1
MANAJEMEN MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT PONDOK INDAH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos I)
Oleh : ANGGY TRI SETYAWAN NIM : 104053002010
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
2
MANAJEMEN MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT PONDOK INDAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos I)
Oleh ANGGY TRI SETYAWAN NIM : 104053002010
Di Bawah Bimbingan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011
3
4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2011
Anggy Tri Setyawan
ABSTRAKSI Anggy Tri Setyawan 104053002010 Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pada Periode Kepengurusan 2010-2011 Masjid merupakan salah satu tempat yang memungkinkan untuk mencetak orang-orang yang taat beribadah sebagai realisasi iman dan takwa, baik dalam perilaku individu maupun lingkungan masyarakat. Masjid bukan hanya sebagai simbol agama yang sakral, akan tetapi harus mempunyai dampak terhadap perbaikan umat. Supaya kualitas umat semakin mumpuni dan mampu mendalaminya dalam rangka menjalankan ritual keagamaan secara kaffah. Sebab masjid mempunyai nilai dan makna yang sangat suci kedudukannya dari zaman dahulu hingga sekarang. Perkembangan masjid di Indonesia teramat pesat, sehingga masjid memerlukan pengelola yang terampil dan profesional. Banyak diantara masjid yang masih memfungsikan masjid hanya sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikannya masjid sebagaimana mestinya. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang mendapatkan prioritas, semakin baik pengelolaan masjid dengan kreatif dan inovatif maka akan memberikan citra tersendiri bagi sebuah masjid, dimana tercermin budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan masyarakat setempat. Pengelolaan masjid secara profesional berarti mengembangkan masjid, akan tetapi untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan manajerial dengan cara tidak lain adalah dengan mengadakan berbagai macam program kegiatan disertai sarana fasilitas masjid yang mendukung dan memadai. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana pengelolaan Masjid Raya Pondok Indah dilihat dari segi manajemennya melalui fungsi-fungsinya yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasannya dapat berperan untuk memanfaatkan semua fungsi-fungsi masjid tersebut dengan tujuan pemakmuran masjid. Dari hasil penelitian, tampak bahwa usaha para pengurus Masjid Raya Pondok Indah yang dilakukan dari waktu ke waktu telah memberi dampak positif dalam rangka upaya peningkatan aktivitas keagamaan meskipun belum sepenuhnya peningkatan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal yang tampak nyata adalah mulai adanya minat dari warga sekitar untuk datang ke masjid meskipun belum sepenuhnya berniat untuk memakmurkan masjid, akan tetapi datang hanya untuk sekedar melihat-lihat program yang diselenggarakan oleh manajemen Masjid Raya Pondok Indah, seperti bazaar pakaian, dan yang lainnya. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pekerjaan rumah yang harus segera dipecahkan solusinya dengan cara-cara yang inovatif dan kreatif.
i
ii
KATA PENGANTAR
Terukir rasa syukur kupersembahkan kepada Sang Khalik yakni Allah SWT, karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah ruah kepada penulis, semoga pada saat ini penulis masih dapat merasakan setetes ilmu yang Kau titipkan, dan penulis berharap dapat mengamalkannya sampai malaikat menyulam kebaikanku di akhir hisab nanti. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman, karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar kami menjadi insan kamil yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ayah dan Bunda tercinta, H. Muhammad Sidik dan Lilis Kurnia yang senantiasa ikhlas dan sabar mendampingi penulis mulai dari pendidikan taman kanak-kanak sampai ke jenjang perguruan tinggi dan selalu memberikan doa dan restunya sehingga penulis bisa melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Khusus buat bunda, skripsi ini penulis persembahkan agar bunda bisa berangkat dengan tenang dalam menjalankan kewajiban rukun islam yang
iii
kelima. Semoga bunda bisa kembali dengan selamat dan membawa haji yang mabrur. Amin. 2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan H. Mulkanasir, BA. Spd. MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah karena mengizinkan penulis untuk menggunakan judul ini dan banyak memberikan nasihat dan saran kepada penulis. 4. Dr. Sihabudin Noor, MA selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis dan telah ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi penulis. 6. Seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh Pengurus Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, Bapak Syamsul Marlin, M. Ag dan Bapak Abdul Fatah Muttabik, S. Ag yang telah banyak membantu penulis dan telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan masukan yang berarti bagi penulis.
iv
8. Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa Khadim Majelis Rasulullah dan Ustadz Marzuki yang menjadi guru serta panutan penulis dalam segala aktivitas yang penulis lakukan. 9. Kurniawati A. Mk, dimana menjadi tempat penulis bersandar dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, baik ketika suka maupun duka. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya kepada penulis. 10. Teman-teman terdekatku alumni SMUN 74 Jakarta angkatan 2004, Bima Setiadi, Andi Nurcahyadi, Agus Sangaji, Jati Sukoco yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, dan dengan setia menemani penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 11. Tony Andika Sitorus dan Ari Irawan, sahabat dan rekan perjuangan di lingkungan tempat tinggal penulis yang rela meluangkan waktunya untuk membantu penulis ketika penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman seangkatan penulis di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Nurfahmi, Ade Rahmat Suhendi, Zulham, M. Taufik Akbar. Tetap semangat kawan, semoga kebersamaan kita tidak berhenti sampai di sini. Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya. Jakarta
v
DAFTAR ISI ABSTRAKSI ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... D. Metodologi Penelitian ................................................................................... E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... F. Sistematika Penulisan ...................................................................................
1 4 4 5 8 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Manajemen ........................................................................................................... 11 1. Pengertian Manajemen ................................................................................... 11 2. Unsur-unsur Manajemen ....................................................................... 14 3. Fungsi-fungsi Manajemen ....................................................................... 17 B. Masjid ........................................................................................................... 21 1. Pengertian Masjid ................................................................................... 21 2. Fungsi Masjid ............................................................................................... 24 3. Manfaat Masjid ............................................................................................... 26 4. Manajemen Masjid ................................................................................... 29 C. Pengertian Aktivitas Keagamaan ....................................................................... 31 BAB III GAMBARAN UMUM MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN A. Sejarah Singkat Masjid Raya Pondok Indah ............................................... 34 B. Visi dan Misi Masjid Raya Pondok Indah ........................................................... 37 C. Struktur Organisasi Masjid Raya Pondok Indah ............................................... 38 D. Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah ............................................... 41 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT PONDOK INDAH A. Sistem Manajemen Masjid Raya Pondok Indah ............................................... 47 B. Analisis POAC dalam Aplikasi Sistem Manajemen Masjid Raya Pondok Indah ………………………………………........... 50 1. Perencanaan (planning) ................................................................................... 50 2. Pengorganisasian (organizing) ....................................................................... 51 3. Pelaksanaan (actuating) ................................................................................... 54
vi
4. Pengawasan (controlling) ....................................................................... 56 C. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Masjid Raya Pondok Indah Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan ................................... 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................... 59 B. Saran-saran ........................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman agama terutama agama Islam yang memang merupakan agama mayoritas setiap masyarakat Indonesia. Tiap-tiap agama pasti mempunyai tempat ibadahnya masing-masing, hal ini berguna sebagai sarana komunikasi antar sesama penganut agama tersebut, begitupun dengan Islam. Pembangunan masjid kian ramai dan megah di setiap daerah atau kepulauan Indonesia, namun nampak dalam setiap masjid yang dibangun belum terlihat fungsionalitas yang maksimal. Masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Masjid bukan hanya sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.1 Sebagaimana makna atau arti dari kata masjid itu sendiri yaitu tempat sujud.2 Masjid selain sebagai tempat ibadah dapat pula difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial keagamaan, sosial kemasyarakatan maupun yang berkenaan dengan sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik.3 Masjid merupakan tempat atau rumah ibadah bagi umat Islam dan merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Semuanya bisa 1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1998), h. 462. Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1989), cet. Ke-5, h. 126. 3 Bachrun Rifa’i dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid, (Bandung : Benang Merah Press, 2005), h. 35. 2
1
2
berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Namun dalam kenyataanya, fungsi masjid yang berdimensi duniawiyah kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban Islam.4 Maka dari itu, masjid harus difungsikan semaksimal mungkin, maksudnya masjid harus difungsikan sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dengan manajemen yang sebaikbaiknya sehingga masjid bukan hanya dijadikan tempat ibadah ritual saja. Pada zaman Rasulullah SAW, masjid merupakan tempat ibadah yang digunakan sebagai tempat berdakwah, ini berarti masjid mempunyai fungsi yang begitu besar dalam hal dakwah, baik dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya maupun antar sesama sahabat. Oleh karena itu dakwah merupakan suatu yang amat mulia di dalam Islam dan menjadi sarana utamanya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 18 :
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
4
Muhammad Zen, dkk., Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi”, (Jakarta : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 253-254.
3
Masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan islam, dapat digunakan untuk melakukan pembinaan umat dan mengembangkan dakwah dalam peningkatan kualitas umat dan sebagai pusat kebudayaan.5 Maka dalam hal ini masjid harus berperan sebagai wadah pemersatu yang memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat atas dasar persamaan agama, dan ukhuwah islamiyah. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan mutu/ kualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah.6 Dari beberapa pendapat di atas penulis memahami bahwa masjid dan dakwah merupakan satu kesatuan yang saling mengisi, kalau di umpamakan laksana gudang dengan barangnya. Dengan demikian masjid yang didirikan di dalam suatu lokasi tertentu harus dapat berperan sebagai tempat atau media dakwah islamiyah. Dakwah itu pada dasarnya meliputi berbagai aspek kegiatan, termasuk di dalamnya masalah sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Oleh karenanya dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan umat.7 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Manajemen Masjid Raya
5 6
Sidi Ghazalba, Masjid Sebagai Pusat Ibadah, h. 236. Nana Rukmana D. W., Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002), cet. Ke-1,
h.57. 7
Nana Rukmana D. W., Masjid dan Dakwah, h.51-52.
4
Pondok Indah Jakarta Selatan Sebagai Upaya Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Masyarakat Pondok Indah” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, agar penelitian tidak melebar dari pokok permasalahan, penulis membatasi pada penerapan fungsi manajemen di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan meliputi planning
(perencanaan),
organizing
(pengorganisasian),
actuating
(pelaksanaan), controlling (pengawasan). Penelitian ini dibatasi pada rentang waktu periode kepengurusan 2010/2011 antara bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah adalah : a. Bagaimana aplikasi fungsi manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan pada periode kepengurusan 2010-2011? b. Bagaimana hambatan atau kendala yang dihadapi Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan pada periode kepengurusan 2010-2011? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini, antara lain :
5
a. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi fungsi manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan periode kepengurusan 2010-2011. b. Untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi oleh Masjid Raya Pondok Indah periode kepengurusan 2010-2011. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Akademis Manfaat akademis dari penulisan skripsi ini adalah dapat menambah khazanah keilmuan kepada mahasiswa serta dosen Jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya dan mahasiswa serta dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada umumnya. b. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
bahan
acuan
bagi
para
praktisi
dakwah
dalam
mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen masjid sehingga masjid dapat menjadi pusat kegiatan dakwah. D. Metodologi Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data-data dari orang yang diamati. Lexy J. Moleong mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-
6
orang, perilaku orang yang dapat diamati secara langsung. 8 Dari teori di atas, penulis melakukan penelitian dengan mengamati dan mengumpulkan datadata, kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa. 1. Teknik pengumpulan data Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dan mengolah data selama mengadakan penelitian adalah sebagai berikut : a. Observasi Observasi atau pengamatan langsung adalah pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala obyek yang diteliti.9 Pada penelitian ini, penulis mengamati aktivitas keagamaan yang terjadi di Masjid Raya Pondok Indah. Aktivitas keagamaan disini mencakup shalat rawatib dan shalat Jum’at yang diadakan di Masjid Raya Pondok Indah, serta kegiatankegiatan keagamaan yang diadakan oleh manajemen Masjid Raya Pondok Indah. b. Wawancara Wawancara adalah penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab atau responden.10 Pada penelitian ini, penulis mengadakan wawancara
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
9
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980), cet. Ke-7, h. 102. M. Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-2, h. 182.
h. 4. 10
7
langsung secara tatap muka dengan Bapak Syamsul Marlin, M. Ag. Selaku Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen
rapat,
agenda,
dan
sebagainya.11
Adapun
dokumentasi yang penulis gunakan sebagai referensi dalam penulisan ini yaitu arsip-arsip dari Masjid Raya Pondok Indah. 2. Teknik analisis data Lexy J. Moleong di dalam bukunya menjelaskan bahwa analisa data yaitu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.12 Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan dalam menganalisa data adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu teknik analisa dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut, dan menggambarkan keadaan sasaran apa adanya. 13 Dalam penulisan ini, penulis menganalisis tentang bagaimana aplikasi fungsi manajemen di Masjid Raya Pondok Indah.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), h. 202. 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 280. 13 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), h. 21.
8
E. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis melakukan penelitian skripsi ini, penulis menemukan adanya skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai bahan perbandingan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam pembuatan skripsi yang akan penulis susun yaitu : 1. Wahyudin (104051001771) dengan judul : “Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah : Analisa terhadap Masjid Baitul Faizin Pemkab Bogor”, yang menitikberatkan pada dakwah yang dilakukan Masjid Baitul Faizin. 2. Amir
Hamzah
(103053028695)
dengan
judul
:
“Manajemen
Penggerakkan Ta’mir Masjid Jami Al-Hidayah Kali Abang Bungur Bekasi”, yang menitikberatkan pada penggerakkan ta’mir Masjid Jami Al-Hidayah. 3. Hani Ma’rifati (102051025500) dengan judul : “Masjid sebagai Pusat Dakwah : Analisis tentang Strategi Dakwah Masjid At-Ta’awun”, yang menitikberatkan tentang strategi dakwah di Masjid At-Ta’awun. Sedangkan judul yang penulis ambil yaitu “Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pada Periode Kepengurusan 2010-2011”. Judul yang penulis ambil memang sama-sama meneliti tentang masjid, namun terdapat perbedaan dalam pembahasannya. Adapun materi yang penulis bahas ialah tentang bagaimana peran fungsi manajemen Masjid Raya Pondok Indah dalam meningkatkan aktivitas keagamaan.
9
F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini penulis bagi ke dalam beberapa bab dengan maksud untuk memudahkan penulisan dalam melakukan perubahan. Hal ini penulis lakukan agar pembahasan yang penulis jelaskan tidak menyimpang dari tema pokok pembahasan. Adapun pembagian tersebut meliputi : BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini menjelaskan tentang manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan sebagai upaya dalam meningkatkan aktivitas
keagamaan
yang terdiri
dari
pengertian manajemen, unsur-unsur manajemen, fungsifungsi manajemen, pengertian masjid, fungsi masjid, manfaat masjid, manajemen masjid, dan pengertian aktivitas keagamaan. BAB III
: GAMBARAN UMUM MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN Pada bab ini menggambarkan tentang sejarah berdirinya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, visi dan misi,
10
struktur organisasi, program-program kegiatan Masjid Raya Pondok Indah. BAB IV
: ANALISIS MANAJEMEN MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
AKTIVITAS KEAGAMAAN
MASYARAKAT PONDOK INDAH Pada bab ini menjelaskan tentang bagaimana manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan yang berisi perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakkan,
dan
pengawasan sebagai upayanya untuk meningkatkan aktivitas keagamaan, serta apa saja hambatan atau kendala yang dihadapi Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. BAB V
: PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa inggris, yaitu dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand yang berarti mengurus, to control yang berarti memeriksa atau mengawasi, to guide yang berarti menuntun atau mengemudikan. Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya,
manajemen
berarti
“mengurus,
memeriksa,
mengawasi,
mengendalikan, mengemudikan atau membimbing”.1 Dan juga dapat diartikan pengendalian, menangani dan mengelola.2 Dan dalam bahasa latin, berasal dari kata manus yang berarti memimpin, menangani, dan mengatur.3 Pada pengertian lain, istilah manajemen berasal dari bahasa italia, yaitu maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan, kemudian dalam bahasa inggris menjadi management, dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia yaitu tata laksana, pengelolaan atau pengurusan.4 Manajemen merupakan sebuah kegiatan yang pelaksanaannya disebut managing dan orang yang melakukannya disebut manager, individu yang menjadi manager menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat 1
John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), h. 375 Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Grasindo, 2001), h. 1 3 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 1 4 Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi : Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004), Cet. Ke-1, h. 72 2
11
12
“managerial” yang penting diantaranya menghilangkan kecenderungan untuk melaksanakan segala sesuatunya seorang diri.5 Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.6 Pada dasarnya manajemen memiliki pengertian yang begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang digunakan secara permanen. Berikut ini beberapa definisi tentang manajemen yang dikutip dari beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) George R. Terry, seperti yang dituliskan Mochtar Effendi di dalam bukunya mendefinisikan bahwa manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab di tangan yang memerintah.7 2) Winardi, yang dikutip oleh Abdul Syani mengatakan bahwa manajemen adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis, dikumpulkan dan diterima sehubungan dengan pengertian tentang kebenaran-kebenaran universal.8 3) Dalam bukunya Jawahir Tantowi, Lauren A. Aply juga berpendapat bahwa “management is art getting things done through people” yang artinya manajemen adalah seni untuk
5
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 2000), h. 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 708 7 Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta : Bhatara Karya Aksara,1986), Cet. Ke-1, h. 9 8 Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta : Bina Aksara, 1992), h. 1 6
13
menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu.9 4) M. Manulang berpendapat bahwa manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan,
pengorganisasian,
penyusunan,
penggerakan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.10 5) Robert Kritner dalam bukunya Management yang dikutip oleh Zaini Muctharom, mengatakan bahwa “ Management is the of working with and trough other to achieve organizational objectives in a changing environment central to process is the effective and efficient use of limited resources” yang artinya manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi dalam lingkup yang
berubah, proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien.11 Dari definisi-definisi manajemen yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi manajemen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Adapun proses tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan 9
Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983), h. 10 10 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1, h. 15 11 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta : Al Amin Press : 1996), Cet. Ke-1, h. 36
14
pengawasan. Dengan proses tersebut diharapkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien. 2. Unsur-unsur Manajemen Manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia, yang mana merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran atau suatu telaah yang direncanakan terlebih dahulu. Untuk mencapai sasaran itu, diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga sebagai unsur-unsur manajemen.12 Dalam bukunya Ibrahim Lubis, George R. Terry mengemukakan lima unsur manajemen (5M) lebih luas dan terperinci, yaitu man, materials, machines, methods, money.13 Selain teori 5M di atas, dalam dunia perdagangan dikenal unsur dasar yang ke enam dari manajemen yaitu market (pasar).14 Adapun unsurunsur tersebut terdiri dari 6 macam, yaitu man, money, material, machine, method, dan market (manusia, uang, barang, mesin, metode dan pasar) yang dirumuskan menjadi 6M.15 Dan untuk lebih jelasnya lagi, dari unsur-unsur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Man (Tenaga kerja manusia)
12
H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 42 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-1, h. 34 14 Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), Cet. Ke8, h. 49 15 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 43 13
15
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur yang terpenting sehingga berhasil atau kuatnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai. Sedangkan manajer atau pimpinan itu sendiri adalah orang yang mencapai hasil atau tujuan melalui orang lain.16 Manusia merupakan hal yang mutlak, tak akan ada manajemen tanpa adanya manusia, sebab manusialah yang merencanakan, melakukan, menggunakan dan merasakan hal dari manajemen itu sendiri.17 2) Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan) Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan selain manusianya. Pengaruh dan peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan baik sehingga tidak memerlukan uang yang begitu besar. 3) Methods (Sistem atau cara untuk mencapai tujuan) Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang tepat sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi. Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan menghasilkan produk yang baik pula sehingga tujuan bisa tercapai dengan efektif dan efisien. 16
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 6 Hamzah Yaqub, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung : Diponegoro, 1984), h. 31 17
16
4) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan) Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan organisasi tertentu perlu disiapkan bahan perlengkapan apa-apa saja yang sedang dibutuhkan. 5) Machines (Mesin-mesin yang diperlukan) Peranan mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi,
mesin
dapat
membantu
manusia
dalam
pekerjaannya,
mendefinisikan waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak dan baik. 6) Market (Pasar atau tempat untuk menjual hasil produksi) Peranan market atau pasar sangat penting dalam manajemen karena tanpa market tidak akan ada produksi. Market merupakan aktivitas
yang
berhubungan
dengan
penjualan
barang
hasil
produksi.pengadaan bahan baku supaya kegiatan berjalan secara kontinu, promosi produksi dan sampai kepada usaha menerobos pasar supaya
penjualannya
menghendaki
seorang
memperoleh manager
pemasaran.18
18
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 17
keuntungan.
untuk
Pasar
mempunyai
juga
orientasi
17
3. Fungsi-fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen merupakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dalam bidang manajemen. Fungsi manajemen adalah hal-hal yang secara khas dilakukan oleh para manajer dan bersifat universal. Artinya,fungsi manajemen dapat digunakan dalam organisasi apapun dan dalam bentuk perusahaan apapun. Disini penulis hanya menggunakan 4 fungsi manajemen yang sering / biasa
digunakan
adalah
Planning,
Organizing,
Actuating,
dan
Controlling. Agar lebih mudah dipahami penjelasan, arti, dan maksud dari setiap fungsi manajemen tersebut sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) Planning atau disebut juga perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan imajinasi dan pandangan ke depan yang terarah berdasarkan penilaian yang benar.19 Perencanaan (Planning) adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang akan melaksanakannya.20 Perencanaan adalah suatu kumpulan keputusan-keputusan yang saling kait mengait sehingga
19 20
Mochtar Effendi, Manajemen suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 75 Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), h. 56
18
sulit perencanaan tersebut di buat secara mendadak.21 Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.22 Dari beberapa pengertian tentang perencanaan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa perencanaan merupakan suatu yang vital bagi keberhasilan seorang manajer karena berisi tentang gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan bagaimana solusi atau pemecahannya jika terdapat hambatan dalam menjalankannya. 2. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.23
Pengorganisasian
adalah
suatu
proses
dimana
pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani, dan aktifitas mengkoordinasi hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan.24 Pengorganisasian adalah proses penentuan struktur dan alokasi kerja.25 Pengorganisasian adalah menetapkan dimana
21
Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987), h. 39 22 George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999), h. 1 23 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), h. 81-82 24 Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung : Mandar Maju, 1990), h. 375 25 Joseph L. Massie, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Erlangga, 1979), h. 7
19
keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja.26 Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya.27 Pengorganisasian disini penting karena bertujuan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan pembagian kerja sehingga dapat terciptanya suatu kesatuan sistem kerja yang dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Actuating (Penggerakkan) Fungsinya meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan yang ada dalam struktur, setelah diadakan pembagian pekerjaan atau pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Bila rencana tersusun, struktur organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah diisi, maka tugas pimpinan untuk menggerakkan atau mengerahkan bawahan agar apa yang menjadi tujuan perusahaan tersebut dapat direalisasikan. Penggerakkan (Actuating) juga berarti keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.28
26
Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), h. 9 Stephen P. Robbins dan Marry Coulter, Manajemen, (Jakarta : PT. Prenhallindo, 1999), h. 11 28 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 128 27
20
4. Controlling (Pengerakkan) Fungsinya pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain. Pengawasan atau biasa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan. Fungsi manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya yang sedang dilaksanakan.29 Pengawasan (Controlling) juga berarti suatu proses untuk
menetapkan
menilainya,
pekerjaan
mengoreksi
bila
apa perlu
yang
sudah
dengan
dilaksanakan,
maksud
supaya
pelaksanaannya sesuai dengan rencana semula.30 Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.31 Pengawasan adalah memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan rencana.32 Pengawasan adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korektif bilamana dibutuhkan.33 Pengawasan
29
AM. Radarman SJ dan Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 132 30 Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, h. 140 31 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 169 32 Winardi, Asas-asas Manajemen, h. 588 33 Chuck Williams, Manajemen, h. 9
21
adalah memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatankegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.34 B. Masjid 1. Pengertian Masjid Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan, yang berarti tempat merendah diri, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah dan setiap tempat untuk menunduk kepada Allah.35 M. HR. Songge menyatakan Masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba melakukan segala aktifitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.36 Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di Masjid pula lah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat shubuh.37
34 35
Stephen P. Robbins dan Marry Coulter, Manajemen, h. 11 Zaid Husein Hamid, Kamus Muhyassar : Indonesia Arab, (Pekalongan : Raja Murah, 1982), h.
135 36
M. HR. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta : PT. Media Citra, 2001), h. 12-
37
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 1-2
13
22
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologi, Masiid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah umat islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah.38 Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung unsur kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al-Jin ayat 18 :
Artinya : “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (Q.S. Al-Jin : 18).39 Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, masjid adalah tempat saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena saat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong-menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh ikatan kasih sayang antar jamaah masjid kaum mukmin.40
38
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet. Ke-1,
h. 23 39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta : PT. Pena Pundi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 1343 40 Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid : Langkah Maju Kebangkitan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Sofwa, 2005), h. 44
23
Sedangkan pengertian masjid menurut istilah adalah tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah islamiyah.41 Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah, seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWT Surat AnNur ayat 36-37 berikut :
Artinya :
“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (Q.S. An-Nur : 36-37)
Dengan demikian, masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik.42 Dari beberapa definisi tentang pengertian masjid yang dikemukakan oleh para ahli maka penulis menarik kesimpulan bahwa masjid adalah tempat segala kegiatan yang dilakukan oleh umat dalam rangka
41
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 201 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1, h. 7 42
24
menjalankan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal (kepada Allah SWT) maupun yang bersifat horizontal (kepada sesama manusia). 2. Fungsi Masjid Menurut E. Ayub, fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah : 1. Masjid
merupakan
tempat
kaum
muslimin
beribadah
dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. 2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian. 3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. 4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan. 5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
25
6. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin. 7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader pimpinan umat. 8. Masjid
tempat
mengumpulkan
dana,
menyimpan,
dan
membagikannya. 9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.43 Sedangkan dalam sumber lain disebutkan bahwa fungsi-fungsi masjid adalah sebagai berikut : 1. Sebagai tempat shalat. 2. Sebagai fungsi sosial kemasyarakatan. 3. Sebagai fungsi politik. 4. Sebagai fungsi pendidikan. 5. Sebagai fungsi ekonomi. 6. Sebagai fungsi pengembangan seni-budaya.44 Dari beberapa penjelasan di atas jelas bahwa masjid tidak hanya difungsikan sebagai sarana beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah, melainkan juga sebagai pusat berbagai kegiatan sosial yang berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari. 3. Manfaat Masjid Dengan semangat tinggi masjid yang kita bangun secara bergotongroyong, saling membantu, berkorban menyalurkan harta shadaqah, infak 43
Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid, h. 7-8 Bachrun Rifa’i dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid, h. 46 44
26
dan wakaf demi berdirinya masjid bangunan suci Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin atau golongan. Masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya layaknya kawasan taman-taman surga nan indah dan damai,
tinggal
bagaimana
kita
mengisi
dan
memakmurkannya.
Hendaknya masjid jangan sampai sepi dalam syi’ar atau kegiatannya. Masjid dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jamaah atau umat dari berbagai aspek manfaat, paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari :45 a. Aspek Ibadah Manfaat kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan kebiasaan atau sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai rasulnya yang menjadi tolak ukur dan tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah adalah adanya khusyuk dalam shalat, suasana tenang, damai dan ada rasa dekat kepada Allah SWT, termasuk juga membayar zakat, harta atau fitrah dengan rasa senang, dengan pelayanan yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian masjid yang berjalan menurut sistem dan aturan yang jelas memudahkan jama’ah, dan masyarakat sekitar bertambah simpatik dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi dengan imam shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, yang insya Allah menambah khusyuk dalam beribadah. 46 Dengan
45 46
Jurnal Manajemen Kemasjidan, (Ta’mir Masjid), Juni 2006, Vol. V, No. 2, h. 51 Ibid., h. 53
27
demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk latihan dan kritik diri kita, serta pembaharuan i’tikad baik. b. Aspek Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Pemberdayaan SDM Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain dari kehidupan sosial, ekonomi, dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi dan berjalan dengan program-program atau kegiatan yang jelas terhadap kegiatan sosial dan lain sebagainya, akan menambah kepercayaan jama’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri mereka dalam bentuk santunan, bantuan dan lain-lain yang jelas arahnya bahwa siapa yang berhak menerimanya. Masjid sebagai pusat kebudayaan disamping sebagai pusat ibadah juga menampung semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas taqwa, atau yang menunjang tercapainya rohani taqwa. c. Aspek bagi Keluarga dan Lingkungan Masyarakat Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah dewasa yang selalu memakmurkan masjid, keluarga tersebut akan mendapatkan rahmat Allah karena doa yang dibaca setiap memasuki masjid. Belum lagi manfaat dari shalat berjamaah yang akan memperkuat tali persaudaraan dengan anggota jamaah lainnya, dengan demikian akan terbangun rasa solidaritas atau ta’awun (saling tolong-menolong), dampak positif bagi lingkungan masyarakat akan
28
menambah hubungan baik, lingkungan akan nyaman, persaudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat. Dengan demikian akan tercipta rasa marhamah (saling kasih-mengasihi).47 d. Aspek bagi Generasi Muda Generasi muda yang membuahkan mata hati yang sejuk dipandang, dan calon pemimpin masa depan harus dapat dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi dan mampu membaca dan memberikan peluang terhadap generasi muda yang merupakan cikal bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan pembinaan terhadap generasi muda, masjid dapat mandiri dan dapat menolong masayarakat lemah di lingkungan masjidnya. Sementara ini memang pembinaan terhadap generasi muda masjid belum maksimal, sehingga
menimbulkan
ketimpangan-ketimpangan,
kekosongan
pembinaan akan membawa dampak negatif atau kemunduran masjid di masa-masa mendatang. e. Aspek Ta’lim dan Pendidikan Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun diri untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid yang makmur memberikan peluang untuk para jama’ah atau masyarakat sekitar untuk belajar dan mengajar. Maka pengelolaan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan belajar dan mengajar.48 Program
47 48
Ibid., h. 54 Ibid., h. 55
29
yang ditawarkan harus menarik dan berbeda sehingga mempunyai ciri khas tersendiri dalam proses pendidikannya. f. Aspek Dakwah Dakwah merupakan kewajiban kita semua. Menurut Syeikh Ali Makhfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah adalah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut
petunjuk,
menyeru
mereka
berbuat
melarangnya dari perbuatan munkar agar
kebaikan
dan
mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.49 Perubahan jama’ah atau masyarakat sekitar masjid terhadap pengamalan agamanya akan menjadi baik dengan sendirinya jika masjid mampu menjalankan perannya sebagai pusat kegiatan dakwah dengan baik. Mencintai masjid berarti meramaikan masjid dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti dakwah mimbar, halaqah, zikir, baksos, kerja bakti dan sebagainya. Apabila semua hal tersbut dapat terlaksana dengan baik, maka dengan sendirinya masjid akan menjadi pusat segala aktivitas umat yang berprioritas kepada akhirat. 4. Manajemen Masjid Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip. Dalam buku Idarah Masjid terbitan disebutkan, idarah masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan
49
DR. Ahmad Mubarok MA, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999), h. 19
30
islam.50 Sementara itu Drs. Moh. E. Ayub dalam bukunya mendefinisikan Idarah Masjid adalah usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya.51 Dari beberapa pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staff dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid. Dalam pelaksanaan manajemen masjid atau idarah masjid, secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Idarah Binail Maadiy (Physical Management) Idarah binail maadiy atau manajemen secara fisik yang meliputi kepengurusan penjagaan
masjid,
kehormatan,
pengaturan ketertiban
pembangunan dan
fisik
keindahan
masjid, masjid,
pemeliharaan tata tertib dan keamanan, pengaturan-pengaturan keuangan dan administrasi masjid serta pemeliharaan fasilitas yang dimiliki masjid tersebut dan penataan masjid lainnya yang bersifat fisik.
b. Idarah Binail Ruhiy (Functional Management)
50 51
Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI Haramain, 2001), h. 81 Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 35
31
Idarah binail ruhiy atau manajemen secara fungsional yaitu pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat kebudayaan islam. Idarah binail ruhiy ini meliputi pendidikan islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, pelaksanaan dakwah, pembinaan-pembinaan mental spiritual dan pemberdayaan
ekonomi
umat
dalam
rangka
menciptakan
kesejahteraan material umat. Di samping itu, kegiatan penerangan ajaran islam secara teratur meliputi pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat, melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan islam, serta mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.52 C. Aktivitas Keagamaan Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga.53 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari kata activity atau activus yang berarti aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia.54 Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, dan aktivitas terkadang juga terkait dengan lembaga atau sebuah organisasi. 52
Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, h. 33 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h. 17 54 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 20 53
32
Menurut Ensiklopedi Islam, kata agama dalam bahasa indonesia berarti sama dengan kata Din dalam bahasa arab. Sedangkan kata Din mempunyai arti menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.55 Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok, ada empat dimensi keagamaan, yaitu : 1) Dimensi Keyakinan, berisi pengharapan-pengharapan dimana orang beragama berpegang teguh kepada theologis tertentu dan mengakui doktrin-doktrin tersebut. 2) Dimensi Praktek Agama, mencakup perilaku pemujaan dan ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. 3) Dimensi Pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama memandang pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi, dan sensasi yang dialami seseorang. 4) Dimensi Pengetahuan Agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang sudah beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus, dan tradisi.56 Dengan demikian aktivitas keagamaan adalah suatu perbuatan, tindakan yang dilakukan secara individu atau golongan dalam hal-hal yang 55
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet. Ke-1, h. 63 Djamaluddin Ancok dan Fuad Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 1999), h. 77-78 56
33
berhubungan dengan keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan tertentu. Sedangkan aktivitas keagamaan yang penulis maksud disini adalah mencakup kegiatan shalat rawatib dan shalat jum’at serta kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pihak manajemen Masjid Raya Pondok Indah.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID RAYA PONDOK INDAH A. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan Masjid adalah rumah Allah SWT, tempat sujud umat Islam kepada Khaliknya. Sejak masjid pertama (Masjid Quba) didirikan oleh Rasulullah, fungsi masjid tidak hanya semata-mata sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pembinaan umat islam dalam rangka hablumminallah dan hablumminannas. Masjid Raya Pondok Indah dibangun atas prakarsa Pendiri Yayasan Masjid Raya Pondok Indah yang diketuai oleh Bapak H. Sudwikatmono dan didukung oleh Yayasan Pondok Indah dan PT. Metropolitan Kencana Jakarta. Perencanaan pembangunan Masjid Raya Pondok Indah dipimpin langsung oleh Bapak Ir. H. Ismail Sofyan. Pembangunan dimulai pada tahun 1990 dan baru selesai pada tahun 1992 dengan menghabiskan biaya kurang lebih Rp. 12.000.000.000,00 (dua belas milyar rupiah) untuk nilai bangunan dan tanah. Peletakkan batu pertama pembangunan Masjid Raya Pondok Indah dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 1991 pada pukul 11.00 WIB oleh Bapak H. Sudharmono, SH (Wakil Presiden Republik Indonesia) dan dilanjutkan dengan kegiatan shalat jum’at untuk pertama kalinya.1 Konsep perencanaan arsitektur Masjid Raya Pondok Indah mengacu pada arsitektur masjid tradisional. Salah satu ciri masjid tradisional yang banyak tersebar di seluruh nusantara adalah beratap susun, dan kebanyakan bersusun tiga lapis. Bertolak dari konsep tersebut maka perencanaan Masjid Raya Pondok 1
Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, Masjid Raya Pondok Indah, h. 2
34
35
Indah dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta bentuk baru, namun tetap mengekspresikan bentuk masjid beratap susun tiga, serasi dan menyatu dengan lingkungan. Menara masjid yang tingginya 50 meter berbentuk runcing ke atas yang berakhir pada bulan bintang, mencerminkan bentuk seberkas cahaya yang menerangi bumi dari bulan bintang, yang melambangkan bahwa islam merupakan cahaya penerang bagi bumi beserta seluruh alam. Lantai atas yang merupakan ruang shalat terdapat dinding kiblat, tanpa ruang mihrab, karakter ini merujuk kepada Masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah. Pada dinding mimbar dipahat kaligrafi dua kalimah syahadat sebagai rukun islam pertama yang merupakan ikrar kesaksian atas kebenaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Untuk menambah keagungan rumah Allah ini, di sekeliling bagian atas ruang shalat dipahat kaligrafi Asmaul Husna (nama-nama Allah SWT). Masjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk ruang shalat utama sedangkan lantai bawah untuk ruang serbaguna. Secara keseluruhan masjid ini dapat menampung sekitar 2.600 jamaah di lantai atas dan bawah. Struktur bangunan masjid ini dibuat dari beton bertulang dan rangka atap baja, semua material struktur dan finishingnya diusahakan menggunakan bahan alam dengan maksud supaya umat yang menggunakan masjid ini akan lebih dekat dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Penciptanya. Masjid ini juga dilengkapi dengan ruang wudlu, perpustakaan, ruang kantor, gedung dan ruang jaga. Selain dari bangunan masjid, pembuatan bangunan lain sengaja ditempatkan di bawah permukaan tanah, dengan maksud agar bangunan masjid
36
tidak terhalang oleh bangunan-bangunan lain, sehingga penampilannya akan menjadi lebih anggun.2 Pada tanggal 2 Desember 1992 dilaksanakan serah terima tanah dan bangunan Masjid Raya Pondok Indah dari PT. Metropolitan Kencana / Yayasan Pondok Indah kepada pemerintah DKI Jakarta dengan Berita Acara Nomor : 1828 Tahun 1992 dan juga serah terima pengurusan dan pengelolaan Masjid Raya Pondok Indah dari pemerintah DKI Jakarta kepada Yayasan Masjid Raya Pondok Indah dengan Berita Acara Nomor : 1829 Tahun 1992. Dalam perkembangannya sesuai dengan hasil keputusan rapat para badan pendiri Yayasan Pondok Mulya, Yayasan Masjid Raya Pondok Indah, Yayasan Masjid Puri Indah, Yayasan Muslim Bumi Serpong Damai tentang hubungan Yayasan Pondok Mulya dan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah diputuskan bahwa Yayasan Pondok Mulya adalah Yayasan Induk yang menangani manajemen pengelolaan, sedangkan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah adalah Yayasan Lokal untuk pemeliharaan aset di bawah koordinasi Yayasan Pondok Mulya.3 Masjid biru, itulah sebutan lain bagi Masjid Raya Pondok Indah ini. Sebutan ini dikarenakan dominasi dari Masjid Raya Pondok Indah yang berwarna biru seperti atapnya yang berwarna biru.
2 3
www.masjidrayapondokindah.blogspot.com Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, h. 3
37
B. Visi dan Misi Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan 1. Visi Menjadikan
Masjid
sebagai
Pusat
Unggulan
dalam
Bidang
Peribadatan, Dakwah dan Sosial Keagamaan dengan Sistem Pengelolaan yang Modern. 2. Misi a. Melaksanakan,
membina,
mengembangkan,
menanamkan
dan
menerapkan ajaran Islam yang berwawasan luas, toleran dan penuh persaudaraan dalam semangat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. b. Membina dan mengelola masjid dan pendidikan sebagai wahana pembinaan watak dan kepribadian, dengan menerapkan manajemen modern yang terencana, terarah, terpadu, profesional, efektif dan efisien c. Membangun, membina dan mengembangkan usaha-usaha yang bersifat bisnis yang relevan yang hasilnya untuk pengembangan dan menunjang kegiatan kemasjidan dan pendidikan.
38
C. Struktur Organisasi Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan YAYASAN PONDOK MULYA
DIREKTUR EKSEKUTIF / WAKIL DIREKTUR
KEPALA BIDANG KEMASJIDAN DEWAN PEMBINA
PENGURUS MASJID
KEPALA KANTOR
-
IMAM/KYAI MASJID & MUADZIN
BAGIAN PERIBADATAN DAN DAKWAH
BAGIAN PENDIDIKAN & PERPUSTAKAAN
Staff Administrasi Kasir Teknisi dan Operator Satpam Pramubakti
BAGIAN USAHA, PEMELIHARAAN DAN KEBERSIHAN
Kepala Bag. Pendidikan & Perpustakaan Kepala Bagian Peribadatan dan Dakwah
Kepala Bag. Usaha, Pemeliharaan & Kebersihan
REMAJA MASJID
Secara umum struktur organisasi Masjid Raya Pondok Indah terbagi menjadi dua bagian, yaitu Dewan Pembina dan Pengurus Masjid atau biasa disebut Pelaksana Harian.
39
Dalam melakukan tugasnya, Kepala Kantor dibantu oleh beberapa staff dan pelaksana. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pembagian kerjanya, Kepala Kantor membagi divisinya ke dalam tiga bagian, yaitu Bagian Peribadatan dan Dakwah, Bagian Pendidikan dan Perpustakaan serta Bagian Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan. Ketiga divisi ini bisa saling berkoordinasi dengan Remaja Masjid dalam melakukan setiap kegiatannya dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor.4 Berikut adalah susunan nama-nama Pengurus atau Pelaksana Harian Masjid Raya Pondok Indah : Dewan Pembina 1. Ketua Yayasan Pondok Mulya
: Ir. H. Ismail Sofian
2. Direktur Eksekutif
: Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, S. Hm
Pelaksana Harian atau Pengurus Masjid Raya Pondok Indah 1. Kepala Kantor
: Syamsul Marlin, M. Ag
2. Peribadatan dan Dakwah
: Abdul Fatah Muttabik, S. Ag
3. Pendidikan dan Perpustakaan
: Ismasari, A. Md
4. Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan : Ramli HM. Nur, S. Ag 5. Keuangan
: Darma Sakti
6. Public Relation
: Rusilawati Sulvia, S. Kom
7. Teknisi Listrik dan Genset
: Jaka Satria
8. Sound System
: Jaka Zulkarnain
9. Imam Rawatib
: - Qomaruddin, S. Pdi
4
Syamsul Marlin, M. Ag.(Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Wawancara Pribadi, Rabu, 6 Juli 2011
40
- Fahim 10. Muadzin
: - Fadlullah, S. Ag - Dedi Kuswandi
11. Pramubakti
: Nur Ali
12. Kebersihan
: - Rochman - Ratim - Rustanto - Suhari - Sohar - Sukron Khasani - Muhammad Yopi - Zaenal Arifin
13. Taman
: - Bahrul Anwar - Yayat
D. Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan 1.
Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah Masjid bukan hanya sekedar tempat beribadah Umat Islam, tetapi juga tempat
para
jama’ah/masyarakat
islam
belajar
menumbuhkan
dan
mengembangkan pikiran dan rasa keagamaan, baik dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah, maupun dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan kesejahteraan duniawi, kehidupan beragama dan kehidupan bermasyarakat.
41
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu pengelolaan secara profesional yang menyatu dengan kegiatan Umat Islam dan masyarakat beragama, baik dalam bidang ritual, pendidikan kebudayaan dan sumber informasi. Disadari bahwa suatu pengelolaan masjid akan mempunyai pengaruh luas kepada Jama’ah masjid dan masyarakat Islam pada umumnya, maka dalam pengelolaannya diperlukan sumber daya manusia profesional yang dapat mengatur masalah peribadatan dan dakwah, pendidikan dan perpustakaan, serta usaha pemeliharaan dan kebersihan secara baik, teratur dengan manajemen modern terbuka. Pengaturan
administrasi
yang
dapat
dipertanggungjawabkan,
pemeliharaan, penggunaan keuangan, pengumpulan dana dari usaha dan para dermawan perlu ditangani dengan baik. Dalam Anggaran Dasar Yayasan Masjid Raya Pondok Indah pasal 4 maksud dan tujuan adalah memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pengembangan masyarakat serta pendidikan, dengan tujuan membentuk masyarakat beriman, berilmu dan beramal shaleh yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dan dalam pasal 5 disebutkan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut yayasan melakukan usaha-usaha : 1. Menyelenggarakan kegiatan peribadatan dan dakwah dalam arti kata seluas-luasnya.
42
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengkajian islam melalui kursuskursus, ceramah, diskusi, forum studi, kelompok belajar, latihan-latihan, dan lokakarya. 3. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan pengetahuan, dan kecerdasan masyarakat, antara lain melalui perpustakaan. 4. Mengadakan kerjasama dengan badan-badan lain, baik pemerintah maupun swasta/lembaga sosial kemasyarakatan, di dalam maupun di luar negeri. 5. Mengelola dan memelihara bangunan serta sarana penunjang masjid. 6. Mengelola dan mengembangkan zakat dan lain-lain dana yang berasal dari masyarakat. 7. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang sah dan halal yang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah.5 Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas diperlukan suatu program kegiatan dalam bentuk Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah yang mencakup : 1. Manajemen Pengelolaan masjid dilakukan dengan sistem manajemen yang sehat dan baik dengan semangat musyawarah dan dilaksanakan oleh tenagatenaga profesional (karyawan) yang melakukan tugas operasional harian. 5
Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, h. 2-3
43
2. Peribadatan dan Dakwah Mengajak partisipasi masyarakat islam untuk menyemarakkan syiar islam, mengajak dan mendidik manusia-manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT yang berkepribadian luhur serta menyadari tanggung jawabnya terhadap agama, keluarga, dan negara. 3. Pendidikan dan Perpustakaan Pendidikan dilakukan bekerja sama dengan pihak-pihak yang ahli yang telah mempunyai program-program pendidikan islamiyah. Pengajian Al-Qur’an dan Al-Hadits dilakukan di masjid dengan bimbingan para ulama dan pakar-pakar agama islam, untuk kelompok anak-anak, remaja, dewasa dan masyarakat umum. 4. Usaha, Pemeliharaan, dan Kebersihan Usaha di masjid bertujuan mencari dan mengumpulkan dana baik untuk pemeliharaan masjid maupun untuk memakmurkannya, dari mulai penyewaan ruangan sampai infak dari para dermawan.6 2.
Program Kegiatan
a. Program Peribadatan dan Dakwah 1. Penyelenggaraan Shalat
6
-
Shalat Rawatib
-
Shalat Jum’at
Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, h. 4
44
2. Kegiatan Hari Raya -
Ramadhan dan Idul Fitri
-
Idul Adha dan Qurban
3. Peringatan Hari Besar Islam -
Tahun Baru Islam 1 Muharram
-
Isra Mi’raj
-
Maulid Nabi Muhammad SAW
4. Pengajian / Majelis Taklim -
Ceramah Ahad Pagi
-
Pengajian Kaum Ibu-ibu
-
Kajian Tafsir (Al-Qur’an/Hadits)
5. Pengislaman 6. Kegiatan Bimbingan dan Konsultasi Agama -
Bimbingan Konsultasi Keluarga
-
Bimbingan Konsultasi Calon Muallaf/Muallaf
b. Program Pendidikan dan Perpustakaan 1. Kajian keislaman dari berbagai disiplin ilmu secara ilmiah dengan pengajar / nara sumber para cendekiawan muslim / pakar dan ulama. 2. Kursus-kursus -
Kursus membaca Al-Qur’an
-
Kajian Tafsir Al-Qur’an
-
Kursus Bahasa Arab
-
Kursus Bahasa Inggris
45
3. Bimbingan Islam bagi Anak-anak 4. Pendidikan Kader Mubaligh 5. Pelayanan Peminjaman Buku-buku Perpustakaan c. Program Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan 1. Penyewaan ruangan / resepsi 2. Pelayanan akad nikah 3. Pelayanan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh 4. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) 5. Pengelolaan Parkir 6. Klinik Herbal 7. Usaha Kantin 8. Pemeliharaan dan Kebersihan7
7
Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, h. 5
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID RAYA PONDOK INDAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT PONDOK INDAH A. Sistem Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana
melakukannya,
memahami
bagaimana
mereka
harus
melakukannya dan mengukur efektifitas dari usaha-usaha mereka. Manajemen merupakan sebuah kegiatan, pelaksanaannya disebut managing, dan orang yang melakukannya disebut manager. Keberhasilan suatu manajemen terletak pada kemampuan seorang manager dalam mengembangkan segala aspek yang dimiliki oleh suatu organisasi. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, ada beberapa sistem manajemen yang diterapkan oleh seorang manager dalam memimpin suatu organisasi (perusahaan) tergantung pada karakter seorang manager dan keadaan organisasi yang dipimpinnya, yaitu : 1. Manajemen Bapak (Paternalistic Management) Manajemen Bapak ini diartikan bahwa setiap usaha dan aktivitas organisasi, para pengikut (bawahan) selalu mengikuti jejak bapak. Apa yang dikatakan (diperintahkan) bapak itulah yang benar. Dalam hal ini tidak ada alternatif lain kecuali mengikuti bapak. Manager telah mendapat
46
47
kharisma dari bawahan atau pengikutnya, sehingga para pengikut menganggap pemimpinnya itulah yang paling baik, paling pintar, dan paling benar.1 2. Manajemen Tertutup (Closed Management) Dalam manajemen tertutup, manager tidak memberitahukan atau menginformasikan keadaan perusahaan kepada para bawahannya walaupun
dalam
batas-batas
tertentu
saja.
Keputusan-keputusan
diambilnya tanpa melibatkan partisipasi para bawahannya dalam proses pengambilan keputusan tersebut.2 3. Manajemen Terbuka (Open Management) Dalam
manajemen
menginformasikan
keadaan
terbuka,
manager
(rahasia)
(atasan)
perusahaan
banyak
kepada
para
bawahannya, sehingga bawahan dalam batas-batas tertentu mengetahui keadaan perusahaan (organisasi). Dan semakin tinggi kedudukan bawahan maka semakin banyak ia mengetahui rahasia perusahaan (organisasi), tetapi top manager (rahasia jabatan) selalu dipegang teguh oleh manager (atasan). Sebelum mengambil keputusan, seorang manager terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk mengemukakan
saran-saran
dan
pendapat-pendapatnya.
Tegasnya,
manager mengajak para bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam
1
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-4, h. 26. 2 Ibid., h. 27.
48
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi tetapi keputusan terakhir tetap berada di tangan seorang manager.3
4. Manajemen Demokrasi (Democratic Management). Pelaksanaan manajemen demokrasi hampir sama dengan manajemen terbuka, khususnya dalam proses pengambilan keputusan, dimana para anggota/bawahan diajak dan diikutsertakan berpartisipasi memberikan saran-saran, pemikiran-pemikiran, dan cara-cara pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Perbedaannya terletak pada manajemen demokrasi hanya dapat dilakukan dalam suatu organisasi jika setiap anggotanya mempunyai hak suara yang sama, seperti MPR, DPR, koperasi, dan lainnya. Sedangkan manajemen terbuka dapat dilaksanakan dalam organisasi/perusahaan. Lalu dalam manajemen demokrasi setiap anggota ikut menetapkan keputusan berdasarkan suara terbanyak sedangkan dalam manajemen terbuka keputusan hanya ditetapkan oleh manager (pimpinan) saja, jadi bawahan tidak ikut dalam menetapkan keputusan.4 Dalam hal ini, Masjid Raya Pondok Indah menggunakan sistem manajemen terbuka dimana setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak manajemen masjid di tahun yang akan datang terlebih dahulu dibicarakan dalam rapat tahunan yang dipimpin oleh ketua yayasan (Yayasan Pondok Mulia) satu tahun sebelumnya. Semua permasalahan manajerial dari tiap-tiap 3 4
Ibid., h. 28. Ibid., h. 29.
49
unit (bidang), mulai dari program kegiatan, kendala-kendala yang dihadapi, dan lain-lain dibicarakan dalam rapat tahunan tersebut. B. Analisis POAC Dalam Aplikasi Sistem Manajemen Masjid Raya Pondok Indah 1. Perencanaan (Planning) Dalam manajemen masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting. Pertama, pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. Kedua, memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan. Ketiga, dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. Perencanaan
merupakan
fungsi
terpenting
dari
fungsi-fungsi
manajemen yang ada. Ibarat dalam suatu perjalanan dengan kendaraan, perencanaan adalah sebagai pedoman yang harus dipakai untuk mengarahkan tujuan kemana kendaraan itu akan diarahkan. Dalam semua kegiatan yang bersifat manajerial, fungsi perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu dari fungsi-fungsi yang lainnya. Perencanaan yang dilakukan Masjid Raya Pondok Indah telah disusun satu tahun sebelumnya di dalam Rapat Kerja Tahunan yang dihadiri oleh
50
perwakilan dari tiap-tiap divisi atau unit. Dalam rapat kerja tahunan pada tahun 2010 tersebut maka diperoleh hasil antara lain program kerja Masjid Raya Pondok Indah pada tahun 2011. Hasil tersebut kemudian disosialisasikan oleh perwakilan tiap-tiap divisi kepada masing-masing anggotanya untuk selanjutnya dibicarakan apa-apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjalankan program-program tersebut. Masjid Raya Pondok Indah membagi perencanaannya kepada tiga bagian yaitu, perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka panjang.5 Perencanaan jangka pendek meliputi program kegiatan harian dan mingguan seperti pelaksanaan shalat lima waktu, pelaksanaan shalat jum’at, dan pengajian-pengajian rutin mingguan. Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan-kegiatan bulanan, seperti Pengajian Kajian Hadits yang diadakan setiap hari senin minggu terakhir setiap bulannya yang dibimbing oleh KH. Ali Mustofa Yaqub dan yang lainnya. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi kegiatan-kegiatan tahunan yang diadakan Masjid Raya Pondok Indah seperti Gebyar Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya’ban, Gema Ramadhan, dan yang lainnya yang diadakan satu kali dalam setahunnya. 2. Pengorganisasian (Organizing) Setelah perencanaan tersusun, langkah selanjutnya adalah menyusun pengorganisasian. 5
Pengorganisasian
penting
karena
dengan
Syamsul Marlin, M. Ag. (Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Wawancara Pribadi, Rabu, 13 Juli 2011
51
pengorganisasian maka rencana aktifitas keagamaan Masjid Raya Pondok Indah akan menjadi lebih mudah dalam pelaksanaan aktifitas dakwahnya. Hal ini disebabkan oleh karena dengan dibagi-baginya tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam tugas-tugas yang lebih terperinci serta diberi wewenang pelaksanaannya kepada beberapa orang akan mencegah timbulnya tumpang tindih pekerjaan hanya pada diri seorang pelaksana saja. Pengorganisasian merupakan suatu sistem kerjasama sekelompok orang yang dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau tugas dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja, yang
menghimpun
pekerjaan
sejenis
dalam
satuan.
Susunan
kepengurusan Masjid Raya Pondok Indah terdiri dari Dewan Pembina dan Pengurus Masjid atau Pelaksana Harian serta beberapa divisi yang menunjang kegiatan masjid, yaitu Bagian Peribadatan dan Dakwah, Bagian Pendidikan dan Perpustakaan, serta Bagian Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan. Pengorganisasian yang mengandung koordinasi akan mendatangkan keuntungan pula berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari para pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.
Akhirnya
dengan pengorganisasian, dimana masing-masing pelaksana menjalankan tugasnya pada kesatuan-kesatuan kerja yang telah ditentukan serta masing-masing dengan wewenang yang telah ditentukan pula, akan
52
memudahkan pimpinan Masjid Raya Pondok Indah dalam mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan aktifitas dakwah di Masjid Raya Pondok Indah. Langkah-langkah pengorganisasian yang dilakukan oleh Masjid Raya Pondok Indah dalam menjalankan roda aktifitas dakwahnya antara lain : 1. Membagi dan atau mengelompokkan aktifitas dakwah dalam satu kesatuan. Masjid Raya Pondok Indah dalam menjalankan kegiatan dakwahnya mengorganisasikan kepengurusannya dalam beberapa divisi antara lain Divisi Peribadatan dan Dakwah, Divisi Pendidikan dan Perpustakaan, dan Divisi Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan. 2. Merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan Masjid Raya Pondok Indah dan menempatkan personil pengurusnya
sesuai
dengan
kemampuan,
kemauan,
dan
pengalamannya 3. Memberi wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan pengurus kepada staf-staf divisi dan pelaksananya. 4. Menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid.6 Keuntungan pengorganisasian yang dilakukan oleh Masjid Raya Pondok Indah dalam menjalankan aktifitas dakwahnya yaitu : 1. Rencana dakwah yang telah disusun menjadi mudah dalam pelaksanaannya. 6
Syamsul Marlin, M. Ag. (Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Wawancara Pribadi, Rabu, 13 Juli 2011
53
2. Memudahkan pendistribusian tugas-tugas kepada pelaksana dakwah. 3. Memudahkan pemilihan tenaga pelaksana. 4. Keterpaduan berbagai kemampuan pelaksana dakwah dalam kerangka kerjasama. 3. Pelaksanaan (Actuating) Fungsi ketiga manajemen adalah pelaksanaan (actuating), yang dilakukan setelah organisasi memiliki perencanaan dan pengorganisasian dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai kebutuhan kerja yang dibentuk. Dalam pelaksanaannya, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah melakukan beberapa upaya yakni : a. Mengarahkan (Comanding) Pengarahan
dapat
berlaku
secara
efektif
apabila
memperhatikan cara-cara yang baik. Cara-cara pengarahan dapat dilakukan dengan : (a) Orientasi. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu, agar kegiatan dapat dilakukan dengan baik. (b) Perintah. Ia merupakan perintah dari Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah atau pimpinan kepada orang-orang yang dipimpinnya atau di bawahnya yang meliputi masing-masing kepala divisi untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. (c) Pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum bila dibandingkan penyampaian perintah. Dimana Kepala Kantor Masjid Raya Pondok
54
Indah memberikan wewenang kepada masing-masing kepala divisi untuk menjalankan aktivitasnya sesuai dengan pembagian kerja yang telah diatur. b. Membimbing (Directing) Setelah pimpinan melakukan arahan kepada bawahannya dalam melakukan aktifitas dakwahnya, pimpinan juga perlu membimbing dan menjuruskan ke arah pencapaian tujuan dakwah yang telah direncanakan. Jelas bahwa membimbing adalah merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuanketentuan lain yang telah digariskan sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat dicapai dengan efektif dan efisien. c. Komunikasi (Communication) Komunikasi sebagai tukar pikiran atau informasi agar terjalin adanya saling pengertian. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwahnya dapat berjalan secara efektif, sehingga pengurus dapat beraktivitas sesuai tugas dan tanggung jawabnya. d. Motivasi Motivasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam suatu organisasi. Perencanaan dan struktur organisasi yang baik belum menjamin bahwa tugas-tugas yang ditetapkan pasti berjalan dengan lancar. Semua itu tergantung pada tanggung jawab dari
55
pengawasan manajemen serta para anggotanya. Bagi para anggota, untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dipengaruhi oleh cara manager dalam memberikan perintah. Keberhasilan yang maksimal akan dapat dicapai apabila para manager mampu memberi dorongan atau motivasi pada para pegawai atau karyawannya.7 4. Pengawasan (Controlling) Setelah melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan maka perlu melakukan pengawasan dan evaluasi. Pengawasan merupakan proses mengukur dan menilai tingkat efektifitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi dalam pencapaian organisasi. Ada 4 tahapan yang dilakukan Masjid Raya Pondok Indah dalam melakukan pengawasannya yaitu: 1. Menetapkan standar prestasi kerja Bentuk standar dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Standar Kualitas Standar ukur kualitas meliputi kemampuan para pengurus Masjid Raya Pondok Indah dalam memahami dan melaksanakan tugastugasnya dengan baik. b. Standar Kuantitas Standar ukur kuantitas meliputi sejauhmana para pengurus Masjid Raya Pondok Indah bisa memberdayakan masyarakat sekitar
7
Syamsul Marlin, M. Ag. (Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Wawancara Pribadi, Rabu, 13 Juli 2011
56
untuk menjadikan masjid sebagai pusat kajian islam sehingga segala kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. c. Kedisiplinan Standar ukur kedisiplinan meliputi bagaimana para pengurus Masjid Raya Pondok Indah bisa mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. 2. Melakukan pengukuran prestasi kerja Langkah
kedua
dalam
pengawasan
adalah
mengukur
atau
mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan. 3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar Setelah dua proses sebelumnya dilalui, yang perlu dilakukan dalam langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan sehingga pimpinan dapat menilai apakah kinerja yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dan terkendali atau belum. 4. Mengambil tindakan korektif Proses pengawasan tidak sempurna jika tidak ada tindakan untuk membetulkan atas penyimpangan yang terjadi.8 C. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Masjid Raya Pondok Indah dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Hambatan yang terjadi di Masjid Raya Pondok Indah sampai saat ini secara internal tidak ada, namun secara eksternal hambatan yang dialami 8
Syamsul Marlin, M. Ag. (Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Wawancara Pribadi, Rabu, 13 Juli 2011
57
yakni animo masyarakat khususnya yang berada di sekitar Masjid Raya Pondok Indah kurang antusias. Ini terjadi karena letak Masjid Raya Pondok Indah yang jauh dari pemukiman warga sehingga tidak adanya jamaah tetap yang memakmurkan masjid. Oleh karena itu, pengurus masjid harus memiliki inovasi dan kreatifitas dalam mengkonsep nilai dakwah kepada warga sekitar agar turut serta dalam upaya memakmurkan masjid.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa : 1. Aplikasi fungsi manajemen Masjid Raya Pondok Indah yang meliputi Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengawasan) telah berjalan dengan baik. Hal ini
dapat
dilihat
dari
Masjid
Raya
Pondok
Indah
membagi
perencanaannya ke dalam tiga tahap, yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka panjang lalu mengorganisasikan kepengurusannya dalam beberapa divisi, yaitu divisi peribadatan dan dakwah, divisi pendidikan dan perpustakaan, dan divisi usaha, pemeliharaan dan kebersihan. Dalam pelaksanannya, Masjid Raya Pondok
Indah
melakukan
beberapa
upaya
yakni
mengarahkan,
membimbing, mengkomunikasikan dan memberikan motivasi. Agar semua kegiatan bisa berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya perlu adanya sebuah pengawasan. Ada empat tahap yang dilakukan Masjid Raya Pondok Indah yaitu menetapkan standar kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi sudah sesuai standar, dan mengambil tindakan korektif jika terdapat penyimpangan.
58
59
2. Faktor penghambat atau kendala yang dijumpai oleh Masjid Raya Pondok Indah adalah tidak adanya jamaah tetap dikarenakan lokasi Masjid Raya Pondok Indah yang kurang strategis dari pemukiman warga, sehingga jamaah yang datang ke Masjid Raya Pondok Indah kebanyakan adalah para pekerja kantor ataupun pedagang yang kebetulan singgah di dekat Masjid Raya Pondok Indah. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan aktifitas keagamaan Masjid Raya Pondok Indah, antara lain : 1. Masjid Raya Pondok Indah hendaknya lebih mengoptimalkan potensi warga sekitar untuk dijadikan sebagai pengurus guna merangsang minat warga sekitar untuk memakmurkan masjid sebagai upaya dalam peningkatan aktifitas keagamaan. 2. Masjid Raya Pondok Indah hendaknya melakukan kebijakan untuk memberikan masa periode bagi para pengurus untuk menciptakan suasana kompetitif dalam kebaikan sebagai upayanya dalam memakmurkan masjid. 3. Masjid Raya Pondok Indah hendaknya lebih memaksimalkan peran humas dalam mempromosikan setiap program-program kegiatan yang akan dilakukan oleh para pengurus agar warga sekitar bisa berpartisipasi dalam meramaikan setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh Masjid Raya Pondok Indah.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujieb, M., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994) Abdullah Al-Qarni, Aidh bin, Memakmurkan Masjid : Langkah Maju Kebangkitan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Sofwa, 2005) Al-Qardhawi, Yusuf, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1 Ancok, Djamaluddin, dan Fuad Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 1999) Anwari, Ahmad, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997) Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta : PT. Pena Pundi Aksara, 2008), Cet. Ke-3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005) Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet. Ke-1 Dokumentasi Masjid Raya Pondok Indah, Masjid Raya Pondok Indah E. Ayub, Moh, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1
61
Echols, John M., Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996) Effendi, Mochtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta : Bhatara Karya Aksara,1986), Cet. Ke-1 Ghazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka AlHusna, 1989), cet. Ke-5 Hamid, Zaid Husein, Kamus Muhyassar : Indonesia Arab, (Pekalongan : Raja Murah, 1982) Hasibuan, Malayu S. P., Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-4 Herujito, Yayat M., Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Grasindo, 2001) HR. Songge, M., Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta : PT. Media Citra, 2001) Jurnal Manajemen Kemasjidan, (Ta’mir Masjid), Juni 2006, Vol. V, No. 2 Koontz, Harold, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta : Bina Aksara, 1989) L. Massie, Joseph, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Erlangga, 1979) Lubis, Ibrahim, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-1 Manulang, M., Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Mubarok , Ahmad, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999) Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta : Al Amin Press : 1996), Cet. Ke-1 Nasir, M., Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-2
62
Radarman SJ, AM. dan Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994) Rifa’i, Bachrun dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan Fungsi Sosial Ekonomi Masjid, (Bandung : Benang Merah Press, 2005) Robbins, Stephen P., dan Marry Coulter, Manajemen, (Jakarta : PT. Prenhallindo, 1999) Rosady, Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001) Rukmana D. W., Nana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002), cet. Ke-1 Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), Cet. Ke-8 Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1998) Siagian, Sondang P., Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta : Bina Aksara, 1989) Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet. Ke-1 Sumarsono, Soni, Manajemen Koperasi : Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004), Cet. Ke-1 Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980), cet. Ke-7 Syani, Abdul, Manajemen Organisasi, (Jakarta : Bina Aksara, 1992) Tantowi, Jawahir, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983) Terry, George R., Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999) _ _ _ _, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 2000) Williams, Chuck, Manajemen, (Jakarta : Salemba Empat, 2001)
63
Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung : Mandar Maju, 1990) www.masjidrayapondokindah.blogspot.com Yani, Ahmad, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI Haramain, 2001) Yaqub, Hamzah, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung : Diponegoro, 1984) Zen, Muhammad dkk., Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi”, (Jakarta : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)
64
LAMPIRAN
65
66
67
68
69
70
71