Angkutan_berbasis_rel.doc

  • Uploaded by: Yukhri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Angkutan_berbasis_rel.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,459
  • Pages: 9
1

TUGAS ANALISA KEBUTUHAN TRANSPORTASI Dewi Sriastuti Nababan P2302212401

1. Latar Belakang Dalam sistem transportasi wilayah, dikenal pengelompokan transportasi berdasarkan media pergerakan, diantaranya transportasi darat, laut maupun udara. Berdasarkan medianya, masing-masing bentuk transportasi memiliki ciri khas sarana transportasinya yang berupa penggerak dan prasarana transportasi berupa tempat untuk bergerak. Transportasi darat mulai dikembangkan dengan teknologi penggerak sederhana berupa roda, yang selanjutnya dihasilkan berbagai tipe dan ukuran. Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronik dan informatika, manusia berhasil memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk menciptakan berbagai jenis moda angkutan dan lokomotif. Angkutan transportasi darat hingga saat ini dikembangkan dalam 2 jenis moda angkutan yaitu moda angkutan jalan raya dan moda angkutan jalan rel/kereta api. Moda angkutan jalan raya terbagi dalam sarana speerti mini bus, bus, truck, mobil penumpang, dan lain-lain serta prasarana berupa terminal, jalan raya, jembatan, terowongan, dan lain-lain. Sedangkan jalan rel terdiri dari sarana kereta api (lokomotif, gerbong, kereta) dan prasarana berupa jalan rel, jembatan rel, persilangan sebidang, dan lain-lain.

2

2. Angkutan Kereta Api Moda angkutan kereta api memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan angkutan kereta api adalah : a. Moda angkutan jalan rel (kereta api) merupakan tipe moda angkutan yang memungkinkan pelayanan orang dan barang dalam jarak pendek, menengah dan jauh dengan kapasitas yang besar.

b. Angkutan kereta api memiliki potensi penggunaan energi yang relatif kecil. Penggunaan energi yang relatif kecil bila dibandingkan dengan besarnya kapasitas angkut dapat memberikan kemungkinan biaya produksi aktivitas pengguna semakin kecil. c. Keselamatan perjalanan akan lebih baik dibanding moda lainnya, karena mempunyai jalur dan fasilitas terminal tersendiri.

d. Keandalan waktu cukup tinggi karena mempunyai jalur tersendiri, kecepatan

relatif

lebih

konstan,

sehingga

kemudahan

dalam

pengaturan dan resiko keterlambatan kecil dan tidak terlalu dipengaruhi oleh cuaca. e. Tingkat keandalan keselamatan perjalanan relatif tinggi, dapat sebagai angkutan wisata pada kawasan pariwisata. f.

Ramah lingkungan karena emisi gas buang kecil dan pengembangan teknologi kereta berbasis energi listrik.

Moda angkutan kereta api selain memiliki keuntungan juga memiliki kelemahan seperti :

3

a. Memerlukan fasilitas infrastruktur khusus yang tidak bisa digunakan oleh moda angkutan lain, sebagai konsekuensinya perlu penyediaan alat angkut yang khusus (lokomotif dan gerbong). b. Investasi yang dikeluarkan tinggi karena memerlukan sarana khusus. c. Pelayanan jasa orang/barang hanya terbatas pada jalurnya. d. Teknologi sarana tinggi, sehingga tidak langsung dapat diterapkan pada jalur yang sudah ada. e. Bila ada hambatan (kecelakaan) di jalur tersebut, maka tidak dapat segera dialihkan ke jalur lainnya. f.

Dapat menghambat perkembangan fisik kota, persilangan kereta api dan jalan raya dibatasi.

3. Analisis Permintaan Jasa Kereta Api Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang mau dibeli orang dan harga barang tersebut. Harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan, dan selera merupakan faktor yang mempengaruhi suatu permintaan. Menurut Edward K. Morlok, 1995 transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir. Oleh karena itu, permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lainnya. Analisis permintaan transportasi berlaku untuk angkutan barang dan angkutan penumpang. Untuk angkutan barang, data berat barang dan jarak tempuhlah yang digunakan dalam analisis permintaan. Dari berat barang dan jarak tempuh

4

dapat ditentukan tarif angkutan yang mana tarif ini digunakan sebagai penentu utama permintaan angkutan kereta api barang. Pada analisis permintaan penggunaan kereta api untuk penumpang, populasi yang ditinjau adalah penumpang pengguna kereta api dalam waktu tertentu misalnya selama 1 bulan. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil, digunakan rumus slovin :

Dimana : n

= jumlah sampel

N

= ukuran populasi

e

= margin of error, adalah kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat dilorerir. Untuk variabel yang digunakan, dalam penelitian Citra Hilda Karissa,

2011,

variabel

terikat

yang

digunakan

adalah

variabel

permintaan

penggunaan jasa angkut kereta api (Y). Sedangkan untuk variabel bebas yang dapat digunakan untuk menganalisis jumlah permintaan kereta api adalah :

a.

Variabel harga tiket kereta api (X1).

b.

Variabel harga tiket transportasi lain (X2).

c.

Variabel penghasilan atau pendapatan pengguna jasa (X3).

d.

Variabel karakteristik demografi penumpang seperti jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan pekerjaan (X4, X5, X6, X7).

Dalam menganalisis permintaan jasa kereta api, digunakan analisis kuantitatif dan diolah menggunakan ilmu statistik. Adapun tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

5

a.

Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran.

b.

Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak, model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal dikatakan model regresi yang baik.

c.

Uji Multikolinieritas Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

d.

Uji Heteroskedastisitas

e.

Uji Autokorelasi

f.

Uji Stabilitas Model Dilakukan untuk mengetahui kestabilan model yang digunakan.

g.

Uji Hipotesis 1. Uji Statistik F Dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. 2. Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu.

Setelah menganalisis permintaan jasa kereta api menggunakan statistik, akan didapatkan hasil tentang variabel-variabel bebas yang ada apakah berpengaruh positif terhadap variabel terikatnya.

6

4. Perencanaan Simpul dan Jaringan Kereta Api Komuter Kereta api komuter adalah kereta api dengan sifat perjalanan ulang alik dari satu stasiun ke stasiun lainnya dalam satu kota/kawasan lain yang berdekatan.

Beberapa

variabel

yang

berkaitan

dengan

karakteristik

pengguna kereta komuter (Alan Black, 1995 dalam Rudi Setyawan, 2005) adalah

tujuan

perjalanan,

waktu

perjalanan,

lokasi

stasiun,

jadwal

keberangkatan dan kedatangan, tingkat pendapatan, usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan. Dalam merencanakan simpul jaringan komuter, beberapa tahapan pekerjaan yang harus dilalui adalah :

a. Analisis pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah yang ditinjau. Hasilnya digunakan untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang mana berfungsi sebagai potensi demand pergerakan komuter.

b. Analisis pergerakan penduduk digunakan untuk mengetahui potensi pergerakan yang didasarkan pada identifikasi originand destination menggunakan matriks asal tujuan serta pembebanan untuk tiap zona shelter yang akan dilewati.

c. Analisis kesesuaian lahan untuk jalur kereta komuter digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan yang baik digunakan untuk jalur/rute kereta api komuter dengan pertimbangan topografi, penggunaan lahan, hidrologi, kemiringan lereng dan kondisi tanah.

d. Analisis proximity (kedekatan) dengan jaringan feeder. Digunakan untuk mengetahui seberapa besar kedekatan rencana jaringan komuter dengan jaringan transportasi pengumpan (feeder) seperti bus

7

dan angkutan umum lainnya.Sehingga dapat ditentukan jaringan yang dapat mengakomodir perpindahan moda, ketika penduduk melakukan pergerakan.

e. Analisis Spasial, digunakan untuk menentukan simpul potensial dan sistem transit pada setiap rute kereta api. Penentuan potensi simpul didasarkan pada analisis pertumbuhan dan kepadatan penduduk, analisis proximity (kedekatan) dengan jaringan feeder, dan faktor penggunaan lahan serta jarak simpul dengan bangkitan. f.

Analisis Hierarki Proses (AHP) digunakan untuk menentukan simpul utama. Analisis ini didasarkan oleh hasil analisis spasial.

Setelah ke enam tahapan di atas dikerjakan maka akan didapatkan hasil berupa lokasi simpul, jumlah titik simpul, jenis sistem transit yaitu jumlah nodes dan corridor.

5. Menejemen Angkutan Kereta Api Penggunaan kereta api di negara-negara maju saat ini terus mengalami peningkatan

baik

untuk

angkutan barang

maupun

untuk

angkutan

penumpang. Dengan meningkatnya permintaan penggunaan kereta api maka tentunya jaringan rel harus berkembang dan diperluas guna mencapai kapasitas yang dibutuhkan. Pengembangan infrastuktur ini memerlukan investasi ekonomi yang besar dan di anggap cukup sulit untuk dipenuhi semuanya. Selain itu infrastruktur kereta api yang sudah dibangun tidak mudah untuk di rubah dimensinya dan disesuaikan dengan kondisi terkini. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk meningkatkan kapasitas tanpa perlu membangun banyak infrastruktur baru.

8

Menurut Jose Luis Espinosa-Aranda, dkk., 2013, s trategi yang dapat digunakan adalah menambah jumlah kereta tetapi dengan menggunakan infrastruktur yang sama. Cara yang ditempuh adalah melalui menejemen yang baik yaitu dengan membuat penjadwalan perjalanan kereta yang terkordinasi dengan baik. Untuk penjadwalan pergerakan kereta api melalui jaringan digunakan model supply. Model permintaan ini memperhitungkan keputusan penumpang untuk mempertimbangkan jadwal dan hubungan antar kereta. Tujuan dari fungsi model ini adalah untuk meminimalkan keterlambatan kereta atau meminimalisasi penundaaan kereta. Untuk memodelkannya dilakukan pendekatan matematis menggunakan grafik alternatif. Melalui penggunaan grafik alternatif, jaringan kereta api yang terdiri dari jalur normal dan jalur stasiun dibagi menjadi beberapa blok yang bibatasi oleh sinyal blok. Gerakan kereta dikendalikan oleh sistem sinyal yang memastikan bahwa setiap bagian blok hanya dimasuki satu kereta dan satu waktu. Waktu masuk semua kereta di dalam bagian blok harus disinkronkan untuk menghindari konflik. Model grafik alternatif ini telah dicoba oleh Pacciarelli, 2002 dan hasilnya adalah bahwa model ini merupakan alat yang ampuh untuk masalah penjadwalan. Di samping itu salah satu cara lainnya untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur kereta api adalah melalui pengaturan sinyal dan sistem perlindungan keamanan kereta otomatis.

Pengaturan sinyal dan sistem

perlindungan keamanan kereta dibagi menjadi empat bagian yaitu :

a. Mendeteksi jalur bebas. b. Interlocking, pengaturan rute teknis.

9

c. Signalling, menunjukkan otoritas gerakan bagi masinis kereta. d. Automatic Train Protection (ATP), mewaspadai kesalahan masinis.

More Documents from "Yukhri"

1. Cover.docx
April 2020 8
3 Ka.pdf
April 2020 6