HUBUNGAN TUMBUHAN DAN AIR Friska Novia Upriana, 1714041016, Pendidikan Biologi A Abstrak Difusi merupakan perpindahan molekul dari daerah berkosentrasi lebih tinggi ke daerah berkonsentrasi lebih rendah disebut difusi. Sedangkan Osmosis merupakan difusi air melintasi membrane semipermeable dari daerah dimana molekul air lebih banyak ke daerah dengan jumlah molekul air yang lebih sedikit. Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh larutan dalam ruang yang dibagi oleh membran semipermeabel karena perbedaan dalam konsentrasi zat terlarut. Adapun tujuan praktikum ini yaitu, 1. Untuk menentukan konsentrasi zat terlarut dalam sel tumbuhan 2. Menentukan potensial air umbi kentang 3. Memeriksa efek drai larutan hipertonik 4. Menghitung tekanan osmosis cairan sel. Ada 4 percobaan yang dilakukan yaitu pertama menentukan konsentrasi zat terlarut dalam sel tumbuhan hidup menggunakan umbi kentang yang direndam dalam larutan NaCl, kedua pengukuran potensial air jaringan tumbuhan menggunakan umbi kentang yang direndam dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi, ketiga plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis dengan menggunakan daun Rhoe discolor yang ditetesi sukrosa 1M dan NaCl 1M, keempat penentuan tekanan osmotic cairan sel dengan menggunakan daun Rhoe discolor yang direndam dalam larutan sukrosa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Potensial air tergantung pada konsentrasi larutan. Apabila konsentrasi larutan tinggi maka potensial osmotik rendah dan potensial airnya tinggi. Kata Kunci :Difusi, Osmosis, Plasmolisis, Deplasmolisis , Potensial Air. PENDAHULUAN Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam tumbuhan. Fisiologi tumbuhan mencari keterangan-keterangan tentang kehidupan tumbuhan. Mempelajari fisiologi tumbuhan akan menambah kekaguman kita akan banyak hal yang terjadi di dalam kehidupannya. Kajian tentang fisiologi tumbuhan lebih ditunjukan pada berbagai mekanisme atau proses biologis yang terjadi didalam tumbuhan. Ruang gerak untuk mencari keterangan-keterangan yang berhubungan dengan kehidupan tumbuhan dibatasi oleh hokum-
hukum alam. Air yang terkandung pada keseluruhan tubuh tanaman berkisar antara 5-95%. Kadar air untuk tiap-tiap bagian tumbuh tanaman juga berbeda-beda, seperti pada biji-bijian 5-10%, dan pada daun tanaman sekitar 50-95%. Air yang dibutuhkan oleh tanaman diserap dari lingkungan melalui akar. Air tersebut kemudian dibawa oleh jaringan xylem untuk dimanfaatkan bagi kebutuhan tanaman. Adapun tujuan praktikum ini yaitu, 1. Untuk menentukan konsentrasi zat terlarut dalam sel tumbuhan 2. Menentukan potensial air umbi kentang 3. Memeriksa efek
drai larutan hipertonik 4. Menghitung tekanan osmosis cairan sel. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk dan proses. Produk biologi terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan postulat yang terkait dengan kehidupan makhluk hidup. Biologi memiliki karakteristik yang berbeda dari kajian ilmu pengetahuan alam lainnya seperti fisika dan kimia (Sari et al., 2018). Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan. Banyak fungsi fungsi dalam biologi sepenuhnya bergantung pada air dan sifat kehidupan secara langsung merupakan hasil dari sifat air. Fungsi air yang paling penting yaitu dalam rreaksi-reaksi biokimia dalam protoplasma yang dikontrol oleh enzim. Selain memberi fasilitas bagi berlangsungnya suatu rreaksi niokimia, molekul air dapat berinteraksi secara langsung sebagai komponen reaktif dalam proses metabolism didalam sel (Advinda, 2018). Akar dan penyerapan air. Akar mempunyai bagian tertentu yang merupakan daerah penyerapan. Air dari tanah masuk ke xylem akar melalui dua jalur. Bila air masuk melalui dinding sel atau ruang antar sel, dikatakan air menempuh jalur apoplast. Apoplast diartikan sebagai bagian “mati” dari tumbuhan. Jalur itu ditempuh dari jaringan epidermis ke korteks. Di bagian dalam korteks terdapat jaringan endodermis yang
mempunyai pita Caspary yang tak permeable terhadap air pada dindingnya, sehingga air harus masuk ke dalam melintasi membran plasma. Kemudian, melalui plasmodesmata, air masuk ke sel jarngan pembuluh. Jalur tersebut dinamakan simplas. Simplas mencakup sitoplasma semua sel yang berhubungan melalui plasmodesmata. Xylem sendiri merupakan bagian dari apoplast (Ismail dan Muis, 2019). Air merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Namun, pada kenyataannya keberadaan air di suatu daerah tidak selalu tersedia dengan baik. Di Indonesia yang beriklim tropis, kekurangan pasokan air biasanya terjadi pada musim kemarau yang menyebabkan kekeringan. Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman hampir pada semua tempat, baik karena periode kering maupun curah hujan yang rendah (Violitas et al., 2017). Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh larutan dalam ruang yang dibagi oleh membran semipermeabel karena perbedaan dalam konsentrasi zat terlarut. Tekanan osmotik umumnya didefinisikan sebagai jumlah tekanan yang diperlukan untuk membawa pergerakan pelarut melintasi membran semipermeabel menuju kesetimbangan. Model ini mencoba memodelkan deskripsi berbasis agen dari pergerakan partikel larutan
melintasi membran semipermeabel dan menggambarkan sifat koligatif tekanan osmotik (Yadav et al., 2015). Penggunaan larutan yang bersifat pekat menyebabkan tekanan osmotik pada larutan menjadi tinggi atau lebih besar dari pada tekanan osmotik di dalam sel bunga krisan, air akan keluar dari dalam sel ke larutan, akibatnya terjadi plasmolisis yaitu terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Sejalan dengan pendapat Wiraatmaja, W, dkk bahwa pemberian perlakuan yang mengakibatkan larutan menjadi pekat menyebabkan tekanan osmotik cairan di luar sel lebih besar sehingga cairan di dalam sel akan keluar dan terjadi plasmolisis dan juga pemberian sukrosa yang tinggi dapat mengakibatkan larutan menjadi pekat yang akan menyebabkan tumbuhnya bakteri dan terbentuknya lapisan lendir. Terdapatnya lapisan lindir pada ujung tangkai bunga mengakibatkan penyumbatan dan penyerapan larutan pengawet akan terhambat (Ariyanto et al., 2018). Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap saat di alam maupun didalam tumbuhan atau organisme lainnya. Perpindahan molekul dari daerah berkosentrasi lebih tinggi ke daerah berkonsentrasi lebih rendah disebut difusi. Sedangkan Osmosis merupakan difusi air melintasi membrane semipermeable dari daerah dimana molekul air lebih banyak ke daerah dengan jumlah
molekul air yang lebih sedikit. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air (Ismail dan Hartono, 2014). Dalam membandingkan dua larutan, jika konsentrasi zat terlarut lebih tinggi disebut hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah disebut hipotonik. Ini merupakan istilah relatif yang hanya bermakna hila terdapat suatu perbandingan. Misalnya air PAM bersifat hipertonik terhadap air destilasi tetapi hipotonik terhadap air laut. Larutan dengan konsentrasi zat yang sama disebut isotonik. Arah osmosis ditentukan hanya oleh perbedaan konstrenstrasi zat terlarut total. Air berpindah dari larutan hipotonik ke hipertonik sekalipun larutan hipotoniknya lebih banyak jenis zat terlarut (Harahap, 2012). METODE KERJA Sub Unit 1 Alat yang digunakan yaitu bor gabus dan gelas ukur ukuran sedang, Bahan yang digunakan larutan NaCl dalam berbagai konsentrasi dan kentang ukuran besar. Langkah kerja : 1). Siapkan lima gelas masing-masing diisi dengan larutan konsentrasi garam (NaCl) yang berbeda sesuai dengan Tabel 1 2). Buat potongan silinder kentang dengan ukuran yang sama (Panjang atau berat). 3). Ke dalam masing-masing gelas berisi larutan garam, masukkan tiga potongan
silinder kentang. Berikan label gelas untuk menentukan ukuran (Panjang atau berat) awal. Catat ukuran awal pada tabel 1 4). Keluarkan dengan hatii-hati tiga silinder kentang dari setiap larutan dan ukur Panjang atau beratnya. Catat data dalam tabel 1. 5). Hitung perubahan rata-rata ukuran dan catat dalam tabel 1. 6). Instruktur anda mungkin meminta anda untuk membuat grafik data Anda lihat pertanyaan dan ikuti instruksinya. Sub Unit 2 Alat yang digunakan yaitu bor sumbat botol gabus (cork borer) dengan garis tengah 1 cm utuk membuat silinder umbi kentang, pisau silet, timbangan elektrik(metler), 14 tabung reaksi. Bahan yang digunakan umbi kentang, larutan sukrosa berbagai konsentrasi (0.05: 0.1: 0.15: 0.2: 0.25: 0.3: 0.35: 0.4: 0.45: 0.5: 0.55: dan 0.6 molal) dan aquadest. Langkah kerja : 1). Siapkan 14 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 10 ml larutan sukrosa dengan konsentrasi : 0(aquadest); 0.05: 0.1: 0.15: 0.2: 0.25: 0.3: 0.35: 0.4: 0.45: 0.5: 0.55: dan 0.6 molal 2). Lakukan dengan cepat buat 14 silinder umbi kentang dengan bor gabus masing maisng Panjang 4cm/seragam. Sebainya untuk satu set percobaan dibuat dari satu umbi saja. Letakkan pada wadah tertutup. 3). Dengan pisau silet potonglah satu silinder kentang menjadi irisan tipis-tipis yang seragam dengan tebal ±2 mm
sebanyak 4 irisan, 4). Bilas dengan cepat irisan tersebut dengan aquades, keringkan dengan tissue dan timbang (sbg berat awal). 5). Masukkan 4 irisan dari masing-masing umbi kentang ke dalam 13 larutan yang sudah disiapkan. 6). Setelah 2 jam direndam, keluarkan irisan-irisan umbi kentang tersebut dari masingmasing cawan petri/ tabung reaksi lau keringkan dengan tissue dan timbang (sbg berat akhir). 7). Perubahan berat diukur dengan rumus berikut : %berat =berat awal Berat awal – Berat akhir X 100% Berat awal 8). Buat grgafik dan plotkan: a. berat atau persentase berat pada ordinat dan konsentrasi larutan (molal) pada absis serta (b) berat atau persentase berat pada ordinat dan potensial pada absis. Kalibrasikan tekanan potensial setelah menghitung potensial osmotic untuk tiap larutan sukrosa. Potensial osmotic dihitung dengan rumus berikut: ψs = -miRT Sub Unit 3 Alat yang digunakan yaitu mikroskop, silet, kaca preparat dan kaca penutup. Bahan yang digunakan tumbuhan Rhoe discolor, larutan sukrosa 1M, larutan NaCl 1M dan aquadest. Langkah kerja: 1). Ambil selapis tipis permukaan epidermis bawah Rhoe discolor menggunakan silet. 2). Potongan tersebut diletakkan pada gelas preparat dan ditetesi 2-3
tetes air. 3). Setelah ditutup dengan gelap penutup, diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran rendah. 4). Sel-sel berwarna didekat tepi irisan diamati antara lain adanya selsel yang tidak berpigmen, adanya nukleus dan partikel sub sel lainnya didalam sel-selnya. 5). Kemudian ditambahkan 2 atau 3 tetes sukrosa 1M diantara gelas preparat dan kaca penutup melalui salah satu sisinya. 6). Air yang berlebihan diserap kertas tissue ditepi kaca penutup yang berlawanan. 7). Penambahan tetesan larutan sukrosa terus dilakukan sehingga ikut terserap oleh kertas tissue kedalam kaca. 8). Amatilah penurunan volume protoplas dan perhatikan benang-benang sitoplasmik tak berpigmentetap melekat pada dinding sel dan catat waktu untuk proses tersebut. Penurunan volume protoplas adalah plasmolisis. 9). Tambahkan beberapa tetes air di sisi kaca yang berlawanan. 10). Amatilah proses deplasmolisis yang terjadi dan catat waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses tersebut pada satu sel. 11). Laukakan prosedur 5-10 untuk larutan NaCl 1M. Sub Unit 4 Alat yang digunakan pisau silet, tabung reaksi, pinset dan gelas objek. Bahan yang digunakan daun Rhoe discolor, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.24: 0.22: 0.20: 0.18: 0.16: 0.14: 0.12: dan 0.10 M,
Langkah kerja: 1). Siapkan tujuh buah tabung reaksi kemudian diisi larutan glukosa atau sukrosa ke dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk satu konsentrasi. 2). Sayatlah lapisan epidermis yang berwarna dari tanaman dengan menggunakan pisau silet. 3). Periksa dibawah mikroskop apakah sayatan cukup baik digunakan. 4). Hitung jumlah sel yang berwarna ungu utuh dan masukan sayatan ke dalam tabung reaksi serta catat waktu perendaman. 5). Biarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit. Setelah 30 menit, periksa sayatan epidermis tadi dibawah mikroskop, kemudian lakukan perhitungan terhadap sel dengan warna ungu yang masih utuh. 7). Cari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Keadaan ini disebut Insipien Plasmolisis. Persentase sel yang mengalami plasmolysis dihitung dengan persaaman: %plasmolisis =
∑𝑠𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑢𝑛𝑔𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙 − ∑𝑠𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑢𝑛𝑔𝑢 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑙 ∑𝑠𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑢𝑛𝑔𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥100%
8). Sel pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial osmotic sama dengan potensial osmotic larutan yang digunakan 9). Lengkapi data pengamatan dengan mengisis tabel berikukt ini. HASIL Sub Unit 1
Konsentarsi
Perubahan dalam Panjang Potongan Silinder Kentang dalam Konsentrasi Garam Konse Uku Ukuran Rerat ntrasi ran sesudah a Laruta Awa rata-rata Perub n l ukuran 3 ahan Garam (mm potongan Ukura (%) /gr) silinder n A B C 0,0 3 cm 3 3 2 3,1 , , 2 1 0,9 3 cm 3 2 3 3,1 , , , 1 9 3 5,0 3 cm 3 3 3 3,1 , , 1 2 10,0 3 cm 3 3 3 3,0 , 1 15,0 3 cm 2 2 3 2,9 , , 9 9 16 14 12 10 8 6 4 2 0 3.1
3.1
3.1
3
2.9
Rerata perubahan ukuran
Sub Unit 2 Larut Berat an (gr)
Persen tase
Poten sial
Aqua des Sukr osa 0,05 Sukr osa 0,1 Sukr osa 0,15 Sukr osa 0,2 Sukr osa 0,25 Sukr osa 0,3 Sukr osa 0,35 Sukr osa 0,4 Sukr osa 0,45 Sukr osa 0,5 Sukr osa 0,55
A wa l
Ak hir
3,0 4 0,8
3,9 3 1
0,9
peruba Osmo han tik berat (%) -89 -20
-1,13
0,9
0
-2,26
0,9
0,1 0
80
-3,39
0,9
1,0 26
-12,6
-4,53
0,8 7
1,3 3
-46
-5,66
0,5 9
1,2 3
-64
-6,79
0,5 9
1,6
-101
-7,93
0,5 3
0,4 5
7,9
-9,06
0,5 8
0,4 3
15,03
10,19
0,6 8
0,5 2
15,64
11,32
0,6 6
0,6 6
19,8
12,46
Konsentrasi Larutan
Sukr osa 0,6
3,0 4
2,2 2
82
13,59 Sukrosa 1M
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
Persentase berat
0
Potensial Osmotik
-2 -4 -6 -8 -10 -12
-14 -16
Persentase berat
Sub Unit 3 Perlaku Deskripsi an pengamat an sel
Air Warna destilata ungu tua, bentuk sel protoplas ma tidak mengkeru t dan segi enam, warna merata protoplas
NaCl 1M Waktu plasmolysi sdeplasmoli sis 1 menit
ma tidak mengalam i lisis. Warna menjadi lebih pudar yaitu ungu muda, protoplas ma mengkeru t, segi enam, warna tidak merata. Protoplas ma mengalam i lisis (lepas) Warna ungu tua, protoplas ma tidak mengkeru t, warna merata. Protoplas ma tidak mengalam i lisis.
3 menit
2 menit
Sub Unit 4 Larutan sukrosa pada 20ºC Persentase Potensial Plasmolisis Molaritas (%) Osmotik (M) (atm)
0,24 0,22 0,20 0,18 0,16 0,14 0,12 0,10
-6,4 -5,9 -5,3 -4,7 -4,2 -3,7 -3,2 -2,6
92% 94% 86% 24% -0,31% 80% 0,6% -100%
PEMBAHASAN Sub Unit 1 Berdasarkan hasil prcobaan ini, didapatkan data bahwa potongan umbi kentang mengalami perubahan panjang. Hasil rata-rata perhitungan panjang potongan umbi kentang setelah direndam dalam larutan sukrosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda dari konsentrasi 0,0 M; 0,9 M; 5,0 M; 10,0 M; 15,0 M secara berurutan adalah 3,1 cm; 3,1 cm; 3,1 cm; 3,0 cm; 2,9 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa maka semakin berkurang panjang sampel potongan umbi kentang. Semakin tinggi konsentrasi glukosa, maka panjang silinder umbi kentang semakin mengecil dan bertambah lembek. Hal ini terjadi karena konsentrasi air di dalam kentang lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi air pada lingkungan sel umbi kentang (larutan glukosa), sehingga sel melakukan penyesuaian kesetimbangan molekul air yang mengakibatkan molekul air yang berada pada sel umbi kentang tertarik keluar menuju lingkungan di luar sel
(larutan glukosa). Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi kentang semakin kecil dan lembek. Sub Unit 2 Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan, sukrosa 0,15 memiliki perubahan berat 80 %. Nilai positif ini diperoleh dari berat akhir kentang yang lebih besar dari berat awal kentang, akibat terjadinya penambahan berat jaringan oleh air dari larutan sukrosa. Pergerakan air dari larutan sukrosa menuju sel kentang menunjukkan bahwa konsentrasi air dalam larutan sukrosa lebih tinggi daripada dalam sel kentang. Dengan demikian larutan sukrosa 0,1 M, 0,4 M, 0,45 M, 0,5 M, 0,55M, 0,6 M, disebut larutan hipotonis (larutan dengan kandungan solute yang lebih rendah dari larutan lain). Sedangkan pada konsentrasi 0,05M, 0,2M, 0,25M, 0,3M, 0,35M, serta aquadest perubahan berat kentang bernilai negatif. Nilai ini diperoleh dari berat akhir kentang yang lebih kecil dari berat awal kentang, akibat terjadi penyusutan berat jaringan karena air keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat disimpulkan merupakan larutan hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi daripada sekelilingnya). Hal ini berarti telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi
kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis. Sub Unit 3 Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena konsentrasi di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel, begitu sebaliknya dengan proses deplasmolisis. Percobaan tentang proses plasmolisis dan deplasmosisi, kami menggunakan daun Rhoe discolor sebagai objek. Pada saat daun Rhoe discolor ditetesi aquadest dapat dilihat sel daun berwarna ungu kehijau-hijauan dan sel-selnya masih bersatu serta stomatanya masih tertutup, hal ini dikarenakan karena adanya klorofil. Tetapi setelah ditetesi dengan menggunakan sukrosa 1 M terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih dan sel-selnya merenggang serta stomatanya terbuka. Peritiwa ini menandakan bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan hipotonik. Ketika ditetesi kembali dengan aquadest, keadaan sel kembali seperti yang pertama yaitu berwana ungu tapi warnanya lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peristiwa deplasmoisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan diganti dengan larutan hipotonik. Sub Unit 4
Sel epidermis daun Rhoe discolor mengalami proses plasmolisis ketika konsentrasi pelarut di luar sel lebih rendah di bandingkan di dalam sel epidermis Rhoe discolor. Sebagai akibatnya air terdapat di dalam sel akan keluar dari sel. Selanjutnya sel mengalami proses dehidrasi dan terjadi pelepasan membran sel dari dinding sel yang disebut dengan plasmolisis. Dengan meningkatnya jumlah konsentrasi sukrosa, maka peristiwa plasmolisis akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena potensial air yang berbanding lurus dengan potensial osmotik. Dengan demikian plasmolisis akan terjadi jika pelarut didalam sel lebih tinggi dibandingkan diluar sel. Beberapa fakor yang mempengaruhi kecepatan plasmolisis adalah perbedaan konsentrasi dan suhu. KESIMPULAN Osmosis merupakan difusi air, hal ini karena terdapat ruang terpisah satu sama lain oleh membran selektif permeabel. Apabila konsentrasi larutan tinggi dari jaringan, maka air keluar jaringan sehingga berat jaringan berkurang, disebut jaringan dalam kondisi hipertonis. begitu pula sebaliknya (kondisi hipotonik). Sedangkan larutan isotonis tidak terjadi perpindahan molekul air sehingga berat jaringan tetap. Plasmolisis terjadi karena cairan dari dalam sel berdifusi keluar dan menyebabkan sitoplasma
mengkerut. Deplamolisis akan terjadi jika suatu sel yang mengalami plasmolisis dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis sehingga sitoplasma mengembang kembali. Potensial air tergantung pada konsentrasi larutan. Apabila konsentrasi larutan tinggi maka potensial osmotik rendah dan potensial airnya tinggi. DAFTAR PUSTAKA Advinda, Linda. 2018. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish. Ariyanto, M. Reza., Eko, R. M., Praptining, R. 2018. Pengaruh Ekstrak Jeruk Nipis Dengan Larutan Gula Kelapa Terhadap Keterserapan Larutan Dan Lama Kesegaran Pada Bunga Potong Krisan . Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 5(2). Harahap, Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar. Medan: UNIMED PRESS. Ismail dan Abd, M. 2019. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Ismail dan Hartono. 2014. Fisiologi Tumbuhan Bagian 1. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Sari, Yeni P., Abdul, R., Kasrina. 2018. Pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik Berdasarkan Studi Pengaruh Osmosis Terhadap Warna Mata. Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi. 2(2). Violita, Moralita, C., Putri, W. 2017. Luas Dan Indeks Stomata Daun Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Cisokan Dan Batang Piaman Akibat Cekaman Kekeringan. Journal Biosains. 1(2). Yadav, Sardar. M., Ashish, K. P., Manoj, K., Saurabh, G., Dr.Shiv, G. 2015. Osmotic Drug Delivery System: A New Approach. International Journal of Pharmaceutical Technology and Biotechnology. 2(1).