Apk 1 Panduan Skrining Fix.docx

  • Uploaded by: intan cipta
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Apk 1 Panduan Skrining Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,092
  • Pages: 14
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA

PANDUAN SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA (RSGM UNAIR) NOMOR : 478/UN3.9.3/OT/2016 Tentang PANDUAN SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA Menimbang :

Mengingat :

a.

bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga didirikan sebagai perwujudan dari Misi Universitas Airlangga yang berkomitmen untuk mendharmabaktikan keahliannya dalam bidang ilmu, teknologi, humaniora dan seni kepada masyarakat;

b.

bahwa dalam rangka beroperasinya Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga diperlukan suatu Panduan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan;

c.

Bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud pada huruf a dan b perlu dibentuk Keputusan Direktur tentang Panduan skrining Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga.

1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonoesia Nomor 4437)

3.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072;

4.

bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit belum mencakup semua jenis rumah sakit sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

5.

bahwa peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

6.

bahwa peraturan pemerintah republik indonesia nomor 57 tahun 1954 tentang pendirian Universitas Airlangga di Surabaya sebagaimana telah diubah dangan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1955 tentang Pengubahan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 99 Tambahan Lembaran Negara Nomor 695 juncto Lembaran Negara Republik Indoneisa Tahun 1955 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 748)

7.

Peraturan Pemerinah Nomor 30 Tahun 2004 tentang Statuta Universitas Airlangga (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Lembaran Negara Nomor 5535);

8.

Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga Nomor 1032/UN3.MWA/K/2015 tentang Pengangkatan Rektor Universitas Airlangga.

9.

Surat Pernyataan Rektor Universitas Airlangga Nomor 196/UN3 tentang kepemilikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga;

10. Keputusan Rektor Universitas Airlangga Nomor 21/UN3/2016 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Direktur dan Wakil Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga. 11. Keputusan Rektor Universitas Airlangga Nomor 403/UN3/ 2016 tentang Pengelola Rumah Sakit Gigi dan Mulut pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga MEMUTUSKAN

Menetapkan

:

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA

KESATU

:

Panduan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga tentang Panduan skrining pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulur Universitas Airlangga;

KEDUA

:

Panduan skrining pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kebijakan ini;

KETIGA

:

Panduan skrining pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua dipergunakan sebagai acuan bagi semua unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga untuk meningkatkan mutu pelayanan;

KEEMPAT

:

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila kelak di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Surabaya Pada tanggal 1 Agustus 2016 DIREKTUR,

Prof Coen Pramono D, drg.,SU.,Sp.BM(K) NIP. 195402101979011001

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSGM UNAIR

NOMOR TANGGAL

: 478/UN3.9.3/OT/2016 : 1 AGUSTUS 2016

PANDUAN SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN Suatu rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat dan jenis pelayanan yang akan membangun

suatu

kontinuitas

pelayanan.

Maksud

dan

tujuannya

adalah

menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan kesehatan lain. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan kondisinya melalui hasil skrining pada kontak pertama. Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien secara cermat dan tepat. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien akan meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan akan diperoleh hasil perawatan yang optimum dan biaya yang dapat tekendali baik. Informasi yang diperoleh dari proses skrining pasien akan dapat membantu dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kreteria pasien, yaitu dapat menentukan pelayanan yang dapat dilayani dan tidak dapat dilayani dengan mempertimbangkan fasilitas dan SDM yang dimiliki oleh RSGM UNAIR.

Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik radiologi/ imajing sebelumnya. Skrining dapat telah terlaksana di sumber rujukan, pada saat pasien pada proses transportasi emergensi atau apabila pasien telah tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah diperoleh hasil skrining dan telah dilakukan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien.

BAB II DEFINISI DAN RUANG LINGKUP

Skrining merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu screening yang memiliki makna pemeriksaan terhadap sekelompok orang untuk memisahkan antara orang yang sehat dan kelompok orang yang sakit atau memiliki kelainan patologis yang tidak terdiagnosis atau memiliki resiko tinggi. Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya untuk melakukan identifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui serangkaian test berupa pemeriksaan menggunakan prosedur pemeriksaan tertentu yang dapat dipergunakan secara tepat sehingga dapat diperoleh keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien di saat kontak pertama, apakah pasien sedang benarbenar-benar membutuhkan pelayanan sesuai dengan kondisi pasien. Keterangan hasil skrining akan dipergunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien yang memerlukan perawatan dalam bidang gigi dan mulut secara poliklinis, memutuskan perawatan diperlukan melalui rawat inap dan kemungkinan diperlukan tindakan atau langkah rujukan ke pusat kesehatan lainnya atau diperlukan perbaikan keadaan umum sebelum tindakan dilakukan, dan mempersiapkan atau mewaspadai pada saat dilakukan transportasi menuju ke rumah sakit lainnya menggunakan ambulans. Selanjutnya skrining akan terbagi menjadi: 1. Skrining dibagi menjadi dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining prehospital biasanya dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya, atau pada saat dalam proses transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit. 2. Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau

hasil-hasil pemeriksaan laboratorium dan x-ray foto

sebelumnya 3. Skrining intr-hospital dapat dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit, baik pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga medis maupun paramedis wajib untuk segera melakukan identifikasi kebutuhan pelayanan

bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di runag tunggu. 4. Oleh Karena RSGM UNAIR merupakan bentuk Rumah Sakit Khusus maka kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi merupakan bagian penting dari pelayanan yang diberikan di IRD 5. Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi: a. Pasien Emergensi di bidang kedokteran gigi b. Pasien dengan kasus True Emergency Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. c. Pasien dengan kasus False Emergency. Yaitu pasien dengan:  Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan darurat  Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya  Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

BAB III LANGKAH-LANGKAH SKRINING

1. Skrining Pra-Hospital Untuk skrining Pra-Hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi pertelpon. Interaksi pertelpon dapat datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan telpon ke nomor RSGM UNAIR, atau berasal dari luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke RSGM UNAIR. Telepon akan diterima oleh Operator yakni petugas admisi, case manager (CM), atau tenaga medis dan paramadis yang berada di ruang IGD atau IRJ setelah disambungkan oleh operator. Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain: SATUAN KERJA Operator/ penerima telepon

SKRINING YANG DILAKUKAN 1. Menghubungkan Pasien atau keluarga ke unit admisi 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut 3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses dan informasi waktu pelayanan

Admisi/counter

pendaftaran/ 1. Menghubungkan

customer care/ security

penelpon,

baik

dari

fasilitas

kesehatan perujuk ataupun pasien/ keluarga ke dokter jaga IGD (24 jam) atau IRJ (selama buka jam

poliklinik)

untuk

melakukan

identifikasi

pelayanan yang dibutuhkan pasien 2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan Case Manager

1. Melakukan identiikasi pasien yang membutuhkan pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan 2. Melakukan identifikasi pasien yang membutuhkan

perhatian khusus semisal sakit berat, usia lanjut handicaped/ berkebutuhan khusus 3. Melakukan

koordinasi

pembagian

ruangan

berdasarkan atas identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap 4. Memberikan tersedia

di

informasi RSGM

jenis

UNAIR

pelayanan disesuai

yang

dengan

kebutuhan pelayanan pasien. IRJA

1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan memberikan informasi jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam pelayanan dan bagaimana cara melakukan akses pendaftaran 2. Tenaga medis dan paramedis telah menerima telepon segera melakukan identifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagi

pasien)

maupun

pasien

lama

untuk

merencanakan tindak lanjut. IGD

1. Pasien datang dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh paramedis yang terlatih / dokter 2. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan member kode warna: 3. Setalah melakukan labeling dan memprioritaskan penanganan, maka pasien akan dikirim ke ruang perawatan masing-masing sesuai dengan kasusnya

TENAGA AMBULANS

1. Proses

skrining

permintaan

dimulai

penjemputan

saat

mendapatkan

pasien,

untuk

menentukan tingkat kegawatan/ emergensi dalam mempersiapkan SDM tim ambulans yang akan melakukan penjemputan, maupun menentukan

peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan. 2. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan berpatokan pada pengkajian kondisi pasien

BAB IV SKRINING PASIEN SESUAI DENGAN MISI DAN SUMBER DAYA RUMAH SAKIT

Seiring perkembangan teknologi manusia semakin sadar akan perlunya gaya hidup sehat. Rumah sakit pun tidak lagi menjadi rujukan orang sakit, tetapi juga bagi mereka yang ingin hidup sehat . Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga turut menfasilitasi perubahan paradigma masyarakat tersebut. Skrining pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga dilakukan untuk Instalasi Rawat Jalan (IRJ) di ruang Kamar Terima dan untuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) di ruang Triage. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

Petugas 1. Paramedis / perawat yang memiliki sertifikat pelatihan BLS 2. DPJP; Dokter gigi Spesialis Penyakit Mulut Sarana Non Medis 1. Ruang Kamar Terima, memenuhi ketentuan:  Dental Unit yang distandardisir  Westafel dengan air mengalir  Ventilasi udara dan cahaya / penerangan baik  Lantai keramik dan bersih  Stop kontak listrik  Pembersih tangan 2. Meja dan alat tulis 3. Rekam medis pasien 4. Tempat sampah non medis dan tempat sampah medis.Tertutup, tutup dibuka dengan menginjak pembuka tutup di bagian bawah tempat sampah. Sarana Medis 1. Set pemeriksaan sederhana, terdiri:  Tensimeter  Stetoskop  Termometer  Diagnostic Set 2. Handscoon 3. Masker

4. Alkohol Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Petugas 1. Paramedis / perawat yang memiliki sertifikat pelatihan BSL 2. Dokter Jaga / PPDGS BM yang memiliki sertifikat ATLS Sarana Non Medis 1. Ruang Triage, memenuhi ketentuan:  Penyekat ruangan, kelambu  Ventilasi udara dan cahaya / penerangan baik  Lantai keramik dan bersih  Stop kontak listrik  Pembersih tangan  Brankar pasien 2. Meja dan alat tulis 3. Rekam medis pasien dan tag label berwarna (hitam, biru, merah, kuning, hijau) 4. Tempat sampah non medis dan tempat sampah medis.Tertutup, tutup dibuka dengan menginjak pembuka tutup di bagian bawah tempat sampah. Sarana Medis 1. Set pemeriksaan sederhana, terdiri:  Tensimeter  Stetoskop  Termometer 2. Handscoon 3. Masker 4. Alkohol

Sarana Pendukung

IRNA Unit pelayanan Instalasi Rawat Inap (IRNA) memberikan perawatan lanjutan terintigrasi, memiliki fasilitas pendukung seperti: 1. Fasilitas AC 2. Kamar mandi dalam 3. Wifi 4. Sofa 5. Kulkas 6. Telepon 7. Nurse call

Klasifikasi ruangan kelas Unit Instalasi Rawat Inap (IRNA) : 1. Kelas 1 2. Kelas 2 3. VIP

pelayanan

LABORATORIUM Unit laboratorium Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlanggamelayani pemeriksaan: 1. Ruang Laboratorium Patologi Klinik 2. Ruang Laboratorium Teknik Basah / Kering Terpadu Prosthodonsia 3. Laboratorium Teknik Gigi Terpadu RADIOLOGI Unit radiologi melayani pemeriksaan general XRay & Fluoroscopy (dengan Computed Radiography), Colour Doppler USG, dan CT Scan Multiscle (64 Slice) yang mampu menyajikan gambaran detail seluruh organ tubuh termasuk pembuluh darah.

Related Documents


More Documents from "puskesmaskedundung"