Arjuna Anugrahing Bawono_txt

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Arjuna Anugrahing Bawono_txt as PDF for free.

More details

  • Words: 11,192
  • Pages: 21
3 ARJUNA ANUGRAHING BAWONO Tarandery Arasy Angin sejenak terdiam ketika anak panah melesat dengan cepat di antara gerakan daun ilalang dan menancap di dada seekor kijang dekat pangkal paha depan sebelah kiri. Tubuh kijang berwarna coklat dengan semu putih di bagian perutnya seketika rubuh tersungkur di atas rerumputan. Suara lengkingnya terdengar lirih bagaikan pujian alam yang menghantarkan kematian menuju padang maya. Beberapa ekor kijang yang sedang merumput sejenak termangu, kemudian kembali mengibaskan ekornya. Seluruh padang kembali hening. Arjuna berjalan menghampiri tubuh kijang yang tergeletak di atas rerumputan sambil dengan santun mencabut anak panah dan segera menyembelih leher kijang untuk segera menghentikan rasa sakit yang berkepanjangan. Kematian seekor kijang yang sepanjang hidupnya menunggu saat untuk menghadiahkan tubuhnya kepada alam, terbujur dihadapannya dengan sebelah mata bening setengah terbuka. Mata yang terus menatap langit tanpa berkedip tampak enggan meninggalkan keindahan sinar matahari yang telah sekian lama menjadi teman berkelana di padang-padang rumput Amarta. 57 Pandangan kerinduan seekor kijang untuk berlari di tengah padang rumput harus terhenti pada ketentuan hidup dan mati dalam seonggok darah yang membeku di dalam lekukan tanah yang dibuat oleh Arjuna. Arjuna menutup mata kijang untuk menghentikan pandangan yang mencatat saat-saat kematian sebagai pemenuhan janji kepada alam dan tuhannya. Kematian seekor kijang merupakan awal perjalanan memasuki padang rumput tempat dimana seluruh kijang kembali bersatu dengan zat yang Maha Besar. Kematian menjadi titik pertemuan antara keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap alam dan tuhannya. Keyakinan yang lahir dari rangkaian penglihatan manusia tidak pernah mampu menolak datangnya kepercayaan hidup. Keyakinan manusia perlahan sirna di dalam kepercayaan manusia ketika mata tidak mampu lagi melihat. Keyakinan hanya menjadi bagian kecil dari kepercayaan yang mampu melihat dengan matahati dalam gelapnya kematian untuk memberi jalan kepada jiwa manusia kembali kepada tuhannya. Kematian akan menampakkan kekuasaan tuhan sebagai sesuatu zat yang tidak asing bagi manusia. Kematian membuka ingatan manusia terhadap tuhannya. Tuhan yang selama hidup berada dalam ada dan tidak ada, tampak begitu nyata dalam pandangan matahati manusia. Seolah terbangun dari tidur yang panjang, seluruh bagian jiwanya berlomba menghampiri zat tuhannya yang dengan agung dan sabar menunggu kembalinya jiwa manusia. Arjuna menutup darah kijang dengan tanah. Kepedihan hati manusia terasa begitu memilukan bagi Arjuna yang berandai andai jika dirinya yang harus mati dengan cara yang sama. Perasaan Arjuna menjadi hambar terhadap kemampuan mata yang harus melihat seluruh kepedihan perikehidupan dan hanya berujung pada kepedihan manusia yang tidak mampu melihat perikehidupannya sendiri. 58 Semar yang bermata tajam dapat melihat kegundahan tuannya yang telah diasuhnya sejak kecil. Dalam keadaan seperti ini tidak ada upaya lagi yang dapat membujuk Arjuna untuk bicara atau makan sebutir nasi sekalipun. Arjuna duduk menyendiri membiarkan keempat punakawan sibuk menyiapkan santapan malam. Mulutnya tidak mampu menikmati daging rusa akibat kesedihannya yang begitu mendalam. Didudukkan tubuhnya di bawah pohon bodhi sambil mengendurkan seluruh tubuh dan mengatur nafasnya perlahan. Malam menjadi hening ketika seorang satria bersemedi di tengah pandangan para pengasuhnya. Suara Gareng dan Petruk yang biasa meramaikan suasana, hampir tidak terdengar sama sekali. Hanya Bagong terlihat sibuk menghabiskan sisa daging rusa dekat perapian. Arjuna tidak mampu menghilangkan bayangan pandangan mata seekor kijang yang menatap ke arah kejauhan dengan raut seolah sesuatu yang dilihatnya berada begitu dekat dengan kelopak matanya. Mata telah menjadi pintu masuk berbagai benda dan kebendaan ke dalam lubuk hati manusia. Berjuta-juta simbol benda dan kebendaan yang larut dalam sinar digambarkan secara cermat oleh mata di dalam akal dan fikiran manusia. Kemudian manusia mengetahui dengan pasti dimana dirinya berdiri dalam bentangan alam.

Keutamaan penglihatan manusia tidak berhenti sampai di titik penglihatan mata itu sendiri. Setiap mata mampu melihat sifat-sifat dari gerakan benda yang menjadi tanda-tanda alam akan terjadinya sesuatu. Semua penglihatan terhadap benda dan karakteristiknya bermuara ke dalam akal manusia untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam menduga perilaku alam dan 59 manusianya. Mata yang selalu haus akan pengenalan wujud alam tidak pernah berhenti mencari kedalaman penglihatannya. Penglihatan mata manusia telah menjadi sumber kepastian pikiran manusiawi. Tidak hanya bukti yang disajikan mata bagi akal manusia, akan tetapi begitu banyak keindahan warna, bentuk, dan gerak gemulai alam yang menjadikan mata semakin enggan untuk menutupkan kelopaknya. Untuk ini, manusia tidak dapat dipersalahkan jika mengutamakan penglihatan lebih dari indera lainnya. Bukankah hanya mata yang mampu menghitung benda yang diam atau bergerak, sedangkan pendengaran hanya mampu berhitung jika benda tertentu sedang melakukan gerakan yang menimbulkan suara. Kemampuan penglihatan semakin dianggap memiliki kemampuan berlebih jika dibandingkan dengan indera perasa yang hanya mampu berhitung sampai perasaan itu sendiri jenuh untuk merasakannya. Nafsu manusia yang pandai berkilah dan mengada-ada menjadikan mata sebagai ujung tombak dalam melakukan pengembangannya. Penglihatan yang mampu melihat keindahan lawan jenis dengan secara kasat mata dan yang tersembunyi selalu mengarahkan manusia untuk mensegerakan keinginannya dalam memenuhi rasa haus kemanusiaannya. Perilaku perasaan kemanusiaan berputar-putar seperti layaknya perilaku binatang yang sulit dihentikan tanpa tegaknya aturan. Arjuna berusaha menenangkan diri dengan mencoba mengatur pernafasan dalam puja semedinya. Nafasnya tertahan sejenak. Bayangan beberapa perempuan cantik melintas dalam kelopak matanya sambil tersenyum dan berusaha berkata-kata tanpa suara. Gelapnya penglihatan tidak mampu mencegah sinar 60 wajah cantik yang dengan gemulai mengetuk pintu nafsunya yang masih sedikit terbuka. Segera kerinduan terhadap belaian wanita menyelinap ke dalam saraf kemaluannya, ketika satu persatu lembar pakaian dilepaskan dalam penglihatan imajinatifnya. Nafsu telah menguasai manusia melalui penglihatan manusia, meskipun mata tertutup atau terlelap dalam tidurnya. Nafsu telah membawa penglihatan manusia ke dalam mimpi-mimpinya. Arjuna membuka matanya lebar-lebar begitu mengetahui bahwa perasaannya telah dipengaruhi oleh ingatan penglihatannya sendiri. Malam yang hampir mendekati tengah malam membuat bagian di bawah pepohonan hanya berisi bayangan pepohonan kecil yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Kegelapan malam tanpa sinar bulan membuat Arjuna tidak berdaya tanpa penglihatannya. Matanya yang tajam hanya mampu menatap langit yang bertaburkan bintang. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui betapa seorang Arjuna merasa tidak berdaya tengah alam yang gelap gulita. Kesendirian dalam kegelapan telah membuat seluruh aliran darahnya berjalan lambat dan berujung pada timbulnya perasaan dingin yang mulai menjalar dari ujung tangan dan kakinya. Mata yang tidak mampu melihat dengan sempurna dalam kegelapan tetap dibiarkan terbuka. Fikirannya berusaha mendengarkan seluruh gerakan alam di sekitarnya. Suara jangkrik yang bersahut-sahutan memancing ingatan penglihatan terhadap dua ekor jangkrik yang sedang berhadap-hadapan untuk memulai perkelahian teritorial. Arjuna tersenyum getir 61 ketika mengetahui batas kemampuan manusia lebih ditentukan oleh penglihatan dan bukan oleh pendengaran. Ketergantungan manusia kepada penglihatan telah terbentuk sejak lahir. Penglihatan menjadikan manusia yakin dengan apa yang telah dan akan terjadi. Lahirnya keyakinan lebih dipengaruhi oleh mata yang mampu melihat pengaruh unsur-unsur alam terhadap kejadian di sekitarnya. Penglihatan secara pasti dapat menjawab pertanyaan yang dimulai dengan kata siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana. Sebaliknya pendengaran belum tentu dapat menjawab pertanyaan jika sebelumnya tidak

pernah mengenali keadaan alam sekitarnya dengan baik. Sadar atau tidak sadar, mata telah menjadi sumber utama kekuatan manusia. Pertanyaan yang semula merupakan hal yang biasa, seketika berkembang menjadi pertanyaan rumit dan penuh dengan keragaman budaya kekinian. Tidak terkecuali Arjuna, setiap manusia akan terkejut terhadap budaya bangsa lain yang tiba-tiba membuat dirinya terperangkap tanpa tahu harus berbuat apa. Budaya telah berkembang kepada legitimasi kepentingan perorangan dan meletakkan kepentingan sosial sebagai alasan yang membentengi kepentingan perorangan itu sendiri. Budaya kekinian manusia lahir dari pemberontakan manusia terhadap ikatan kesucian kesetaraan antarmanusia yang menyempit ke dalam pemusatan kepentingan perseorangan. Sisanya adalah ketergantungan anggota kelompok budaya ke dalam pusat kepentingan yang terus berganti tanpa pernah mencapai keseimbangan. Sampai titik ini budaya hanya berisikan persaingan antarpusat kepentingan dan menjadi 62 canggung terhadap kepentingan manusia lainnya yang bergantung kepada pusat-pusat kepentingan itu sendiri. Budaya orang-orang terdahulu terseok-seok dalam mengatasi berbagai kepentingan perorangan yang terus bersaing mensegerakan kepentingannya sendiri. Budaya yang pernah diakui sebagai budaya yang penuh kearifan tidak mampu menolak perkembangan zaman yang meletakkan kepentingan perorangan sebagai penciri dan bukan sebagai pembobot. Tarian, bahasa, hasil kerajinan, dan batas wilayah menduduki tingkat teratas dalam tatanan budaya. Keseluruhan tataran hasil budaya perlahan berkembang ke dalam pengertian budaya yang didangkalkan oleh pemahaman keseragaman budaya universal. Kesepakatan aturan main yang telah melembaga dan membudaya diruntuhkan oleh pengaruh kepentingan pribadi dari setiap anggota budayanya. Kepentingan lebih diboboti oleh keinginan manusia yang tidak berbatas dan meletakkan kebutuhan ke dalam kotak-kotak anti kemajuan. Aturan main dalam budaya kekinian memberikan kesempatan bagi setiap anggota budaya untuk memperlombakan keserakahan dan kekuasaan. Tidak ada lagi batasan budaya yang semula lahir dengan tujuan untuk membatasi perilaku manusia. Budaya menjadi dangkal ketika hanya dibatasi oleh larangan untuk tidak mengganggu kepentingan orang lain dan menyerahkan kepentingan masyarakat kepada kerajaan. Sedikit dari anggota masyarakat dalam budaya kekinian yang mau memikirkan kepentingan orang lain, baik yang hidup saat ini ataupun di masa yang akan datang. 63 Budaya kekinian layaknya keriuhan pesta dengan sejumlah makanan yang harus dihabiskan dan atau dibawa pulang ke rumah masing-masing. Arjuna tampak menghela nafas perlahan. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa budaya yang menjadi mata kehidupan manusia telah beralih dan berdalih menjadi mata besar yang menyombongkan diri untuk mampu melihat keseluruhan perekembangan alam. Bukankah budaya ini hanya akan membawa manusia berkelebihan saja yang mampu menikmatinya. Bagaimana mungkin budaya seperti ini mampu bersifat lentur terhadap berbagai benturan budaya dalam perkembangan zamannya. Arjuna berusaha menenangkan kemarahan jiwa yang memuncak tanpa tahu harus ditumpahkan kepada siapa. Mata yang telah melihat tidak mungkin dapat melupakan apa yang telah dilihat dalam waktu yang sedemikian singkat. Semakin berupaya untuk melupakan, bayangan penderitaan masyarakat semakin menggambarkan seluruh sendi perikehidupannya. Tidak henti-hentinya Arjuna menyesali penglihatan yang seluruhnya nyaris dikendalikan oleh nafsu. Sedang nafsu itu sendiri melahirkan berbagai kepentingan yang didasarkan pada pemenuhan keinginan dan bukan pada pemenuhan kebutuhan. Mungkinkah manusia dapat menyadarkan diri untuk kembali kepada budaya yang lahir dari pemenuhan kebutuhan manusia yang hakiki, tanya Arjuna sambil terus menyesali diri. Kebutuhan akan melahirkan berbagai pertimbangan yang berbatas pada daya dukung alam terhadap perikehidupan manusia itu sendiri. Sebaliknya keinginan akan melintasi batas-batas kemampuan alam, meski manusia mampu meperhitungkan dengan

baik batas baru yang dibuatnya sendiri. Setan yang 64 mampu berhitung dengan baik telah melahirkan proses budaya yang menghancurkan martabat manusia. Sampai disini malaikat tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan yang terjadi adalah kemudian manusia melecehkan malaikat sebagai kumpulan mahluk bodoh, yang hanya tahu hasil akhir tanpa mampu menggambarkan prosesnya. Sadar atau tidak, manusia telah berfihak kepada setan yang mampu memberi begitu banyak keajaiban dunia. Dalam bawah sadar manusia, mereka tidak memerlukan keajaiban surgawi karena surga yang sesungguhnya telah diciptakan di dunia. Kalaupun malaikat bisa menangis, mereka akan menangis menggelosor di tanah seperti anak kecil yang ditinggal mati ibu bapaknya. Tugas malaikat yang semula mengurusi manusia, saat ini hanya tinggal mengurusi hewan, tumbuhan, dan sisa alam lainnya, serta mahluk-mahluk halus yang nyaris tidak berfikir. Bahkan malaikat pun mengetahui bahwa manusia menganggap para malaikat semakin bertambah bodoh dengan tetap berkehendak untuk mengurusi sisa urusan seperti itu. Arjuna tidak mungkin menyalahkan tuhan yang menghalangi malaikat untuk seringsering bersilaturahmi dengan manusia dari sejak manusia pertama lahir. Hanya sedikit manusia yang mengetahui bahwa malaikat bertasbih memujikan nama Sang Pencipta karena begitu berat tugas mereka memegang amanat dalam menjaga dan memelihara alam. Bukankah manusia pertama pun mengucap syukur kepada Sang Pencipta ketika dipertemukan dengan pasangannya. Begitu jauh jarak waktu manusia pertama dengan manusia yang lahir di abad ini. Jarak waktu ribuan abad telah membuat 65 manusia lupa dan tidak lagi mengetahui arti syukur dari manusia pertama yang pernah menjejakkan kaki di surga. Rasa syukur manusia karena masih diberi rejeki dan rahmat oleh Yang Maha Kuasa, walaupun manusia telah berbuat aniaya di muka bumi. Mensyukuri nikmat tuhan merupakan upaya manusia untuk mengetahui dan memperhitungkan sumberdaya yang mereka miliki. Sudah sepantasnya mereka berfikir untuk mengetahui batas-batas manusia, sehingga mereka sadar akan keberadaan tuhannya. Tuhan dunia akhirat yang menjadi awal dan akhir dari ketakwaan manusia. Budaya manusia telah meninggalkan tuhan dalam kesunyian ruang-ruang pemujaan. Doadoa manusia terjerembab dan terpinggirkan oleh urusan manusia yang tidak ada hentinya. Kalupun manusia masih sempat berdoa, itupun hanya karena keberuntungan sedang tidak berpihak kepada mereka. Sebaliknya ketika keberuntungan datang, mereka lantas lupa kepada tuhannya. Bahkan dengan gagahnya dikatakan keberuntungan semata-mata karena jerih payah mereka sendiri. Tuhan tidak lebih sebagai mahluk yang bertugas ketika manusia membutuhkan keberuntungan. Selebihnya, tuhan dirasa selalu membebani kehidupan yang sudah sarat masalah. Arjuna menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa setan telah menobatkan diri sebagai tuhan di dunia. Tidak kurang berbagai propaganda manusia untuk segera menghubungi tuhan dunia yang menjanjikan kemulyaan dunia secara cepat dan tidak melelahkan. Cukup dengan hanya memikirkan diri sendiri dan tidak perlu mempertimbangkan orang lain, maka keberuntungan dunia segera akan berfihak kepadanya. 66 Penderitaan karena kemiskinan, keputusasaan, dan gaya hidup di dunia setiap harinya melahirkan manusia-manusia yang hidup dalam kesendirian di tengah orang ramai. Keindahan kehidupan sebelum dan sesudah mati hanya menjadi bahan pembicaraan untuk menutupi fikiran merdeka yang tersesat ke dalam keterikatan pemikiran seputar diri pribadi. Dengan serta merta kemerdekaan diproklamirkan sebagai milik kehidupan dunia yang tidak terkait dengan kehidupan setelah mati. Tidak ada sedikitpun kearifan budaya kekinian yang mampu menggambarkan dengan pasti tentang kemerdekaan berfikir yang dijamin sepenuhnya oleh Tuhan yang Maha Mengatur untuk setiap manusia setelah mati. Manusia cenderung menganggap kematian merupakan kurungan bagi fikiran merdeka yang tidak mampu memerdekakan dirinya sendiri. Lantas kemudian kematian dianggap sebagai tahapan kehidupan di dalam kegelapan, dimana mata manusia tidak dapat lagi digunakan untuk menolong mencarikan pegangan hidup.

Sedemikian banyaknya informasi yang diperoleh sepasang mata manusia, seolah tidak ada batas manusia untuk memperoleh informasi. Informasi yang terus mengalir memaksa manusia untuk terus berfikir ketika hidup. Tidakkah manusia menyadari bahwa berfikir bersama-sama merupakan anak tangga terakhir di zamannya. Setelah itu, manusia lainnya bersama-sama berfikir untuk menambah anak tangga pengetahuan pada zaman yang kemudian. Tubuh Arjuna tergetar begitu membayangkan kekuatan yang dihasilkan fikiran merdeka yang tidak mampu menahan pemikirannya sendiri. Terlintas berbagai bayangan tentang keserakahan manusia yang melahap sebanyak-banyaknya kayu, 67 besi, tembaga, emas, dan kekayaan alam lainnya hanya untuk membangun sebuah rumah yang menjanjikan kenikmatan tidur bagi seorang manusia. Lantas kemudian mereka berjalan dengan gagahnya melewati sekumpulan kaum papa yang memandang kagum demi segenggam beras untuk makan hari ini. Sesekali hidung mereka mendengus untuk mengeluarkan udara yang membawa bau amis yang dikeluarkan oleh tubuh kaum papa. Bahkan kelopak matanya separuh dipejamkan untuk menghindarkan penglihatan yang membawa simbol-simbol kepedihan manusia. Akal fikiran merdeka membawa mereka untuk mensegerakan tubuhnya meninggalkan penampakan kesedihan inderawi dari manusia-manusia yang tidak mampu mengatasi masalah kehidupan. Kesedihan telah membentuk daging dan kulit kaum papa menjadi kebal dari pedihnya luka. Kesedihan yang hanya mampu mencium aroma tanakan nasi yang hanya tercium satu hari sekali. Atau kesedihan yang melahirkan doa-doa kepada tuhannya untuk satu hari ke depan. Kesedihan telah menggerogoti fikiran merdeka dari seorang kaum papa yang dengan cepat membatasi sisa fikiran merdeka hanya untuk sesuap nasi. Pertemuan antara seorang papa dengan dengan papa lainnya hanya akan semakin mendorong fikiran merdeka masuk ke dalam ruang sempit untuk beristirahat dan kemudian dilupakan. Bahkan penglihatan seorang papa tidak mampu lagi melihat wajah seorang raja, jika sang raja tidak mampu mencukupi kebutuhan keseharian manusia. Arjuna menarik nafasnya dalam-dalam. Terdengar suara perutnya menjerit sambil menarik-narik sebagian ususnya untuk 68 mengingatkan bahwa waktu makan sudah lama terlampaui. Arjuna tersenyum geli jika mengingat keputusannya untuk menahan lapar dan haus sebagai suatu cara untuk menekan seluruh nafsu inderawi yang begitu banyak mempengaruhi akal fikiran manusia. Rasa lapar dan haus yang dirasakan seluruh bagian perutnya segera menyebar dan menjadikan setiap satuan daging dan kulitnya menjadi lebih peka. Sedikit sentuhan yang menyakitkan dapat dengan segera menimbulkan kemarahan yang berlebihan dari sesorang yang melakukan puasa. Bahkan sedikit cemoohan dari sikap seseorang dengan cepat akan menimbulkan kemarahan yang berlebihan. Dan yang paling mengherankan adalah ketika timbulnya kemarahan orang berpuasa hanya karena hidungnya mencium sedikit bau tidak sedap dari kegiatan orang lain. Rasa lapar yang menggigit lebih dirasakan oleh manusia yang selalu dengan mudah memperoleh makanan dalam kesehariannya. Hal yang lebih berat dalam menahan nafsu akan dirasakan oleh seseorang yang hidupnya lebih tergantung kepada rokok atau keinginan syahwatnya. Keinginan merokok dan syahwat secara telak akan mempengaruhi hormonal tubuh manusia yang secara langsung mempengaruhi cara berfikir dan sikap seseorang. Nafsu amarah dan supiah merupakan ujian yang nyata-nyata dirasakan oleh setiap manusia yang baru belajar berpuasa. Ujian berpuasa bagi orang yang sudah mampu menahan nafsu amarah dan supiah adalah bagaimana menghadapi nafsu aluamah dengan derajat keangkaramurkaan yang terselubung. Seringkali orang yang sedang menjalani puasa tidak pernah menganggap nilai puasanya menurun apabila tetap membanggakan derajatnya 69 terhadap manusia dengan status sosial yang lebih rendah. Atau jika tiba-tiba muncul rasa iri dengki yang berujung terbentuknya fikiran manusia untuk mencelakakan kehidupan dan perikehidupan orang lain. Beranjak dari pemikiran yang mungkin dihadapi dalam menahan nafsu angkara murka,

Arjuna merasa semakin kecil hatinya. Disadari bahwa upaya untuk menahan nafsu angkara murka hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan nafsu untuk tetap berbuat baik. Pada tataran puasa untuk menahan nafsu angkara murka dan sekaligus meningkatkan nafsu untuk berbuat baik memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Akan tetapi, puasa yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi adalah bagaimana seseorang mampu menajamkan nafsu mulhimahnya yang mampu menahan dan sekaligus mengarahkan agar keempat nafsu lainnya menghasilkan manfaat dan menghilangkan kemudharatan. Arjuna merasa sedikit agak lega setelah mengetahui berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapinya dalam menjalankan puasa. Di liriknya tubuh Bagong, Petruk, dan Gareng yang tergeletak pulas di atas tikar pandan yang digelar di bawah pohon beringin. Diraihnya dua lembar daun bodi yang jatuh dekat kedua kakinya, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya tanpa banyak berfikir atau merasa hawatir. Rasa daun bodi yang getir bercampur pahit dan beberapa rasa lainnya yang belum pernah dikenalnya terasa membuat perutnya lebih nyaman. Diluruskan kedua kakinya di atas tanah untuk melancarkan aliran darah yang membuat kedua kakinya kaku dan tidak bertenaga. Arjuna tersenyum getir jika mengingat ketidakberdayaan manusia dengan kedua kaki yang 70 kaku dan tidak bertenaga masih mampu merasa angkuh kepada tuhannya. Jangankan hanya pada kedua kakinya, di kepala merekapun tuhan tidak pernah dirasakan hadir untuk menghilangkan rasa sakit dan kekakuan manusia. Manusia telah menjadi mahluk yang mampu menghilangkan kepedihan dan kesengsaraan tanpa harus berurusan dengan tuhan. Semar yang melihat junjungannya terbangun dari semedinya segera beranjak mendekati tanpa mengeluarkan suara. Dengan tubuh sedikit membungkuk dan meletakkan kedua tangannya di atas kaki yang bersila, Semar menundukkan kepalanya menunggu Arjuna berbicara. Lama keduanya terdiam saling berhadapan seolah mencari kata-kata yang hilang sebelum memulai untuk mengucapkan sesuatu. Kerikuhan budaya seorang raja yang menunggu suara rakyatnya menjadikan mulutnya terkunci seribu bahasa. Semar tetap dengan sabar menunggu ucapan sang pandito ratu. Tidak terlintas dalam pikirannya untuk memulai pembicaraan yang akan dianggap mengurangajari budaya rakyat kepada rajanya. Sosok raja tampak sebening kaca dalam bentukan yang getas dan mudah melukai tangan rakyat yang mencoba menyentuhnya. Pemikiran raja lebih dianggap sebagai pemikiran yang lahir dan berkembang dalam kosmos tertentu dan tidak terjangkau oleh pemikiran seorang rakyat. Keterbukaan seorang raja dalam sosok sebening kaca tidak mengakibatkan cahaya yang dipantulkan rakyat terhenti di dalamnya. Berbagai informasi yang sampai ke hadapan raja seolah masuk dalam batuan air beku yang ikut membekukan berbagai informasi di dalam pemikiran seorang raja. Pemikiran seorang raja memiliki jarak jutaan tahun cahaya dari kosmos 71 pemikiran rakyat. Kegelapan antarkosmos telah membekukan seluruh informasi yang mencoba mendekatinya. Kesetiaan dan rasa hormat seorang rakyat dan abdi raja merupakan pilar kewibawaan dan kekuatan seorang raja dalam memecahkan masalah. Arjuna memecah kebekuan dengan mengaturkan sembah seorang raja kepada Semar yang dianggap sebagai raja yang hidup dalam keseharian rakyatnya. Seketika Semar semakin menundukkan badannya sampai hidungnya mencium permukaan tanah. Bangunlah Kakang Semar, tegur Arjuna yang merasa risih dengan sikap Semar yang terlalu meninggikan dirinya. Teringat bagaimana Semar mendidik dan menjadi teman sejak ia kecil bersama keempat saudaranya. Semar masih terdiam menunggu Arjuna memulai pembicaraan. Kakang Semar, apa kakang bisa menceritakan sejatinya laku manusia yang lahir dan mati sebagai manusia ? tanya Arjuna dengan suara agak ragu-ragu. Terdengar suara nafas Semar yang dihembuskan dengan berat setelah mendengar pertanyaan yang begitu berat. Kepalanya tetap tertunduk menatap tanah yang semilir meniupkan aromanya. Perlahan Semar mengangkat kepalanya sambil mengucapkan panggilan kepada ibunya. Sekilas ditatapnya wajah Arjuna yang memancarkan berbagai kegelisahan dan

kekecewaan yang begitu mendalam. Semar memulai penjelasannya dengan mengatakan hidup dan mati manusia hanya untuk Yang Maha Kuasa. Kehidupan dan kematian tidak akan datang untuk kedua kalinya dalam kehidupan manusia. Manusia lahir di muka bumi dengan 72 membawa ketetapan Yang Maha Kuasa. Ketetapan yang tersembunyi dalam matahati setiap jiwa manusia. Semar menghentikan penjelasannya sejenak untuk melihat reaksi Arjuna. Arjuna diam saja. Bahkan tubuhnya nyaris tidak bergerak untuk mendengarkan penjelasan Semar. Arjuna sudah menganggap Semar sebagai seorang yang hidupnya dipersembahkan untuk mengurus manusia lainnya. Hanya Semar yang mampu melihat dan menilai laku dan perilaku manusia dalam menghadapi perjalanan hidupnya. Kelahiran seorang bayi merupakan kelahiran manusia yang sesungguhnya, tutur Semar melanjutkan penjelasannya. Meskipun tanpa membawa akal yang sempurna, ketetapan lahirnya manusia merupakan bukti dari ketentuan tentang telah ditiupkanya roh manusia ke dalam tubuh bayi yang membawa sedikit akal manusia. Ketentuan ini akan berkembang sejalan dengan perkembangan tubuh membawa roh manusia untuk terus mengembangkan fikirannya kedalam kehidupan diri manusia itu sendiri dan lingkungannya. Fikiran manusia diberikan oleh Yang Maha Kuasa agar manusia berfikir tentang kebesaran tuhan, yaitu kebesaran tuhan yang tidak dapat dibandingkan dengan satu orang manusia atau seluruh manusia yang pernah hidup di dunia. Fikiran manusia hanya bertugas membantu manusia secara pribadi dan bersama sama untuk mewujudkan gambaran tentang ke Maha Kuasaan dengan melihat tanda-tanda kebesaran tuhan. Kejahatan dan kebaikan manusia hanya sebagai latihan bagi manusia untuk mempelajari kebesaran tuhan sehingga manusia bersyukur atas kehidupan dan perikehidupan yang telah 73 dirahmatkan kepadanya. Kejahatan dan kebaikan manusia tidak lebih hanya merupakan suatu vektor kekuatan yang saling bertolak belakang untuk membawa jiwa dan raga manusia ke dalam masing-masing kubu. Kekuatan vektor kejahatan manusia akan sirna ketika manusia bertobat dengan sungguh-sungguh dan mengerahkan seluruh energi vektornya ke dalam kebaikan. Demikian juga yang terjadi sebaliknya. Kejahatan akan mati sejalan dengan kematian manusia. Sejatinya kejahatan adalah cara berfikir manusia yang melanggar ketetapan tuhan dan manusia untuk kepentingan diri dan kelompoknya masing-masing. Sedang kejahatan yang terbesar adalah ketika manusia mempertentangkan berbagai kebenaran yang mengandung begitu banyak nilai luhur di dalamnya dan mengubahnya sebagai bagian kejahatan. Bagaimana manusia mampu membedakan kejahatan dan kebaikan, jika kejahatan itu sendiri mampu memberikan manfaat kepada manusia dengan sebesar-besarnya manfaat ? tanya Arjuna memotong ucapan Semar. Semar tersenyum kecil. Hatinya gembira mendengar ucapan Arjuna yang memang menyimak seluruh ucapannya. Tidak ada kejahatan yang mampu memberi manfaat kepada manusia secara berkelanjutan. Kejahatan akan selalu ter-akumulasi dan diikuti oleh dampak yang akan menghancurkan alam semesta. Sampai di titik ini, kehancuran alam semesta akan menghancurkan manusia yang hidup di jamannya tanpa pandang bulu, Jawab Semar tegas. Lantas bagaimana cara membedakan bahwa manusia lebih mulya dari iblis dan setan jika perbedaan antara kebaikan dan 74 kejahatan itu sendiri tidak tampak ? Tanya Arjuna. Lama Semar terdiam mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan jawaban pertanyaan yang berada pada titik pemikiran yang berbahaya. Kemulyaan manusia terletak pada keikhlasan roh manusia untuk berada dalam tubuh yang memenjarakannya. Dari dalam tubuh, roh manusia mengatur pemikiran untuk menghindarkan manusia dari tindakan kejahatan. Tidak ada satu iblispun dan malaikat yang mampu mempengaruhi roh manusia untuk berbuat kejahatan maupun kebaikan ketika roh itu lepas dari tubuhnya. Pada saat itu, roh malaikat, manusia, dan iblis memiliki kesetaraan yang sama dalam dimensi, dimana ketiganya tidak dapat saling mempengaruhi.

Malaikat dan iblis hanya mampu meninggalkan tanda-tanda kebaikan dan kejahatan bagi manusia pada tubuh yang diciptakan dari unsur berbagai tanah, air, api, dan udara. Dari tanda-tanda yang ditinggalkan oleh keduanya di setiap unsur tubuh, barulah nafsu manusia belajar mengikuti tanda-tanda yang ada. Dipandang dari sudut pemikiran manusia, tidak ada satupun roh malaikat atau iblis yang mampu dipenjarakan di dalam tubuh seperti manusia. Roh manusia lebih bersifat sesuai dengan keempat unsur alam semesta dibanding dengan roh malaikat dan iblis sekalipun. Tidak ada satupun malaikat atau iblis yang mampu bertahan hidup dalam tubuh manusia yang telah ditinggalkan rohnya. Mereka hanya mampu sejenak bertamu kehadapan roh manusia untuk menawarkan kebaikan dan kejahatan. Bagaimana mungkin malaikat dan iblis mampu merendahkan martabatnya untuk hidup di dalam tubuh manusia setelah mengetahui penderitaan yang mungkin dihadapi oleh 75 manusia. Berdasarkan kemampuan manusia untuk hidup dalam kehinaan penderitaan di dunia inilah yang membuat manusia mulya di haribaan tuhan Yang Maha Pencipta. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan yang meletakkan harkat manusia lebih mulya dari malaikat dan iblis. Tubuh Arjuna yang semula tegang seketika tampak lebih santai mendengarkan penjelasan Semar atas pertanyaannya. Bahkan hatinya terasa lebih nyaman setelah Semar menjelaskan bahwa kebaikan akan menghasilkan akumulasi dampak manfaat yang serta merta mampu meningkatkan kelestarian alam semesta bagi kehidupan dan perikehidupan manusia itu sendiri. Terdengar lapat-lapat suara burung malam memberi tanda waktu akan mencapai tengah malam. Semar menggeser tubuhnya untuk menghindarkan tatapan mata Arjuna. Tubuhnya dihadapkan sedikit menyerong sehingga dapat menghindarkan penglihatannya terhadap bahasa tubuh Arjuna. Kematian itu sendiri sebagian datangnya dari tubuh manusia yang sudah tidak mampu lagi mempertahankan roh yang harus terus mengalir memberi kehidupan di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia yang terdiri dari tulang dan daging merupakan janji tuhan kepada alam semesta, yaitu janji yang terkait dan terikat dengan janji lainnya tanpa ada satupun janji yang mengingkari satu sama lainnya. Selebihnya kematian merupakan janji tuhan kepada roh manusia untuk kembali tahapan baru dari kehidupan itu sendiri. Kehidupan juga merupakan janji tuhan kepada manusia untuk bersyukur, berfikir, dan bertakwa kepada tuhannya dalam mewujudkan fikiran merdeka, adil dan bertanggung jawab. Sebaliknya kematian hanya sebagai janji tuhan dimana fikiran 76 merdeka tidak lagi mampu berfikir karena seluruh indera manusia telah dipisahkan dan dikembalikan ke dalam unsur-unsur alam semesta. Pembicaraan Semar sejenak tertunda ketika seekor kunang-kunang terbang melintas di hadapan keduanya. Setelah menarik nafas dalam-dalam Semar kembali menjelaskan bahwa kehidupan merupakan proses bagi manusia untuk menemukan jalan pulang kepada Yang Maha Pencipta. Indera manusia hanya sekedar alat untuk melihat jalan berliku dalam kegelapan fikiran untuk mengetahui segala yang terjadi di keesokan harinya. Arjuna merasa rikuh untuk berterima kasih kepada Semar yang telah menjelaskan rantai pemahamannya yang sulit didapatkannya sendiri. Ingin sekali Arjuna mengucapkan terima kasih, akan tetapi mulutnya tetap tertutup dalam sikap yang rikuh. Arjuna telah terperangkap dalam atribut ksatria yang melekat dalam dirinya sebagai ketetapan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sejenak Arjuna bimbang. Dengan menguatkan hati, Arjuna segera menyatukan kedua telapak tangannya untuk menghormati Semar sebagai tanda terima kasihnya. Semar sedemikian terkejutnya hingga tubuhnya yang membulat seperti bola tersentak mundur beberapa meter untuk menolak penghormatan seorang raja kepada bawahannya. Jangan ngger, ucap Semar sambil menggerak gerakkan kedua tangannya untuk menolak penghormatan raja. Semar merasa sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk memberi keterangan kepada seorang raja yang di kemudian hari akan menjadi jembatan dan tali rasa terhadap rakyatnya. 77 Semar baru berani kembali mendekati Arjuna setelah Arjuna kembali bersikap biasa. Ditambahkan oleh Semar bahwa seorang raja tidak diperkenankan menyembah atau bersujud kepada seorang hamba sahaya karena akan menurunkan kebanggaan rakyatnya

terhadap raja dan negara. Meskipun tidak dilarang untuk menghormati seseorang, akan tetapi harus disampaikan dengan cara yang berbeda agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Pemahaman akan kewajiban manusia untuk menyembah tuhannya belum membuat hati Arjuna lepas dari rasa kemanusiaannya untuk mempertanyakan batas pemikiran manusia itu sendiri. Fikiran manusia yang merupakan wujud fitrah manusia dalam menjunjung kemerdekaan, keadilan, dan tanggung jawab tak henti-hentinya menyusuri dan menembus seluruh dimensi ruang dan waktu. Apakah tuhan memang membebaskan fikiran manusia sehingga menjadi sedemikian rupa bebasnya ? Tanya Arjuna dalam hati yang tidak terasa terucap lapat-lapat dan terdengar oleh Semar. Arjuna menatap Semar seolah oleh hendak bertanya apakah ia mendengar ucapannya yang terlepas dari mulutnya. Semar diam saja dan tetap menunduk seolah tidak pernah mendengar pertanyaan Arjuna yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Dipejamkan kedua matanya dan membiarkan Semar tetap berada dihadapannya. Semar beringsut meninggalkan Arjuna yang sudah terlelap dalam semedinya. Disandarkan tubuhnya pada akar pohon kepoh sambil memandangi bulan sabit yang perlahan bergerak ke arah barat. Disenandungkan tentang kemerdekaan berfikir yang dibatasi oleh keharusan manusia untuk tetap menjaga 78 keadilan terhadap diri, keluarga, kelompok masyarakat, bangsa, dan lingkungannya. Keadilan yang bersumber dari pemikiran terhadap hak pribadi, sosial, dan universal yang satu sama lain akan terkait pada ketersediaan sumberdaya alam, manusia, dan buatan manusia bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Keadilan akan menjamin terselenggaranya pendistribusian manfaat yang diperoleh kerajaan bagi tercapainya setinggi-tingginya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Penyeleng-garaan distribusi manfaat akan didasarkan keterlibatan setiap pribadi dalam memperoleh manfaat yang ditegakkan oleh hukum kerajaan. Hukum kerajaan harus mampu memberikan dan menjamin kesempatan yang sama bagi setiap warganegara untuk memperoleh manfaat. Untuk mencapai tujuan penerapan hukum kerajaan, seorang raja harus mampu menjaga dan mendidik setiap tingkatan pamong praja untuk bersikap jujur, berani, dan memegang teguh aturan kerajaan. Kedisiplinan, ketelitian, dan ketangkasan seorang pamong praja merupakan dambaan setiap warga kerajaan yang memerlukan penyelesaian masalah keseharian yang dihadapi. Semuanya memerlukan keteladanan dari seorang raja. Sikap raja yang peragu akan melahirkan begitu banyak perbedaan yang muncul di dalam masyarakat. Perbedaan ini akan bermuara pada timbulnya konflik terselubung atau yang langsung terbuka. Seorang raja harus mengetahui ketersediaan dan kualitas sumberdaya strategis bagi rakyatnya, sehingga mampu mengarahkan pamong untuk memberikan perhatian yang lebih pada upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan ketersedian dan kualitas sumberdaya strategis akan 79 menimbulkan keresahan di dalam masyarakat dan mengarah kepada gejolak yang mungkin akan menciptakan kerusakan yang lebih besar. Pengetahuan raja haruslah dilandasi oleh keteguhan kepercayaan dan keyakinan batiniah yang menjamin keteladanan seorang pemimpin dalam menekuni rahmat yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Keteguhan kepercayaan dan keyakinan seorang raja haruslah merupakan bentukan dari pilar kejujuran, keahlian, amanah, dan syiar sebagai sifat utama manusia dalam memberikan teladan kepada rakyatnya. Semar menghentikan senandung kecilnya sambil melirik ke arah Arjuna yang sudah hanyut dalam semedinya. Dipejamkan kedua matanya untuk sekedar menutup pintu hari dari hiruk pikuknya simbol yang masuk ke dalam pemikirannya. Cahaya matahari sudah mulai menyembul kemerahan di ufuk timur ketika Arjuna mengambil tempat di tengah beranda gubuk sambil mempersilakan agar Semar tidak beranjak dari tempatnya. Dibiarkannya Bagong, Gareng, dan Petruk yang sibuk menyiapkan sarapan. Kok rasanya kamu tambah tinggi truk ? Tanya Arjuna yang dijawab malu-malu oleh Petruk dengan mengatakan bahwa bentuk tubuhnya sudah demikian adanya. Semar

terbatuk kecil memberi tanda kepada Petruk agar dapat menahan diri untuk tidak banyak berkata-kata dengan Arjuna. Dalam keadaan setelah melakukan semedi panjang, kepekaan Arjuna akan menjadi sangat tinggi. Sedemikian tingginya sampai Semar mengkuatirkan setiap kata akan berkembang menjadi pertanyaan besar bagi Arjuna. 80 Kekuatiran Semar benar-benar terjadi ketika Arjuna yang masih tampak lemah menanyakan tentang ketidakberdayaan manusia untuk membentuk tubuhnya sendiri. Semar menyambut pertanyaan Arjuna dengan menjelaskan ketetapan tuhan yang dicirikan dari raut dan ketentuan badaniah anak manusia yang akan mencirikan kedua orang tuanya. Dijelaskan juga hasil penelitian para tabib istana yang mampu mengetahui adanya pembawa sifat dalam sel manusia, akan tetapi belum mampu menjelaskan pembawa sifat yang mana yang membuat setiap manusia memiliki tanda dan pertumbuhan yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan manusia merupakan penciri bagi manusia dan alam semesta. Perbedaan satu dengan lainnya merupakan rejeki yang dirahmatkan oleh Yang Maha Kuasa dengan manfaat dan mudharat yang berbeda satu sama lain. Manfaat untuk menghindarkan fitnah dari timbulnya kesamaan rupa atau kemudharatan yang lahir dari ketidakpuasan terhadap bentuk rupanya. Tuhan Maha Pencipta telah menciptakan berbagai perbedaan dimana manusia tidak mampu melihat dan menyadarinya. Perbedaan akan melahirkan begitu banyak keragaman yang mampu menciptakan keseimbangan perikehidupan manusia dan alam itu sendiri. Keragaman terhadap gaya tarik dan gaya tolak dalam setiap interaksi manusia akan membawa manusia ke dalam pemikiran kebijakan baru yang akan mengesampingkan perbedaan itu sendiri. Manusia tumbuh menjadi bijak sejalan dengan waktu dan pengalamannya. Dalam waktu kehidupan yang sama akan terkumpul berbagai pengalaman dari satu manusia dengan 81 manusia lainnya yang akan menghasilkan aturan budaya sebagai sandaran perbedaan keinginan manusia. Budaya akan meredam seluruh perbedaan kepercayaan manusia terhadap agamanya ketika manusia akan menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Kepercayaan terhadap tuhan dimutlakkan bagi setiap pemeluknya, sedangkan budaya mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya tanpa mencampuri kepercayaan manusia itu sendiri. Pada awalnya, budaya mungkin saja lahir dari hasil terjemahan kepercayaan manusia yang sama dalam satu komunitas. Sampai pada suatu titik perjalanan perikehidupan manusia, budaya akan mencari nilai-nilai yang mampu meredam perbedaan kepercayaan demi terbentuknya kedamaian dan ketenteraman dalam satuan waktu tertentu. Tuhan tidak menafikkan budaya manusia sebagai upaya manusia untuk berfikir mengembangkan kemampuan untuk bersatu dengan alam, bersatu dengan janji tuhan, hingga bersatu dalam kebesaran tuhan itu sendiri. Pengertian inilah yang membawa manusia ke dalam pemikiran untuk bersatu dengan tuhannya. Pencapaian penyatuan tuhan dan manusia akan mengalirkan kekuatan ketuhanan dalam setiap pembentukan kebijakan pembangunan perikehidupan manusia. Arjuna sedikit tersentak mendengar penjelasan Semar tentang kesatuan tuhan dan manusia dalam pembentukan kebijakan pembangunan perikehidupan manusia. Apakah semuanya harus menjadi tanggung jawab seorang raja ? Tanya Arjuna lugu. Semar menggelengkan kepala sebagai jawaban yang menidakkan. Pembentukan kebijakan pembangunan perikehidupan manusia merupakan tanggung jawab seluruh 82 manusia di dalam satu kesatuan pemerintahan. Secara perlahan tanggung jawab ini akan tumbuh membesar dan mengalir secara kolektif di dalam pemikiran pamong praja. Selanjutnya aliran tanggung jawab akan terus mengalir dan membesar sampai kepada raja. Pada saat inilah seorang raja akan dinilai sebagai panutan yang memiliki kepekaan hati nurani terhadap perikehidupan rakyatnya. Kepekaan nurani seorang raja akan menjunjung tinggi nilai-nilai perikehidupan rakyatnya. Aliran kebijakan pembangunan perikehidupan yang sampai ke dalam hati seorang raja merupakan jeritan rakyat yang berharap lahirnya keputusan raja untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Sebaliknya pemikiran seorang raja yang belum terlepas dari keinginan yang tidak sesuai dengan kebijakan pembangunan perikehidupan rakyat

perlu ditinggalkan di dalam kotak tertentu untuk sesekali dilihat di kemudian hari. Raja yang besar adalah raja yang mampu menangkap seluruh arah kebijakan pembangunan perikehidupan rakyatnya. Kebesaran ini akan tampak sebagai akumulasi keterwakilan rakyat yang akan dijunjung tinggi oleh rakyat. Atribut seorang raja hanya akan terbentuk secara penuh ketika seorang raja mampu menyalurkan aspirasi seluruh rakyat. Dengan demikian suatu negara tidak memerlukan seorang raja yang hanya pandai membentuk jargon jargon pembangunan, akan tetapi lebih memerlukan seorang raja yang mampu menyalurkan aspirasi rakyatnya. Setelah mampu menyalurkan aspirasi, seorang raja diutamakan memiliki pemikiran yang tajam untuk menganalisis setiap aspirasi ke dalam arah kebijakan pembangunan yang 83 mampu menekan kemudharatan dan meningkatkan manfaat bagi perikehidupan rakyat. Dengan demikian, kehidupan seorang raja yang digelimangi harta dan kehormatan pribadi akan berjalan terseok seok untuk menjadi seorang raja sejati. Seorang raja sejati tidaklah menginginkan penghormatan yang berlebihan dari seorang rakyat yang sama-sama manusia. Kesejatian seorang raja akan mampu menangkap penghormatan rakyat terhadap seorang raja yang memang pantas dihargai. Arjuna mengangguk-anggukan kepalanya. Tidak disadari oleh kelimanya matahari telah mulai membayang di ufuk timur. Semar menghentikan pembicaraannya dengan menyilakan Arjuna untuk beristirahat di dalam kamar. Dengan sopan Arjuna menolak tawaran Semar sambil terus bergerak turun dari beranda dan berjalan ke arah kebun ubi jalar. Lama Arjuna menatap seekor ulat bulu yang sedang memakan daun ubi setengah tua. Bagaimana mungkin seorang manusia mampu bertapa sekian lama jika tahapan kehidupannya belum cukup mapan untuk menjalaninya ? bisik Arjuna di dalam hati. Perbedaan manusia dengan seekor ulat hanya terdapat dalam akal dan fikirannya. Secara badaniah seekor ulat akan mencapai kemapanan untuk bertapa dalam kepompong untuk menjadi seekor kupu-kupu. Bagaimana mungkin seorang manusia dianggap mapan untuk mentransformasikan kehidupannya jika pemikirannya belum terkenyangkan oleh pengetahuan duniawi. Arjuna tersenyum mendengar hatinya mempertanyakan kemapanan dirinya untuk melakukan tapa brata saat ini. Dengan langkah perlahan Arjuna berjalan kembali ke arah gubuk sambil 84 memperhatikan lingkungan sekitar gubuk. Semar yang berdiri di depan beranda kembali menawarkan agar Arjuna sejenak beristirahat di alam kamar. Kembali Arjuna menolak penawaran Semar dengan halus. Hatinya masih bertanya-tanya tentang bagaimana memapankan pemikiran sehingga memenuhi syarat untuk melakukan tapa brata. Semar yang bermata tajam mampu melihat dari perubahan raut muka Arjuna karena beratnya pikiran. Hanya saja Arjuna sulit mengeluarkan pertanyaan jika mengingat sedemikian panjang perjalanan mereka untuk menjalani pertapaan. Kakang Semar, apakah tidak memalukan bagi seorang yang menyukai bertapa untuk bertanya bagaimana memapankan pikirannya sendiri ? Tanya Arjuna perlahan, seolah tidak ingin didengar oleh ketiga anak-anak Semar yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Tidak demikian raden, Jawab Semar dengan suara yang tidak kalah pelan. Seorang pertapa baru disebut akan memulai pertapaannya setelah berhasil mengheningkan suara-suara yang lahir dari pemikirannya. Suara tersebut akan menjeritkan berbagai kepentingan dan dengan segera akan diikuti oleh suara lainnya yang menjerit lebih keras agar mendapat perhatian lebih dari pikiran. Satu suara yang terdiam merupakan kesempatan bagi suara lainnya untuk menjerit dan mengakibatkan suara yang semula diam ikut kembali menjerit. Setiap suara akan mengingatkan perbedaan karakteristik kepentingan dengan kepentingan lainnya yang tidak mungkin dapat diabaikan oleh pikiran. 85 Pikiran bekerja keras layaknya seorang bapak yang menghadapi jeritan anak-anaknya untuk meminta penyelesaian secepatnya. Ketidakmampuan pikiran untuk mengatasi

setiap jeritan suara akan melahirkan kebingungan, ketakutan, dan keyakinan yang berlebihan. Pikiran seringkali dibingungkan oleh berbagai pilihan yang harus diambil. Kebingungan untuk memilih lebih sering disebabkan oleh keinginan pikiran yang tidak mampu menilai kandungan manfaat yang dikandung dalam masing-masing pilihannya. Pikiran disibukkan oleh upaya menakar kandungan manfaat keduniaan sehingga lupa dengan batas kebutuhannya dan kemampuannya sendiri. Kesulitan memilih sering disebabkan oleh kuatnya rasa takut terhadap resiko kehilangan manfaat. Tidak terbayang oleh pikiran manusia bahwa dalam sebuah masalah akan terdapat penyelesaiannya. Hanya saja pengetahuan yang dimiliki pikiran tidak mampu menjangkau pemecahan masalahnya dan kemudian melarikan diri untuk melupakan masalahnya. Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa jeritan ketakutan yang disuarakan oleh anak pikiran akan terus terdengar semakin keras dan membuat pikiran berlari untuk menghindarinya. Celakanya, kebodohan yang menyelimuti pemikiran seperti ini melupakan kenyataan bahwa fikiran tidak pernah meninggalkan anak pikiran dan selalu diajak berlari sekencang-kencangnya. Dalam pelariannya, anak pikiran menjadi sedikit tidak menjerit karena kesibukan pikiran untuk tetap berlari. Pelarian yang panjang akan membuat pikiran menutup pintu masuk bagi pengetahuan. Pemikiran hanya berani mengintip dari balik pintu yang hampir tertutup sepenuhnya bagi 86 pengetahuan yang disampaikan oleh pikiran orang lain yang menasehatinya. Pintu hanya terbuka bagi pengetahuan yang memberikan jalan pintas pemecahan masalah, tanpa pernah peduli kalau dibalik pemecahan masalah akan lahir masalah yang lebih besar. Rasa takut manusia akan tumbuh membesar sehingga menutupi pikirannya sendiri. Dalam banyak kejadian, ketakutan akan menjadi sebilah pisau tajam yang merobekrobek anak-anak pikiran lainnya sampai yang tersisa hanya tinggal fikiran dan ketakutannya sendiri. Ketidakmampuan manusia untuk memapankan fikiran juga dapat ditimbulkan oleh keyakinan yang berlebihan. Keyakinan seperti ini lahir dari pikiran yang selalu mengandalkan dan meninggikan suatu pengetahuan tertentu serta mengabaikan pengetahuan lainnya. Pemikiran seperti ini tidak pernah menyadari bahwa setiap pengetahuan hanya memberikan beberapa cara penyelesaian masalah. Sedangkan selebihnya harus menggunakan pengetahuan lainnya, sesuai dengan karakteristik masalah yang dihadapi. Banyak pertapa yang belajar bertapa sambil sekaligus belajar memapankan pemikirannya. Kemudahan dan kesulitan dalam memapankan pemikiran akan sangat ditentukan oleh niat dalam menjalankan pertapaannya. Akan lahir begitu banyak kesulitan yang dihadapi manusia untuk memapankan pengertian dalam kehidupan sehari-hari tanpa mencoba untuk mengheningkan nafsunya sendiri, Tutur Semar sambil terus melanjutkan penjelasannya. 87 Mengheningkan nafsu merupakan upaya untuk meletakkan seluruh inderanya pada kotak tertentu di dalam pikiran dan mencoba mencari arti setiap wujud dan masalahnya dalam suasana pemikiran yang bebas dari kebutuhan dan kepentingan. Bagi seorang pertapa pemula, upaya untuk menghentikan pengaruh inderawi yang selalu mencoba memberi impuls baru kepada nafsunya hanya dapat dilakukan melalui proses bertapa itu sendiri. Pelaksanaannya seringkali dilakukan di tempat-tempat sepi dan gelap sehingga mampu menghindarkan diri dari penglihatan, pendengaran, dan penciuman yang timbul dari aktivitas manusia lainnya. Bertapa dapat diartikan sebagai upaya mencari hakikat kehidupan dan perikehidupan manusia. Bermula dari hakikat inilah pengertian manusia berkembang dan terus berkembang sehingga seringkali perkembangannya memiliki arti yang jauh berbeda dari hakikatnya itu sendiri. Dengan bertapa, manusia berharap dapat menyusuri setiap perkembangan pemikiran kembali kepada hakikatnya dan memberi tanda terhadap penyimpangan perkembangan pemikiran. Keberhasilan seseorang dalam bertapa adalah ketika dalam proses pertapaannya memperoleh pengertian jalan lurus yang menghubungkan hakikat kehidupan sampai

kepada perkembangan pemikiran yang ada saat ini. Pertanyaan yang kemudian muncul dalam diri seorang pertapa adalah apakah setelah menemukan jalan lurus hakikat dan perkembangan telah berarti proses pertapaannya selesai. Jawabannya adalah tidak. Pertapaan manusia tidak akan pernah selesai sampai akhir hidupnya. 88 Semar mengatur nafasnya yang sedikit tersengal. Seringkali seorang pertapa merasa ketakutan terhadap kekuatan yang seolah-olah memperhatikannya. Sebenarnya rasa takut seorang pertapa lahir dari pemahaman hakikat yang diterimanya dan sekaligus menghakimi berbagai kesalahan yang pernah dilakukan. Pertapa yang menghakimi dirinya sendiri menggambarkan seolah-olah dirinya merupakan sekumpulan manusia yang secara bersama sama menghakimi pemikirannya yang berdiri sendiri. Rasa ketakutan yang lebih besar adalah ketika seorang pertapa merasa akan diadili oleh tuhannya. Timbul dalam pemikirannya tuhan akan menghukum dirinya sampai tubuhnya musnah dalam hakikat penderitaan yang sejati. Dalam keadaan seperti ini seorang pertapa harus menghentikan pertapaannya dan baru dapat dilanjutkan setelah berhasil menenangkan diri. Ketenangan inilah yang sering disebut sebagai kemapanan berfikir yang diperoleh pada tahap awal. Sampai suatu saat, ketenangan akan terhampar secara luas dalam hati seorang pertapa yang secara terus menerus melakukan pertapaan secara bertahap dan berkelanjutan. Tercapainya ketenangan hakikat dalam diri manusia akan mentransformasi seluruh kehidupan dan perikehidupan manusia tersebut ke dalam dimensi baru. Dimensi baru yang menjaminkan ketenangan manusia untuk memikirkan kehidupan dan perikehidupan manusia tanpa terpengaruh oleh nafsu yang akan membelokkan perkembangan arti kehidupan itu sendiri. Lantas apakah mungkin seseorang mampu memapankan pemikirannya dalam kesehariannya sebelum berangkat bertapa ? Tanya Arjuna yang merasa belum mendapat penjelasan secara 89 keseluruhan. Semar menatap Arjuna seolah ada yang mengganjal di dalam hatinya. Banyak orang yang memapankan pemikirannya sebelum melakukan tapa brata, Jawab Semar tegas. Upaya pertapaan ini sering disebut tapa rame. Artinya si pertapa bertapa ditengah keseharian kehidupan masyarakat dan sekaligus terlibat di dalamnya sambil tetap menghindarkan seluruh inderanya dari cobaan keinginan pemikiran. Pemikiran seorang teknokrat dengan seorang pertapa akan dibedakan oleh arah perkembangan pemikirannya. Seorang teknokrat terus menerus berfikir untuk memenuhi keinginan manusia dan sebaliknya seorang pertapa terus menerus berfikir untuk menurunkan keinginan manusia. Dengan demikian hasil yang diperoleh oleh seorang teknokrat adalah teknologi yang terus berkembang untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak pernah berhenti. Sebaliknya pemikiran seorang pertapa akan menghasilkan teknologi untuk membatasi hidup pada pemenuhan kebutuhan hidup dan tidak membiarkan manusia terbawa oleh keinginan hidup yang seringkali akan menyesatkan manusia. Seketika wajah Arjuna memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Dengan perlahan disampaikan kepada Semar bahwa pemikirannya tidak mampu memecahkan pemahaman untuk mencapai kemapanan pemikiran di saat akhir proses pertapaannya. Ditambahkan juga dirinya mengalami kesulitan untuk memahami hubungan keberadaan tuhan yang berada tegak lurus terhadap manusia. 90 Lama Semar terdiam dalam pikirannya sendiri. Seluruh tubuhnya dirasakan lemas tidak bertenaga. Bahkan mulai timbul rasa nyeri berkepanjangan diantara sendisendi kaki dan tangannya. Kepalanya tertunduk dalam-dalam menatap tanah yang ikut terdiam membalas datar tatapannya. Berkali-kali terdengar suara kokok ayam hutan menandakan hari telah mencapai awal waktu dua pertiga malam. Keduanya duduk berhadapan tanpa terasa sudah satu hari satu malam tanpa berbicara. Bagong, Gareng, dan Petruk sesekali mencoba untuk melihat apa yang dilakukan oleh Semar dan Arjuna. Ketiganya selalu kembali mengurungkan niatnya untuk mencoba menawarkan sesuatu sambil terus meninggalkan keduanya tanpa tahu apa yang harus mereka lakukan. Kebingungan Bagong terjawab oleh kejenakaan Gareng bahwa mereka

tidak perlu bingung hanya karena dua orang dewasa yang tidak makan dan tidak tidur. Hanya saja yang membuat mereka tetap bingung adalah mengapa keduanya harus duduk berhadapan dan sama sekali tidak melakukan gerakan selama berhari-hari. Hanya sesekali dilihatnya Semar menarik nafasnya dalam-dalam seolah menahan sesuatu yang berat dalam hatinya. Suasana mencekam yang dibuat oleh Semar dan Arjuna akhirnya mencair setelah Semar kembali menyilakan Arjuna untuk beristirahat dan mencicipi makanan dan minuman yang sudah disiapkan oleh ketiga anaknya. Dengan perlahan Arjuna membuka matanya dan kemudian mengucap syukur sambil menggeser tubuhnya ke arah minuman dan makanan kecil yang sudah diganti beberapa kali oleh Bagong. 91 Gorengannya enak Gong, Puji Arjuna kepada Bagong. Bagong hanya tersenyum malumalu. Ia tidak berani bicara menanggapi ucapan Arjuna karena takut akan menimbulkan berbagai pertanyaan yang akan kembali berakhir duduk berhari-hari tanpa bergerak. Arjuna berdiri perlahan sambil menahan tubuhnya dengan berpegangan pada pintu gubuk sambil terus berjalan kearah tempat pemandian di pinggiran sungai. Petruk yang sudah siap dengan peralatan mandi Arjuna segera dengan sigap berjalan mengikuti Arjuna dan meletakkan alat-alat mandi di dalam bilik. Arjuna memejamkan matanya untuk meresapi sejuknya air gunung yang mengalir ke dalam pancuran di pinggiran sungai. Tampak dikejauhan puncak gunung Merbabu berdiri dengan gagah seolah bangga akan tubuhnya yang besar dan dikagumi oleh raja-raja. Semar yang kembali duduk di beranda gubuk hanya diam saja menanggapi pertanyaan Gareng yang bertubi-tubi tentang apa yang dibicarakannya dengan Arjuna. Tidak baik pak jika melakukan hal yang membuat semua orang kuatir, ucap Gareng kesal dengan gaya Semar ketika sedang menasehati ketiga anaknya. Apalagi membawabawa Raden Arjuna untuk tidak makan, tidak istirahat, dan tidak bergerak dari tempatnya, Sambung Gareng sambil melirik Bagong yang hanya diam saja. Biasanya jika Petruk ada didekatnya sudah akan terpancing untuk menimpali dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin dapat dihindari oleh Semar. Semar tetap diam. Tidak lama kemudian ditinggalkannya Gareng duduk sendiri di beranda. Diam-diam Bagong 92 tersenyum melihat perilaku Gareng yang kembali bersungut sungut karena tidak mendapat tanggapan dari Semar. Kenapa ya Gong kok bapak diam saja ? Tanya Gareng masih tampak kesal. Bagong diam menatap ke arah Gareng sambil berpura-pura berfikir. Tatapan mata Gareng yang menganggap kakaknya sedang memikirkan pertanyaannya seketika membuat Bagong terpingkal-pingkal dan berlari sambil mencibirkan mulutnya ke arah Gareng yang selama ini selalu menyatakan dirinya sebagai putra Semar yang terpandai. Katanya pinteeer, kok nanya? Sindir Bagong menimpali sumpah serapah Gareng masih dengan gaya yang mencibir. Akan tetapi bukan Gareng jika tidak langsung bereaksi terhadap cibiran Bagong yang dianggap telah menghina intelejensia yang dimilikinya. Dikatakan bahwa mungkin perkara yang dipertanyakan bersifat sangat pribadi dan rahasia sehingga ayahnya tidak menjawab. Bagong semakin tertawa mencibir ke arah Gareng yang dianggap hanya sekedar menjawab dan berkilah. Kalau kang Bagong tahu, ayo apa jawabannya ? Tanya Gareng kesal. Dengan ringan Bagong menjawab bahwa pertanyaan Gareng memang tidak ada jawabannya. Ditambahkan oleh Bagong bahwa tidak semua pertanyaan akan ada jawabannya. Gareng membalas cibiran Bagong atas jawaban yang dianggap tidak mendasar. Keduanya berhenti bertengkar setelah dilihatnya Arjuna berjalan menuju kearah gubuk sambil berbicara dengan Petruk yang berjalan setengah menunduk-nunduk. Tampaknya keduanya sedang membicarakan sesuatu yang menarik, pikir 93 Gareng yang merasa kalah satu langkah dari Petruk untuk memperoleh jawaban pertanyaannya. Diapun mengetahui dengan pasti, Petrukpun tidak akan memberitahu apa yang dibicarakannya dengan Arjuna. Arjuna sudah mulai menyantap makanan yang disuguhkan Bagong ketika Semar datang dengan wajah yang segar kemerahan. Tanpa sungkan-sungkan Semar menyantap

makanannya dengan posisi duduk yang agak jauh dari sajian makanan. Keduanya makan dengan tidak bersuara. Sepintas lalu keduanya tampak seperti dua orang bermusuhan yang sedang bermanis-manis satu sama lain karena mencoba menahan diri. Gareng mencolek-colek lengan Petruk yang hanya ditanggapi oleh Petruk dengan mengangkat kedua bahunya tinggi-tinggi. Kekakuan antara Arjuna dan Semar tidak berlangsung lama ketika Si Kresna Muncul dihadapan mereka. Arjuna langsung memberi salam dan memeluk tubuh Sri Kresna bahna kegembiraannya yang meluap. Sri Kresna mengambil duduk di tengah beranda sambil terus menanyakan kabar keempat punakawan yang setia menemani Arjuna. Apa khabar kakang ? tanya Sri Kresna sambil menghaturkan penghormatan kepada Semar. Semar balas menghormat dan ikut duduk agak jauh dekat pinggir beranda. Setelah bercerita seputar Istana Amarta, Sri Kresna menanyakan kemajuan hasil pertapaan Arjuna. Arjuna tersenyum malu. Dikatakannya bahwa pertapaan kali ini terasa lebih berat karena banyak hal yang tidak terjawab seputar keterkaitan antara hubungan tuhan dan manusia serta manusia dengan manusia. Sri Kresna melirik Semar yang membalas dengan memandang tanpa ekspresi. 94 Apakah yang memberatkan hati Kakang Semar ? Tanya Sri Kresna sambil menatap lurus ke arah depan gubuk, sementara Semar tertunduk menghadap ke arah kanan gubuk. Pertanyaan Raden Arjuna sungguh sulit dijawab dengan sederhana, Jawab Semar perlahan. Semuanya menyangkut rahasia kesaktian Cakra Manggiling yang berkuasa atas wahyu dan kehendak Yang Maha Kuasa. Hanya Sang Prabu yang berhak menjawab pertanyaan itu. Dalam hal ini saya hanya mampu menjelaskan sedikit-sedikit tentang hubungan manusia dengan manusia, tutur Semar menyerahkan pertanyaan kepada Si Kresna. Sri Kresna terdiam agak lama. Dia memaklumi kesulitan yang dihadapi Semar untuk menjelaskan permasalahan yang memang sangat terkait dengan dirinya sendiri. Sambil mencari kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan, Sri Kresna meminta agar ketiga putra Semar untuk berburu kijang di hutan sebelah utara. Bahkan dikatakan untuk menangkap kijang yang besar dan gemuk sehingga cukup untuk dijadikan perbekalan mereka sendiri. Sri Kresna memecah suasana hening dengan membenarkan keberadaan tuhan yang tegak lurus terhadap manusia. Sifat tegak lurus merupakan jarak terdekat antara suatu titik dengan titik yang lain. Demikian juga jarak antara tuhan dengan manusianya. Sedangkan untuk mengetahui jarak yang sesungguhnya antara manusia dengan tuhannya, kita tidak bisa menghindar untuk mengetahui dimana roh itu sendiri berada. Roh bagaikan suatu zat yang menyebar di dalam tubuh manusia dan atau diyakini berada pada suatu titik tertentu di dalam kalbunya. Akan tetapi tidak ada satu manusiapun yang dapat mengetahui dimana berdiamnya roh di dalam tubuhnya. 95 Lantas bagaimana kita membuat garis tegak lurus dengan tuhan jika kita sendiri tidak mengetahui dimana letak roh itu berada ?, Tanya Sri Kresna yang bermaksud membawa pemikiran Arjuna ke dalam pemikirannya. Jika kita asumsikan bahwa roh menyebar dalam tubuh manusia, maka tuhan akan menyelimuti seluruh permukaan tubuh manusia secara merata. Dan sebaliknya jika roh hanya berada pada satu titik di dalam tubuh manusia tidak berarti bahwa manusia hanya memperoleh rahmat dan perlindungan hanya sebatas luasan rohnya. Kenyataan bahwa roh berada pada satu titik atau tersebar dalam tubuh manusia tidak menjadi penting dalam hubungan manusia dengan tuhannya. Kebesaran zat tuhan hanya menjadikan manusia tampak sekecil zarah dengan mudah untuk membuat bidang sejajar di antara keduanya tanpa manusia menyadarinya. Dengan demikian manusia akan secara langsung memperoleh rahmat dan perlindungan tuhan terhadap setiap bagian sel tubuhnya. Hanya saja sampai kapan dan sejauhmana manusia mendapat keihlasan dari tuhannya, semuanya akan ditentukan oleh kekuatan iman dan tawakalnya terhadap tuhan itu sendiri. Masalahnya yang sesungguhnya hanya terletak pada kesadaran manusia untuk merasakan dan berfikir terhadap keagungan sifat-sifat dari zat tuhannya. Banyak manusia yang sia-sia berfikir keras mencari dan membuktikan letak dan keberadaan tuhan terhadap

dirinya. Tanpa berfikirpun, setiap manusia akan merasakan keberadaan tuhannya baik hanya sekedar berupa istilah atau sampai kepada perasaan manusia yang selalu berada dalam lindunganNya. 96 Penolakan manusia terhadap tuhannya seringkali lahir dari pikiran dan perasaan manusia yang selalu merasa ditinggalkan dalam penderitaannya. Atau mungkin lahir dari kesombongan manusia terhadap jerih payahnya hingga berhasil mencapai kejayaannya. Seluruh bentuk penolakan manusia terhadap tuhannya menjadi tidak penting ketika manusia dan tuhannya memang benar-benar ada di alam yang sama. Penolakan terhadap tuhan baru menjadi penting ketika seluruh manusia mempertanyakan eksistensinya kepada mahluk lain diluar manusia itu sendiri. Kenyataan yang ditemukan pemikiran manusia ketika tidak ada mahluk lain selain manusia yang mampu berfikir dan merasa akan membuat manusia terpuruk dalam kesesatan kemutlakan pemikiran. Bukankah dengan tidak adanya tuhan, manusia tidak pernah akan mengakui keberadaan mahluk lain dengan intelejensia yang sama atau lebih. Keberadaan tuhan diperlukan manusia setidak-tidaknya hanya untuk membanggakan keberhasilan hidup mereka di dunia. Atau mungkin manusia memerlukan sebuah bidang kosong yang begitu luas untuk mencurahkan seluruh keluh kesah manusia, dimana manusia lainnya tidak mampu mencerna pemikiran seperti itu. Dalam hal ini seringkali manusia tidak berfikir dan tidak dapat menerima bahwa tuhan manusia dapat berupa apa saja, serta berada dimana dan kapan saja. Hanya masalahnya adalah bagaimana manusia mampu mengenali tuhannya. Kemampuan manusia untuk mengenal tuhannya yang akan menentukan eksistensi kehidupan manusia menjadi berarti atau tidak, baik dalam masa kehidupannya maupun kematiannya. 97 Jangan hanya karena ketidakmampuan manusia untuk mengenali tuhannya kemudian menyatakan bahwa tuhan tidak ada. Bukankah seringkali ditemukan kenyataan bahwa mengenali tuhan manusia lebih mudah dibandingkan dengan mengenali diri sendiri. Sri Krisna sejenak menghentikan penjelasannya dalam satu tarikan nafas yang panjang. Dingatkan kepada Arjuna bahwa membicarakan pembuktian tentang keberadaan tuhan sering akan menjadi debat yang tidak menghasilkan apa-apa dan semakin membuat mereka semakin sulit menemukan tuhannya. Pengenalan terhadap tuhan seorang manusia sepenuhnya merupakan masalah perseorangan manusia itu sendiri, dimana manusia lainnya hanya mampu menolong ketika manusia tersebut siap untuk mencermati cara manusia lainnya dalam mengenali tuhannya. Seketika Arjuna tersadar terhadap kesulitan Semar untuk menjelaskan perihal hubungan tuhan dengan manusianya sebelum manusia mampu mempercayai eksistensi tuhan dan manusia itu sendiri. Sri Krisna tersenyum kecil melihat bahasa tubuh Arjuna yang halus menggambarkan kegembiraan setelah mendengar seluruh penjelasannya. Setiap manusia akan memperoleh rejekinya sebagai bentuk rahmat dari tuhan yang maha pengasih sebagai pemenuhan janji tuhan kepada manusia untuk memulai hidupnya di dunia. Kesulitan yang mungkin dihadapi adalah ketika manusia mencari keihlasan tuhan atas kehidupan dan perikehidupan yang akan ditentukan oleh keimanan, kebenaran dan kesabaran manusia itu sendiri. Rendahnya keimanan seseorang akan menghilangkan benteng manusia untuk menjaga kebenaran dan 98 kesabaran dalam hidupnya. Dengan demikian, tuhan akan menjauh dari setiap titik keberadaan roh ketika manusia menanggalkan keimanan yang menjadi tempat kembalinya kebenaran dan kesabaran. Kebenaran tanpa iman yang dihasilkan oleh kepintaran dan kepandaian manusia akan terpencar ke dalam ruang pemikirannya sendiri dan terus berputar-putar meluas tanpa mampu menyentuh pintu waktu kembalinya manusia kepada Yang Maha Kuasa. Kepintaran dan kepandaian hanya menjadi penerangan manusia itu sendiri sehingga mengabaikan jarak yang sedemikian dekatnya kepada tuhannya. Sampai disini, pemikiran adinda arjuna ditenggelamkan oleh ketidakpastian jarak antara manusia dengan tuhannya , Lanjut Sri Kresna. Kedekatan jarak manusia dengan tuhannya menjadi tidak penting jika manusia yang berkepentingan tidak menyadari

sepenuhnya. Sedikit demi sedikit jarak antara manusia dengan tuhannya menjadi semakin jauh ketika manusia enggan menjaga kebenaran dan kesabaran itu sendiri. Kebenaran dan kesabaran merupakan ruang pemujaan terhadap tuhan yang dibangun dalam setiap sel manusia. Satu kebenaran dengan kebenaran lainnya akan terangkai dengan baik dan indah oleh kesabaran yang tinggi dari manusia. Rangkaian kebenaran dan kesabaran akan menghindarkan manusia dari cengkeraman nafsu. Bagaimana mungkin manusia yang hina mampu mendekati tuhannya, jika nafsu telah mengubah ruang pemujaan tuhan menjadi ruang pemujaan duniawi. Apabila kita mengasumsikan bahwa sinar ilahiah berada diatas hamparan manusia, maka manusia akan mendekati titik 99 proyeksi sinar di atas hamparan manusia itu sendiri. Siapa saja yang ketepatan berada di titik proyeksi sinar ilahiah ini, maka orang itu akan terpilih sebagai insan kamil yang dicintai tuhannya. Orang ini memiliki doa yang makbul dan membawa manusia yang beriman dan berjuang di jalan tuhannya. Seringkali manusia yang memiliki kesamaan iman dan ketakwaan menamakan orang yang makbul doanya ini sebagai imam atau wali. Sadar atau tidak sadar, manusia akan berkerumun dari segala arah dan membentuk lingkaran besar yang berpusat pada titik proyeksi sinar ilahiah. Jarak yang semakin jauh antara keberadaan seseorang dengan titik proyeksi sinar ilahiah akan menunjukkan keberadaan manusia yang semakin jauh dengan tuhannya. Artinya, jarak yang semakin jauh dari titik proyeksi sinar ilahiah akan menurunkan kemakbulan doa manusia. Dalam perjalanan waktu keseharian manusia, lingkaran manusia yang mendekati titik proyeksi akan bergerak berputar dan terus berputar sampai waktu tuhan menetapkan terhentinya putaran. Di setiap putarannya akan membawa amal ibadah manusia yang diboboti oleh iman dan ketakwaan ke dalam gaya tarik putaran mendekati titik proyeksi. Sebaliknya dengan semakin rendahnya amal ibadah, maka manusia akan terlempar menjauh dari pusat lingkaran. Bahkan mungkin akan terlempar jauh ke luar lingkaran, yaitu ke dalam ruang dingin dan gelap yang kemudian dibiarkan membatu. Sebagian manusia beranggapan bahwa yang terjadi pada manusia yang terlempar keluar dari lingkaran akan masuk ke dalam neraka yang diterangi oleh panasnya api yang dipancarkan oleh iblis dan setan yang selama hidupnya telah 100 dijadikan tuhannya. Hanya sebagian kecil manusia yang menyadari bahwa iblis bukanlah sebuah kutub lainnya dari kebenaran. Iblis tidak lebih hanya sebagai mahluk yang terbuat dari api yang mampu membakar dirinya sendiri dan pengikutnya di dalam neraka. Neraka adalah tempat impian iblis dan setan yang dipilih sebagai tempat akhirnya sendiri. Iblis menjadi hal yang tidak penting bagi seorang wali. Kecintaan tuhan terhadap seorang wali akan melahirkan keenganan yang besar bagi iblis dan setan untuk bertemu atau berpapasan dengannya. Wali yang teguh keimanan dan ketakwaannya akan berlaku jujur menggunakan keahliannya untuk melaksanakan dan menyampaikan pesanpesan ilahiah. Sampai pada penjelasan ini Sri Kresna memandang tajam ke arah Semar yang diam tidak bergerak. Satu wali dengan wali lainnya saling berpegangan tangan menjembatani ruang dan waktu manusia untuk memberi pegangan kepada manusia yang ingin membuka matanya terhadap keagungan tuhan. Sudah banyak wali yang dilahirkan di muka bumi dengan berbagai kesaktian, keajaiban dan atau mungkin dengan kesahajaan yang ditunjukkan kepada pengikutnya. Akan tetapi semuanya memiliki ciri yang sama, yaitu memberi keteladanan dan mengajak pengikutnya ke arah jalan pulang yang termudah dan terdekat untuk kembali kepada tuhannya. Sri Kresna menatap Semar yang tampak meneteskan air matanya bahna sedihnya melihat kenyataan bahwa manusia lebih memuja kehidupan duniawi dibandingkan dengan tuhannya sendiri. Sri Kresna terdiam sejenak membiarkan Semar menenangkan diri dari kesedihan laku kehidupannya. Suasana kembali hening. Hanya sesekali terdengar Semar menghela 101 nafasnya dalam-dalam seolah ada yang mengelayuti setiap satuan udara yang dihisapnya.

Kenapa kakang Semar begitu sedih dengan penjelasan kanda prabu Sri Kresna ? Tanya Arjuna kepada Semar yang hanya menjawab dengan menundukkan kepala. Sri Kresna merangkapkan kedua telapak tangannya untuk memberi penghormatan kepada Semar tanpa terlihat oleh Semar yang masih tertunduk. Adinda Arjuna mungkin adinda belum mengetahui bahwa kakang Semar adalah salah seorang aulia yang kanda maksud, Ucap Sri Kresna yang seketika membuat Arjuna sangat terkejut. Tampak jelas rasa penyesalan terpancar dalam raut wajah Arjuna mendengar perkataan Sri Kresna yang tidak mungkin berbohong. Penyesalan yang lahir dari ketidaktahuan dirinya yang sejak kecil telah diasuh dan ditemani oleh Semar yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Semar yang tidak kalah terkejutnya mendengar ucapan Sri Kresna hanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya tidak mampu memahami perkataan seorang titisan dewa yang berperilaku layaknya seorang malaikat yang datang membawa pesan tuhannya dengan cara yang mengejutkan. Dijelaskan oleh Sri Krisna bahwa ciri lainnya dari seorang wali adalah mampu mengasuh dan menjadi teman bagi manusia lainnya dalam memecahkan masalah tanpa melahirkan masalah yang baru. Untuk menambah pengertian dan penerimaan Arjuna terhadap penjelasannya mengenai Semar, Sri Kresna menceritakan asal usul Semar yang semula bernama Ismaya. Ismaya adalah dewa yang sangat sakti mandraguna yang berhasil 102 mengalahkan dan menundukan iblis yang bermaksud membuat kekacauan di surga. Kedua iblis inilah yang akhirnya beralih rupa dan diangkat oleh Semar sebagai anaknya sendiri, yaitu Gareng dan Petruk. Bagong sendiri merupakan anak yang tercipta sebagai hasil dari permohonan Semar kepada tuhan untuk membantu tugasnya di dunia. Semar yang merupakan kependekan dari kata sinamar merupakan penyamaran dewa Ismaya itu sendiri dalam bentuk wujud manusia biasa yang selalu menjadi panutan masyarakat. Selain menjadi pemuka masyarakat di daerahnya, Semar bertugas menjembatani aspirasi rakyat kepada rajanya. Secara sederhana Semar bertugas mengasuh dan bergaul dengan masyarakatnya untuk menjaminkan tegaknya syariah agama dan membantu kerajaan dalam mencapai kesejahteraan, keadilan, dan keamanan negara. Setelah mendengar semua penjelasan Sri Kresna, Arjuna langsung memberi hormat kepada Semar yang kembali terloncat ke luar beranda dan terguling-guling dibuatnya. Sri Kresna tersenyum geli melihat perilaku Semar terhadap Arjuna. Dibiarkannya Semar berdiri di halaman gubuk menunggu perubahan sikap Arjuna kepadanya. Dijelaskan kepada Arjuna tentang kesaktian Semar yang tidak tertandingi oleh satupun manusia di dunia, termasuk dirinya sendiri. Semar yang hanya menyembah kepada tuhannya menyebabkan tidak ada satu orangpun yang kuat disembah oleh Semar. Setiap kepalsuan manusia akan sirna oleh penyembahan yang dilakukan Semar sehingga manusia tersebut kembali ke fitrahnya masing-masing. 103 Kesaktian dalam penyembahan inilah yang menjadikan sosok Semar, Bagong, Gareng dan Petruk selalu akan hadir dalam setiap masyarakat dalam setiap masa. Keempat punakawan ini merupakan suatu tim yang tidak terpisahkan satu sama lain sebagai perwakilan masyarakat yang bebas berbicara terhadap para kesatria dan rajanya. Dengan sorot mata penuh kekaguman Arjuna menghampiri Semar dan mengajaknya untuk duduk kembali di beranda. Saya tidak faham den dengan penjelasan Sri Kresna mengenai saya. Mungkin saja itu orang lain, akan tetapi itu pasti bukan saya. Ucap Semar berusaha menjelaskan kepada Arjuna. Meskipun ia tahu Arjuna tidak akan percaya dengan ucapannya, akan tetapi dirinya merasa sudah berusaha menjelaskan agar tidak sampai terjadi perubahan perilaku Arjuna kepadanya di kemudian hari. Malam sudah hampir mencapai tengah malam ketika Sri Kresna menghentikan penjelasan tentang jarak manusia dengan tuhannya. Tinggal Semar yang termangu-mangu memandang langit yang bertabur bintang sementara kedua junjungan sudah beristirahat di dalam biliknya masing-masing. Sedang di bagian utara gubug tampak Bagong, Gareng, dan Petruk masih mengendap-ngendap di sekitar tempat mereka memasang jerat untuk melihat apakah keadaan memang betul-betul aman untuk mendekati kijang yang sudah

terjerat. Mereka mengetahui biasanya ditempat berkumpulnya kijang-kijang juga terdapat harimau yang berburu kijang seperti mereka. Suara kijang yang menjerit ketika terjerat akan membangkitkan naluri harimau mencari sumber suara yang meneriakkan ketidakberdayaannya. 104 Kekawatiran mereka terbukti ketika dilihatnya dua ekor harimau sedang mendekam mengawasi gerakan kijang yang terjerat. Keduanya masih menahan diri untuk tidak mendahului satu sama lain karena akan memancing pihak lainnya untuk bergerak mendahuluinya. Bagong tersenyum geli melihat perilaku dua ekor harimau yang satu sama lain hanya menunggu lainnya untuk pergi meninggalkan mangsanya. Baru menjelang pagi harimau yang bertubuh lebih kecil bergerak meninggalkan lokasi menuju kijang-kijang yang sudah mulai merumput di padang tidak jauh dari tempat mereka menunggu. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Petruk melempar-kan tombak ke arah Harimau yang masih mengawasi kijang hasil jeratanya. Meskipun tombak Petruk tidak mengenai tubuhnya, harimau menjadi semakin terkejut setelah mendengar suara kentongan yang dipukul Gareng sekerasnya. Perlahan harimau melangkah menuju arah harimau lainnya tanpa menoleh ke belakang. Tidak sampai satu jam, Bagong dan Gareng sudah menggotong tubuh kijang yang sudah disembelih dengan kedua kaki yang terikat di bagian atasnya. Semar yang memang tidak tidur segera beranjak ke arah ketiga anaknya yang datang menggotong seekor kijang gemuk. Sambil bercerita bagaimana upaya mereka menjerat kijang, Petruk yang tidak ikut memanggul kijang terus menguliti dan memotongmotong kijang dengan cepatnya. Belum sampai matahari naik seperdelapan bagian, Bagong telah selesai menyiapkan kijang panggang di tengah beranda. Arjuna dan Sri Kresna yang sudah sejak pagi duduk di beranda, terdengar berkalikali mereka memuji ketrampilan ketiganya bekerja. Disampaikan pula kepada Arjuna tentang 105 proses pembentukan manusia setelah kelahirannya semata-mata membentuk perkembangan keahlian pemikiran sehingga mampu berbuat sesuatu yang menjadi keahliannya. Akan sulit bagi seorang anak hamba sahaya untuk berpolah dan bersikap sebagai ksatria tanpa hidup dan belajar dalam rumah seorang ksatria. Sedang di sisi lain, pemilik rumah itu pun haruslah membagi pendidikan dan pengajaran kepada anak hamba sahaya sebagaimana ia mendidik anak-anaknya sendiri. Pembentukan pribadi seorang ksatria bermula pada ingatan dan kewaspadaan manusia terhadap seluruh kemampuan indrawiahnya. Setelah itu barulah pribadinya berkembang ke dalam ingatan dan kewaspadaan sebagai mahluk yang bermasyarakat. Dengan demikian tidak akan lahir seorang ksatria sejati dari pribadi manusia yang tidak pandai mengingat penderitaan orang lain dan mewaspadai berkembangnya penderitaan ke arah penciptaan tuhan yang baru. Sri Kresna memanggil Semar yang duduk terdiam di sudut beranda untuk duduk lebih dekat dengan mereka. Diwasiatkan kepada Semar untuk menjabarkan seluruh upaya manusia untuk menegakkan hubungan manusia dengan tuhannya. Dijelaskan pula kepada Arjuna tentang nama Ismaya yang berkembang ke dalam istilah semayan sebagai pemahaman yang dikembangkan oleh Semar untuk mempertahankan tegaknya hubungan manusia dengan tuhannya. Sering terjadi banyak kehilafan manusia yang berusaha mendekatkan diri dengan tuhannya. Berbagai interpretasi manusia mengakibatkan semakin jauh jarak antara manusia dengan tuhan. Semar yang pernah hidup dan selalu hidup diantara masyarakat merupakan perwujudan hukum-hukum 106 tuhan yang pernah disampaikan kepada manusia lewat utusannya. Tidak ada satupun hukum tuhan yang berubah, melainkan dikembangkan dan ditambahkan secara rinci agar manusia lebih memahaminya. Tuhan tidak meminta kepada Semar untuk menegakkan aturan dan ketetapannya kepada manusia. Semuanya berpulang kepada kesedihan seorang Semar melihat dilanggarnya ketetapan tuhan oleh manusia dalam kesehariannya. Keprihatian Semar lebih

merupakan akumulasi kepentingan umat manusia yang mengamanatkan seluruh tugas untuk menegakkan hubungan tuhan dengan manusianya. Amanat yang lahir karena seringkali manusia berpendapat hubungan dengan tuhannya sudah tegak, akan tetapi sebenarnya condong ke kiri atau ke kanan karena hanyut oleh fikirannya sendiri. Arjuna yang menyimak pembicaraan Sri Kresna yang menjabarkan jati diri Semar merasa begitu bersyukur karena telah mendapat asuhan dan bimbingan secara langsung selama hidupnya dari seorang Semar. Semar dianggapnya sebagai penguat tiang yang berdiri tegak tehadap hamparan bidang datar sehingga tidak terlepas dalam putaran waktu ke waktu. Jika memang apa yang dijelaskan oleh Sri Kresna merupakan pengesahan tugas saya, maka saya tidak akan berani menolaknya, Ucap Semar mulai berbicara. Memang sudah seharusnya Sri Kresna sendiri yang menjelaskan perihal cakra manggiling kepada Arjuna. Dijelaskan oleh Semar jika lingkaran manusia yang memuja tuhannya terlepas dari tiang tegak yang menghubungkan tuhan dengan manusianya. Putaran cakra akan menghancurkan seluruh umat 107 manusia pada masanya dan terombang ambing dalam kosmos yang dihinakan oleh Tuhan Yang Menguasai Hari Pembalasan. Cakra yang menjadi senjata ampuh bagi Sri Kresna akan meluluh-lantakkan manusia yang menuhankan tuhan-tuhan duniawi. Cakra itu sendiri akan terlepas ketika para pemuka agama telah dengan sengaja atau tidak sengaja mengajak umat manusia untuk meninggalkan tuhan dalam agamanya. Hati Arjuna gemetar hebat membayangkan kesaktian pusaka pamungkas yang dimiliki oleh Sri Kresna. Dilihatnya Sri Kresna tidak menanggapi dan hanya bersikap biasabiasa saja. Kemudian Semar melanjutkan penjelasan pemikiran manusia yang beranggapan cakra manggiling merupakan bidang lingkaran yang berdiri tegak dengan hubungan antara tuhan dengan manusianya yang mendatar. Situasi hubungan manusia dengan tuhannya dalam keadaan seperti ini tidaklah merendahkan tuhan. Manusia yang terhampar dalam lingkaran hanya akan beranggapan rejeki hidupnya akan bergerak turun naik mengikuti gerak bidang yang berbentuk seperti bola. Berbagai goncangan turun naiknya perikehidupan manusia tidak akan dinilai dari rejeki yang diperoleh manusia. Tingginya nilai manusia akan ditentukan oleh amal ibadah yang diboboti oleh kekuatan iman, kebenaran dan kesabaran manusia. Tuhan akan berfungsi sebagai sumbu roda yang memberikan kekuatan bagi roda untuk berputar di jalannya. Sedang para imam dan aulia tidak lebih hanya merupakan lingkaran biji peluru yang menghubungkan keberadaan tuhan dengan manusianya ketika roda kehidupan manusia berputar. 108 Arjuna semakin bertambah keyakinannya terhadap kebenaran laku Semar melalui penjelasan yang baru saja didengarnya. Hanya saja yang belum dimengerti sepenuhnya adalah bagaimana cara seseorang untuk tetap mampu menjaga ikatan dengan tuhannya ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup. Bersyukur, berfikir, dan berpuasa, Jawab Semar tegas. Tidak akan ada seorangpun manusia yang mampu memegang tali hubungan dengan tuhannya tanpa rasa syukur. Baru setelah itu manusia wajib mengembangkan pemikirannya untuk mengatasi berbagai masalah keduniawian. Pada tahapan ini banyak manusia yang semula bersyukur akan tergelincir dalam kesombongan, penghianatan, dan sikap yang berlebihan terhadap diri dan tuhannya. Dengan demikian, manusia wajib berpuasa untuk menundukkan nafsu yang mengajak manusia ke arah kesesatan. Ketakwaan, rasa syukur, dan berfikir tidaklah terpisah satu sama lain jika manusia mengingat sedemikian lemahnya manusia di dalam alam semesta yang tidak dan terlihat oleh mata. Ketiganya menjadi satu kekuatan yang membentuk manusia bersifat lebih resilien terhadap perubahan lingkungannya. Kekuatan perseorangan hanya terbatas pada kekuatan jasmaniah dan akal fikiran sendiri. Masalahnya, apakah manusia mau melatih diri menggunakan ketiga sumber kekuatan itu secara bersamaan untuk meningkatkan kekuatan itu sendiri. Upaya manusia untuk melaksanakan ketiganya akan meningkatkan ketakwaan dan kedekatan manusia terhadap tuhannya, Tutup Semar yang membuat Arjuna dan tanpa kecuali Sri Kresna terdiam tanpa mampu berkata-kata. Penjelasan Semar 109

tidak mampu membuat sisi kemanusian Arjuna maupun Sri Kresna untuk berkilah dan berdalih di dalam persoalan keseharian manusia. Penjelasan Sri Kresna dan Semar berpengaruh sedemikian besar terhadap Arjuna. Semula Arjuna yang berniat untuk kembali meneruskan pertapaannya seketika mengurungkan niatnya dan bermaksud untuk kembali ke istana. Niat kepulangan Arjuna disambut baik oleh Sri Kresna dan Semar mengingat banyak sekali tugas-tugas kerajaan yang harus diselesaikan oleh Arjuna. Dengan tidak menunggu sampai tengah hari, Arjuna dan keempat punakawan berjalan kembali keistana. Sri Kresna yang sudah lebih dulu sampai di istana Amartapura segera mengabarkan berita kepulangan Arjuna yang langsung disambut dengan rasa sukacita seluruh keluarganya. Nakula dan Sadewa yang demikian rindunya terhadap Arjuna sudah beridiri di pintu istana sambil terus menceritakan keutamaan Arjuna yang pernah mereka kenali. Tidak lama kemudian Arjuna tampak melintasi alun-alun istana dengan langkah tegap tanpa kesan terburu-buru. Sesampai di istana Arjuna langsung menghaturkan sembah kepada Ibu Kunti dan kedua kakaknya. Setelah itu baru kedua istrinya dan putranya Abimanyu mendekat dan memberi salam kepadanya. Arjuna memeluk tubuh Abimanyu yang semakin hari semakin tampak gagah di matanya. Yudhistira menyilakan Sri Kresna dan adik-adiknya untuk duduk. Sedang dirinya baru duduk setelah ibu Kunti duduk di kursinya. Tidak lama kemudian Arjuna sudah mulai 110 menceritakan perjalanan pertapaannya yang menjadi lebih cepat selesai dari rencana semula atas bantuan Sri Kresna dan Semar. Mendengar penuturan Arjuna, Yudhistira mengucapkan terimakasih kepada Sri Kresna dan Semar serta ketiga anaknya yang telah membantu proses pertapaan adiknya. Bukan Sri Kresna atau Semar jika tidak menampik ucapan terimakasih Yudhistira. Sri Kresna mengatakan bahwa semuanya merupakan hasil Arjuna sendiri, dan apa yang mereka lakukan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pencapaian Arjuna dalam pertapaannya. Yudhistira tetap memberi penghormatan sedalam-dalamnya untuk kerendahan hati yang mereka miliki. Tidak terlalu lama, Yudhistira mempersilahkan Sri Kresna untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh. Ibu Kunti yang menatap lekat ke arah Arjuna seolah merasa tidak rela melihat anaknya menderita dalam melaksanakan pertapaannya di gua dalam hutan. Ibu Kunti menatap seluruh tubuh anaknya dengan linangan airmata kegembiraanya. Pandangannya memeriksa secara rinci perubahan apa saja yang terjadi pada tubuh anaknya. Rasa syukur seorang ibu tidak dapat diucapkan ketika melihat anaknya dalam keadaan sehat. 111

Related Documents