OPTIMASI RASIO VOLUME DAN MASSA ADSORBEN TERHADAP PROSES PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN KULIT PISANG KEPOK Dewi Amalia, Rizka Hasmi Dwi Wardani, Mustafa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Medan Jl. Gedung Arca No. 52, Medan
[email protected] Abstrak Minyak goreng telah menjadi bahan pokok makanan tidak hanya bagi kebutuhan rumah tangga tetapi juga untuk pedagang makanan. konsumsi minyak goreng dengan suhu tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi kesehatan sehingga untuk meminimalisir bahaya yang ditimbulkan perlu suatu metode yang harus digunakan yaitu adsorpsi. Proses adsorpsi membutuhkan adsorben, adsorben yang digunakan adalah kulit pisang kepok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja atau mekanisme adsorben kulit pisang kepok dan mengetahui parameter-parameter yang berpengaruh pada proses adsorpsi minyak goreng bekas dengan menggunakan adsorben kulit pisang kepok. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio 1:1; 1:2; 2:1; 2:2; 3:2 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 dan yang sesuai dengan SNI 013741-1995 adalah rasio 3:3. Kata kunci: adsorpsi, kulit pisang kepok, minyak goreng bekas Abstract Cooking oil has become a staple food not only for household needs but also for food traders. consumption of cooking oil with high temperature and carried out repeatedly is very dangerous for health so as to minimize the danger posed need a method that must be used is adsorption. The adsorption process requires adsorbent, the adsorbent used is kepok banana’s peel. This study aims to determine the workings or mechanism of the adsorbent of kepok banana’speel and find out the parameters that affect the adsorption process of used cooking oil using kepok banana peel adsorbent.From the results of the study indicate that the rasio is 1: 1; 1: 2; 2: 1; 2: 2; 3: 2 is not in accordance with SNI 01-3741-1995 and in accordance with SNI 01-3741-1995 is a rasio of 3: 3. Keywords:adsorption, kepok banana’s peel, used cooking oil
1. PENDAHULUAN Minyak goreng bekas adalah minyak yang sudah 3-5 kali pakai yang berwarna hitam dan banyak ampasnya. Minyak ini banyak mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh orang yang mengkonsumsinya, seperti keton, aldehid, dan polimer yang merugikan kesehatan manusia.Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang masuk daftar perbelanjaan dalam rumah tangga. Harga minyak makan relatif mahal oleh sebab itu sebagian ibu rumah tangga yang merasa "sayang" jika akan membuang minyak goreng bekas. Tidak hanya ibu- ibu rumah
tangga, para penjual gorengan, usaha ayam penyet, pecel lele atau pun usaha makanan yang lain yang sifatnya menggoreng juga merasa “sayang” jika membuang minyak goreng bekas sehingga apabila minyak sudah mulai menghitam dan banyak ampasnya mereka akan mencampurkan minyak baru ke dalam minyak goreng bekas yang sudah 3-5 kali penggorengan. Pemakaian minyak jelantah jelas sangat tidak baik untuk kesehatan. Dikarenakan tiap-tiap kali digunakan minyak dapat mengalami penurunan mutu. Kandungan lemak tidak jenuh serta vitamin A, D, E, serta K yang ada di minyak makin
lama dapat makin menyusut. serta yang tersisa tinggal asam lemak jenuh yang bisa mengakibatkan penyakit layaknya jantung koroner serta stroke. Menurut penelitian Ervin Tri Suryandari, M.Si minyak jelantah memiliki kandungan senyawa karsinogenik yang bisa mengakibatkan penyakit kanker. Kulit Pisang Kepok Pisang kepok adalah tumbuhan buah berupa tumbuhan herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang kepok merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya (Erwin T,2014). Kulit maupun buah pisang kepok memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Pada umumnya, masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulitnya begitu saja. Di dalam kulit pisang kepok ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang kepok banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Adsorpsi Adsorpsi adalah peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan, yang tergantung dari afinitas antara adsorben dan zat diadsorpsi. Permukaan adsorben akan menyerap warna, suspense koloid (gum dan resin), serta hasil degradasi minyak seperti peroksida. Daya adsorpsi disebabkan karena bahan memiliki pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorpsi akan terjadi karena adanya perbedaan potensial antara permukaan dan zat yang di serap. Berdasarkan adanya perbedaan energy potensial, maka jenis adsorpsi terdiri dari adsorpsi listrik, adsorpsi mekanis, adsorpsi kimia, dan adsorpsi termis.Sifat adsorpsi tersebut masing-masing disebabkan karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan potensial sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas.Kulit pisang kepok merupakan bahan padat yang berpori-pori yang umumnya diperoleh dari pisang kepok. Mekanisme Adsorpsi Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang diserap, konsentrasi, suhu, dan lain-lain. Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap: a. Transfer molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang mengelilingi adsorben b. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film c. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui kapiler/pori dalam adsorben d. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben.
Gambar 2.1 Adsorpsi dan Desorpsi
2. METODOLOGI Alat yang digunakan anatara lain adalah hot plate, termometer, stirer, gelas ukur 250 ml, kertas saring, cawan porselin, erlenmeyer 250 ml, buret 50 ml, neraca analitik, piknometer, viskometer oswald, karet penghisap, stopwatch, pH univesal, corong kaca, pipet tetes, kawat kassa, statif, dan klem. Bahan yang digunakan adalah minyak goreng bekas, kulit pisang kepok, NaOH, asam oksalat, dan phenolptalein (PP). Prosedur Penelitian - Sebelumnya, menjemur kulit pisang kepok selama 2 hingga 3 hari di bawah sinar matahari. Kemudian menghaluskannya dengan cara diblender dan kemudian diayak untuk mendapatkan serbuk kulit pisang kepok. - Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan ketika praktikum. - Menghidupkan hotplate, kemudian meletakkan beaker gelas 1000 ml di atas
-
-
-
-
kawat kassa. Memasukkan minyak goreng bekas ke dalam beaker glass 1000 ml. Memanaskan minyak goreng bekas sampai suhu 175 0C. Apabila minyak goreng bekas sudah mencapai suhu 175 0C ,memasukkan kulit pisang kepok sesuai dengan rasio 1 : 2;2 : 1;1 : 1;3 : 2;3 : 3;2 : 2 (minyak goreng bekas terhadap adsorben kulit pisang kepok). Mengaduk campuran minyak goreng bekas dan adsorben kulit pisang kepok menggunakan stirersesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 10; 20; 30; dan 40 (menit). Menyaring minyak goreng bekas agar terpisah dari kulit pisang kepok dan mendinginkannya. Setelah minyak goreng bekas hasil adsorpsi dingin, kemudian melakukan analisa terhadap minyak goreng bekas yang telah diadsorpsi, yaitu analisa warna, pH, densitas, viskositas, dan penentuan kadar FFA. Sebagai pembanding hasil analisa digunakan minyak goreng yang masih baru (belum pernah digunakan untuk menggoreng) dan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk minyak goreng layak pakai.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Data Hasil Parameter Analisa Viskositas Rasio 1:1 (30 ml minyak jelantah: 30 gr adsorben kulit pisang kepok) 1:2(30 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit pisang kepok) 2:1(60 ml minyak jelantah: 30 gr adsorben kulit pisang kepok) 2:2(60 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit pisang kepok) 3:2(90 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit
Waktu 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30
Viskositas 45,9720 38,7478 40,1551 46,6287 43,3281 46,2025 50,2479 48,4381 42,6404 43,8443 47,1552 46,4529 34,3472 32,3002 31,4325 34,6507 18,5362 17,7320 18,2548
pisang kepok) 3:3(90 ml minyak jelantah: 90 gr adsorben kulit pisang kepok)
40 10 20 30 40
16,2443 14,0087 16,4829 14,6708 15,5769
Tabel 2. Data Hasil Analisa Kadar FFA
Parameter
Ratio
Waktu
1:1 (30 ml minyak jelantah: 30 gr adsorben kulit pisang kepok) 1:2(30 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit pisang kepok) 2:1(60 ml minyak jelantah: 30 gr adsorben kulit pisang kepok) 2:2(60 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit pisang kepok) 3:2(90 ml minyak jelantah: 60 gr adsorben kulit pisang kepok) 3:3(90 ml minyak jelantah: 90 gr adsorben kulit pisang kepok)
10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40 10 20 30 40
1.Pembahasan grafik hubungan terhadap viskositas pada rasio 1:1 viskositas (cP)
-
Kadar FFA 0,6317 0,5896 0,5615 0,7581 0,6458 0,6317 0,5054 0,6879 0,4773 0,4633 0,7019 0,5054 0,5615 0,5194 0,6598 0,5335 0,4913 0,4633 0,4913 0,3650 0,3790 0,3931 0,3229 0,3650
waktu
100 y = 1,434x
50 0 0
20
40
60
waktu (menit)
Gambar 1.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:1 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:1, grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 10 sampai 20 menit dengan nilai viskositas 45,9720 cP menjadi 38,7478 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak
Viskositas (cP)
2. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:2
80 60 40 20 0
y = 1,600x
0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 2.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:2, grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 10 sampai 30 menit dengan nilai viskositas 43,3281 cP menjadi 50,2479 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama. Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada
waktu 30 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 50,2479 cP menjadi 48,4381 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). 3. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 2:1 Viscositas (cP)
yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 20 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 38,7478 cP menjadi 46,6287 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama.
80 60 40 20 0
y = 1.5254x
0
Waktu (menit)
50
Gambar 3.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 2:1 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 1:2, grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 10 sampai 30 menit dengan nilai viskositas 42,6404 cP menjadi 47,1552 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama. Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 30 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 47,1552 cP menjadi 46,4529 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia).
Viskositas (cP)
50
y = 1.1062x
0 0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 4.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 2:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 2:2, grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 10 sampai 30 menit dengan nilai viskositas 34,3472 cP menjadi 31,4325 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 30 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 31,4325 cP menjadi 34,6507 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama.
Viskositas (cP)
5. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:2 40 y = 0.5791x 20 0 0
20
40
60
grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 10 sampai 20 menit dengan nilai viskositas 18,5362 cP menjadi 17,7320 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 20 sampai 30 menit dengan nilai viskositas 17,7320 cP menjadi 18,2548 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama. Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:2, grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 30 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 18,5362 cP menjadi 16,2443 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). 6. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:3 30 Viskositas (cP)
4. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 2:2
20 10 0 y = 0.511x 0 20
40
60
Waktu (menit)
Waktu (menit)
Gambar 5.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:2,
Gambar 6.Grafik pembahasan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:3 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:3, grafik mengalami penaikan nilai viskositas
kadar FFA (%)
7. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 1:1 1
y = 0.0218x
0.5 0 0
20
40
Waktu (menit)
60
Gambar 7.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 1:1
Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 1:1, pada menit 10 sampai 30 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,6317% menjadi 0,5615% dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0,5615% menjadi 0,7581%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada rasio 1:1 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,300,40. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu pada suhu 160 – 200OC. menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasika dari angka asam. Jika ditinjau dari mekanisme proses adsorpsi, adsorben yang digunakan sudah tidak mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam minyak sehingga tidak terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas. 8. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 1:2 1 Kadar FFA (%)
pada waktu 10 sampai 20 menit dengan nilai viskositas 14,0087 cP menjadi 16,4829 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama. Pada grafik diatas, diketahui grafik mengalami penurunan nilai viskositas pada waktu 20 sampai 30 menit dengan nilai viskositas 16,4829 cP menjadi 14,6708 cp. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak belum terkontaminasi dengan zat-zat lain (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap viskositas pada rasio 3:3, grafik mengalami penaikan nilai viskositas pada waktu 30 sampai 40 menit dengan nilai viskositas 14,0087 cP menjadi 15,5769 cP. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa minyak yang baik adalah minyak yang memiliki nilai viskositas yang rendah karena minyak tersebut tidak akan menempel diatas permukaan bahan makanan yang akan digoreng (Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia). Hal ini disebabkan karena minyak telah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Kehadiran zat lain akan meningkatkan viskositas minyak sehingga hambatan minyak untuk mengalir lebih besar dan waktu alir yang diperlukan lebih lama.
y = 0.0206x
0.5 0 0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 8.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 1:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 1:2, pada menit 10 sampai 30 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,6458% menjadi 0,5054% dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0,5054% menjadi 0,6879%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada rasio 1:2 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,300,40. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu pada suhu 160 – 200OC.
Kadar FFA (%)
9. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 2:1 0.8
y = 0.0184x
0.6 0.4 0.2 0 0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 9.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 2:1 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 2:1, pada menit 10 sampai 20 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,4773% menjadi 0,4633% , pada menit 20 sampai 40 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0,4633% menjadi 0,7019%, dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penurunan kembali dengan nilai kadar FFA 0,7019% menjadi 0,5054%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada ratio 2:1 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,300,40. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu pada suhu 160 – 200OC. menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasika dari angka asam. Jika ditinjau dari mekanisme proses adsorpsi, adsorben yang digunakan sudah
tidak mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam minyak sehingga tidak terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas. 10. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 2:2 Kadar FFA (%)
menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasika dari angka asam. Jika ditinjau dari mekanisme proses adsorpsi, adsorben yang digunakan sudah tidak mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam minyak sehingga tidak terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas.
0.8 0.6 0.4 0.2 0
y = 0.019x 0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 10.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 2:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 2:2, pada menit 10 sampai 20 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,5615% menjadi 0,5194% , pada menit 20 sampai 30 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0,5194% menjadi 0,6598%, dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penurunan kembali dengan nilai kadar FFA 0,6598% menjadi 0,5335%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada rasio 2:2 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,300,40. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu pada suhu 160 – 200OC. menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasika dari angka asam. Jika ditinjau dari mekanisme proses adsorpsi, adsorben yang digunakan sudah tidak mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam minyak sehingga tidak terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas.
11. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 3:2
Kadar FFA (%)
1 0.5 0
y = 0.0145x 0
20
40
60
Waktu (menit)
Gambar 11.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 3:2 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 3:2, pada menit 10 sampai 20 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,4913% menjadi 0,4633% , pada menit 20 sampai 30 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0, 4633% menjadi 0,4913%, dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penurunan kembali dengan nilai kadar FFA 0,4913% menjadi 0,3650%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada rasio 3:2 tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,300,40. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu pada suhu 160 – 200OC. menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasika dari angka asam. Jika ditinjau dari mekanisme proses adsorpsi, adsorben yang digunakan sudah tidak mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam minyak sehingga tidak terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas.
Kadar FFA (%)
12. Pembahasan grafik hubungan waktu terhadap Kadar FFA pada rasio 3:3 1 y = 0.012x 0.5
0 0
50 Waktu (menit)
Gambar 12.Grafik pembahasan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 3:3 Berdasarkan grafik hubungan waktu terhadap kadar FFA pada rasio 3:3, pada
menit 10 sampai 20 grafik mengalami penaikan dengan nilai kadar FFA 0,3790% menjadi 0,3931% , pada menit 20 sampai 30 grafik mengalami penurunan dengan nilai kadar FFA 0,3931% menjadi 0,3229%, dan pada menit 30 sampai 40 grafik mengalami penaikan kembali dengan nilai kadar FFA 0, 3229% menjadi 0,3650%. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kadar FFA pada rasio 3:3 sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu 0,30-0,40.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mekanisme adsorben kulit pisang adalah minyak goreng bekas masuk melalui pori-pori kulit pisang kepok, di dalam poripori pisang kepok terjadi pemisahan antara minyak goreng bekas dengan zat-zat pengotor yang ada dalam minyak goreng tersebut. Terjadinya pemisahan disebabkan karena perbedaan bobot molekul antara minyak goreng bekas dengan zat pengotor dalam minyak yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan molekul zat pengotor melekat pada permukaan pori-pori kulit pisang kepok. Minyak goreng yang bersih akan keluar dari pori-pori kulit pisang kepok dan seterusnya mekanisme adsorpsi minyak goreng bekas akan berlangsung sampai terjadi kesetimbangan antara adsorben dengan minyak goreng bekas. Dari hasil penelitian diketahui parameter-parameter yang mempengaruhi proses adsorpsi minyak goreng bekas terhadap adsorben kulit pisang kepok adalah viskositas dan kadar FFA. Pada ratio 1:1; 1:2; 2:1; 2:2; dan 3:2 untuk parameter kadar FFA tidak sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu maksimal 0,3% sedangkan untuk parameter viskositas tidak sesuai dengan Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia karena nilai viskositasnya terlalu tinggi. Pada ratio 3:3 untuk parameter kadar FFA sesuai dengan SNI 01-3741-1995 yaitu maksimal 0,3% dan dari hasil penelitian diperoleh nilai kadar FFA untuk waktu 10, 20, 30, dan 40 menit adalah 0,3790%; 0,3931%; 0,3229%; dan 0,3650%. Untuk parameter viskositas juga sesuai dengan Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia karena viskositas yang dihasilkan nilainya rendah. Hasil penelitian menunjukkan nilai viskositas untuk waktu 10, 20, 30, dan 40 menit yaitu 14,0087 cP;
16,4829cP; 14,6708 cP; 15,5769. Hal ini menandakan bahwa minyak goreng bekas pada ratio 3:3 kandungan zat pengotorya sudah berkurang sehingga nilai viskositasnya menjadi rendah. .
DAFTAR PUSTAKA Ginting, Ferdinan Delesev, 2008, “ Pengujian Alat Pendingin Sistm Adsorpsi Dua Adsorber dengan Menggunakan Metanol 1000 mL Sebagai Refrigerant”, Skripsi Strata Satu, Universitas Indonesia, Jakarta. Mccabe, Warren L.; Smith, Julian C., dan Harrot Peter., 1985.,Operasi Teknik Kimia. Terjemahan Oleh E. Jasjfi, 1993. Erlangga, Jakarta. Purnama, Putu Eka; Dewi,I Gusti Ayu Kunti Sri Panca, dan Ratnayani,Ketut. 2015. “Kapasitas Adsorpsi beberapa Jenis Kulit Pisang Teraktivasi NaOH Sebagai Adsorben Logam Timbal (Pb)”, Universitas Udayana, Bukit Jimbran Bali, hal. 198. Sopianti, Densi Selpia; Herlina; Saputra, Tri Handi. 2017. “Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Goreng”, Akademi Farmasi Al Fatah Bengkulu, Bengkulu. Suryandari,Tri Ervin,Msi. 2014. “Jurnal Pelatihan Pemurnian Minyak Jelantah Dengan Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiacal,Linn) untuk Pedagang Makanan di Pujasera Ngaliyan”, Iain Walisongo, Semarang, hal. 57-64. Yusibani, Elin; Al Hazmi, Nursabila, Dan Yufita, Evi. 2017. “Pengukuran Viskositas Beberapa Produk Minyak Goreng Kelapa Sawit Setelah Pemanasan”, Universitas Syiah Kuala, Aceh.