Pengalihan Konsumsi Beras dengan Sumber Karbohidrat lain untuk Ketahanan Pangan Oleh: Yuni Kartika Purnamasari 170141601588 Abstrak: Pangan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Keadaan pangan yang tidak baik akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun untuk itu sebuah negara yang memiliki pangan yang baik dapat dilihat dari keadaan Ketahanan Pangan negara tersebut. Ketahanan pangan adalah keadaan dimana terpenuhinya pangan baik dari segi kualitas, gizi, keragaman pangan, dan keamanan pangan. Keadaan pangan di Indonesia saat ini masih bergantung pada konsumsi beras yang tinggi, tetapi jika di lihat dari pekerjaan masyarakat Indonesia yang merupakan mayoritas masyarakat bekerja di bidang pertanian sangat berpeluang untuk mencapai ketahanan pangan, untuk mencapai ketahanan pangan tersebut dengan memanfaarkatkan Sumber Daya Manusia dengan baik. Kata Kunci: Pangan, Ketahanan Pangan, Indonesia. Pangan merupakan istilah yang amat penting bagi pertanian karena secara hakiki pangan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar. Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat banyak seperti Indonesia. Status konsumsi pangan penduduk sering dipakai sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat (Hanafie, R, 2010). Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dalam (Suryana, 2008) tentang Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi pemenuhan kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersedian pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, merata dan terjangkau. Kebutuhan pangan di Indonesia akan semakin meningkat, hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Purwaningsih, Y, 2008) “Bangsa Indonesia dengan pertumbuhan penduduk positif, apabila tidak disertai dengan kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan pemenuhan kebutuhan pangan penduduknya” . maka dari itu pemenuhan kebutuhan akan pangan di Indonesia menjadi sangat penting karena kecukupan pangan merupakan faktor penting dan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 dalam (Purwaningsih, Y, 2008) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berdasar konsep tersebut, maka terdapat beberapa prinsip yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung terhadap ketahanan pangan (food security), yang harus diperhatikan (Sumardjo, 2006). KONDISI PANGAN di INDONESIA Kondisi ketahanan pangan tidak hanya dapat di lihat dari ketersediaan pangan pada lingkup nasional tetapi juga dilihat dari lingkup rumah tangga. Menurut Studi Saliem et al (2001) dalam (Ariningsih dan Rachman, 2008) menunjukkan bahwa walaupun ketahanan pangan di tingkat regional (provinsi) tergolong tahan pangan terjamin namun di provinsi yang bersangkutan masih ditemukan rumah tangga yang tergolong rawan pangan dengan proporsi relatif tinggi. Di Indonesia seringkali pembangunan ketahanan pangan di analisiskan upaya ketahanan pangan beras karena beras telah dijadikan komoditas strategis (Suryana, 2008). Menurut Arifin (1997) dalam (Suryana, 2008) beras mempunyai kedudukan yang teramat vital dan fatal. Vital karena beras adalah kebutuhan dasar manusia Indonesia dan fatal apabila penyediaan nya Dalam kebutuhan pangan saat ini di Indonesia masih bergantung pada pemenuhan beras, menurut ( Darwanto,2005) “Pada kenyataannya program ketahanan pangan tersebut belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi basis yang strategis.” Beras yang merupakan komoditi utama di Indonesia masih menjadi bahan utama pangan untuk masyarakat Indonesia, Berdasarkan data FAO 2004 dalam (Darwanto,2005) dikemukakan bahwa pada empat dekade terakhir produksi beras domestik telah mampu memenuhi sekitar 97% dari total pasokan yang dibutuhkan setiap tahun. Jumlah pemenuhan pasokan beras tertinggi dicapai pada periode 1981-1990 yang mencapai 101% dari total pasokan per tahun, namun kemudian menurun terus hingga pada tiga tahun terakhir mencapai rata-rata 94% dari total pasokan per tahun. Jika terjadi pasokan jumlah beras yang menurun di Indonesia akan mengakibatkan Indonesia melakukan impor beras untuk mencukupi ketersediaan beras. Dengan adanya impor beras dalam pemenuhan pasokan beras maka Indonesia belum bisa di katakan negara dengan ketahanan pangan yang baik. PELUANG dan KENDALA KETAHANAN PANGAN INDONESIA Indonesia berpeluang besar dalam mewujudkan ketahanan pangan karena indonesia yang sebagaian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian. Tahun 2012 masyarakat yang
bekerja di bidang pertanian sebanyak 5,48% dari jumlah penduduk sedangkan pada tahun 2014 masyarakat yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 4,74% dari jumlah penduduk (BPS, 2014). Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa masyarakat di Indonesia masih mengandalkan bidang pertanian untuk bekerja. Dengan adanya hal tersebut maka Indonesia berpeluang dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia dengan baik. Dalam mewujudkan ketahan pangan di Indonesia masih banyak memiliki kendala, seperti halnya banyak lahan-lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai perumahan, pertokoan menurut BPS 2016 lahan pertanian di Indonesia pada tahun 2012 seluas 8.127.264 Ha sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 8.112.103 Ha. Selain itu, mayarakat masih banyak yang tidak mengetahui bahwa bukan hanya beras yang dapat menjadi bahan pokok karena dalam konsep ketahanan pangan adanya keberagaman pangan. Produktifitas akan beras di Indonesia juga semaik menurun, menurunnya produktifitas pada tahun 2003 produksi akan gabah sebesar 51,849 ton pada produksi berasa sebesar 32,697 ton (Purwaningsih, Y, 2008). Penurunan produktifitas akan beras dapat diakibatkan karena cuaca di Indonesia yang tidak menentu yang mengakibatkan para petani mengalami penurunan hasil produksi di tanaman padi. PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DENGAN PENGALIHAN KONSUMSI BERAS KE KARBOHIDRAT LAINNYA Pengupayaan peningkatan ketahan pangan di Indonesia dapat dilakukan dengan cara diversifikasi pangan namun diversifikasi pangan sumber karbohidrat, yang merupakan bagian terbesar pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih sulit untuk dilaksanakan. Menurut (Zuraida, N dan Supriati, Y, 2001) Pola pangan masyarakat tergolong tradisional, yaitu melestarikan cara makan dan jenis makanan yang diwariskan oleh nenek moyang dan leluhurnya Masyarakat yang biasa makan nasi tidak merasa kenyang sebelum makan nasi sebagai sumber karbohidrat. Jikakonsumsi akan beras yang semakin meningkat tidak dapat di hindari lagi dengan penurunan produktifitas akan beras dan peningkatan konsumsi beras yang semakin meningkat maka ketahan pangan di Indonesia masih sulit untuk di wujudkan. tetapi dapat kita upayakan untuk pengalihan konsumsi beras dengan sumber karbohidrat yang lain untuk menuju ketahanan pangan seperti halnya konsumsi Ubi jalar. Ubi jalar merupakan merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori yang efisien. Selain itu, ubi jalar juga me-ngandung vitamin A dalam jumlah
yang cukup, asam askorbat, tianin, riboflavin, niasin, fosfor, besi, dan kalsium. Selain itu ubi jalar juga Ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan produktivitas antara 20-40 t/ha umbi segar (Zuraida, N dan Supriati, Y, 2001). Ubi jalar pun memiliki kelemahan yaitu rasa yang kurang nyaman di perut bagi yang belum terbiasa makan ubi jalar. Di negara yang maju seperti Jepang ubi jalar di manfaatkan sebagai pati dan tepung (Zuraida, N dan Supriati, Y, 2001). Sebagai karbohidrat ubi Jalar dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi beras sehingga Indonesia dapat mewujudkan ketahanan pangan, dan masyarakat Indonesia mengalami kesejahteraan dalam pangan.
PENUTUP Ketahanan Pangan bermanfaat untuk Indonesia karena jika negara mengalami ketahan pangan dengan baik merupakan suatu indikator kesejahteraan masyarakat, semakin sejahtera masyarakat negara akan maju. Ketahanan pangan suatu negara dapat menjadi tolak ukur negara seberapa mampu negara tersebut memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena itu peningkatan ketahanan pangan perlu dilakukan. Dalam mewujudkan ketahan pangan pihak-pihak yang berperan tidak hanya pemerintah yang memiliki peran besar dalam mewujudkannya tetapi masyarakat juga memiliki peran aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan, peran tersebut dapat di lakukan seperti mendukung dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan.
DAFTAR RUJUKAN Ariningsih, E dan Rachman, H,P,S. 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan, 6 : 239 - 255 BPS. 2016 Luas Lahan Sawah Menurut Provinsi ha (online) (https://www.bps.go.iddiakses 1 Desember 2016) BPS, 2014 keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014 (online), (https://www.bps.go.iddiakses 1 Desember 2016) Darwanto. 2005 Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani , 1: 1-27 Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogjakarta: Andi Ofset Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahn, Kebijakan, dan Pemberdayaan Masyarakat, 1: 1-27 Suryana, Ahmad. 2008. Menelisik Ketahanan pangan, kebijakan pangan, dan swasembada pangan, 1: 1-16 Undang-undang
Republik
Indonesia
No.
7
TH.
1996
tentang
Pangan,
(Online)(http://hukum.unsrat.ac.id diakses 10 Jnuari 2017) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 TH. 1996 tentang Pangan Zuraida, N dan Supriati, Y. 2001. Usaha Tani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan Alternative dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat, 4: 13-23