Analisis Kosmetik (201551395) Eko Permana.docx

  • Uploaded by: Puskesmas Pluit
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Kosmetik (201551395) Eko Permana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,665
  • Pages: 17
ANALISIS KOSMETIK “SUNSCREEN DAN SUNBLOCK”

Oleh EKO PERMANA 201551395

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL KAMAL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Penyinaran ultraviolet dapat membahayakan kulit. Sinar ini penyebab kelainan seperti erupsi cahaya polimorfik, urtikaria matahari, dan berbagai porfiria kulit. Sinar ini juga menyebabkan atau sedikitnya memperparah kelainan rosacea dan lupus erithematosus. Penyinaran ultraviolet matahari dapat pula menyebabkan fotosensitivitas pada pasien yang menerima obat seperti demeklosiklin, fenotiazin, atau amidaron hal ini dapat terjadi setelah terkena pemaparan dari sinar ultraviolet, jika pemaparan terjadi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan masalah serius. Matahari adalah sumber kehidupan di dunia, selain itu sinar matahari membantu pembentukan vitamin D yang dibutuhkan oleh tulang. Namun sinar matahari juga dapat berbahaya bagi kulit jika kita terlalu lama berjemur atau beraktivitas dibawah sinar matahari langsung dapat menyebabkan penuaan dini, kerut, hiperpigmentasi, dan kanker kulit. Terutama pada pukul 09.00 – 15.00, sebab mengandung sinar ultraviolet (UV) yang merusak kulit. Radiasi ultra violet adalah salah satu musuh bagi para wanita karena sinar UV dapat menyebabkan kulit kusam dan flek pada wajah. Namun kita tidak perlu khawatir karena masalah ini dapat diatasi dengan cara menggunakan krim tabir surya. Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi dan mekanisme kulit tidak saja harus menghilangkan pengaruh panas matahari, tetapi juga harus dapat mengatasi pengaruh bagian sinar matahari. Secara alami kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ di bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk butirbutir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang brjemur, maka timbul dua tipe reaksi melanin :

1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit. 2. Pembentukan tambahan melanin baru.

Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus menerus, noda hitam pada kulit dapat terjadi. Ada dua cara perlindungan kulit, yaitu : 1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, talkum, silisium dioksida dan bahan-bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak. 2. Pelindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Faktor perlindungan kulit secara alami terhadap sengatan surya ialah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Pada percobaan perlindungan kulit menunjukkan adanya kecepatan mitotik setelah penyinaran dari sel epidermis yang menyebabkan penebalan stratum korneum dalam waktu 4 – 7 hari, sehingga dapat menahan penyinaran yang menyebabkan eritema.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Sunscreen merupakan sejenis krim atau lotion yang digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari (UV-A dan UV-B). Sediaan tabir surya (sunscreen) adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari.

B. KOMPONEN SINAR MATAHARI Sinar matahari terdiri dari 3 komponen, yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC. 

Sinar UVA (panjang gelombang antara 315 – 400 nm) mampu lebih dalam menembus kulit dan memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk menimbulkan kerusakan pada kulit, seperti kerutan, dan gejala-gejala penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat kulit menjadi hitam (tanning).

 Sedangkan sinar UVB (panjang gelombang 290 – 320 nm) hanya 0.2 % dari sinar matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari sinar UVB ini sebenarnya sangat penting untuk memicu pembentukan vitamin D3 (salah satu komponen Vitamin D) dari provitaminnya.  Sinar UVC (panjang gelombang 270 - 290 nm) sebenarnya amat berbahaya dan sangat merusak kulit, tetapi sinar ini ditahan oleh lapisan ozon. Kebocoran lapisan ozon (O3) menyebabkan beberapa (sebagian kecil) sinar ini masuk ke bumi. Tak heran mengapa akhir-akhir ini sinar matahari terasa begitu menyengat dan membakar kulit. American Cancer Society menyatakan bahwa pemaparan UV dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan pada kulit yang meliputi :  Penuaan  Kerutan  Kehilangan elastisitas kulit  Noda gelap (lentigos, kadang disebut “age spots” atau “liver spots” )

 Keratosis aktinik EFEK SINAR MATAHARI Radiasi sinar ultraviolet (UVR) dari matahari dibagi atas UVA (UVA1 340-400 nm dan UVA2 320-340 nm), UVB (290-320 nm) dan UVC (270-290 nm). UVC di saring oleh ozon pada lapisan stratosfer, sehingga hanya UVA dan UVB yang dapat mencapai permukaan bumi. UVA lebih mudah untuk berpenetrasi ke dalam lapisan kulit terdalam dibandingkan dengan UVB, UVA tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50% dari pemaparan UVA timbul dalam tempat teduh. Pemaparan akut terhadap UVB dapat menimbulkan efek seperti eritema, udema, tanning, penipisan lapisan epidermis dan dermis, dan sintesis vitamin D. Pemaparan kronis terhadap UVB dapat menghasilkan photoaging (efek penuaan kulit oleh cahaya), imunosupresi, dan fotokarsinogenesis. Pemaparan terhadap UVA lebih efektif dalam menginduksi tanning dan kurang menyebabkan eritema, tetapi juga menyebabkan photoaging serta fotodermatosis akut dan kronik. Keduanya berhubungan dengan imunosupresi dan karsinogenesis; sehingga diperlukan perlindungan terhadap keduanya. Energi dari Sinar UV diabsorbsi oleh kulit dapat menghasilkan senyawa kimia baru seperti 6’,4’-DNA fotoproduk, radikal bebas dan lain sebagainya., atau penghamburan kelebihan energi sebagai panas atau fosforesensi. Absorbsi ini dan diikuti oleh konversienergi yang berperan pada proses pembentukan etiologi kanker kulit dan photoaging. American Cancer Society menyatakan bahwa pemaparan UV dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan pada kulit yang meliputi : •

Penuaan



Kerutan



Kehilangan elastisitas kulit



Noda gelap (lentigos, kadang disebut “age spots” atau “liver spots” )



Keratosis aktinik Mencegah interaksi sinar UV dengan kromofor kulit merupakan fungsi utama dari tabir

surya.

Produk

tabir

surya

sangat

sederhana;

mereka

mengabsorbsi/memantulkan/menghamburkan radiasi UV dari sinar matahari sebelum energy ini diabsorbsi oleh residu kromofor dalam kulit. Untuk

menghasilkan efek ini, prodek tabir surya secara teknik sangat kompleks. Produk ini harus digunakan untuk keefektifannya dan sama dengan produk perawatan lainnya, kepatuhan adalah kunci untuk memperoleh keutamaan dari kesehatan.

C. JENIS-JENIS SUNSCREEN Beberapa jenis sunscreen yang tersedia adalah: 1. Penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan 2. Penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan benzophenon antara lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amoni benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil parametoksisinamat) dan lain-lain. Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antar tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika.

D. MEKANISME KERJA SUNSCREEN Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2 mekanisme utama yaitu : a. Mengabsorbsi energi sinar UV. Mengubahnya menjadi bentuk energy panas. Umumnya senyawa UV filter organic termasuk dalam kelompok ini. b. Menghamburkan dan memantulkan energi sinar UV. Umumnya senyawa UV filter anorganik termasuk dalam kelompok ini. Misalnya titanium dioxida, Zinci oxida dll Sangat banyak tabir surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Sekarang ini UV protection digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan produk perawatan rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up. UV protection dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV protection, atau yang juga disebut UV protection fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan

radiasi UV, organik UV protection, yang juga disebut UV protection kimia atau sunblock, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi.

E. EFEKTIFITAS TABIR SURYA Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir surya dan memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada label produk. Parameter yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF) produk tabir surya, dengan hubungan terhadap peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi. Faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu menunjukkan tingkat lamanya tabir surya bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari (UV) atau berapa lama anda bisa berada dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar (sun burn). Semakin tinggi nilai SPF, semakin besar perlindungan yang akan didapat. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100. Sediaan tabir surya dikatakan dapat memberikan perlindungan apabila memiliki nilai SPF 2 – 8.

Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut : 1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat. 2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon. 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivate PABA. 4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA. 5.Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik. Jika suatu body lotion mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Krim dengan SPF 60 hanya meneruskan seperenam puluh sinar matahari ke kulit. Oleh karena itu, makin besar nilai SPF maka makin efektif fungsinya sebagai tabir surya. Krim tabir surya dapat dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan sampai terkena bagian mata. Krim inipun dapat digunakan setiap hari sebagai alas bedak.

Faktor protektif terhadap sinar (SPF) menunjukkan kelipatan peningkatan toleransi terhadap kontak dengan sinar matahari dengan penggunaan produk ini tanpa menimbulkan eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan mengizinkan orang yang biasa menderita eritema setelah berkontak 20 menit untuk bertahan 160 menit terhadap sinar matahari. F. BENTUK – BENTUK SEDIAAN Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol. Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu : 1. Enak dan mudah dipakai. 2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. 3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur. 4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan keembaban kulit. 5. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi.

Bentuk-bentuk preparat susnscreen dapat berupa : 1. Preparat anhydrous Minyak-minyak cair suntan menduduki tempat yang paling penting. Keuntungan yang spesifik dari sediaan berminyak adalah sifat tahan terhadap air yang timbul saat berkeringat pada saat berjemur atau berenang. Efek lubrikan (perlindungan mekanik) juga dipertimbangkan sebagai hal yang sangat menolong. Minyak nabati digunakan sebagai tabir surya karena mamiliki kemampuan menyerap dalam range UV kritikal. Hal ini ditunjukkan oleh minyak wijen yang paling luas penggunannya. Minyak nabati merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan minyak mineral untuk mebanyakan bahan-bahan tabir surya yang larut minyak. 2. Emulsi (m/a, a/m) Berbagai jenis emulsi, non lemak m/a, semi lemak , lemak m/a, telah digunakan sebagai tabir surya dengan kandungan lemak yang tinggi menyerupai

minyak dan non lemak serupa dengan sediaan berair. Keuntungan dari produk emulsi

adalah

penampilan

dan

konsistensi

yang

menyenangkan

saat

penggunaannya. 3. Preparat tanpa lemak Dibandingkan dengan minyak suntan, sediaan ini memiliki keuntungan yaitu tidak berlemak dan lengket serta nyaman dalam penggunannya. Kelompok ini dibagi atas komposisi alcohol tinggi atau rendah. Kerugian utama dari sediaan berair dan rendah alcohol adalah kelarutannya dalam air yaitu kehilangan aktivitas pada kondisi berkeringat atau dalam air.

Tabir surya yang baik: 1. Mempunyai nilai SPF 15 atau 15+ 2. Punya nomor register/terdaftar CL,CD. 3. Pilih produk tabir surya yang tanpa wewangian. 4. Ada tanggal kadaluarsa, bila disimpan secara benar 2 tahun. 5. Bentuk padat terpisah dari bagian cair rusak

G. BEBERAPA CONTOH SUNSCREEN 1. Parasol 33 Komposisi : Octyl methoxycinnamate, Oxybenzone, Microtitanium dioxide, Methyl benzilidene camphor, Butyl methoxy dibenzoil methane, Cetil alcohol, Tocopherol acetate, Red ion oxide, Cl No. 77492, Sodium lauryl sulphate, Propyl paraben, Methyl paraben, Aloe vera, Purified water. Kegunaan : Krim pelindung terhadap sinar matahari yang mengandung Aloe Vera dan Vitamin E, bekerja melindungi kulit akibat pengaruh buruk sinar matahari sekaligus menjaga kelembaban kulit sehingga tetap lembut, halus.dan tidak kering. Dapat dipakai sebagai alas make up yang baik. Cara Pemakaian : Sebelum bepergian keluar kena sinar matahari, oleskan krim tipis-tipis pada bagian kulit yang akan dilindungi. Pastikanlah bahwa seluruh kulit

tersebut telah tertutupi dan bila mana perlu ulangi pemakaian untuk memastikan suatu perlindungan yang cukup. Hilangkan krim pada waktu malam hari dengan memakai krim/susu pembersih atau dengan sabun dan air dan pakailah kembali waktu pagi hari. Perhatian : 1. Individu-individu yang diketahui peka terhadap salah satu komponen krim ini hendaknya tidak memakai sediaan ini. 2. Hindari kontak dengan mata atau mulut. 3. Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-merahan pada kulit. Kemasan : Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-merahan pada kulit. 2. Solare Kandungan : Oktil metoksisinamat 7,5%, benzopfenon-3 3%, pemutih. Indikasi : Tabir surya yang mengandung pelembab dan pemutih, berfungsi melindungi kulit dari reaksi terbakar sinar matahari, proses penuaan dini, flek hitam dan kanker kulit, membantu memutihkan wajah. Perhatian : Hindari kontak dengan mata, bila timbul kemerahan pada kulit, hentikan pemakaian. Dosis : Oleskan merata pada kulit 30 menit sebelum terkena sinar matahari. Kemasan : Botol plastik 100ml.

3. Intersun Komposisi : Per ml lotion Vit E, aloe vera, ethylhexyl

methoxycinnamate,

benzophenone-3. Indikasi : Tabir surya & pelembab. Kemasan : Lotion SPF 30 x 100 ml. Dosis : Gunakan pada area kulit yang perlu dilindungi dari sinar matahari 30 menit sebelum pemaparan terhadap sinar matahari. Pabrik : Interbat.

Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2 mekanisme utama yaitu : (i) menghamburkan dan memantulkan energy sinar UV dan (ii) mengabsorbsi energy sinar UV. Sangat banyak tabir surya mengandung bahanbahan yang bekerja dengan kedua mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Pada awalnya tabir surya didesain untuk melindungi pemakainya pada saat ke pantai. Saat ini, produk yang sama digunkan pula oleh mereka yang melakukan olahraga salju, sejak sinar matahari menunjukkan efek terhadap kulit yang dapat dilihat pada pantulan dipermukaan salju. Sekarang ini UV filter digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan produk perawatan rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up. UV filter dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV filter, atau yang juga disebut UV filter fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV, organic UV filter, yang juga disebut UV filter kimia atau sunblock, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi. Jenis tabir surya yang paling penting adalah yang bekerja dengan mengabsorbsi radiasi eritemal UV. Karakteristik yang penting dalam tabir surya adalah : 1. Tidak toksik dan tidak mempengaruhi metabolisme tubuh 2. Tidak berbahaya secara dermatologis seperti bebas dari efek iritan dan efek sensitasi yang berbahaya 3. Efektif mengabsorbsi radiasi eritemogenik 4. Tidak bersifat fotolabil, yaitu mampu mengabsorbsi radiasi eritemogenik, tidak mengalami perubahan kimia yang dapat mengurangi kemampuannya sebagai tabir surya, sehingga mampu mengubah senyawa lain yang berbahaya yang mungkin terdapat seperti pada bagian 1) dan 2) diatas 5. Tidak menguap dan memiliki karakteristik kelarutan yang sesuai 6. Tidak terdekomposisi dengan adanya lembab, keringat dan lain sebagainya

7. Harus memiliki (dalam pengenceran dan pembawa yang akan digunakan untuk tabir surya) karakter fisik yang dapat diterima oleh konsumen, sebagai contoh, tabir surya haruslah tidak menimbulkan bau yang tidak sedap 8. Harus dapat terabsorbsi melalui kulit. UV filter fisik secara umum adalah oksida logam, meskipun silikat dan talk juga biasa digunakan. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa yang kurang nyaman. Selain itu, formulasi dengan menggunakan bahan ini sangatlah sulit karena bahan ini dapat memecahkan emulsi. Zink oksida merupakan UV filter fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium oksida. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung dan tentara. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan induksi reaksi fototoksik atau fotoalergik. Juga digunakan untuk perlindungan terhadap UVA dan UVB. Namun penggunaan zink oksida sebagai tabir surya yang dimasukkan dalam formulasi kosmetik di beberapa negara tidak perkenankan, seperti di Eropa dan Jepang, kecuali di Amerika Serikat. Umumnya UV filter fisik yang secara luas digunakan saat ini adalah titanium dioksida. UV filter kimia ( atau sunscreen )merupakan senyawa organic dengan aktifitas molar yang tinggi terhadap range UV. Senyawa ini biasa terdiri dari struktur aromatik tunggal atau ganda, kadang merupakan konyugasi dari karbon-karbon ikatan ganda dan/atau gugus karbonil. Tabir surya kimia adalah bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi energi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Senyawa ini mengabsorbsi radiasi UV dan mengubah energinya menjadi radiasi dengan gelombang yang lebih panjang. Tabir surya kimia

cenderung membentuk energy yang lebih tinggi dalam keadaan dasar. Molekul ini akan menuju pada keadaan dasar, energi diemisikan dengan magnitude yang lebih rendah dari energy awal yang diabsorbsi. Energi ini di emisikan dalam bentuk panjang gelombang yang lebih panjang, sebagai radiasi panas ringan yang khas. Derivat sintetis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm). Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktil metoksisinamat sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. Bahan ini kurang efektif dalam mengabsorbsi UVB dibandingkan para-aminobenzoic acid (PABA) dan pada formulasinya dianjurkan penambahan UVB filter untuk memperoleh nilai SPF yang tinggi. UVA filter termasuk benzofenon, antranilat dan dibenzoilmetan. Oksibenzon adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta mudah terdegradasidan teroksidasi. EFEKTIVITAS TABIR SURYA Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir surya dan memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada label produk. Parameter yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF) produk tabir surya, dengan hubungan terhadap peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi. SPF adalah perbandingan respon terhadap paparan sinar UV pada kulit yang terlindungi terhadap kulit yang tidak terlindung. Secara khusus, dosis minimum eritema (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman, yang hampir tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED akan berbeda berdasarkan tipe kulit Fitzpatrick. Untuk mengetahui nilai SPF, produk dengan dosis yang cocok dioleskan 2 mg/cm2 pada area 50-100 cm diatas punggung belakang bagian bawah. Lima hingga tujuh titik dipaparkan pada berbagai dosis simulasi cahaya UV. 12-24 jam setelah

pemaparan UV, bagian ini dievaluasi . Nilai SPF dikalkulasi dengan menggunkan persamaan : SPF = MED kulit terlindung/MED kulit yang tidak terlindung. SPF dapat ditunjukkan dengan persen transmitan eritemal UV seperti 1/SPF X 100, atau yang dihambat, seperti ( 1-(1/SPF) X 100 ) (3,5). FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA Formulasi sediaan tabir surya dibedakan atas 3 tipe yaitu sediaan anhidrous, emulsi dan sediaan tidak berlemak (greaseless) Sediaan Anhidrous. Minyak-minyak cair suntan menduduki tempat yang paling penting. Keuntungan yang spesifik dari sediaan berminyak adalah sifat tahan terhadap air yang timbul saat berkeringat pada saat berjemur atau berenang. Efek lubrikan (perlindungan mekanik) juga dipertimbangkan sebagai hal yang sangat menolong. Minyak nabati digunakan sebagai tabir surya karena mamiliki kemampuan menyerap dalam range UV kritikal. Hal ini ditunjukkan oleh minyak wijen yang paling luas penggunannya. Minyak nabati merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan minyak mineral untuk mebanyakan bahan-bahan tabir surya yang larut minyak (1). Hasil yang baik ditunjukkan dengan mencampur 15% serbuk inert kedalam sediaan minyak. Bahan ini memberikan konsistensi sediaan yang lebih kaku dan mengurangi kelengketan. Beberapa padatan, seperti zink oksida, memiliki efek penapisan terhadap sinar UV yang tidak terbatas hingga sekitar 3000Å tetapi memperluas lebih dari range keseluruhan Emulsi. Berbagai jenis emulsi, non lemak m/a, semi lemak , lemak m/a, telah digunakan sebagai tabir surya; dengan kandungan lemak yang tinggi menyerupai minyak; dan non lemak serupa dengan sediaan berair. Keuntungan dari produk emulsi

adalah

penggunaannya

penampilan

dan

konsistensi

yang

menyenangkan

saat

Sediaan Tidak Berlemak. Dibandingkan dengan minyak suntan, sediaan ini memiliki keuntunganyaitu tidak berlemak dan lengket serta nyaman dalam penggunannya. Kelompok ini dibagi atas komposisi alcohol tinggi atau rendah. Kerugian utama dari sediaan berair dan rendah alcohol adalah kelarutannya dalam air : yaitu kehilangan aktivitas pada kondisi berkeringat atau dalam air. Secara khusus, umumnya tabir surya aktif terdiri dari beberapa tipe ·Minyak-minyak polar, cenderung untuk membuat produk terasa berlemak dan berminyak, khususnya dalam konsentrasi yang tinggi. ·Padatan Kristal yang larut minyak membutuhkan konsentrasi pelarut/emollient berminyak untuk melarutkannya dan menjaga pembentukan kristalisasi pada produk dan juga membuat produk terasa berlemak dan berminyak. ·Garam-garam yang larut air, cenderung untuk menurunkan kemampuan polimerik dalam larutan berair. Cenderung untuk membentuk tingkat polimer yang tinggi dan polimer tingkat tinggi ini membuat produk terasa lengket dan berat pada kulit. ·Serbuk atau partikulat yang tidak larut dapat membuat kulit terasa kering dan sering menimbulkan tampilan putih yang tidak diharapkan pada kulit. Penambahan parfum pada sediaan atau formulasi tabir surya dipilih berdasarkan image yang ingin diberikan pada produk. Untuk tabir surya yang digunakan oleh para atlit, harus dipilih tipe aroma segar yang kering seperti lavender atau sitrus. Jika produk digunakan untuk berjemur di pantai, aroma yang lebih keras, lebih sesuai dengan aroma menawan atau menarik. Pada kasus lainnya aroma netral, seperti aroma bunga lebih cocok dengan produk. Parfum dengan aroma yang manis harus dihindari untuk mencegah ketertarikan serangga. Dosis yang tepat tergantung pada tipe produk. Minyak suntan dengan basis minyak nabati biasa dianjurkan penambahan 1% parfum atau lebih, dengan sediaan berair atau rendah

alcohol 0,1-0,3 %, untuk formulasi iniTween 20 atau pengsolubilisasi lainnya harus ditambah pada parfum. Formulasi tabir surya dengan menggunakan titanium dioksida menggunakan serbuk termikronisasi untuk meningkatkan efektivitasnya sebagai tabir surya. Titanium dioksida dengan ukuran partikel 60 μm mampu memantulkan dan membaurkan sinar UV dan sinar tampak, sementara partikel dengan diameter 230 μm hanya mampu membaurkan sinar tampak. Ukuran partikel yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih luas di bandingkan dengan partikel ukuran besar. Sehingga kemampuan memantulkan dan membaurkan cahaya lebih besar. Berikut, adalah beberapa tabir surya dan konsentrasi penggunannya UV Filter

Konsentrasi hingga (%)

Aminobenzoic acid (PABA)

15

Avobenzon

3

Cinoxate

3

Dioksibenzon

3

Homoslat

15

Metil antranilat atu meradiment

5

Oktokrilen

10

Oktil metoksisinamat atau oktinoxat

7,5

Oktil salisilat atau oksilat

5

Oksibenzon

6

Asam Fenilbenzimidazol Sulfonat

4

Oktil dimetil PABA

8

Titanium Dioksida

25

Trolamin salisilat

12

Zink oksida

25

DAFTAR PUSTAKA 1. Jellinec, J.Stephan. 1970. Formulation and Function of Cosmetics. New York ; 325, 332, 334, 336, 340. 2. Walters,

A.

Kenneth.

Michael

S.

Robert.

2008.

Dermatologic,

Cosmeceutic, and Cosmetic Development. Informa Healthcare, New York ; 419, 425, 432. 3. Draelos, Zoe Diana. Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor & Francis Group. New York ; 137, 141, 146, 157, 159. 4. Harry, Ralph G. 1962. Modern Cosmeticology Volume One. Chemical Publishing Co. Inc. New York ; 205, 216,218. 5. Salvador, Amparo. Albert Chisvert. 2007. Analysis of Cosmetic Products. Elsevier. Oxford ; 88, 94.

Related Documents

Eko
April 2020 26
Euromix Eko
November 2019 25
Eko Soca.docx
June 2020 21
Eko Hertanto
May 2020 20
Eko Lklk
May 2020 17

More Documents from ""