G. Penatalaksanaan Umum 1. Sebelum Operasi a. Observasi Dalam 8 - 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis ) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. b. Antibiotik Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. 2. Operasi a. Apendictomy b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika melalui jalur IV , massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan. d. Pasca operasi Dilakukan observasi tanda - tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam,syok, hiperternia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien
dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak ada gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml / jam selama 4 - 5 jam lalu naikan menjadi 30 ml / jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien boleh pulang ( Mansjoer, arif dkk, 2009 )
Perforasi adalah p ecahnya appendik s yang berisi pus s ehingga bakterim
enyebar ke rongg a perut. Perforasi jarang terjadi dala m 12 jam pertam a sejakawal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dap
at diketahui prao peratif pada 70% kasus dengan ga mbaran klinis yan g timbul lebih dari 36 jamsejak sakit , panas lebih dari 38,50C, tampak t
oksik, nyeri tekan seluruh perut, da nleukositosis teru tama polymorphonucle ar (PMN) .
Perforasi, baik be rupa perforasi be bas maupun mikr operforasi dapat menyebabkan per itonitis.c.
PeritononitisPerit onitis adalah pera dangan peritoneu m, merupakan ko mplikasi berbahay a yang dapat terja di dalam bentuk a kut maupun kroni
s. Bila infeksiterse bar luas pada per mukaan peritone um menyebabkan timbulnya perito nitisumum. Aktivi tas peristaltik ber kurang sampai ti
mbul ileus paraliti k, ususmeregang, dan hilangnya cair an elektrolit men gakibatkan dehidr asi, syok,ganggua n sirkulasi, dan oli gouria. Peritonitis
disertai rasa sakit perut yang sema kinhebat, muntah , nyeri abdomen, demam, dan leuk ositosis. 7.
Pemeriksaan Penu njang a.
LaboratoriumTer diri dari pemeriks aan darah lengka p dan
C-reactive protein (CRP).Pada pemer iksaan darah leng kap ditemukan ju mlah leukosit ant ara 10.00018.000/mm3 (leu kositosis) dan neu
trofil diatas 75%, sedangkan pada C RPditemukan jum lah serum yang m eningkat. CRP ada lah salah satu ko mponen protein f ase akut yang aka
n meningkat 46 jam setelah terj adinya proses infl amasi,dapat dilih at melalui proses elektroforesis ser um protein. Angk a sensitivitas dans
pesifisitas CRP yai tu 80% dan 90%. b. RadiologiTerdiri d ari pemeriksaan u ltrasonografi (US G) dan
Computed Tomog raphyScanning (CTscan). Pada peme riksaan USG dite mukan bagian me manjang padatem pat yang terjadi in
flamasi pada app endiks, sedangka n pada pemeriksa an CTscan ditemukan b agian yang menyil ang dengan fekali
th dan perluasan dari appendiks yang m engalami inflamas i serta adanya pel ebaran sekum. Ti ngkatakurasi USG 90-
94% dengan angk a sensitivitas dan spesifisitas yaitu 8 5% dan92%, seda ngkan CTScan mempunyai tingkat akurasi 94 -
100% dengan sen sitivitasdan spesifi sitas yang tinggi y aitu 90100% dan 9697%.c.
Analisa urin bertu juan untuk mendi agnosa batu urete r dan kemungkina n infeksisaluran k emih sebagai akib at dari nyeri perut bawah.d.
Pengukuran enzi m hati dan tingka tan amilase mem bantu mendiagno sa peradanganhat i, kandung emped
u, dan pankreas.e . Serum Beta Human Chor ionic Gonadotrop hin (B-HCG)
untuk memeriksa adanyakemungki nan kehamilan.f. Pemeriksaan bari um enema untuk menentukan loka si sekum. Pemerik
saan Bariumenem a dan Colonoscopy merupakan peme riksaan awal untu k kemungkinanka rsinoma colon.g.
Pemeriksaan foto polos abdomen ti dak menunjukkan tanda pasti Apen disitis,tetapi mem punyai arti pentin g dalam membed akan Apendisitis d
engan obstruksius us halus atau bat u ureter kanan. 8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilaku kan pada penderi ta Apendisitis mel iputi penanggulan gan konservatif d an operasi.a.
Penanggulangan konservatifPenan ggulangan konser vatif terutama dib erikan pada pend erita yang tidakm empunyai akses k e pelayanan beda
h berupa pemberi an antibiotik. Pem berianantibiotik b erguna untuk me ncegah infeksi. Pa da penderita Ape ndisitis perforasi,s ebelum operasi di
lakukan penggant ian cairan dan ele ktrolit, serta pem berianantibiotik si stemik b. OperasiBila diagn osa sudah tepat d
an jelas ditemuka n Apendisitis mak a tindakan yangdil akukan adalah op erasi membuang appendiks (appen dektomi). Penund aan
appendektomi de ngan pemberian a ntibiotik dapat m engakibatkan abs es dan perforasi. Pada abses appen diks dilakukan drainage
(mengeluarkan na nah).c. Pencegahan Tersi erTujuan utama d ari pencegahan te rsier yaitu mence gah terjadinya ko
mplikasi yanglebi h berat seperti ko mplikasi intraabdomen. Kompli kasi utama adalah infeksiluka dan a bses intraperitoni um. Bila diperkira
kan terjadi perfor asi maka abdome ndicuci dengan ga ram fisiologis ata u antibiotik. Pasca appendektomi di perlukan perawat an intensif dan pe
mberian antibioti k dengan lama ter api disesuaikande ngan besar infeksi intra-abdomen