Mengenai Lensa Sepertinya beberapa anggota FD banyak yang suka fotografi, dan juga memiliki kamera SLR. Saya ingin berbagi juga tips dan FAQs mengenai lensa SLR. Untuk para pemula, atau mungkin siapa saja yang ingin tahu sebuah lensa secara lebih mendetail, mengenai jenis kacanya, kodenya, teknologinya, dsb. Saya disini akan mencoba menjabarkan (dengan sebaik-baiknya dari kemampuan saya), untuk memberikan pengertian yang lebih dan mudah untuk anda. Sebuah lensa itu tidak mudah di buat, terdapat unsur matematis yang harus tepat dan akurat, jenis kaca, jenis lapisan pelindung (coating), jenis motor, dan lainnya. Apalagi bagi kita yang masih tergolong pemula, mungkin kita akan bingung apabila suatu saat kita akan membeli sebuah lensa, atau akan menjual lensa milik kita. Apa aja sih yang perlu kita ketahui? Ya itu terserah anda, sah-sah aja sebenarnya anda tidak tahu apa2 mengenai lensa anda, yang penting anda senang memakainya, tapi – apakah itu “baik”? Ya relatif, menurut saya sih ada baiknya mengenal lensa anda sedikit banyak. Ada suatu kutipan, “Knowing your lenses means knowing photography”. Dan ya, menurut saya kalimat itu tepat sekali, dengan mengenal lensa anda, anda bisa tau sampai dimana batas keunggulan lensa anda, dan kekurangannya, sehingga anda dapat memaximalkan kegunaan lensa anda dalam mengambil sebuah gambar. (Yah kalau anda mau memaximalkan dengan cara lain – buat ganjalan pintu misalnya – itu juga terserah anda, hehe, whatever makes you happy!) Langsung saja kita menuju pokok pembahasan. ** FOCAL LENGTH ** Atau sering kita sebut FL (singkatannya). Focal length adalah satuan ukuran sebuah lensa dimana ukuran tersebut ditentukan daripada panjang – pendeknya jangkauan sebuah lensa.. Sedikit koreksi. Focal length itu adalah jarak nodal point dengan focal planenya. Atau kalau dibayangin adalah jarak titik api dengan film/sensornya. Focal length tidak bergantung pada formatnya, tetapi memiliki implikasi sudut pandang yang berubah-ubah sesuai sensornya. Memang lebih mudah menulis FL dalam mm daripada AoV dalam derajat atau radian. Karenanya Anders Uschold mengatakan bahwa menggunakan FL untuk illustrasi AoV adalah salah kaprah yang keterusan, padahal informasi yang hendak disampaikan adalah sudut pandang (AoV) Illustrasinya adalah menggambarkan sudut yang dibentuk oleh kaki-kaki segitiga samakaki, tetapi illustrasinya menggunakan tinggi segitiga tersebut. Dan ini biasanya tertera di lensa tersebut, dengan ukuran millimeter (mm). Focal length
juga dapat dibagi menjadi dua type, FIX dan ZOOM. Dua type tersebut juga tentunya membedakan jenis sebuah lensa. Sebuah lensa zoom, tentunya bisa “maju mundur”, mendekatkan pandangan anda pada sebuah objek, atau menjauhkan pandangan anda dari sebuah objek untuk mendapatkan gambar yang lebih luas. Contoh: 18-55mm adalah sebuah lensa zoom. Dia dapat mengambil gambar dari jarak 18mm sampai dengan 55mm (artinya bisa 19, 20, 21, 22, dst s/d 55). Fix atau sering juga di sebut PRIME LENS, adalah sebuah lensa dengan ukuran “mati”. Artinya dia tidak dapat maju mundur, dan hanya bisa mengambil foto dengan jarak tersebut. Contoh: 50mm adalah sebuah lensa fix, dan hanya dapat mengambil foto pada jarak 50mm. Apabila anda ingin mengambil gambar yang lebih luas dan menjauhkan diri dari objek, atau ingin mengambil gambar lebih dekat – maka kaki andalah yang harus bergerak – bukan lensa anda. Sebuah focal length juga dapat juga mengartikan angle of view (sudut pandang) sebuah lensa. Contohnya: 12mm mempunyai angle of view 122 derajat, dan 50mm mempunyai angle of view 46.8 derajat.
** APERTURE ** Aperture adalah sebuah ukuran BUKAAN lensa. Atau sering disebut dengan rana. Dan kodenya adalah F. Jujur saja, saya tidak tau kenapa namanya F, kenapa tidak X, Y, Z, hehehe. Anyway, F juga biasanya tertera pada lensa dan berguna untuk berbagai hal, antaranya adalah untuk jalur masuk cahaya (semakin besar sebuah F semakin banyak cahaya yang masuk), untuk DOF (Depth of Field – akan dibahas nanti), dan menentukan shutter speed anda – berhubung semakin banyak sinar yang masuk, semakin cepat shutter speed yang anda bisa dapatkan untuk menghindari shake / blur, dan semakin kecil angka sebuah F, maka semakin besarlah bukaan lensanya. F ini dapat membesar (sampai pada ukuran maximumnya) dan (mengecil sampai pada ukuran minimum). Semakin kecil angka sebuah F, artinya semakin besar bukaannya. Misalnya, sebuah lensa dengan F/1.4 mempunyai bukaan yang jauh lebih besar daripada sebuah lensa dengan F/3.5. Sebuah lensa zoom juga bisa mempunyai bukaan (F) yang berbeda pada ukuran zoom yang berbeda. Misalnya: 18-55mm F/4-5.6. Apa artinya ini? Artinya, pada focal length 18mm, maka bukaan lensa tersebut maximum dapat mencapat 4. Dan pada focal length 55mm, hanya dapat mencapai angka 5.6 (lebih kecil). Anda sendiri pun, dapat mengeset F anda sesuka hati, namun tetap terpaut pada angka maximum lensa tersebut – lensa F/4 tidak akan pernah bisa anda set ke 1.4 misalnya, atau 2, atau berapapun yang lebih kecil angkanya daripada 4. Dan angka minimum biasanya sampai dengan F/22. Lebih kecil daripada F/22 maka bukaan (lubang cahaya) pada lensa tersebut sudah hampir tertutup dan sudah tidak berguna untuk meneruskan cahaya ke sensor. Contoh mudahnya ya seperti pupil di mata anda – yang dapat membesar dan mengecil menyesuaikan dengan cahaya yang ada. ** DEPTH OF FIELD (DOF) ** DOF adalah “kedalaman” sebuah pandangan lensa. DOF juga di tentukan oleh Aperture, atau si F tersebut. Sebuah F/1.4 mempunyai kedalaman pandang yang lebih sempit, dibandingkan F/4. Artinya, apabila anda mengambil sebuah foto yang berisi 2 manusia
dan satu berdiri di depan dan satu di belakangnya dan anda focus pada orang yang di depan, pada F/1.4 kemungkinan besar orang yang di depan (yang anda focus) akan terlihat jelas dan tajam, namun orang dibelakangnya akan menjadi semu / buram / blur. Ini bukan gangguan pada lensa atau kamera anda, tapi ini adalah kedalaman pandang lensa anda. Apabila anda mengeset pada F/4, dan focus pada orang yang sama, maka kedua orang tersebut – yang depan dan belakang – kemungkinan besar akan terlihat jelas dan sama tajamnya. Itulah sebabnya apabila foto portrait sendiri, banyak orang akan mencari lensa dengan F yang besar (angka F yang kecil), untuk menghilangkan segala bentuk “distraksi” atau gangguan yang dapat menghalangi isolasi sebuah objek. Sedangkan untuk foto pemandangan dimana orang ingin mendapatkan setiap detail – biasanya akan di set pada F/8 sampai F/11. ** PERSPEKTIF ** Tergantung pada focal length lensa anda, background (latar belakang) sebuah objek dapat terlihat dekat atau lebih jauh. Visual efek tersebut dapat dinamakan “perspektif”. Dengan focal length yang kecil (lebih wide angle), background objek anda anda terlihat lebih jauh, daripada sebuah lensa dengan focal length yang lebih besar. ** MACRO ** Macro adalah jenis lensa yang dapat focus pada sebuah objek dengan sangat dekat, dan biasanya mempunyai kemampuan pembesaran sebuah objek dengan sangat mendetail. Macro ini biasanya juga terbagi menjadi 1:1 (true macro) yang dapat mendapatkan detail secara 1:1, dan 1:2 (walaupun termasuk lensa macro – banyak orang menyebutnya bukan TRUE macro). Biasanya lensa macro ini digunakan untuk mengambil gambar serangga, bunga, dan benda2 kecil lainnya. ** FISH EYE ** Sebuah jenis lensa yang dapat mengambil gambar dengan angle of view 180 derajat, dan menghasilkan gambar yang agak “spherical” atau cembung. Maka dinamakan lensa mata ikan (entah karena bentuk lensanya yang seperti mata ikan – atau gambar yang dihasilkan seperti pandangan seekor ikan). Lensa ini adalah lensa exotis, biasanya tidak dapat digunakan dalam keseharian kita (jarang lah). ** ASPHERICAL LENS ** Aspherical lens ini bukan lensa biasa, lensa ini cenderung lebih baik kualitasnya, dan tetap mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga dapat mengurangi ukuran keseluruhan sebuah lensa. Dan biasanya, lensa aspherical dapat melebarkan sudut pandang sebuah lensa dengan tetap menjaga ukuran, meningkatkan kualitas dan juga mengungari efek negatif sebuah lensa. ** JENIS ELEMEN LENSA ** Lensa juga terbagi dalam jenis elemen yang berbeda beda pula. Dan ada tingkatannya, tentunya semakin baik tingkatan sebuah elemen, semakin baik pula penangkapan gambarnya. Selain elemen lensa “biasa”, ada elemen yang setidaknya diatasnya, dan biasanya sebutannya berbeda untuk setiap produsen lensa yang berbeda pula. Tapi kiranya dapat di sebut LD / ED yang artinya Low Dispersion, atau Extra-Low Dispersion.
Yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan warna, ketajaman, tingkat purple fringing, dan chromatic aberrations yang lebih baik. Setingkat diatasnya biasanya di sebut SLD / SED yang artinya Super Low Dispersion atau Super Extra-Low Dispersion. Tentunya lensa yang mengandung elemen tersebut lebih mahal daripada lensa yang hanya berisi elemen “biasa”. Namun bukan berart sebuah lensa tanpa elemen tersebut itu jelek lho… ** STABILIZER ** Lensa juga mempunyai stabilizer yang dapat mengurangi blur apabila terjadi goyang / getar, atau shake. Sehingga anda dapat lebih nyaman mengambil gambar tanpa terlalu khawatir apabila anda mengambil foto dimana anda kurang seimbang, atau gemetaran karena gugup mungkin? Hehehe, dan juga membantu saat slow-shutter speed dimana geteran adalah suatu hal yang rawan membuat gambar blur. Stabilizer ini tidak bisa dipastikan bekerja 100%, tapi memperbanyak hasil gambar yang baik dibandingkan tanpa stabilizer. Misalkan: Anda sedang mengambil foto lowlight dengan shutter speed yang relatif lambat, tanpa stabilizer, mungkin hanya 5 dari 10 foto yang anda ambil layak untuk di cetak (kecuali anda bisa mematung dengan sempurna), sedangkan dengan stabilizer, anda bisa mendapatkan 8 dari 10 foto yang anda ambil, layak untuk di cetak. Stabilizer tidak memberikan kepastian, namun memberikan kemungkin hasil yang baik lebih banyak. Dan juga saya mendengar bahwa lensa dengan stabilizer cenderung membuat baterai kamera anda lebih boros (benar tidaknya saya belum bisa konfirmasi). Dan juga, sama seperti jenis elemen lensa, setiap produsen mempunyai nama sendiri untuk stabilizer pada lensa ini. Nikon: VR (Vibration Reduction). Canon: IS (Internal Shake-reduction atau Internal Stabilizer gak tau mana pastinya hehe). Leica: Mega O.I.S. (Optical Internal Stabilizer). Dll. ** SUPERSONIC MOTOR ** Lensa lensa generasi baru dilengkapi dengan motor supersonic, dimana lensa tersebut dapat focus lebih cepat, lebih “smooth”, dan lebih sunyi dibandingkan dengan lensa yang tidak mempunyai supersonic motor. Sampai dengan saat ini, Supersonic motor masih terus dikembangkan dan sepertinya akan menjadi sebuah “standard” pada sebuah lensa. ** INTERNAL FOCUS ** Lensa jenis ini mempunyai system IF (Internal Focus) dimana pada saat mencari focus, ukuran fisik sebuah lensa tidak memanjang atau memendek. Tidak semua lensa mempunyai fitur seperti, namun saya sangat suka dengan fitur IF ini. Berhubung lensa anda tidak kelihatan maju mundur saat mencari focus (keren aja gitu), dan tidak takut kepentok benda apapun yang mungkin ada didepan lensa anda (siapa tau anda tidak sengaja atau gimana lah). Sekian dulu dari pada yang bisa saya berikan mengenai segi teori dan teknis sebuah lensa SLR, semoga dapat membantu rekan2 sekalian, khusus nya bagi para pemula untuk memahami lebih mendalam kebutuhan lensa anda. Bagi yang merasa ada yang salah, atau ada yang kurang, monggo silahkan dikoreksi atau ditambahkan.
Nikkor 18-135 ED DX: Personal Review. Lensa all-rounder yang diminati banyak orang. Merupakan lensa KIT beberapa produk Nikon, tapi yang menjadi pertanyaan - why 18-135? Begitu banyak third party yang menawarkan 18-200 yang notabene harganya tidak berbeda jauh, dan focal length yang lebih panjang. So - again, why Nikkor 18-135? Jawabannya cukup mudah: Sharpness and quality. Nikkor 18-135 ini lensa yang sangat tajam. Kalau saya pernah bilang 18-55 Gen II sudah lebih tajam daripada 18-70 Nikkor, maka lensa ini lebih tajam lagi daripada kedua lensa tersebut. Tentunya ini sekali lagi adalah hasil yang saya rasakan - mungkin berbeda untuk anda. Lensa ini di buat dengan sangat baik, dengan body yang kokoh, rubber ring zoom dan focus yang cukup besar, membuatnya sangat mudah di kendalikan. Tentunya dengan berat yang pas dan juga elemen lensa yang baik (ED Glass), lensa ini boleh di bilang salah satu lensa yang "murah" dengan kualitas "mahal". Satu2nya kendala dan menjadi sebuah pertanyaan adalah window / distance scale nya. Nikkor memberikan window scaling pada 18-70, namun tidak pada lensa "KIT" versi baru, 18-55 ataupun 18-135. Sebenarnya kalau anda tidak terlalu sering pakai scaling ini tidak pengaruh - tapi - why not? Sebuah tanda tanya kenapa tidak di pasangkan... apakah bisa mempengaruhi harganya sampai sejauh itu? Well - that's not for me to answer. :) Focal length pada lensa ini sudah cukup untuk hampir segala kebutuhan anda, dari sehari2 sampai short - medium telephotography. Anda tidak perlu lagi pusing gonta ganti lensa, karena hampir apapun - sampai portrature dapat anda gunakan lensa ini (tolong jangan dibandingkan dengan lensa prime yang memang khusus untuk portraiture ya..). It's a lens that makes you say, "I think it's enough, what more could I ask for?". :) Harga: Sekitar 2,200,000 - 2,400,000 tergantung kondisi, garansi dan kelengkapannya (biasanya banyak yang jual copotan 2nd), kalau barunya sekitar 2,600,000. Saya sih tidak sarankan beli baru - tapi ya... preferensi lah). What you get: Lensa, tutup depan dan belakang, dan hood. Pros: - Great focal length range, all in one deh. Cukup lebar, cukup jauh... gitu deh. - Sharpness ya WOW banget. Buat semi-macro aja cukup tajam kok, jadi jangan ragu deh. Kalau lensa anda kurang sharp, berarti ada focusing problem - bawa ke Alta buat di kalibrasi. :)
- Build qualitynya very good, beratnya pas, bahannya bagus (walaupun plastik tapi kesannya mahal). - SWD lho - seperti biasa, lensa Nikkor emang udah kebanyakan SWD semua. - Harganya tidak terlalu mahal untuk sebuah lensa Nikkor Glass dengan FL yang sangat berguna. - PF / Vignett / CA cukup terkontrol dengan baik, kecuali PF agak tinggi sih, tapi stop down sedikit juga sudah ok. Tapi itu hanya terjadi pada kondisi yang cukup extrim. :) - 135mm nya menghasilkan DOF yang cukup tipis dan bokeh yang cukup creamy lho! Good for portraiture work apabila anda lupa bawa lensa fix ataupun ga punya. :) - Front element tidak berputar! Cihuy! - F nya bagus lho! 3.5-5.6. - Bisa buat "macro"! :D Cons: - No distance scale (window ataupun scale biasa). - Maunya sih 18-200 dengan harga sama dengan kualitas sama hahahaha. - SWD bisa berisik kalo udah banyak debu... krinyittt... - Harganya ga turun2... buat kita yang mau beli - ken mendingan murah harganya huahahahaha. - Filter threadnya 62mm - cukup ga umum ya... - No macro mode! Sayang ya... tapi well, ketajamannya bisa cukup buat macro kok... bener deh hehehe. Secara keseluruhan, apabila anda mau membeli sebuah all-arounder, saya lebih recommend lensa ini dibandingkan SigMA 18-200 ataupun Tamron 18-200, walaupun dengan FL yang lebih panjang, namun kualitas hasil dari ketajaman, kontras, warna, dan hampir segala aspeknya - sampai ke designnya pun, tidak sebagus 18-135. Harganya mirip sekali, bahkan cuma selisih sekitar 100-200rb aja. So, kalau mau all-rounder, jangan ragu - saran saya coba ini dan anda tidak mungkin kecewa. Kecuali! Anda benar2 butuh sampai 200, dan anda benar2 mau macro 1:2 yang di tawarkan oleh SiGMA dan Tamron, bila tidak - this is your lens!
Nikkor 18-55G DX VR: Personal Review. Udah lama nih saya ga bikin review… maklum, lagi agak ga sempat, dan dana juga terbatas banget nih dalam hal beli2 lensa hehehe. Tapi kemarin ini saya sempat beli 1855G DX VR Nikkor. Semua lensa yang pernah saya tanyakan – worthed ga sih beli lensa VR di normal zoom range? Sebenarnya banyak pertimbangannya ya, antara worthed atau tidaknya beli lensa ini. Pertama2, normal zoom range kita gunakan banyak untuk meliput acara, dan biasanya, pada liputan acara, anda jarang menggunakan F bukaan besar, karena DOF akan menjadi tipis. Selama ini Tamron 17-50/2.8 adalah sebuah pilihan yang popular untuk siapapun. Namun, dengan dof di F/2.8 yang saya rasa cukup tipis, liputan cukup menjadi menyulitkan. Lagipula, harganya ga murah loh, sekitar 3jt-an. Kedua, normal zoom range biasanya anda tidak gunakan untuk keperluan lain, karena untuk portrait, banyak lebih suka pada 50/1.8 yang murah meriah tapi beken, atau sekalian pada lensa 80-200 F/2.8 yang memang terkenal yahud. Ketiga, untuk WIDE, anda sudah pasti lebih gemar menggunakan lensa 12-24 dari Tamron atau sekalian 10-20 nya SiGMA. Yang memang terkenal tajam walaupun dibukaan terbesarnya. So – apa alternatif kita para pengguna NORMAL range ini? Selama ini ya tidak ada, kalo butuh speed cepat, harus pake ISO tinggi, dan bukaan gede, dan berdoa supaya acara tersebut memperbolehkan kita menggunakan flash. Nah yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana apabila anda ingin menggunakan natural light yang ada (lilin, lampu hias yang warna warni, dsb), dengan DOF yang tidak terlalu tipis (karena banyaknya objek foto muka orang yang tidak “rata”), serta normal zoom range? Yah, anda tentu saja anda bisa kembali si Tamron, 17-50/2.8, yang biasanya anda stop down ke F/4, dan berdoa supaya tangan ada sekokoh batu karang saat anda mengambil gambar di speed rendah. Atau – anda bisa pakai 18-55 Nikkor VR yang baru keluar ini. Yang notabene, harganya Cuma 1/2, nya. Yuk – saya jabarkan sedikit. Saat saya mendapatkan lensa ini, yang pasti dusnya sudah lebih keren, ada gabus styrofoamnya (dibandingkan dulu Cuma karton ga jelas), di plastic dengan baik, kardusnya juga ukurannya besar, ada bukunya, dan kartu garansi. Begitu saya keluarkan, bahannya juga sudah berbeda! Sudah ada crinkled mattenya, jadi keliatan seperti “besi”, tidak mulus licin seperti yang dulu. Tetap ada cincin perak kerennya, tetap ada logo Nikonnya, dan ada tombol tambahan VR ON/OFF. Satu lagi yang saya perhatikan,
putaran zoom lebih pendek sepertinya, mungkin sedikit, jadi bisa lebih cepat tuh AF nya. Oh iya, ini udah AF-S loh. Inner barrelnya juga berubah, dulu di front ring filter threadnya, diameternya lebih lebar sedikit dibandingkan dengan inner barrel yang keluar masuk ke dalam lensa, sekarang sama rata. Mungkin karena ada mekanisme VR nya yang membutuhkan ruang gerak lebih. AF nya masih sama berputar, jadi yang pake CPL harus repot dikit. Mounting masih plastic hitam (ga masalah, lensanya uenteng, jangan takut copot karena mountingnya plastic). Tentunya setelah itu, saya coba pakai donk! Pas di pasang, hampir tidak ada perbedaan dengan versi2 sebelumnya, click dengan baik, AF-S cepat dan handal, namun VRnya sedikit berisik. Mungkin bunyinya ga sampe keletek kelontang, tapi minimal anda pasti akan menyadarinya apabila VR nya sedang bekerja. Ternyata, setelah saya tes sana sini, VR WORKS! It works so great, that it makes every other normal zoom lens, menurut saya, go down the drain. Dan, yang saya cukup kaget, lensa ini memberikan kesan dimensi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan versi2 sebelumnya. Entah bagaimana, foto yang saya ambil (IMHO), kesannya lebih 3-D deh dibandingkan dengan versi2 sebelumnya. Biasanya saya ga pernah merasakan kehadiran ini pada lensa2 versi murahnya Nikon. Selanjutnya, saya akan biarkan foto2 dibawah bicara. Price: 1,600,000 (Alta NEW). What you get: Lensa, tutup depan belakang (belakangnya putih susu), box, kartu garansi dan buku. Sorry guys, no hood. Hoodnya juga percuma sih, kecil, ga guna buat ngalangin apa2. Ayo pros and consnya… Pros: - Very lightweight, portable banget. Pokoknya kalo punya ni lensa mendingan dibawa kemana-mana deh, enteng banget. - VR REALLY WORKS! - Nice finishing, looks “expensive”. Improvement kosmetik yang luar biasa dibandingkan versi sebelumnya. - Less AF turn radius (which could mean faster AF). - ED glasses to minimize flare ghosting and blab la bla. - Very sharp in it’s class. - Somehow ada efek dimensinya. IMHO.
- Harganya sangat terjangkau! Cons: - Front filter threadnya masih muter – so CPL sorry. - Andaikan IF, pasti keren! - Ga include hood – walaupun ga terlalu kepakai, it would be great to have, just in case. - Mountnya plastic (bagi saya sih ga masalah). - I don’t think theres anything else. Postingan pertama (kiri ke kanan). Foto 1: 55mm, 1/3 Sec, VR ON, ISO 1600. Foto 2: Same, VR OFF. Foto 3: Same, VR OFF. Postingan kedua (kiri ke kanan). Foto 4: 55mm, 0.625 (2/3) sec, VR ON ISO 800 Foto 5: Same, VR OFF Foto 6: Same, VR OFF Semua gambar di ambil dengan Nikon D50, setting standard, tidak melalui post pro, 100% crop out of camera, dan F/5.6. In conclusion? Saatnya anda jual 18-55 versi I, 18-55 versi II, 18-70, 18-135, 17-50 Tamron, 17-70 Sigma, dan semua lensa normal zoom anda. Dan beli lensa ini! It rocks. Seriously. Definitely recommended.
Nikkor 85mm F/1.8 D: Personal Review. My favorite lens. Nah ini salah satu lensa fix yang sangat bagus sekali. Pertama saya melihat lensa ini adalah: Wah 1.8 ya - ada 1.4 nya... pasti bagusan 1.4nya (saya menganggap 85/1.8 itu biasa2 aja dan "kelasnya" seperti 50/1.8 yang murah meriah itu). Tapi setelah saya coba - saya sangat salah sekali. Dari hasil, ketajaman, warna, bokeh dsb - lensa ini adalah sebuah lensa yang dahsyat. Tentu tetap lebih bagus lensa 85/1.4, tapi 85/1.8 ini adalah lensa yang sangat wow sekali. Kalau anda hobi portraiture dan tidak ingin beli yang terlalu mahal - jangan melihat kemana mana lagi, 85/1.8 lah pilihan anda! Build qualitynya bagus banget, dengan hood metal yang didapat saat anda beli, aperture blade 9 yang rounded, DOF yang tipis, F yang besar, dan coating yang sangat bagus, lensa ini bener2 dedicated portraiture lens. Setelah saya menggunakannya, saya tidak pernah berpikir untuk beli lensa lain, kecuali lensa 85/1.4 yang notabene harganya 3x lipat... rasanya agak males juga sih hehehe. Harga: Barunya sekitar 3,900,000 garansi resmi, sekitar 3,500,000 garansi S'pore. Secondnya bervariasi, dari 2,500,000 sampai 3,000,000 tergantung kondisi garansi dan lainnya. What you get: Lensa, tutup depan belakang, dan hood metal. Pros: - Wide aperture lens! 1.8 lho. - Harga yang relatif terjangkau dengan spesifikasi lensa yang baik banget. - Aperture blade 9 (rounded). - Body sangat kokoh dengan berat yang mantab. - Lensa yang tajam, distorsi yang tidak ada, vignett ataupun PF yang sangat sedikit. (Ciri khas prime lens). - DOF nya tipis sekali, sangat cocok untuk portraiture photography. - Great for indoors and low-light. - Focusnya cepat. - Ada aperture ringnya lho! - Yah - pokoknya lensa pilihan saya deh.
Cons: - Belum SWD, jadi lebih berisik (saya sih no problem, lebih suka suara AF yang begini dibandingkan SWD yang kalo udah ada debunya krinyit2). - Tidak ada MF/AF switch. - Kadang PF bisa terjadi di kondisi extrim. - Hoodnya menyulitkan kalau anda mau pasang tutupnya dengan hoodnya terpasang. - Bahannya masih plastik gitu - harusnya lebih banyak metal. - Ring focusnya modelnya jelek - harusnya dibuat lebih classy sedikit. - Kadang FL terlalu panjang kalau buat indoor. Overall, a highly recommended portraiture lens. Hampir semua orang yang suka portraiture, biasanya pasti suka lensa ini. Saya sih udah ga bisa ngomong apa2 lagi deh, saya sampai sekarang masih pake dan ga pernah pikir mau ganti kemana-mana. :)
Nikkor 50mm F/1.8 Non-D: Personal Review. Nah ini dia nih, salah satu lensa yang boleh dijadikan favorit apabila anda menggunakan Nikon F-Mount. :). Lensa ini boleh dibilang termasuk murah meriah dengan kualitas sebuah prime yang boleh di bilang hampir sempurna (tidak ada yang sempurna lhooo...). Perhatikan bahwa REVIEW SAYA ADALAH VERSI NON-D, yang artinya, lensa ini adalah lensa generasi pertama, masih Made In Japan, dan sudah banyak perbedaan dibandingkan dengan lensa keluaran yang baru. Salah satu yang bisa diperhatikan dengan mudah perbedaannya adalah, tidak adanya distance scale window pada versi baru, juga material versi baru lebih doff bahannya, dan kesannya tidak "sebagus" versi lama ini builtnya. Namun saya tidak akan membahas terlalu jauh - berhubung saya tidak punya versi barunya. Lensa ini adalah great portraiture lens - baik untuk indoor ataupun outdoor. Namun aperture blade yang hanya 7 buah membuat bokeh kurang creamy bila dibandingkan dengan lensa yang memiliki 9 blade atau rounded blade. Tapi bukan berarti bokehnya tidak bagus - bagus kok - tapi seharusnya bisa lebih bagus lagi. Harga lensa ini juga termasuk dalam kategori murah meriah dan SANGAT PANTAS DIMILIKI VERSI
BARU ATAUPUN LAMA NYA. Perhatiakan saya sampai capslock - artinya kalau anda main dSLR - jangan sampai ga punya nih lensa deh - pasti butuh kok. :D. Kecuali anda adalah PURE NATURE atau PURE WILDLIFE, jadi ga pernah moto orang ya baru deh lensa ini percuma. Lensa ini sangat ringan, dan compact sekali, sehingga mudah di bawa bawa dan hampir tidak terasa menambah berat kamera anda. Dengan elemen lensa terdepan agak cekung di dalam juga memberikan extra proteksi terhadap goresan, atau sentuhan, ataupun segala macam kendala lain yang mungkin dapat merusak lensa secara tidak sengaja. Apabila anda ingin memiliki lensa portraiture - maka lensa ini adalah pilihan anda yang tidak mungkin salah. Kenapa saya bisa bilang begitu? Tentunya karena hasilnya yang tajam (ciri khas lensa prime), built qualitynya bagus (yang versi lama lho ya), ringan dan compact, dan kalau di jual pun anda tidak akan rugi - apalagi kalo belinya second. Minimal jual dengan harga anda beli lho. :) Harga: Versi lama (sudah tidak ada yang baru), sekitar Rp. 1,200,000 s/d 1,500,000 tergantung dari kondisi dan kelengkapan. Versi baru Rp. 1,050,000 sudah garansi Alta. Second sekitar 900rb-an. What you get: Lensa dan tutup depan belakang - biasa. :) No hood. Pros and Cons. Pros: - Wooo hooo - lensa prime dengan hasil yang tajam banget harga murah meriah? Ow yeah! Kapan lagi... :D - Ukuran yang ringan dan kecil membuat lensa ini setia sepanjang masa untuk masuk ke tas kamera anda atau bahkan ke saku anda! :D. You'll never know when you'll need it, but you can make sure it's always around! Hehehe. - Elemen lensa depan tenggelam di dalam - jadi kalau bagian depan lensa terbentur juga ga akan merusak elemen lensanya (kecuali benturannya kenceng banget). Jadi jangan takut kalau sampai tutupnya ternyata lepas di dalem kantong - lensa anda tidak akan lecet2. :D - Ada window scalingnya lho! Kalo yang baru ada distance scalenya juga, tapi versi nya bukan yang window - yang window lebih keren aja. :P - Bokeh bagus, no vignett, no distortion, typical prime portrait lens lah. What more could you ask for? - PF kadang ada, tapi minim banget, kalo di stop down dikit aja udah byebye kok. - Mount metal! Coba, bagi kalian yang hobi mount metal - lensa ini harga seperti lensa
kit, tapi udah mountnya metal pula! (Kalo versi baru kayaknya plastik). - Yah pokoknya bagus banget deh. Cons: - Aperture bladenya kurang rounded - atau setidaknya kalau ga mau rounded, ya banyakin dikit deh, 8 blade pasti jauh lebih bagus bokehnya! - Susah di cari. - No hood waktu beli, jadi harus beli hood terpisah. - AF motornya berisik sih dan mungkin agak lambat karena putaran focusnya lebih jauh di bandingkan dengan yang baru. - Karena barangnya bagus, harga secondnnya tinggi, dan bahkan barang barunya sering kosong di pasaran. Jadi harus siap2 mental :D. - Kurang gagah modelnya. :) - Non-D, artinya metering untuk flash ada kemungkinan ngaco, tapi saya pribadi merasa tidak ada bedanya antara lensa D ataupun non-D. Conclusion: BUY THE LENS! You can never go wrong deh hehehehe. :D Kalo pun salah, ya jual lagi aja, harganya ga beda kok... itung2 minjem pake jaminan hahahaha.
Tamron 28-75 F/2.8 XR Di LD Macro IF: Personal Review. Yup, akhirnya saya coba sendiri Tamron 28-75/2.8 ini, dari dulu pensaran nanya sana sini, akhirnya saya beli juga deh abis ga tahan huehehehe. Tuker2an sih sebenarnya - ga mampu kalo beli terus. Anyway, mari langsung ke pokoknya. :D Dari pertama dengar, Tamron ini namanya puanjang banget. XR (Extra Refractive Glass menghasilkan gambar yang oke banget dengan lensa lebih compact), lalu Di (Digitally Integrated - artinya di design untuk Digital), LD (Low Dispersion lensa, artinya elemen lensa bagus untuk mengurangi dampak CA / PF), Macro - ya macro lahh..., IF (Internal Focus). Banyak banget deh tetek bengeknya.
Lensa ini begitu saya dapat kesan pertama nya "Loh? kok kecil ya?". Tentunya ukuran untuk Fix Stop F/2.8 lensa ini ukurannya paling kecil di kelasnya. Kalau anda bandingkan dengan Canon 24-70, Sigma 24-70, Nikkor 24-70, semuanya cukup jauh lebih besar daripada lensa ini. Tapi tetap modelnya kurang oke ya, simple aja, ga ada kesan mahalnya. Bahkan menurut saya kelihatan "murah" untuk lensa sekelasnya. Tidak ada window scale (yang lain semuanya ada), terus, tidak ada cincin emas / merah / perak yang menambah kesan mahal. Tapi setelah saya pakai, barulah saya merasakan, woww... ternyata, hasilnya sangat sangat memuaskan sekali. Ketajamnnya sangat mencengangkan (setidaknya bagi saya). Focusing walaupun tidak USM / SWM / HSM, tetap cepat dan cukup tidak berisik. Dan tentunya dengan segala kekurangannya menjadikan kelebihannya juga. Lensa galak dengan harga paling murah di kelasnya. Andaikan saya tidak coba sendiri, saya tidak akan percaya dengan hasil yang saya dapatkan dengan lensa ini. Walaupun blade hanya 7, dan tidak terlihat terlalu rounded, hasil bokehnya kok bisa bulet2 ya...? Bingung juga saya. Anyway, hasilnya sangat tidak mengecewakan. Macro nya pun cukup okey, walaupun saya tidak akan bilang dia adalah sepenuhnya sebuah macro, karena tidak ada switch khusus dan juga perbandingannya hanya 1:3.9. Price: 3,300,000 (baru). Second masih sekitar 2.8-2.9 tergantung kondisi. (Garansi Ana Foto). What you get: Hood, lensa, lens cap depan dan belakang. Sayang ga dapet pouchnya yah namanya juga mau murah, ini itu dikurangi deh. Pros: - Extremely sharp lens - even wide open loh! - Flarenya (Di LD glass coating) sangat minim sekali bila dibandingkan dengan lensa lain - benar2 efektif si Tamron ini. - XR glass - ukuran bisa jadi kecillll, jadi ga berat dey. - Bokeh halus, F/2.8 Fix stop, low light oke, portrait oke, FL juga pas buat portraiture dan day to day basis. - Focus cepat, dan tidak terlalu berisik meskipun bukan ultrasonic. - Harga termurah untuk kelasnya. - Designnya enak di operasikan (bukan bagus - tapi efektif, dengan zoom ring yang lebar dan focus ring yang cukup lebar juga).
- A great lens to have! - Close focus range (0.33m). Cons: - Designnya ueyy... cemen. - Tidak ada window scale, no HSM / SWM / SWD, whatever lah. - Kelengkapan saat beli tidak seperti pesaingnya. Ga dapet pouch... - No macro lock / focus lock untuk macro. - Ga weatherproof, jadi agak ngeri sama debu. Canon/Nikon kalo ga salah ada rubber sealingnya. - Andaikan saja F nya bisa 2.4 hahahahaha. - Dengan segala kekurangannya - harusnya harga lebih murah sedikit lagi. Conclusion - A great lens - bagi saya yang suka portraiture, a must have. Dengan close focus range, lensa ini bisa di pakai di indoor ataupun outdoor dengan sangat baik sekali. I think I don't have anything else to say - just buy it! I did. :P
Nikkor 105mm F/2.5 MF - Ai: Personal Review. Nah lensa tua - pastinya banyak yang mempertanyakan "layakkah" kita kembali ke lensa 'jadul' hanya sekadar untuk mendapatkan keuntungannya? Seberapa bagusnya sih lensa jadul itu? Dengan lensa ini, saya akan mencoba menjelaskan sedikit pengalaman saya dengan lensa si jadul ini... hehehe. Lensa ini pastinya berat, semuanya terbuat dari logam, dan semuanya sangat presisi. Tidak ada bagian dari lensa yang goyang2, atau ogel2 gak jelas. Semuanya terasa mantap, walaupun untuk sebuah lensa yang sudah berumur ya. Belum lagi dengan focus ringnya, yang masih terasa sangat "smooth" walaupun sudah melewati beberapa jaman. :D Ketajamannya? OH WOW, saya sangat tercengang sekali. Lensa ini sangat tajam di wide open, walaupun warna dan kontras tetap akan menjadi lebih baik di stop down, tapi di wide open hasilnya sangat sangat TIDAK mengecewakan. Saya salut sekali dengan lensa ini. Dengan Focal Length 105mm, yang sangat baik untuk outdoor portrait, atau indoor
kalau keadaan memungkinkan, bokeh yang di hasilkan sangat creamy dan indah di lihat. :D Lensa ini termasuk cukup langka, terutama yang dalam kondisi bagus. Ada versi barunya, yang Ai-S, bedanya hanya dia ada built-in hoodnya, tapi yah - apalah arti sebuah build in hood - ga kepake juga, hoodnya cuman 1 cm doank (mau ngalangin sinar apaan coba?). Harga: Bervariasi, second, antara 800rb - 1.2jt. What you get: Yah minimal lensanya, sukur2 dapet hoodnya. Pros: - VERY SHARP. - Great build material, precise manufacturing, pokoknya buildnya jauh lebih bagus daripada lensa2 jaman sekarang. - Bokehnya indah. - 105mm F/2.5 - dengan harga murah? Ya kapan lagi... - Walaupun cukup berat untuk lensa sekelasnya, tapi dia tidak berat2 amat kok. - Colour dan kontrasnya bagus di wide open (better if stopped down - ya iya lah ya...). - Not much trouble with PF and CA. :) Cons: - Ya lensanya manual focus - harus bisa makenya, kalo ga misfocus melulu dan hasilnya blur. - Langka - susah cari yang kondisinya bagus. - Kalau anda tidak suka lensa berat, ya ini cukup berat. - Uh - kayaknya sedikit sekali bagi saya Cons nya.. So - if you have the time to learn MF, dan pengen hasil yang wah tanpa bikin kantong jebol - saya sarankan coba cari lensa2 tua yang MF (tapi jangan maen beli aja, harus di lihat dulu, apakah lensa itu benar2 di top class nya Nikkor tua). Dan harganya juga biasanya tidak terlalu mahal, yang pasti, kalau anda jual lagi, biasanya ga rugi, kalopun rugi ya dikit banget deh, sukur2 untung :p.
Nikkor AF 70-210mm F/4: Personal Review. Kebetulan saya “berpapasan” dengan salah satu lensa yang cukup jarang di temukan di jajaran lensa Nikon. 70-210 F/4. Mungkin bagi para pengguna Canon, 70-200 F4L adalah sesuatu yang lumrah dan menjadi favorit bagi banyak fotografer. Selain lebih ringan, lebih kecil, hasil yang memuaskan, tentunya tidak bikin kantong bolong. Nah, mungkin banyak yang bertanya – tanya, kalau begitu, Nikon kenapa gak bikin 70-200 F/4 AF-D aja? Saya sendiri pun sebenarnya heran, dengan banyaknya versi 80-200 F/2.8 AF-D, AFD ED, AF-D ED (N), sampai AF-S, dan juga 70-200 F/2.8 AF-S VR, tapi tetap tidak ada yang F/4 tuh (setidaknya tidak ada yang versi baru). Maka, lensa versi “kuno” ini, menjadi salah satu incaran bagi banyak fotografer dengan budget minim, ataupun memang “gak butuh” F/2.8. :D Saya sangat beruntung mendapatkan lensa ini dalam kondisi fisik yang boleh di bilang sangat baik, walaupun adanya beberapa jamur di lensa bagian dalam, tapi ternyata tidak berpengaruh sama sekali dengan hasil (bisa dilihat di hasil foto saya dan di crop 100%). Kesan pertama saya adalah lensa ini ternyata memang jauh lebih ringan dibandingkan dengan 80-200 F/2.8. Bahkan, saya berani bilang, beratnya mungkin hanya ½ nya aja tuh. Buildnya kokoh, sepertinya hampir 90% dari besi, dan masih MADE IN JAPAN (bagi para fanatik, tentunya sangat membahagiakan). Filter thread 62mm, adanya window Scale, zoom ring yang besar, aperture ring, dan juga focus ring, lensa ini sih boleh di bilang sangat lengkap. Cuma ya, memang tidak AF-S dan tidak ada VR aja.. kalo ada, ya atuh harganya jadi mahal donks! Anyway, saat saya menjajal lensa tersebut, ada “keanehan”, dimana focus di infinity tidak mau lock. Jadi gambarnya buram, walaupun sudah mentok di infinity, saya pikir wah ini masalah donk lensanya. TERNYATA, lensa tersebut elemen depannya bisa di putar (entah ini normal atau tidak), bukan focus ringnya loh, tapi elemen depannya. Jadi apabila anda pegang filter threadnya, anda bisa putar lensa elemen depan tersebut, tanpa melepasnya. So, I have no idea ini gunanya apa, tapi ya sekedar berbagi informasi. Apabila anda putar kembali sampai “kencang/mengunci”, maka focus di infinity tidak menjadi masalah lagi. Lensa ini juga bisa focus di jarak yang sangat dekat, dengan indicator -----M (Mungkin maksudnya Macro?). Walaupun bagi saya ini hasilnya jauh dari macro, tapi sangat lebih baik dibandingkan banyak lensa zoom lainnya, tentunya hasilnya sangat tajam (silahkan di lihat dari hasil yang saya crop – debu aja kelihatan, dan itu pun di wide open loh!). Harga: Sekitar 1,000,000 – 2,000,000 (tergantung sikon). What you get: Namanya juga lensa second yang udah ga ada barunya, biasanya sih body dan lensa cap aja. Mari kita bahas pro dan kontra: Pros:
- Harganya sangat murah, dibandingkan dengan lensa F-fix stop lainnya, terutama untuk kelas F4L Canon, hasil boleh di adu, harga udah pasti menang huehehe. - Zoom ringnya besar, jadi enak buat zoom in dan zoom out. - Kualitas gambar di wide open SANGAT tajam – mencengangkan. Lensa jadul emang yahud. - Ada window scale. - Bisa “macro”, bahkan si Kenrockwell bilang ini satu2nya lensa zoom Nikon NonMacro untuk FL antara 70-200 yang bisa zoom sedekat itu, - Ada aperture ringnya, dan bisa di stop down sampai F32 (mana tau ada yang butuh). - Tajam banget deh, walaupun di wide open. - Internal zoom, jadi panjang lensa tidak berubah saat anda ngezoom. - Masih Made In Japan (Hurrraaayyy!). - Modelnya menurut saya sangat “sleek”. - Memberikan kesan “keren” karena punya barang “langka” huehehehe. Cons: - Ampun focus ringnya kecil dan tipis amittt… - AF nya agak lamban bagi saya, tapi ya saya sih ga butuh buru2 kok heheh. - No AF Limiter, jadi lari ke “macro” mode tuh, bikin focus lama. - Gak IF (cupu).. - Jeleknya lagi, Focusnya ring depannya muter.. (halah basi). - Aperture locknya flimsy banget, rawan patah. - Namanya lensa zoom panjang dan dari besi, walaupun ringan dibandingkan kakaknya, tetep aja berat huehehehe. - Dengernya sih rawan flaring, jadi harus pakai hood, tapi sejauh ini saya tidak ada masalah dengan flare tuh, atau mungkin saya yang dodol.
Overall – memang ini lensa zoom yang saya dambakan. Fix stop di F/4, harga murah, build kokoh dan elemen lensa yang top quality, menjadikan lensa ini sebuah “fenomena” yang juga membuahkan banyak pertanyaan – kenapa sih Nikon tidak meneruskan lensa “ekonomis” ini? Padahal, peminatnya banyak kok, apalagi untuk mereka yang gak suka push pull (dengernya pushpull sering bocor dan mengakibatkan lensa fogging). Anyway, saya sangat recommend lensa ini bagi siapa pun yang membutuhkan lensa zoom panjang, dengan Fix F/4 stop. Apalagi harganya murah begitu, daripada beli 55-200 versi baru, ya mendingan beli ini kemana-mana deh.
Tamron 17-50mm F/2.8 XR (IF): Personal Review. Kesempatan nyicip lensa ini sebentar, dan saya akan mencoba menceritakan sedikit bagaimana kesan saya terhadap lensa ini. Pertama mendapatkannya, lensa tersebut memang ukurannya cukup kecil, ringan dan compact untuk di bawa-bawa. Berhubung Tamron sepertinya sukses dengan teknologi XR (Extra Refractive) nya, sehingga bisa memperkecil ukuran lensa tanpa mengorbankan kualitas (at least katanya begitu hehehe). Anyway, size does matter, kadang anda kalau bepergian, bawa lensa guede dan buerat, rasanya males ya... saya sih rasanya males banget. Lensa seukuran Tamron ini cukup "PAS" rasanya buat jalan2. A great general purpose lens, dengan bukaan fix F/2.8, rasanya sudah cukup oke sekali dipakai hampir di segala kondisi ya. :) Rasanya anda cukup membawa 2 buah lensa saja, 17-50/2.8 dan mungkin 80-200/2.8 bagi anda yang suka tele. Kalau saya sih lebih suka kombinasi 17-50/2.8 dan 50/1.8 atau 85/1.8. Sehingga general purposenya dapet semua, dan kalau butuh portrait ada lensa fix yang bisa mendptkan gambar yang bagus dengan DOF tipis. Lensa pemenang EISA award ini memang bukan lensa sembarangan, lensanya tajam, kualitas kaca bagus, PF dan CA sangat rendah, dan lagi harganya sangat kompetitif. Mengingat kembali ke kualitas "body" Tamron - yang saya tetap merasa "cheap", dan bener2 tidak di design dengan keren, sangat di sayangkan. Padahal lensa sekaliber ini berhak mendapatkan "fashion statement" yang lebih baik dari yang ada. Tidak adanya window scale dan beberapa pernak pernik kecil lainnya tidak terlalu membuatnya jelek, tapi setidaknya, tetap jelek keliatannya bagi saya huehehehe. :D Namun, kalau saya memerlukan sebuah lensa wide-medium general purpose, Tamron 1750/2.8 ini akan menjadi pilihan pertama saya. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, dengan mengingat harga, kualitas build, kualitas gambar dan segala lainnya, Tamron memenangkan banyak kategori.. :). Satu2nya yang membuat nya bersaing di pasaran adalah SiGMA 18-50/2.8, tapi saya percaya (IMHO), Tamron lebih bagus kualitasnya. Namun sebelum saya mendapatkan / mencoba Sigma tersebut, saya tidak mau mengambil banyak kesimpulan. :)
What you get: Lens, hood, and uh that's it. Price: Barunya sekitar 3,400,000. Coba cari second aja. :) Pros: - Very compact and lightweight. - Rangenya pas untuk everyday use. - Fix stop 2.8 loh! - Buildnya kokoh dan baik. - Hasilnya sangat baik, CA rendah, PF rendah, dan lainnya. - Tamron ini terkenal dengan ketajamannya. - Bisa close focus (bukan macro tapinya ya). - Harganya murah untuk lensa se kaliber dia. Cons: - Build designnya juelek. - Tidak weatherproof atau hurt proof. LD - Tidak dapat aksesoris lain (seperti pouch misalnya). - Tidak ada window scale dan pernak pernik lainnya. - Tidak menawarkan accessories tambahan. :D - No macro function. - Apalagi ya, rasanya semuanya Cons nya sih minor sekali. Anyway, conclusion saya, kalau anda mencari general purpose day to day lens with F/2.8 Fixed aperture dengan budget yang mepet, this is your lens. Look no further. Yang lain cuma antara lebih mahal tapi lebih bagus, atau lebih mahal dan lebih jelek, atau lebih murah dan lebih jelek. This is your best pick! :D Nikkor 70-300mm VR: Personal Review.
Kemarin ini sempat nyobain nih, kebetulan teman ada yang punya dan saya diberikan kesempatan untuk nyicip salah satu lensa yang marak di pasar. First impression pada lensa ini adalah lensa yang kokoh, namun tidak terlalu berat, dan tidak banyak gadgetry nya untuk sebuah lensa yang boleh dibilang “semi-proâ€. Design terlihat sangat simple, dengan finish yang baik. Namun, terus terang lensa ini kurang terlihat “mahalâ€, padahal dengan price-tag yang sudah dalam jutaan, ada baiknya tampilan terlihat lebih “kerenâ€. Namun itu hanya opini pribadi, mungkin akan ada orang yang lebih suka tampilannya yang simple dan tidak mencolok, namun kalau saya – kalo lensa udah harganya mahal – ya sekalian tampilannya mahal donk – minimal kalo hasil fotonya jelek – kalo lagi hunting, di foto, kan kelihatan keren lensanya huahahaha. Lepas dari segi fashionnya, lensa tersebut sangat nyaman di pegang, beratnya pas, panjang juga cukup untuk membiarkan anda menggenggamnya dengan baik. Zoom ring yang sangat lebar dan besar memberikan anda keleluasaan saat anda zoom-in or out (bahkan cukup lebar untuk anda genggam dengan seluruh telapak tangan anda). Namun focus ringnya sangat mengecewakan, designnya terlalu dekat ke mounting, dan juga kecil sekali (mungkin hanya 1cm tebalnya). Sehingga menyulitkan bagi orang yang mau menggunakan MF, atau mau adanya fine adjustment dari AF. Mungkin designer Nikon berpikir “Ah siapa juga yang mau pake MF nya di lensa VR ini†pada saat mereka memutuskan untuk memberikan Focus Ring yang kecil itu. Hasil lensa tentunya tajam, dan baik, namun ciri khas dari lensa VR hasilnya memang cenderung soft dibandingkan dengan lensa non-VR. Namun keunggulannya tentu pada VR stabilizationnya yang memudahkan anda untuk mengambil gambar pada slow shutter speed atau pencahayaan rendah. Price: Rp. 5,300,000. (New, garansi Alta). What you get: Lensanya, tutup depan belakang, hood, dan pouch. Mari kita ke pros and cons: Pros: - Lensanya ringan untuk kelasnya, tidak berat seperti yang anda bayangkan. - VR Works! Bisa 4 stop loh katanya. - Harganya relatif terjangkau untuk lensa tele dengan VR. - Buildnya kokoh (walaupun tidak fashionable menurut saya. - Hasilnya baik. - Lensa ini lengkap paketnya, dapet ini itu, juga ada distance scale, dll. - Anda bisa mulai melupakan kebiasaan anda membawa tripod kemana-mana hehe. - Zoom ringnya lebar banget, sangat nyaman saat zoom.
Cons: - Harganya agak jauh dibandingkan dengan 55-200 VR (Namun tentunya kualitasnya lebih baik). - Focus ringnya terkesan di design untuk anak SD yang tangannya masih kecil. - Menghabiskan baterai kamera anda. - Hasilnya tidak setajam lensa non-VR pada umumnya (hanya gambaran secara keseluruhan). - Designnya kurang eye-catching. - Di posisi 300mm, dia sudah F/5.6, dan itu AF sudah mulai sulit. Berhubung min working aperture untuk AF cepat dan akurat dari lensa adalah 5.6, jadi dia sudah di minimal dan AF mulai hunting. - Setau saya sih gak bisa buat macro (coba bandingkan dengan Tamron dan Sigma yang bisa 1:2). Conclusion: Not extraordinary, but a great lens to have, apalagi kalau anda suka tele, karena disanalah VR paling dibutuhkan. Ditambah lagi dengan situasi lowlight, VR akan menyelamatkan hidup anda! Huehehehe. Tapi – apabila anda tidak memerlukan focal length sampai dengan 300mm, mungkin ada baiknya anda beli 55-200VR yang harganya hanya setengahnya loh!
Tokina 50-135 F/2.8 AT-X 535 Pro DX: Personal Review. Akhirnya, saya dapat juga nih lensa ini. Sebenarnya dari dulu, saya sudah sangat tertarik dengan lensa yang mempunyai Focal Length seperti ini. Karena bisa buat indoor dan outdoor sekaligus, ukuran yang tidak sebesar 70-200 pada umumnya, dan mempunyai kualitas hasil yang tentunya tidak meragukan. Awalnya pertimbangan saya ada pada beberapa jenis lensa… yaitu SiGMA 50-150 F/2.8, SiGMA 70-200 F/2.8, Nikkor 80-200 F/2.8 D. Mengingat FL mereka tidak terlalu jauh berbeda, dan semuanya mempunya F/2.8, dan harganya pun relatif mirip2 sih… Dan dulu pun waktu saya masih memakai Olympus, saya sangat mengagumi 35-100 F/2. Tapi – pilihan saya akhirnya jatuh ada Tokina ini, dan mungkin, saya bisa menjelaskan sedikit kenapa. Dari fisiknya, Tokina terlihat berbeda dari lensa lainnya, dengan body
yang full metal (tidak seperti para kompetitornya), Tokina terlihat begitu well built (atau orang luar suka bilang – built like a tank), designnya menarik, dan terlihat jelas bukan lensa sembarangan. Apalagi dengan tambahan adanya window scale (walaupun agak kecil dibanding beberapa pesaingnya), dan juga gelang emas di ujungnya, menambah ke istimewaan design tersebut. Adanya tripod collar yang sayangnya tidak bisa dilepas – menambah rasa kaget (gembira lho) saya, karena biasanya tidak ada lensa dengan ukuran seperti ini yang mempunyai collar. Walaupun tidak bisa di lepas, tentunya bisa di geser (putar) supaya lidah untuk dudukan tripodnya tidak menganggu pegangan zoom anda. Water-Proof coatingnya pada elemen terdepan memberikan perlindungan extra pada lensa terhadap percikan air dan juga finger print. Saya pribadi tidak tau apakah lensa ini weather proof, karena setau saya Pentax (modelnya persis sama, hanya beda coating saja), itu modelnya weatherproof. Focusingnya juga silent dan cukup cepat, walaupun tidak Supersonic. Sayangnya dia ga dapet case / pouch, padahal lensa2 Tokina yang dulu2 dapet casenya keren2 gitu. Hoodnya juga bagus banget, ada velvet liningnya di dalem biar ga reflect cahaya (mirip L-series). Lepas dari fisiknya, hasilnya Tokina (testing aja nih, belum ada hasil yang bagus untuk di posting), sangat memukau. Ketajaman, saturasi, warna, serta bokeh yang halus sekali, sangat sangat cocok untuk hobby saya yaitu portraiture. Ketajamannya pun boleh dibilang diatas rata2. Apalagi bila dibandingkan dengan SiGMA, entah mengapa, lensa ini jauh lebih tajam, padahal perkiraan saya perbedaan ketajaman hanya akan tipis2 aja. Tapi ternyata saya salah… Namun, untuk segala hasilnya, ini merupakan lensa yang sangat teramat memuaskan bagi saya. ïŠ Price: Rp. 7,100,000. (New, garansi Seasons / JPC). What you get: Lensa, tutup depan bekalang, dan hood. Pros: - Well built, a truly professional lens. - Water proof coating – rasanya baru Tokina dan Pentax aja nih yang pakai. - Focal length yang sangat pas bagi saya untuk indoor dan outdoor, sehingga lensa tidak terlalu besar dan berat. - Ada tripod collar. - Lensanya tuajem banget coy. - Designnya keren banget. :D - Warna saturasi PF CA Distorsi semua terkontrol dengan baik. Walaupun dari report sana sini ada bilang di 135mm wide open agak kurang baik dibandingkan dengan FL lainnya, saya pribadi sih tidak terlalu melihat perbedaannya.
- Focus yang cepat dan tidak berisik. - Fix stop F/2.8 aperture. - Ga tau nih weatherproof apa ngga, karena Pentax punya sih weatherproof, berhubung designnya sama, saya rasa sih iya ya.. - Zoom dan focus ringnya halus dan enak banget di puternya. :D - Internal focus, dan internal zoom (jadi lensa sama sekali tidak bertambah panjang di ukuran mana pun). Cons: - Harganya males banget deh huhuh. Padahal SiGMA yang 50-150 aja Cuma 5.8jt… dan dia dapet FL lebih panjang, juga ada pouch dan tetek bengeknya. Tapi ya itu dia, kalah tajem dan warna juga kalah bagus. - Collarnya ga bisa di copot, kadang ya ganggu aja rasanya. - No Supersonic, jadi ga bisa dipakai di D40 dan tidak secepat lensa2 supersonic tentunya dalam hal focus. - Ga dapet case / pouch. Huhuhuh. - No macro capability (bisa sih, tapi 1:5.9 dan harus jarak 1m). - Min focusing distance 1m, harusnya bisa lebih dekat lagi, mungkin 0.8 gitu. - Andaikan dia pakai magnesium alloy bodynya, pasti lebih ringan dan lebih kuat! Hehehe. - Saya pribadi kurang sih push pull AF/MF switch, karena takutnya kalo lagi hand-held kepindah ga sengaja. Saya lebih suka tipe switch button aja. - Cari barangnya ga gampang. :D Conclusion: Wah - I would highly recommend it. Buat orang yang suka indoor dan outdoor sekaligus, lensa ini adalah lensa untuk anda. :D
SiGMA Fisheye 8mm F/4: Personal Review.
Kebetulan kemarin lensa ini numpang lewat ke saya, jadi saya bisa ada waktu bermainmain sedikit dengan lensa ini. Walaupun tidak banyak yang dapat saya lakukan (berhubung sudah malam, dan saya juga ga ngerti mau moto apaan pakai lensa ini), jadi saya lakukan apapun yang saya bisa - seadanya, untuk melihat fungsi dan kegunaan lensa ini. Hal pertama yang saya lihat adalah bentuk lensanya, elemen depannya sangat sangat menonjol, dan tidak terlindungi (kecuali di tutup), dan sepertinya sangat "gelap" - entah gelap itu arti yang benar ngga, tapi rasanya beda banget deh dari elemen lensa depan lainnya. Ukuran lensanya cukup kecil, ringan, dan mudah dibawa kemana -mana. Focus cukup cepat, hasil yang relatif tajam, dan tentunya, SANGAT wide sekali (180 derajat bo!), artinya: kalau ada cewe cakep yang mau anda foto tanpa ketahuan, lensa ini terpakai sekali (tapi distorsinya minta ampun - jadi harus pakai software dulu benerin hehe). Namun bagi anda yang bisa menggunakan lensa ini - hasilnya bisa jadi sangat fantastis (ada teman yang pernah pakai lensa fisheye - saya di kasih lihat fotonya - wow). Price: Barunya sekitar 4.9jt, tapi sekarang dah ada generasi baru, dengan F/3.5 sekitar 5.8jt. What you get: Tutup depan belakang, lensanya, (No hood), tas kecil buat bawa2, dan sebuah plat perak buat masukin filter di belakang (ga ngerti deh). Pros: - VERY WIDE angle, 180 derajat. - Lensa yang sangat exotis. - Focus cepat (walaupun tidak HSM), artinya tidak jalan di D40 ya.. - Body yang ringan, dan ringkas. - Hasil yang diberikan tajam, saturasi bagus, dan anehnya tidak terlalu warm seperti Sigma pada umumnya (IMHO). - Bisa moto orang laen tanpa ketahuan (huahahah). Cons: - Elemen depan tidak terlindungi (uh oh!). - Tidak semua orang dapat menggunakannya dengan baik. - Perlu software third party (Sigma ga sedia pas beli).
- No filter depan. - Harganya relatif mahal. - Cat sigma terkenal ngelotok.. wew. - Bukan lensa yang sering dipakai (kecuali anda memang hobby fish eye). - No HSM. Conclusion, great lens, but definitely not an everday usage. Pemakaian harus extra hati hati, dan tentunya anda harus belajar menggunakannya sebelum dapat menghasilkan foto2 keren. :D
SiGMA 17-70 F/2.8-4.5: Personal Review. Lensa ini pernah numpang lewat sebentar hehe, sebelum saya akhirnya ada kebutuhan jadi tuker2 sama lensa lain deh. :D Anyway, pertama kali saya mendapatkan lensa ini adalah ukurannya yang kecil, sangat ringan dan menyenangkan. Dan saya juga senang karena FL nya yang asik (17-70) dan F yang cukup besar (2.8-4.5). Namun F nya dengan cepat stop down mulai dari 30-70, sehingga tidak terlalu berasa seperti memakai wide aperture lens (udah masuk 4.5 soalnya). Sebenarnya sih 17-70 adalah satu2nya lensa dengan FL segitu dengan harga yang murah dan aperture yang cukup besar. Tapi kalau dipikirkan lagi dan dibandingkan dengan Nikkor 18-70... agak sayang (walaupun bedanya ga terlalu banyak di harga). Anyway, lensa ini tidak kelihatan berkelas ataupun lensa mahal, dan kelengkapan lensa ini juga standar aja. Tidak ada window scale, tidak ada yang keren2nya deh. Bener2 kayak lensa murah. Tapi lensa ini memang tajam dan juga TONE nya tidak "se-warm" SigMA seperti biasanya (ga tau kenapa - mungkin beda di coating saya ga tau), dan saya rasa lensa over-all day to day yang sangat baik dan cukup menyenangkan dipakai di lowlight sekalipun. Harga: 2.7-2.9jt. (Lupa harga barunya, itu harga second). What you get: Lensa, lens cap depan belakang, hood, dan pouch. Pros: - Sangat ringan dan kecil ukurannya sehingga mudah dibawa. - Tidak terlalu WARM seperti SiGMA pada umumnya.
- Kayaknya satu2nya 17-70 dengan aperture terbesar saat ini (walaupun bukan 2.8 fix). - Hasilnya tajam, PF dan CA cukup baik. - FL nya bagus tuh-kepakai untuk semua kegiatan. :D - IF kalo ga salah, jadi ga usang pusing kalau pake CPL. Cons: - Modelnya juelek. - F nya sayangnya tidak 2.8 fix. - Tidak terlihat mahal. - No HSM, sehingga agak berisik. - Focusnya agak lama dibandingkan lensa2 sekelasnya. - PF nya kalau di extreme light kelihatan cukup jelas. - Distorsi cukup jelas di wide-end, yah biasa sih di lensa beginian. - Harganya agak mahal, mendingan beli 24-70/2.8 dan 18-55 kit, dan anda masih ada kemungkinan dapet kembalian kalau beli bekas. Paling ngga habisnya sama. :D - Uhm... saya pribadi kurang suka modelnya SiGMA juga heheh. :D - No macro capability kalo ga salah. Conclusion, great lens, but I would prefer something else. Tapi kalau anda mau an allround good lowlight performer dengan FL yang asik dan hasil yang cukup bagus, this is your lens. But, kalau ga masalah repot2 ganti2 lensa, saya sih mendingan beli 24-70 dan lensa kit (24-70nya yang non-macro aja gapapa. :D).
Nikkor 50mm F/1.4D: Personal Review. Yup, ini adalah salah satu lensa yang juga sangat digemari berbagai kelangan. Tentunya
lensa ini sangat berguna untuk portraiture. Dengan DOF yang tipis, F yang besar, dan juga jarak yang saya rasa pas, membuat lensa tersebut sangat cocok untuk foto portrait indoor ataupun outdoor. Build lensa tersebut pun sangat apik, dengan window scale nya dan juga matt finish, lensa tersebut walaupun kecil namun terlihat classy dan tidak murahan. Lensa tersebut juga sangat ringan dan cukup kecil untuk selalu dibawa dalam tas atau perlengkapan anda. Satu hal yang saya pribadi kurang suka dari lensa tersebut adalah aperture blade nya yang "hanya" 7, yang berarti bokeh kurang "bulet" dan kurang "creamy", dan dengan harga yang lebih dari 2x lipat dari 50/1.8, penambahan aperture blade ini seharusnya ada (50/1.8 juga hanya ada 7 blade saja). Atau setidaknya blade tersebut dibuat lebih "rounded", namun ternyata tidak - sama saja - satu hal yang sangat di sayangkan (bagi saya). Price: Sekitar Rp. 1,900,000 - 2,300,000 (Second, tergantung garansi dan kelengkapan, harga barunya saya lupa). What you get: Lens cap depan belakang dan lensanya sendiri. Pros: - Very sharp, walaupun di wide open (tapi tetap lebih sharp kalo di stop down), dan hasilnya kalau di stop down ke 1.8 dan di bandingkan dengan 50/1.8 tetep masih bagusan 50/1.4 donks. :) - Ringan dan kecil, mudah di bawa bawa. - DOF yang tipis, bagus untuk "menghancurkan" background yang mengganggu. - Aperture yang besar, baik untuk indoor dan lowlight. - Ada window scale nya lho! :) - Segala contrast, PF dan CA cukup baik, tapi seperti semua kasus large aperture lens, akan lebih baik bila di stop down. - FL 50mm sangat berguna dan sangat cocok untuk portraiture hampir di segala situasi.
Cons:
- Blade hanya 7! I hate it. - Gak SWM - jadi agak berisik, padahal dengan harga segitu harusnya udah SWM donk, competitornya aja udah dan KIT 18-55 nya aja udah SWM. - Tidak dapat hood, again, dengan harga segitu masa hood aja harus beli terpisah? - No MF/AF switch. - Bagi saya tidak terlalu berbeda dengan 50/1.8 yang notabene harganya 1/2 nya lho!
Conclusion, saya rasa lensa ini adalah lensa yang sangat baik sekali. Dari segi aperture dan hasil, lensa ini tentu tidak mengecewakan. Namun yang mengecewakan bagi saya adalah kenyataan pada aperture blade yang hanya berjumlah 7 buah dan kelengkapan yang minim, dengan harga seperti itu, rasanya "mahal". Saya lebih prefer beli 50/1.8 any time, dibandingkan dengan 50/1.4. Kalaupun mau beli yang lebih bagus daripada 50/1.8, saya lebih prefer langsung loncat ke 85/1.8 yang hasilnya jauh lebih signifikan.
Nikkor 28-85 F/3.5-4.5 AF Non-D: Personal Review. Sebenarnya saya tertarik dengan lensa ini karena saya memang mencari sebuah lensa yang rangenya cocok untuk portraiture atau liputan dengan harga ekonomis. Sebenarnya 18-70 cukup menarik – tapi kurang “reach” nya pas di 70. Kepikiran punya 24-85 ED DX versi yang lebih baru – tapi harganya jauh lebih mahal. Jadi akhirnya saya searching di web – dan saya melihat di sebuah website sebuah review mengenai lensa ini. Pertamanya sih saya agak ragu – karena lensa ini sudah berumur 10 tahun lebih tuh – sekarang sudah lebih bagus lagi seharusnya teknologinya, tapi reviewnya beneran sangat baik sekali – bahkan dikatakan lebih baik dari hampir berbagai macam zoom yang tersedia oleh Nikkor dalam harga yang kurang lebih setara. Kebetulan banget pas saya buka di bursa forum jual beli – eh ada yang jual dengan kondisi yang benar2 seperti baru! WOW – lensa yang umurnya hampir setengahnya saya, bisa dalam kondisi hampir baru (mint), jarang banget. Apalagi harganya lebih murah dibandingkan dengan kompetitornya. Jadi akhirnya saya beli deh … Setelah saya beli dan lihat fisiknya, lensa ini rasanya mantab banget, buildnya kokoh, dan ada window scalingnya (sesuatu yang jarang saat ini). Mountnya juga masih metal – dan bisa macro pula! Terdapat putaran tombol macro – perbandingannya saya ga tau 1:1 atau 1:2, at least bisa macro sudah berarti lensa ini tajamnya gak main-main deh hehe. Tapi – setelah saya coba, ternyata benar2 tajam banget, melebihi perkiraan saya sebelumnya.
Walaupun di posisi yang cukup jauh, detail gambar tetap bisa terlihat dengan baik di hasil fotonya. Saya benar2 puas sekali dengan lensa ini. Harga: Rp. 1,500,000 – Rp 1,900,000 (Tergantung kondisi). What you get: Yah namanya juga lensa second – at least dapet lensanya lah heheh. Pros: - Great build quality, beratnya mantep dan tidak terasa timpang saat dipasangkan di kamera. - Harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan lensa sekelasnya. - Ada window scalingnya loh! - Tajamnya rrruuuarrr biasaaa... - Bisa macro (walaupun hanya bisa manual focus). - Ada aperture ringnya. - Distorsi, CA, PF yang cukup rendah. Dan hampir no vignett (at least mata telanjang ga bisa lihat lah). - F stop yang cukup baik mengingat harga dan range yang ditawarkan. - Design yang menurut saya keren. Cons: - Rotating front filter thread - so no CPL happy. - Susah nyari yang kondisinya bagus. - Yang nyari kondisi nya jelek juga ga gampang. - Non - D (Ga epek bagi saya). - Andaikan saja dia 2.8-4 huahahaha. - Sayang Macro nya tidak bisa AF. - Range foto yang cukup jauh 0.8m min. distancenya. - Kalo dibandingkan dengan 24-85 - kalah di wide endnya yang lebih lebar.
- Kalo pake hood HB-32 kayaknya vignett deh - harus cari hoodnya sendiri yang tentunya dijual terpisah. Conclusion - I am very happy with this lens, dan saya rasanya mau jual juga sayang. Tentu tidak bisa menyaingi hasil daripada lensa Nikkor dengan range yang sama dengan F/2.8. Untuk DOF juga kalah tipis bila dibandingkan dengan Tamron dan SiGMA pada range yang sama - tapi - ketajamannya boleh nyaingin dan bahkan saya percaya lebih tajam (berhubung lensa Nikkor terkenal ketajamnya). Anyway - bila anda perlu review lebih lanjut - ini adalah salah satu lensa favorit Kenrockwell dan akan ada pembahasan yang lebih lanjut disana.
Nikkor 18-55 ED DX II: Personal Review. Sebuah lensa yang sangat menarik untuk di miliki, lensa ini walaupun hanyalah sebuah lensa KIT, namun anda bisa cukup bahagia dengan hasilnya yang diberikan. :). Lensa ini sangat baik, focal length yang standar, vignett dan distorsi yang cukup baik, dengan build quality yang oke walaupun terkesan plastik banget, namun dengan tambahan cincin silver di depan, menambah kesan "expensive" pada lensa tersebut. Lensanya sangat ringan, kecil, dan compact sekali. A great day to day lens. Harga pasaran: Sekarang sih udah cukup murah lho! Rp. 845,000 (Di forum banyak yang jual harga segitu, garansi ALTA 1 + 1). What you get: Lensanya, lens cap depan dan belakang, dan tergantung copotan atau bukan, anda bisa dapat dus dan bisa tidak dapat. Langsung kita ke pros and cons: Pros: - Lensanya sangat compact dan ringan dengan build quality yang sangat baik untuk kelasnya. :). Sangat nyaman dibawa sehari hari. - Ketajaman lensa ini cukup mengejutkan, lebih tajam dari Nikkor 18-70 (bagi saya), dan pada focal length yang sama dengan aperture yang sama - bisa menyaingi Nikkor 50/1.8 lho!! - Sudah ada SWD - fast focus and silent. - Very cheap price for a great quality lens! - Vignett dan distorsi cukup terkontrol dengan baik - mungkin karena adanya elemen
lensa mahal ED glass. :) - Adanya switch manual / AF di body - memudahankan perpindahan cara fokus. - Build quality - walaupun full plastik - sangat kokoh dan tidak ada kerengangan ataupun bagian yang kendur. Cons: - Rotating front element, terutama bagi mereka yang ingin lebih serius menggunakan lensa ini dengan CPL dll. Bagi saya sih no problem karena yang saya pasangkan hanya UV saja hehehe. - Plastic Mounting - bagi saya ini sebenarnya bukan Cons, tapi pasti banyak yang tidak setuju. Sebenarnya plastik mount itu sangat banyak keuntungannya - lensa menjadi lebih ringan, harga lebih murah, dan tidak merusak dudukan lensa di body karena gesekan antar metal. Kalau di tinjau kembali - lensa dengan metal mounting juga mountingnya nempel di body lensa yang kebanyakan plastik - kalau mau patah ya patah aja hehe. - SWD bisa berisik kalau kemasukan debu terlalu banyak - akhirnya bunyi krinyit, saya lebih suka suara AF yang dulu - ZZZZZTTTT!! Hehehehe. - Tidak dapat hood waktu beli jadi harus beli hood lagi deh (hood yang saya foto adalah hood 3rd party merek JENIS). - F stop yang standar - don't expect miracles in low light - siap2 ISO tinggi dan flash ya... Overall, I find this lens a MUST HAVE LHO! Murah - ringan - hasil yang sangat mengagumkan (untuk standarnya), saya rasa tidak ada alasan untuk tidak memilikinya kecuali anda sudah mempunyai lensa dengan FL yang sama / mirip. Purple