Anzdoc.com_korelasi-peran-serta-keluarga-terhadap-tingkat-kek.pdf

  • Uploaded by: Mun Kada Haur
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anzdoc.com_korelasi-peran-serta-keluarga-terhadap-tingkat-kek.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,834
  • Pages: 10
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA Nurdiana1 , Syafwani2, Umbransyah3, 1,2,3STIkes

Muhammadiyah Banjarmasin

ABSTRAK Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau ‘deterioting’) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Penjelasan di atas menimbulkan ketertarikan penulis melakukan pengamatan tentang Korelasi Peran serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Pada studi ini penulis menggunakan desain Cross Sectional. Sampel yang penulis teliti adalah keluarga dari klien yang menderita skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Saat penulis melakukan penelitian seluruh sampel berjumlah 30 orang, pengambilan data dengan non Probabilty Samplng tipe Porposif Sampling, data yang diproses dengan menggunakan Chi-Square dengan angka signifikan (p) < 0,05. Hasil Chi-Square Test menunjukkan signifikan yaitu 0,006 artinya ada hubungan antara Peran serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Dari penjelasan studi ini penulis menyimpulkan bahwa peran serta keluarga yang tinggi akan memperkecil tingkat kekambuhan klen skizofrenia. Kata Kunci: Korelasi, Peran Serta, Tingkat Kekambuhan. PENDAHULUAN Peran serta keluarga dalam perawatan di rumah sakit masih belum dirasakan manfaatnya penurunan angka kekambuhan klien skizofrenia. Sementara penderita skizofrenia merupakan kasus terbanyak dari kasus psikosa dan juga ternyata jumlah kasus skizofrenia kambuhan yang dirawat menunjukkan angka tinggi. Gambara ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Silinger (1988) yang dikutip oleh Budi Anna Keliat (1995:7), klien

dengan daignosa skizofrenia akan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua. Menurut Kaplan dan Sadock (1997:689), di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5%, konsistensi dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Cathment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3%. Kira-kira 0,025 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

sampai 0,05% populasi total diobati untuk skizofrenia dalam satu tahun. Dari catatan Medik Ruangan Jiwa Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin, dalam kurn waktu Januari sampai Desember 2004, jumlah penderita skizofrenia keseluruhan 971 orang. Hal ini menunjukkan bahwa klien yang menderita skizofrenia memiliki kecenderungan kekambuhan sehingga ia harus mengalami perawatan kembali di rumah sakit. Hal ini juga disebabkan kurangnya kunjungan dari keluarga. Maka dari itu peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan klien skizofrenia. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit klien. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada kelarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi kesehatan dalam keluarga tersebut (Budi Anna K, 1992:11). Gangguan jiwa merupakan yang bisa menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa/penyakit jiwa merupakan

penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa penyakit jiwa disebabkan oleh gunaguna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya (Dadang Hawari,2003:2). Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di tumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah. Untuk mendapatkan jawaban nyata, perlu dilakukan suatu penelitian guna mengidentifikasi peran serta keluarga dalam perawatan penurunan tingkat kekambuhan klien skizofrenia, sehingga akan diperoleh gambaran nata tentang permasalahan yang terjadi dan dapat dicari alternatif penyelesaian masalah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan klien skizofrenia

2

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Menurut Sulinger (1988) salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan klien karena jarang mengunjungi klien di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga (Budi Anna K, 1992:2). Berdasarkan pemikiran di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Klien dengan skizofrenia

Kekambuhan Skizofrenia.”

METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengatisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat, yaitu waktu pengkajian data (Sastroasmoro A. dan Ismael, 1985), dikutip oleh (Nursalam dan Sti Pariani 2000:136). Kerangka Kerja (Frame Work)

Variabel independent: Peran serta keluarga: Pengetahuan, sikap, perilaku

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti Populasi adalah bagian keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2000:64). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh keluarga penderita skizofrenia di Ruangan Jiwa Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Sampel adalah sebagian dari polpulasi yang dipilih dengan sampling tertentu bisa memenuhi dan mewakili populasi (Nursalam dan Siti Pariani, 2000:64). Pada penelitian ini sampel diambil dari seluruh keluarga penderita skizofrenia

Klien

Variabel dependent: Frekuensi Kekambuhan

Variabel Kontrol: Umur, sex, lama dirawat, jenis obat di Ruangan Jiwa Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Jumlah sampel ditentukan menggunakan Total sampling yang dilaksanakan selama pada bulan JuliAgustus 2005. Karakteristik sampel yang layak diteliti adalah sebagai berikut: Memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia yang tinggal serumah, memiliki anggota penderita skizofrenia dan sudah pernah kambuh. Keluarga yang terlibat langsung dalam perawatan (suami/istri/ayah/ibu/saudara kandung/keponakan)dan bisa 3

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

berbahasa Indonesia dengan baik dan baca tulis. Responden yang tidak layak diteliti antara lain: Responden tidak bersedia diteliti, memiliki keluarga penderita skizofrenia dan belum pernah kambuh,emiliki anggota keluarga penderita skizofrenia dan tidak tinggal serumah, dan tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan baca tulis serta yang bertempat tinggal di luar Banjarmasin. Instrumen yang dikumpulkan dalam pengumpulan data adalah dengan kuesioner tentang peran serta keluarga terhadap kekambuhan, disebarkan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah terkumpul, dilakukan penyuntingan dan koding. Teknik pemberian skor pada kuesioner peran serta keluarga untuk mengetahui perilakunya menggunakan skala ordinal, dimana responden menjawab pertanyaan dengan memilih pilihan yang disediakan. Jika 1 option skor 1, 2 option skor 2, 3 option skor 3 dan jika 4 option skor 4. Sedangkan pada sikap, responden memilih jawaban Ya

mendapat skor 2. Tidak mendapat skor 1. pada kuesioner kekambuhan, responden menjawab salah satu option yang disediakan. Dengan demikian, pada peran serta keluarga, memilih nilai tertinggi 29-34, sedang 20-28, rendah 11-19, tingkat kekambuhan tinggi bila klien dalam satu tahun kambuh lebih dari atau sama dengan 3, dan rendah bila kurang dari 2 kali atau sama dengan 2 per tahun. Alat ukur yang digunakan adalah atau kuesioner yang terstruktur, sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Data yang telah diperoleh dengan kuesioner kemudian dianalisis dengan tabel distribusi, dan dilakukan tabulasi silang. Untuk mengetahui adanya hubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan klien skizofrenia diuji dengan statistik ChiSquare/Kai Kuadrat dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara 2 variabel maka Ho ditolak.

HASIL DAN BAHASAN Data umum pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, hubungan dengan klien, agama, pengahsilan responden.

4

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Usia Bualan Agustus 205 di Banjarmasin Umur Jumlah Prosentase 15 – 20 tahun 4 13,3% 20 – 30 tahun 10 33,3% 30 – 40 tahun 6 29% 40 – 50 tahun 8 26,7% > 50 tahun 2 6,7% Jumlah 30 100% Dari 30 responden yang (33,3%), 30-40 tahun sebanyak ditunjukkan tabel terdiri dari 6 orang (20%), 40-50 tahun kelompok umur 15–20 tahun sebanyak 8 orang (26,7%), > 50 sebanyak 4 orang (13,3%), 20tahun sebanyak 2 orang (6,7%). 30 tahun sebanyak 10 orang Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Jenis Kelamin Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Laki-laki 19 63,3% Perempuan 11 36,7% Dari 30 responden yang orang (63,3%), dan perempuan ditunjukkan pada tabel di atas sebanyak 11 orang (36,7%). terdiri laki-laki sebanyak 19 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Pendidikan Jumlah Prosentase Tidak Sekolah 0% SD 6 20% SLTP 8 26,7% SLTA 11 36,7% Akademik 5 16,6% Jumlah 30 100% Dari 30 responden orang (20%), SLTP sebanyak 8 berdasarkan tingkat pendidikan orang (26,7%), SLTA sebanyak terdiri dari Tidak Sekolah (0%), 11 orang (36,7%), AKADEMIK pendidikan SD sebanyak 6 sebanyak 5 orang (16,6%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Jenis Pekerjaan Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Pekerjaan Jumlah Prosentase Tidak Bekerja 4 13,3% Pekerja Kasar 5 16,6% Swasta/Wirausaha 15 50% PNS 6 20% Lain-lain Jumlah 30 100% Dari 30 responden pekerja kasar sebanyak 5 orang berdasarkan jenis pekerjaan (16,6%), swasta/wirausaha terdiri dari Tidak Bekerja sebanyak 15 orang (50%), PNS sebanyak 4 orang (13,3%), sebanyak 6 orang (20%). 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Hubungan Dengan klien Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Hubungan dengan Klien Jumlah Prosentase Ayah 6 20% Ibu 4 13,3% Anak 6 20% Saudara 10 33,3% Lain-lain/Paman 4 13,3% Jumlah 30 100% Dari 30 responden orang (20%), saudara sebanyak berdasarkan hubungan dengan 10 orang (33,3%), sedangkan klien terdiri dari ayah sebanyak lain-lain/paman sebanyak 4 6 orang (20%), ibu sebanyak 4 orang (13,3%). orang (13,3%), anak sebanyak 6 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Agama Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Agama Jumlah Prosentase Islam 25 83,3% Katolik 2 6,7% Kristen 3 10% Hindu Budha Jumlah 30 100% Dari 30 responden (83,3%), Katolik sebanyak 2 berdasarkan agama terdiri dari orang (6,7%), Kristen sebanyak Islam sebanyak 25 orang 3 orang (10%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Penghasilan Bulan Agustus 2005 di Banjarmasin. Penghasilan Tidak Tetap < 200.000 200.000 – 500.000 500.000 – 1.000.000 > 1.000.000 Jumlah Dari 30 responden berdasarkan penghasilan terdiri dari penghasilan tidak tetap sebanyak 11 orang (36,7%), < 200.000 sebanyak 1 orang (3,3%), 200.000 – 500.000 sebanyak 6 orang (20%), penghasilan 500.1.000.000 sebanyak 8 orang (26,7%),

Jumlah 11 1 6 8 4 30

Prosentase 36,7% 3,3% 20% 26,7% 13,3% 100%

sedangkan > 1.000.000 sebanyak 4 orang (13,3%). Data khusus pada penelitian ini meliputi peran serta keluarga dan tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Identifikasi Peran Serta Keluarga Tentang Skizofrenia Data tentang peran serta kelarga tentang Skizofrenia 6

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

diperoleh memberikan

dengan kesioner

cara pada

klien dan diagram

disajikan dibawah

pada ini:

RENDAH 10%

TINGGI 33.3%

SEDANG 56.7%

Diagram 1. Peran Serta Keluarga tentang Skizofrenia Dari diagram diatas kategori rendah sebanyak 3 menunjukan bahwa responden orang (10%). mempunyai peran serta Data mengenai tingkat keluarga katagori tinggi kekambuhan didapatkan sebanyak 10 orang (33.3%), dengan cara memberikan kategori sedang sebanyak 17 kuesioner pada responden dan orang (56.7%), sedangkan disajikan dalam diagram di bawah ini:

TINGGI 26.7%

RENDAH 73.3%

Diagram 2. Tingkat Dari diagram di atas menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan yang tinggi sebanyak 8 orang (26.7%), dan menunjukkan tingkat kekambuhan yang rendah sebanyak 22 orang (73.3%). Berdasarkan hasil data yang penulis peroleh, maka

Kekambuhan. peran serta keluarga dibedakan berdasarkan pengetahuan, sikap, prilaku dengan tingkatan tinggi, sedang, rendah, yang tingkat kekambuhannya diuraikan dalam tabel sebagai berikut

7

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

Tabel 8. Korelasi Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin Bulan Agustus 2005 Variabel

Peran serta keluarga

Tingkat kekambuhan

Tinggi

Sedang

Rendah

Jumlah

Tinggi

3 (37.5%)

2 (25%)

3 (37.5%)

8 (100%)

Rendah

7 (31.8%)

15 (68.1%)

0 (0%)

22 (100%)

Jumlah

10 (33.3%)

17 (56.7%)

3 (10%)

30 (100%)

Dari data tabel di atas untuk mengetahui korelasi peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan skizofrenia dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan angka analisa “pearson Chi-Square”, hitung sebesar 0,006, dengan tarap signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Pada diagram 2 tentang peran serta keluarga tentang skizofrenia dengan kategori tinggi sebanyak 10 orang (33.3%), kategori sedang sebanyak 17 orang (56.7%), kategori rendah sebanyak 3 orang (10%). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar peran serta keluarga adalah tinggi dan sedang. Hal ini mungkin disebabkan informasi mengenai penyakit skizofrenia sudah banyak didapat keluarga melalui media informasi seperti Koran, televisi dan radio. Dan juga didapat keluarga dari penyuluhan yang diberikan perawat di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Selain itu faktor

X2

P

0.006

0.005

usia kelarga yang kurang dari 50 tahun dan tingkat pendidikan kelarga yang menengah dan tinggi, sehingga lebih mdah dalam menerima informasi. Sehingga makin tinggi peran serta keluarga. Sebanyak 3 orang responden yang peran serta keluarganya rendah. Yang mungkin disebabkan oleh klien umur keluarga lebih dari 50 tahun dan tingkat pendidikanya rendah. Dan menurut teori seseorang pada umur diatas 50 tahun keatas akan mengalami penurunan pada berpikir sehingga sulit dalam mengingat informasi yang sudah didapat. Pada diagram 2 tentang tingkat kekambuhan klien skizofrenia menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan yang tinggi sebanyak 8 orang (26.7%), dan yang menunjukkan tingkat kekambuhan yang rendah sebanyak 22 orang (73.3%). Berdasarkan data di atas ditemukan sebagian besar tingkat kekambuhan klien skizofrenia rendah yang mungkin disebabkan oleh faktor peran serta keluarga yang membuat keyakinan klien akan kesembuhan tentang dirinya meningkat, sehingga 8

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

menyebabkan klien mempunyai semangat dan motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi dirinya, karena menurut teori suasana kelarga yang saling mendukung, menghargai dan mempunyai pandangan positif akan menghasilkan perasaan positif dan berarti. Sedangkan tingkat kekambuhan yang tinggi mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit skizofrenia sehingga peran serta keluarga rendah. Juga faktor pekerjaan responden yang dalam hidupnya merupakan tumpuan keluarga satu-satunya dalam bidang ekonomi yang mengakibatkan responden tidak sempat lagi memikirkan keluarganya yang menderita penakit skizofrenia di rumah sakit. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan hasil yang menunjukkan adanya hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia yang ditunjukkan dengan hasil uji Chi-Square yaitu 0,006, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Sebaliknya bila peran serta keluarga rendah maka semakin tinggi tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Koefisiensi pearson ChiSquare antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia adalah 0,006 dan termasuk

hubungan yang rendah. Hal ini berarti ada kemungkinan penyebab peran serta keluarga tentang skizofrenia adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang skizofrenia, yang dipengaruhi oleh umur keluarga diatas 45 tahun, kemudian tingkat pendidikan keluarga yang sebagian besar sekolah dasar (SD) dan menengah (SMP). Untuk tingkat signifikan dari hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan angka 0,006 yaitu dibawah angka probabilitas 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia, sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H1 diterima. Begitu kuatnya hubungan antara kedua variabel tersebut (tingkat korelasinya 0,006 menjauhi 0,05). Dalam penelitian ini menggunakan Cross sectional yang memerlukan sampel besar, sedangkan yang digunakan adalah sampel kecil yang disebabkan keterbatasan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan verifikasi hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran serta keluarga terhadap tentang penyakit skizofrenia sebagian besar adalah tinggi sebanyak 10 orang (33.3%), kategori sedang sebanyak 17 orang (56.7%), kategori rendah sebanyak 3 orang (10%). Tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia menunjukkan 9

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007

kearah tinggi sebanyak 8 orang (26.7%), dan yang menunjukkan tingkat kekambuhan yang rendah sebanyak 22 orang (73.3%). Terdapat hubungan yang signifikan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia yang dibuktikan dengan hasil uji Chi-Square yang berada dibawah standar probabilitas yaitu 0,05. Hasil Chi-Square didapatkan angka 0,006. Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan mengenai hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia maka perlu kiranya dilaksanakan: Perlunya peningkatan peran serta keluarga tentang skizofrenia dengan memberikan penyuluhan dan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang sudah dilakukan. Perlunya perawat memperhatikan status psikologis keluarga dalam memberikan motivaasi pada klien skizofrenia agar dapat membangun kembali rasa kebanggaan dan kemandirian diri klien. Selama perawatan hendaknya keluarga dan klien lebih banyak bekerjasama pada setiap tindakan yang diberikan dan dianjurkan. Dan hendaknya keluarga lebih banyak lagi memnberikan motivasi dan dorongan kepada klien. Agar tingkat signifikan lebih memuaskan, untuk penelitian berikut sebaiknya menggunakan instrumen yang telah diuji bukan hanya validitas namun juga

rehabilitas data pada responden, sehingg data yang diperoleh lebih sempurna dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Nasrul. 1998. Dasardasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Hawari, Dadang. 2003. Skizofrenia Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Fk-UI, Jakarta. Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis, Binarupa Aksara. Jakarta. Keliat, Budi Anna. 1992. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif dkk, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta. Notoatmodjo. Soekidjo. 1993. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat PrinsipPrinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologis Riset Keperawatan, CV. Agung Seto, Jakarta.

10

More Documents from "Mun Kada Haur"

Kti Ian.pdf
December 2019 15
Combinepdf_2.pdf
December 2019 19
Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf
December 2019 20
G. Bab Iii.pdf
December 2019 22
Bab Iv.pdf
December 2019 12