ANALISIS STRUKTUR NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS
Dosen Pengampu: Andriadi, M.A.
Oleh : Pheni Hastuti (1811290015)
PRODI BAHASA INDONESIA SEMESTER 1 A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA 2018/2019
A. ALUR Pengertian Alur Menurut Suyuti alur merupakan sebuah fiksi yang menyajikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian kepada pembaca tidak hanya dalam sifat kewaktuam atau temporalmya, tetapi juga dalam hubungan-hubungan yang sudah diperhitungkan.1 Jadi, alur adalah sebuah fiksi yang menyajikan peristiwa yang bersifat kewaktuan dan memiliki hubungan yang sudah ditentukan. Menurut Pujiharto alur adalah cerita yang terdiri atas peritiwa-peristiwa yang tidak semata-semata dijajarkan begitu saja, tetapi memiliki hubungan kausalitas antara satu dengan lainnya.2Jadi, alur adalah peritiwa-peristiwa yang terdapat di dalam suatu cerita dan memiliki hubungan kausalitas.
Alur Maju Alur pada novel salah asuhan ini beralur maju. Pengarang menceritakan kisah hidup Hanafi mulai ia baru kenal dan bersahabat dengan gadis Eropa sampai ia menikah dengan gadis lain bernama Rapiah yang dijodohkan oleh ibunya. Kemudian ia bercerai dengan rapiah,dan lalu menikah dengan Corrie si gadis Eropa yang selanjutnya meninggal. Setelah Corrie meninggal,d iceritakan juga sampai Hanafi meninggal juga karena bunuh diri.
Struktur alur Pada pengembangan alur dalam novel ini, ditunjang oleh adanya perkenalan, permunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian. 1. Tahap perkenalan/penyituasian pada tahapan ini pengarang perkenalkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita. “Tuan
du Busse ayah corrie, seorang prancis yang sudah pensiun dari
jabatan arsitek. Di hari tuanya ia sudah hidup menyisikan diri sebagai orang bertapa. Semati nyonya, yaitu seorang perempuan Bumiputra di solok, yang sudah dikawininya di gereja, orang tua itu sudah mengganjur diri dari pergaulan orang banyak. (hal.10, paragraf 1) 2. Tahap permunculan Konflik yang terkandung dalam novel ini, ketika Hanafi yang telah menikah dengan Rapiah kemudian menceraikannya. “Engkau kehilangan suami, Rapiah! Ibu kehilangan anak! (hal.136, paragraf 3) 1 2
Suminto A. Sayuti, Berkenalan Dengan Prosa Fiksi, (Yogyakarta: Gama Media, 2000) hal.29 Pujiharto, Pengantar Teori Fiksi, (Yogyakarta: Ombak, 2000) hal. 32
3.Tahap Peningkatan Konflik yang terdapat dalam novel ini yaitu, ketika Hanafi menerima surat kabar dan resmi diakui sebagai bagian dan telah menjadi orang Barat dan menikahi corrie. “Dengan besluit pemerintahan telah diakui sama hak Hanafii, ‘Commies’ pada Departemen B.B. dengan hak bangsa Eropa, dengan memakai nama turunan ‘Han’. Dan diizinkan ia buat seterusnya memakai nama christiaan Han’. ( hal. 141, paragraf 3) “Corrie, istriku!” kata Hanafi, setelah sampai dalam kereta. “perasaanku pada masa ini lebih dari pada mendapat gunung emas rasanya. Hanya coba-cobalah bermuka manis sedikit, karena kita bukan mengantarkan mayat kekubur, melaionkan di dalam perjalanan sebagai pengantin.”( hal. 159, paragraf 2) 4.Tahap Klimaks yang terdapat dalam novel ini, yaitu masyarakat dan temanteman corrie maupun hanafi menjauhi mereka karena kawin campur antara bangsa barat dan bangsa timur, serta Corrie istri hanafi mengidap sakit kholera dan akhrinya meninggal. “Hanafi sudah berasa dirinya masuk golongan orang barat, oleh karena itu diharapkannya akan mendapat pergaulan dari pihak itu. Tapi pengharapan itu sia-sia, karena sekalipun kenalannya dikantor, baik yang beristri maupun yang hidup membujang, hanya mengenalnya dijalan saja. ( hal. 161, paragraf 2) “kholera!’ kata nyonya Van Dammen dengan sesak suaranya.”kemarin pagi ia dibawa kerumah sakit paderi, mkarena diperintah oleh yang memegang kekuasaan. ( hal. 227, paragraf 6) 5.Tahap penyelesaian yang terdapat dalam novel ini, setelah corrie meninggal Hanafi pulang ke kampung tinggal bersama ibunya, tak lama hanafi pun bunuh diri dengan menelan empat butir tablet sublimat dan kemudian ia meninggal. “Ya, anakku! Sudahlah lama engkau aku ampuni. Hal anakmu janganlah engkau risaukan. Mengucaplah Hanafi. Kenangkanlah nama Tuhan dan Rasul, supaya lurus jalanmu.” “ Hanafi memandang dengan sedih kepada ibunya, berkata, “ Lailahaillallah. Muhammad dar Rasulullah!” “Dalam berjabatan tangan dengan ibunya, melayanglah jiwa Hanafi.” (hal. 272, paragraf 3)
B. PENOKOHAN
Pengertiaan Tokoh Istilah “tokoh” bisa dipergunakan untuk menunjuk pada pelaku cerita. Tokoh merujuk pada individu-individu yang muncul di dalam cerita.3 Jadi, tokoh adalah pelaku pada cerita. Tokoh adalah karakter dalam fiksi yang diciptakan oleh sang pengarang.4 Jadi, tokoh adalah pelaku atau individu-individu dalam fiksi yang diciptakan oleh sang pengarang. Dalam novel Salah Asuhan terdapat utama dan tokoh tambahan. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam sebuah cerita yang bersangkutan, ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama meliputi: 1) Hanafi : suka membentak, membantah orang tua dan sering merendahkan bangsanya sendiri. “ Hai buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata hanafi dengan suara bengis” (hal. 84, paragraf 3) “ Tapi Hanafi tidak sekali-kali mengindahkan segala kesenangannya itu. Setiap sudut di dalam rumah sudah dipenuhi dengan meja kecil, pot bunga dan lain-lain, sedang yang diadakan oleh ibunya buat kesenangan orang tua itu dibantahinya. ( hal. 25, paragraf 2) “ Itulah salahnya, ibu, bangsa kita dari kampung; tidak suka menurutkan putaran zaman. Lebih suka duduk rungkuh dan duduk mengukul saja sepanjang hari. Tidak ubah dengan kerbau bangsa kita, dan segala sirih menyirih itu... brrr! (hal. 25, paragraf 5) 2) Corrie : cantik, menjunjung tinggi harga dirinya. “Bahwa sesungguhnya Corrie du Busse yang amat molek parasnya pada hari itu luar biasa dari pemandangan” (hal. 5, paragraf 6) “maka sebagai disengat kalajengking Corrie sudah bangun dari kursinya, berdiri lurus dimuka suaminya, sambil berkata,” cabut tuduhan itu, jika engkau berkehendak akan berkata-kata dengan istrimu, Tuduhan yang
3 4
Ibid., hal. 43 Sayuti. Op cit., hal. 68
sekeji itu menghambat segala jalan buat bertutur dan berhandai secara orang sopan” (hal. 177, paragraf 4) 3) Ibu Hanafi(mariam) : sering menasehati Hanafi, sabar “Bukan itu, Hanafi! Hanya penting sekali, penting buatmu, penting buat ibu, penting buat kita sekalian. Ingatlah anakku hanya seorang saja, ayahmu sudah sampai ajalnya, tidak lain hidupku hanyalah buat engkau sendiri” (hal. 26, paragraf 7) “Orang tua itu mengumpulkan segala kesabaran, waktu berkata demikian kepada anaknya, tetapi dari suaranya yang gemetar, jelaslah sudah bahwa darahnya sudah mendidih” (hal. 85, paragraf 3) Tokoh tambahan dalam novel salah asuhan antara lain: 1) Rapiah : rajin dan penyabar “Setelah membersihkan meja makan pada keesokan harinya, maka berhiaslah ia mengajak mentuanya ke kantor pos” (hal 129, paragraf 1) “Rapiah tunduk, tidak menyahut, berhamburan” (hal. 86, paragraf 5)
hanya
air
matanya
yang
2) Tuan de Busee: sopan dan menyayangi Corrie “barang siapa kerumahnya tiadalah ditolaknya, tapibsudah galibnya pada tabiat orang prancis tiadalah pula ia kekurangan di dalam budi bahasa” (hal. 10, paragraf 1) “Hidupnya hanyalah guna anaknya saja, nona Corrie” (hal. 11, paragraf) 3) Syafei : pemberani “itulah yang kusukai u, sekian musuh nanti kusembelih dengan pedang” ( hal 25, paragraf 2)
C. LATAR Pengertian latar
Menurut Sayuti latar adalah elemen fiksi yang menyatakan pada pembaca dimana dan kapan terjadinya peristiwa.5Jadi, latar adalah suatu yang menyatakan atau menunjukan dimana dan kapan terjadinya peristiwa. Menurut pujiharto latar adalah elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.6Jadi, latar adalah eleman fiksi yang menyatakan kapan pristiwa itu terjadi dan juga berkenaan dengan tempat, waktu dan sosial di dalam suatu cerita. Berdasarkan pengertian oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa latar adalah elemen fiksi berupa tempat kejadian, waktu dan sosial yang terdapat dalam sebuah cerita. Jenis latar 1. Latar Tempat Latar tempat adalah latar yang berkaitan dengan masalah geografis dan menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi, misalnya latar tempat kubah, pedesaan, perkotaan dan latar tempat lainnya.7 Jadi latar tempat adalah latar yang menunjukan deskripsi tempat suatu peristiwa cerita. Latar tempat yang ada dalam novel Salah Asuhan antara lain: 1) Lapangan tennis . “Tempat bermain tennis , yang dilindungi oleh pohon- pohon kelepa disekitarnya, masih sunyi” (hal .1 , paragraf 1 ) 2) Minangkabau “Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi sebabkasihan kepada anak , ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia bersama-sama dengan Hanafi di Solok.” ( hal. 23, paragraf 3 ) “Maka tiadalah ia segan -segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya .” (hal. 23, paragraf 4 ) 3) Betawi “Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi ”(hal. 23, paragraf 1 ) “Ya, jika engkau buat menetap dibetawi, tentu boleh membeli kereta angin, tapi antara beberapa hari engkau sudah mesti kembali pula kesolok. (hal. 107, paragraf 5). 4) Semarang “empat belas hari lamanya Hanafi tinggal dipelihara dirumah sakit paderi disemarang. (hal. 232, paragraf 1) 5.Surabaya “ Di Surabaya mereka menumpang semalam disuatu pension kecil mengaku nama tua dan nona Han. (hal. 150, paragraf 1) 5
Sayuti. Op cit., hal. 77 Ibid., hal. 47 7 Ibid., hal. 48 6
2. Latar Waktu Latar waktu adalah hal yang mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot, secara historis.8Jadi, latar waktu adalah suatu hal yang berkaitan dengan saat terjadinya peristiwa. Latar waktu yang terdapat dalam novel salah asuhan antara lain: 1) Sore Cahaya matahari yang diteduhkan oleh daun-daun di tempat bermain itu, masih keras, karena dewasa itu baru pukul tengah lima petang. (hal. 1, paragraf 1) 2) Pagi Kira-kira pukul tujuh pagi pada keesokan harinya ibu hanafi sudah datang kerumah makn di Belantung mendapatkan anaknya. (hal, 254, paragraf 1) 3) Malam “Sayang buat yang malam ini, cor! Sebentar lagi akan terbit bulan. (hal. 158, paragraf 4) 4) Subuh Pada keesokan harinya, waktu subuh mereka suda ada pula di stasiun, dan tidak lama diantaranya duduk pulalah mereka didalam kereta ekspres, yang membanya ke Bandung. (hal. 150, paragraf 2). 3. Latar Suasana 1) Emosi “Corrie! “katanya dengan suara gemetar, dada yang sesak, “kebetulan sekali buku spaarbank’mu terbawa-bawa olehku didalam tas, jadi mustahil engkau dapat membeli barang yang berharga beratus. (hal. 176, paragraf 11) 2) Sedih Dengan tidak dapat ditahan-tahannya, air mata si Ibu jatuh pula berhamburan, laksana menaik putus pengarang. (hal. 89, paragraf 5). 3) Bimbang Menyesalkah ia, bahwa ia sudah menyerahkan untungnya ke tangan laki-laki itu? Susahlah Corrie akan menyahuti pertanyaan itu dalam hatinya. (hal. 152, paragraf 3)
D. SARANA CERITA Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita meliputi unsur judul, sudut pandang, gaya dan
8
Sayuti. Op cit., hal. 127
nada.9 Jadi, sarana cerita adalah hal yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk memilih detail cerita.
E. JUDUL Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi yang memberikan gambaran makna suatu cerita serta berkaitan erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari dalam.10Jadi, judul adalah pemberian makna gambaran suatu cerita yang diciptakan oleh seorang pengarang. Dapat diartikan bahwa judul adalah sebuah gambaran suatu cerita yang diambil dari latar dalam cerita, tokoh atau alur. Dalam novel salah asuhan ini pengarang mengambil judul berdasrkan alur dalam cerita novel tersebut. “Jangan kau sebut jua hal ke Betawi itu, Piah. Memang sebaik-baiknya kami bercerai-cerai, sia-sia jualah bila berkumpul-kumpul. Bagaimana akan dapat minyak diaburkan dengan air? Memang ia anak yang kukandung kulahirkan sendiri! Darah dagingku sendiri, Piah! Tapi apa boleh buat! Entah karena Salah Asuhan entah karena salah campuran, tapi anak itu sangat mengasingkan hidupnya. (hal. 138, paragraf 3)
F. SUDUT PANDANG Pengertian sudut pandang Menurut Pujiharto sudut pandang merupakan posisi pusat kesadaran pengarang dalam menyampaikan ceritanya.11 Jadi, sudut pandang merupakan ketentuan pengarang dalam menentukan corak dan gaya cerita dalam menyampaikan ceritanya. Sudut pandang adalah ketentuan seorang pengarang yang berpengaruh dalam menentukan gaya cerita yang diciptakan. Adapun sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Salah Asuhan ini adalah sudut pandang orang ketiga, karena pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel. Menceritakan kehidupan tokoh menggunakan (ia, dia, dan nama orang) dalam tokoh novel Salah Asuhan.. “ Dua tahun sudah terlampau setelah kejadian hal-ikhwal yang diceritakan di atas. Bagi keluarga di sumatra barat, Hanafi sudah dipandang keluar dari kaum. Ia sudah menjadi ‘Olando’,sudah bernyonya’, sedang sepucuk pun surat tak ada yang datang daripadanya, sekadar menandakan bahwa ia masih hidup dikaumnya. (hal. 161, paragraf 1) 9
Sayuti. Op cit., hal. 147 Ibid., 11 Ibid., hal. 66 10
G. GAYA DAN NADA Gaya merupakan cara penggungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang serta cara pemakaian bahasa yang spesifik oleh pengarang.12Jadi, Gaya merupakan cara pengungkapan dan juga pemakaian bahasa yang khas, yang spesifik oleh seorang pengarang. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing. Nada merupakan ekspresi sikap serta kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga terhadap pembaca 13 karyanya. Jadi, nada adalah suatu ekspresi sikap, kualitas gaya yang menjelaskan sikap pengarang tethadap masalah. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu, dan terdapat juga bahasa belanda. 1) Peribahasa “saat ini, air mukamu jerni, keningmu lici, bolehkah ibu menuturkan niatku itu, suapay tidak menjadi duri dalam daging.” (hal. 26, paragraf 5) 2) Majas hiperboal “sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karena sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu”(hal. 47, paragraf 2) 3) Majas asosiasi “ sebagai ditembak petir halilintar, demikianlah terkejutnta pemuda yang sedang berkasih-kasih itu. 4) Majas metafora “tapi kesenganku sudah terganggu karena menaruh intan yang belum digosok. Nada, nada yang digunakan pada novel salah asuhan adalah nada keras atau tinggi. Karena banyak sekali pertikaian dalam novel salah asuhan ini. “Aku menuduh engkau berlaku hina di dalam rumahku ini!” demikian kata Hanafi dengan suara keras.” (hal. 177, paragraf 2)
H. SIMBOLISME Sebuah simbol adalah sebuah benda atau sesuatu yang konkrit. Warna, kejadian alam, dan lain-lain dapat dipergunakan melambangkan kehidupan atau perasaan manusia, melambangkan kematian, kemelaratan, kesedihan, kebahagiaan, cinta, kejahatan, dendam, dan sebagainya.14 Jadi, simbolisme adalah suatu yang kongkrit yang melambangkan sesuatu. 12
Sayuti. Op cit., hal. 173 Ibid., hal. 176-177 14 Henry Guntur Tarigan. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, ( Jakarta : Nuansa, 2011) hal. 161 13
Simbolis yang terdapat di novel Salah Asuhan antara lain. “Corrie, istriku!” kata Hanafi, setelah sampai dalam kereta. “Perasaanku pada masa ini lebih dari pada mendapat gunung emas rasanya. (hal. 159, paragraf 2). “Entah berapa lamanya Hanafi tidur berbaring serupa itu! Di dalam jantungnya, didalam batu kepalanya, diseluruh anggotanya sedang menyala lautan api sedang bersambung petir halilitar! “(hal. 55, paragraf 3) “Tuan du Bussee melihat denan bimbang pada air muka anaknya yang merahmerah padam itu.”(hal. 38, paragraf 4)
I. IRONI Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama yang dikategorikan ‘bagus’). Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu ironi dramatis dan tone ironis. 15 Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan. Adapun ironi yang terdapat dalam novel Salah Asuhan antara lain. “Perkara ‘utang’ pada mamakmu itu-oh, tidaklah ia akan menunggu, baik uang maupun budi, tentu ia menyerahlkan semua kepada engkau sebagai orang berbudi!” (hal. 67, paragraf 2) “Uah, sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku, tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu. Jika ia datang kemari, tentulah ia akan memberi balon sebanyak itu pula kepadaku”. (hal. 247, paragraf 7) “ Kedua budakmu sedang menyediakan makanan buat junjungannya, Hanafi! Sahut ibu dengan tajam” (hal. 85, paragraf 2)
J. TEMA a. Pengertian Tema Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. 16 Jadi tema adalah gagasan sentral. Tema adalah arti cerita(Arti penyiaran cerita, arti penemuan cerita).17 Jadi, tema adalah makna cerita. Tema novel Salah Asuhan ini adalah perbedaan adat istiadat antara bangsa Barat dan bangsa Timur.
15
Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal. 71
16
Sayuti, Op cit., hal. 187 Ibid.,
17
“Tetapi dalam pergaulan bangsamu, apabila ditanah sumatra ini, lain keadaanya. Jangankan dengan perempuan lain, dengan ahlinya yang paling karib, sekalipun dengan adik atau kakaknya sendiri, sudah, sudah disebut janggal, apabila ia bergaul aau duduk bersenda gurau, bahkan berjalan berdua-diua. Dan buat bersinggungan kulit dengan perempuan lain, kata bangsamu sudah haram. Tambahan lagi jangan pula akan meneysatkan faham hal pergaulan orang Barat itu. Jika seorang anak muda setiap waktu kelihatan saja bersama-sam dengan seorang gadis, mereka sudah disangka bertunangan, tapi jika pergaulan serupa itu kelihatan dilakukan oleh orang bumiputra, sembilan puluh sembilan persen di antara bangsanya tentu akan berlancang mulut merendahkan martabat gadis itu. Engkau tahu, Hanafi, betapa rapunya nama anak gadis, apalagi didalam pergaulan bangsamu, bangsa Bumiputra. Dan- meskipun bagaimana jua, kau masih Bumiputra saja, Hanafi.” (hal. 3-4 )
DAFTAR PUSTAKA Moeis, abdoel. 2009. Salah Asuhan. Jakarta : Balai Pustaka. Suminto A. Sayuti. 2000. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Pujiharto. 2000. Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta: Ombak. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Henry Guntur Tarigan. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar sastra. Jakarta : Nuansa
http://fitrikabisat.blogspot.com/2016/05/makalah-kajian-novel-salah-asuhan-karya.html