Artikel :
Perkembangan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di Indonesia Oleh: ELLA SANTKA (170388203039) MAHASISWA UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)
Dunia yang dari hari ke hari terus berubah disikapi negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN dengan memperkuat hubungan antarnegara. Hubungan yang terjalin biasanya diwujudkan dalam bentuk kerja sama di beberapa bidang. Salah satu bidang yang menjadi fokus adalah bidang ekonomi. Saat ini beberapa negara ASEAN menunjukkan perkembangan signifikan, bahkan posisinya termasuk yang diperhitungkan di kancah internasional Sebut saja Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Negaranegara tersebut kini bukan sekadar konsumen, melainkan juga menjadi produsen bagi negara-negara lain. Hal ini adalah nilai yang positif tentunya. Keberadaan Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara mendorong negara-negara ASEAN dalam menggagas kerja sama dalam bidang perdagangan yang lebih luas lagi. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digagas untuk membentuk pasar tunggal dan menciptakan kondisi yang kompetitif antarnegara demi peningkatan negaranegara anggota. Apa itu MEA, pengertian, ciri-ciri, serta seluk beluknya? Berikut ini ulasannya. Globalisasi sudah tak mungkin dihindari saat ini. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, terutama penggunaan internet yang kian meluas, membawa dampak nyata terbukanya ruang dan kesempatan baru dalam transakasi perdagangan antarnegara. MEA diawali dari perjanjian bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia yang menghasilkan satu visi bersama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN Vision 2020). Tujuannya menjadikan
kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang makmur dengan pembangunan serta pengembangan ekonomi yang merata di tiap-tiap negara yang menjadi anggotanya. KTT di Bali, Indonesia pada Oktober 2003 menelurkan hasil yang hampir sama dengan KTT 1997. Pada KTT di Bali tersebut, para pemimpin negaranegara ASEAN menyatakan pentingnya mengintegrasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai satu tujuan utama dalam integrasi perilaku ekonomi di kawasan regional yang akan diterapkan tahun 2020. KTT selanjutnya pada 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia melahirkan konsensus baru. Isinya menyatakan bahwa tahun diberlakukannya MEA dimajukan. Yang awalnya tahun 2020 menjadi tahun 2015. Konsensus tersebut melahirkan deklarasi yang disebut dengan Deklarasi Cebu. Dengan ditandatanganinya Deklarasi Cebu maka keputusan konsensus dari tahun ke tahun menjadi satu langkah nyata untuk menjadikan ASEAN sebagai daerah perdagangan bebas yang meliputi seluruh komponen aktivitas ekonomi. Mulai dari barang, tenaga kerja (terampil), investasi, modal, sampai jasa. Pembentukan MEA memiliki tujuan utama menghadirkan pemerataan ekonomi bagi seluruh warga masyarakat kawasan ASEAN. Tujuan dari pembentukan MEA sesuai dengan Fakta dalam Deklarasi Cebu tersebut tentu memberikan corak baru bagi ciri ekonomi di kawasan MEA. Ciri tersebut bisa dijabarkan yaitu: 1. Iklim ekonomi kawasan menjadi lebih kompetitif. 2. Usaha untuk pemerataan ekonomi dalam ruang lingkup negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. 3. Integrasi ekonomi global dan pelosok untuk menjadi basis produksi serta pasar tunggal. Mengingat betapa besar tujuan serta ketatnya corak ekonomi global kawasan MEA, tentu dirasa perlu bagi masyarakat Indonesia untuk tahu lebih mendalam seluk-beluk di balik MEA serta manfaatnya. Informasi-informasi yang beredar tentang globalisasi yang menampilkan sisi negatif terkadang menjadikan orang takut untuk berhadapan atau menimbulkan rasa tidak percaya diri. Terlebih mengenai isu ketatnya persaingan dalam bidang ketenagakerjaan. Namun, sebenarnya tak perlu bersikap demikian apalagi termakan isu yang ada. Dengan terbentuknya kawasan ekonomi terintegrasi di wilayah Asia Tenggara yang dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) , Indonesia dan sembilan anggota ASEAN lainnya memasuki persaingan yang sangat ketat di bidang ekonomi. Pada dasarnya, MEA merupakan wadah yang sangat penting bagi kemajuan negara-negara ASEAN dalam mewujudkan kesejahteraan sehingga keberadaannya harus disikapi dengan positif. Dan diharapkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara bisa berkompetisi dan bisa menempatkan ASEAN masuk ke dalam pasar terbesar di dunia. Diharapkan terbentuknya pasar tunggal tersebut mendorong negara-negara di ASEAN untuk mencapai stabilitas dan kemajuan ekonomi yang kuat dalam menghadapi arus persaingan secara global. Meskipun adanya MEA sampai sekarang masih menjadi pro dan kontra, perdebatan tersebut cenderung
mempertanyakan kesiapan negara-negara anggota dalam menghadapi iklim ekonomi baru di wilayah Asia Tenggara. Masyarakat Ekonomi ASEAN bukanlah momok yang perlu ditakuti. Sebab ini tak lain hanyalah keniscayaan globalisasi itu sendiri. Memahami sistem dan skema MEA serta mempersiapkan diri menghadapinya bisa membuat kita punya andil untuk mendukung program ini agar berjalan dengan baik. Setiap kebijakan biasanya juga memiliki dampak negatif yang perlu diantisipasi sehingga bisa mengikuti MEA dengan baik.