calyx yang selanjutnya diikuti oleh corolla, kemudian benang sari lalu yang terakhir adalah putik.
REFERENSI Delimartha, Setiawan. 2006. Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Puspa swara. Hidayat, S. 2005. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Penebar Swadaya grup. Tjitrosoepomo, G. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Van Steenis, et all. 2005. Flora. Jakarta : PT Praditya Paramita. Wijayakusuma, H. 2000. Ensiklopedia milenium tumbuhan berkhasiat obat indonesia. Jakarta: gema insani.