FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Skripsi
Oleh : Ana Mahillatul Jannah (109101000009)
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan .untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canturnkan sesum dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya.. asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berla:ku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2016
Ana Mahillatul Jannah
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI Skripsi, Juni 2016 Ana Mahillatul Jannah, NIM. 109101000009 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015 xviii + 120 halaman, 24 tabel, 3 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat. Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (Depkes) melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80% sebagai salah satu indikator kegiatan pembangunan gizi kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran cakupan ASI Eksklusif serta faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan, sebanyak 56 sampel secara Proportional Random Sampling. Analisis data penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem sebesar 48,2 %. Faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem adalah paritas ibu (P=0,024), tingkat pendidikan ibu (P=0,004), pengetahuan ibu (P=0,000), tempat persalinan (P=0,003), penolong persalinan (P=0,024), dukungan petugas kesehatan (P=0,001), dan dukungan keluarga. (P=0,000). Faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu (P=0,263) dan pekerjaan ibu (P=1,000). Saran untuk puskesmas Grogol adalah melakukan monitoring dan evaluasi terkait adanya kegiatan pemberian PMT ASI agar pemberiannya tepat sasaran serta memberikan edukasi dan informasi lengkap tentang ASI eksklusif kepada ibu dan juga keluarganya (suami dan orang tua). Saran untuk ibu adalah lebih aktif melakukan konsultasi pemeriksaan kehamilan guna memperoleh informasi dan pengetahuan terkait ASI eksklusif. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor lainnya yang belum diteliti dalam penelitian ini dengan desain studi yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak. Kata Kunci : ASI eksklusif, faktor yang berhubungan, perilaku ibu
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH SPECIALISATION NUTRITION Undergraduated, June 2016 Ana Mahillatul Jannah, NIM. 109101000009 FACTORS - FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN INFANTS 6-12 MONTHS IN GEREM VILLAGE THE WORK AREA OF GROGOL HEALTH CENTER CILEGON CITY AT 2015 xviii + 120 pages, 24 tables, 3 image, 4 attachment
ABSTRACT One of the priorities of national development as stated in the document of the National Medium Term Development Plan and the Strategic Plan 2010-2014 Ministry of Health is the improvement of the public nutrition status. In Indonesia, the Ministry of Health through the Public Nutrition Improvement Program has targeted the coverage of exclusive breastfeeding by 80% as one indicator of the development activities of public health nutrition. This study aims to determine picture coverage exclusive breastfeeding and the factors associated with exclusive breastfeeding in Gerem Village the work area of Grogol health center Cilegon City in 2015. This study uses a quantitative method with cross-sectional design. The sample of this study are all mothers who have infant aged 6-12 months, as many as 56 samples were Proportional Random Sampling. Analysis of the data of the research is the analysis of univariate statistical tests with bivariat and Chi-square. This study shows that the proportion of breastfeeding in Gerem Village is 48,2%. The factors associated with exclusive breastfeeding in Gerem Village are mother’s parity (P=0,024), mother’s education (P=0,004), mother’s knowledge (P=0,000), place of birth (P=0,003), birth attendance (P=0,024), health worker’s support (P=0,001), and family’s support. (P=0,000). The factors unassociated with the exclusive breastfeeding is mother’s age (P=0,263) and mother’s working status (P=1,000). Suggestions for Grogol health centers are monitoring and evaluation related to their activities for giving PMT ASI in order to gift right on target as well as provide education and complete information about exclusive breastfeeding to mother and her family (husband and parents). Suggestions for the mother is more active to consultation of pregnancy in order to obtain information and knowledge related to exclusive breastfeeding.. Suggestions for further research is to analyze the other factors that have not been examined in this study with a different study design and more of samples. Keyword : Exclusive breastfeeding, factors Associated, mothers’s behavior
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi Dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Jakarta, Juli 2016 Pembimbing I
~· Ratri Ciptaningtvas, SKM, MHS NIP. 19840404 200912 2 007
Pembimbing II
--~
Dr. M. Farid Hamzens, M.Si NIP. 19630621199403 1 001
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
Jakarta, 20 Juni 2016
Penguji II
(Fajar Ariyanti{Jvi.Kes, Ph.D) NIP: 19761209 200604 2 003
Penguji III
~
(Laily Hanifah, M.Kes)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ana Mahillatul Jannah
Tempat/Tgl Lahir
: Serang, 11 Januari 1991
Alamat
: Jl. Sunan Drajat Link. Kubang Welut Widuri Rt.04 Rw.04 Kel. Kubangsari Kec. Ciwandan Kota Cilegon Banten 42445
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Materital
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Telp/Hp
: 081310945898
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL 1997 – 2003
: SDN Kubangsari I Ciwandan
2003 – 2006
: MTs Al-Khairiyah Kubangsari Ciwandan
2006 – 2009
: SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon
2009 – sekarang
: S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015”. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang dihadapi. Namun,
dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan. Sehingga penulis sangat berterima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, diantaranya : 1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri SKM. MKes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.d. selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku dosen pembimbing akademik penulis. 4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, keikhlasan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti.
5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, keikhlasan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti.
viii
6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, dan Ibu Laily Hanifah, M.Kes. selaku penguji sidang skripsi, terima kasih atas bimbingan, arahan serta kesediaan waktunya untuk membimbing peneliti selama penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakart a yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku kuliah. 8. Kepala Puskesmas Grogol yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di salah satu wilayah kerjanya yaitu Kelurahan Gerem. Ibu Rini selaku Kabid Gizi Puskesmas Grogol yang telah bersedia direpotkan dan membantu peneliti dengan segala kebaikan hatinya dalam mengadakan data-data sekunder yang dibutuhkan peneliti. 9. Kader-kader Posyandu Kelurahan Gerem yang banyak membantu peneliti selama proses penelitian. Khususnya Bu Suemah selaku ketua kelompok kader Kelurahan Gerem yang telah banyak direpotkan oleh peneliti selama penulisan 10. Special thanks to keluarga tercinta, Ayahanda Hujaji Saliman dan Ibunda Hurmayati, A’Ozi, A’Akhsan, Teh Husnul, Heru dan De Ais
yang
senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga, menyumbangkan fikiran secara moral, emosional dan financial, serta senantiasa memberikan doa dan motivasi untuk Ana segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Bapak, Ibu, Aa, Teteh, dan Adek. Ana sayang kalian. 11. Sahabat-sahabat terbaik Vjeh, Nia, Denis, Heni, Fil dan Ubay yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan studinya, terimakasih selalu memberikan
ix
semangat dan motivasinya untuk penulis segera menyelesaikan skripsi ini. Serta Sebay, sahabat yang berjuang bersama sampai akhirnya kita samasama sidang di waktu yang bersamaan. Tetap semangat Sebaaaayyyy. 12. For the man who loves me, makasih untuk setiap support, motivasi, perhatian dan pengertiannya untuk penulis selama ini. Thank you for being the best for me Hon. 13. Mba Lulu dan Chimeh, terimakasih telah berbaik hati menampung penulis di kosannya dan tempat sharing selama penulisan skripsi ini.
14. Rekan-rekan Gizi 2009, terimakasih untuk semua suport dan motivasi kalian yang tidak pernah henti meskipun jarak kita saling berjauhan.
Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, meskipun demikian semoga masih dapat memberikan sumbangan betapapun kecilnya kepada dunia ilmu pengetahuan, masyarakat dan penulis lain.
Jakarta, Juli 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................. ii ABSTRACT .......................................................................................................... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI...........................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang .............................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3
Pertanyaan Penelitian ...................................................................................7
1.4
Tujuan Penelitian .........................................................................................9
1.5
1.6
1.4.1
Tujuan Umum ..................................................................................9
1.4.2
Tujuan Khusus .................................................................................9
Manfaat Penelitian .....................................................................................10 1.5.1
Bagi Peneliti ...................................................................................10
1.5.2
Bagi Puskesmas .............................................................................10
1.5.3
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ..................................11
Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian ASI dan ASI Eksklusif .............................................................12
xi
2.2
Jenis - jenis ASI .........................................................................................13 2.2.1
Kolostrum ......................................................................................13
2.2.2
ASI Peralihan .................................................................................14
2.2.3
Asi Matur .......................................................................................14
2.3
Komposisi ASI ...........................................................................................14
2.4
Manfaat ASI ...............................................................................................17 2.4.1
Manfaat Bagi Bayi .........................................................................17
2.4.2
Manfaat Bagi Ibu ...........................................................................18
2.5
Teori Prilaku ...............................................................................................19
2.6
Faktor Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif ............................21 2.6.1
Umur ..............................................................................................22
2.6.2
Paritas .............................................................................................23
2.6.3
Pendidikan......................................................................................24
2.6.4
Pekerjaan ........................................................................................26
2.6.5
Pengetahuan ...................................................................................26
2.6.6
Kondisi Kesehatan .........................................................................27
2.6.7
Tempat Bersalin .............................................................................30
2.6.8
Penolong Persalinan .......................................................................31
2.6.9
Dukungan Petugas Kesehatan ........................................................32
2.6.10 Dukungan Keluarga .......................................................................33 2.7
Kerangka Teori ...........................................................................................34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1
Kerangka Konsep .......................................................................................37
3.2
Definisi Operasional ...................................................................................42
3.3
Hipotesis .....................................................................................................47
xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Desain Penelitian ........................................................................................48
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................48
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................49 4.3.1
Populasi Penelitian .........................................................................49
4.3.2
Sampel Penelitian...........................................................................49
4.3.3
Teknik Sampling ............................................................................52
4.3.4
Prosedur Penelitian ........................................................................54
4.4
Instrumen Penelitian ...................................................................................57
4.5
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...............................................................57
4.6
Metode Pengumpulan Data ........................................................................58
4.7
Pengolahan Data .........................................................................................59
4.8
Teknik dan Analisis Data ...........................................................................61
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1
Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................................63
5.2
Analisis Univariat ........................................................................................66 5.2.1
Gambaran Pemberian ASI Eksklusif .............................................67
5.2.2
Gambaran Umur Ibu ......................................................................68
5.2.3
Gambaran Paritas Ibu .....................................................................69
5.2.4
Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu ................................................70
5.2.5
Gambaran Pekerjaan Ibu ................................................................71
5.2.6
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ..............................................72
5.2.7
Gambaran Tempat Persalinan ........................................................73
5.2.8
Gambaran Penolong Persalinan .....................................................73
5.2.9
Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan ......................................74
xiii
5.2.10 Gambaran Dukungan Keluarga......................................................75 5.3
Analisis Bivariat .........................................................................................76 5.3.1
Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ................76
5.3.2
Hubungan Paritas ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ...............77
5.3.3
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif ..........78
5.3.4
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif .............79
5.3.5
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif ........80
5.3.6
Hubungan Tempat Persalinan dengan Peberian ASI Eksklusif .....81
5.3.7
Hubungna Penolong Persalinan dengan Peberian ASI Eksklusif ..82
5.3.8
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Peberian ASI Eksklusif ........................................................................................83
5.3.9
Huungan Dukungan Keluarga dengan Peberian ASI Eksklusif ....85
BAB VI PEMBAHASAN 6.1
Keterbatasan Penelitian ..............................................................................87
6.2
Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .......88
6.3
Analisis Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif90
6.3.1 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................................90 6.3.2 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................................93
xiv
6.3.3 Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .........................................................96 6.3.4 Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .........................................................98 6.3.5 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................100 6.4
Analisis Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif103 6.4.1 Analisis Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ................................103 6.4.2 Analisis Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................106
6.5
Analisis Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusi ..109
6.5.1
Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................109
6.5.2
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................112
xv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan...................................................................................................116
7.2
Saran .........................................................................................................118 7.2.1
Bagi Puskesmas ...........................................................................118
7.2.2
Bagi ibu dan keluarga ..................................................................119
7.2.3
Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................120
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
3.1
Definisi Operasional .................................................................................................42
4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu .....................51
5.1
Jadwal Kegiatan Posyandu Kelurahan Gerem ..........................................................64
5.2
SKDN Kelurahan Gerem tahun 2015 .......................................................................65
5.3
Distribusi responden menurut pola pemberian ASI eksklusif ..................................67
5.4
Distribusi Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif.............................68
5.5
Distribusi responden menurut umur ibu ...................................................................68
5.6
Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu ..............................................................69
5.7
Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..........................................70
5.8
Distribusi Responden Menurut Kategori Pendidikan Ibu .........................................71
5.9
Distribusi responden menurut pekerjaan ibu ............................................................71
5.10 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu ........................................72 5.11 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan ..................................................72 5.12 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan ...............................................74 5.13 Distribusi responden menurut dukungan petugas kesehatan ....................................74 5.14 Distribusi responden menurut dukungan keluarga ...................................................75 5.15 Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ................................76 5.16 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ...............................77 5.17 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ......................78 5.18 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif .........................79 5.19 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ....................80 5.20 Hubungan Antara Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif .................81 5.21 Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif ..............82 5.22 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI
xvii
Eksklusif ..................................................................................................................84 5.23 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ..............85
xviii
DAFTAR GAMBAR 2.1
Kerangka Teori ......................................................................................................36
3.1
Kerangka Konsep ...................................................................................................41
4.1
Skema Penelitian ....................................................................................................56
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan. Terbukti dengan masih tingginya angka kejadian malnutrisi di Indonesia dan angka kematian ibu, kematian bayi dan balita. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi balita kurang gizi (underweight) sebesar 19,6 %, prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 37,2 %, serta prevalensi balita kurus dan sangat kurus (wasting) sebesar 12,1%. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh bahwa angka kematian ibu adalah 359/100.000 KH, angka kematian balita sebesar 40/1000 KH, dan angka kematian bayi sebesar 19/1000 KH Hal ini mendasari masalah gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian MDGs (Millenium Development Goals) yang kini juga menjadi target pencapaian SDGs 2015-2030 untuk mengurangi segala bentuk malnutrisi dan kematian Ibu, bayi dan balita. Riset terbaru World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20 persen), selebihnya (58 persen) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan asupan air susu ibu (ASI) (Siswono, 2006).
1
2
Berdasarkan laporan profil kesehatan Puskesmas Grogol, angka kematian bayi dan balita sebesar 1/1000 KH dan kejadian tersebut terjadi hanya di Kelurahan Gerem, sedangkan angka kasus penderita balita pneumonia di Kelurahan Gerem adalah sebanyak 410 balita dan Kelurahan Gerem berada di tingkat ke-2 tertinggi dengan prosentase sebesar 34%. Selain itu terdapat 9 balita dengan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Grogol, namun dari 9 balita gizi buruk yang ada jumlah tertinggi terdapat di kelurahan Gerem yaitu terdapat 8 balita gizi buruk. Sebagaimana di ketahui, menurut UNICEF penyebab langsung kejadian gizi buruk adalah pola asuh pemberian makan yang dilakukan keluarga terutama ibu. Pola asuh makan diantaranya meliputi aspek pemberian makanan, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan umur penyapihan (Fivi, 2006). Shrimpton (2001) juga mengungkapkan bahwa penyebab utama terjadinya gizi buruk dan hambatan pertumbuhan anak adalah akibat dari rendahnya pemberian ASI eksklusif dan maraknya praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini.Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Minsarnawati dan Safitri (2012) yang mengatakan bahwa pemberian makanan prelakteal merupakan penghambat perilaku pemberian ASI eksklusif pada Ibu di wilayah kerja Puskesmas Cibeber Kota Cilegon. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
bahwa
upaya
perbaikan
gizi
bertujuan
untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan
3
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 20102014 adalah perbaikan status gizi masyarakat.di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80% sebagai salah satu indikator kegiatan pembangunan gizi kesehatan masyarakat. Dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 WHO menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan, karena berdasarkan hasil konvensi Expert Panel Meeting menyimpulkan bahwa periode enam bulan merupakan usia bayi yang optimal. Kesimpulan tersebut diadopsi sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2001 (Gibney, 2009). Bayi yang mendapat ASI tidak eksklusif memiliki resiko 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) (Depkes RI, 2005). Selain itu juga beresiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Begitu pula penelitian di Amerika Latin menyatakan bahwa 13,9% dari semua penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan ASI eksklusif untuk 3 bulan pertama kaehidupan (Betran AP, Onis M, Lauer JA, Villar J, 2001).
4
Hal ini disebabkan karena ASI mengandung zat-zat gizi bernilai tinggi yang struktur dan kualitasnya sangat cocok dan mudah diserap oleh bayi,adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon, dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi (Roesli, 2000). Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan telah terbukti baik untuk kesehatan.Pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi.Selain dapat meningkatkan perkembangan kognitif, pemberian ASI Eksklusif juga memberikan manfaat bagi ibu yaitu akan menurunkan resiko perdarahan pasca melahirkan, resiko terkena kanker payudara, dan menunda kehamilan (sebagai alat kontrasepsi alami/MAL) (KNPP RI, 2008). Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Siregar, 2004). Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif secara nasional adalah 48,6 %. Dan berdasarkan Riskesdas tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 38 %. Capaian tersebut masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan pemerintah. Berdasarkan temuan peneliti saat melakukan magang di Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2012, Puskesmas Grogol merupakan salah satu Puskesmas yang memiliki pos pemulihan gizi aktif yang berpusat di Kelurahan Gerem.Namun dalam temuannya dari 32 balita gizi buruk, 12 diantaranya merupakan sasaran kelurahan Gerem. selain itu temuan cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem masih jauh dari
5
target pencapaian Dinas Kesehatan Kota Cilegon yaitu sebesar 9,1 % dan merupakan prosentase terendah di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol tahun 2012. Berdasarkan laporan hasil kegiatan program gizi
Puskesmas
Grogol Kota Cilegon, terdapat peningkatan prosentase cakupan ASI ekslusif pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013 presentase cakupan ASI Eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 55,1 % dan 59,5 % pada tahun 2014. Angka tersebut masih terbilang rendah dan jauh dari target pencapaian puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Adapun target pencapaian program ASI Eksklusif di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Cilegon adalah sebesar 80%. Angka tersebut sesuai dengan standar pelayanan minimum bayi yang menerima ASI Eksklusif berdasarkan SK/Menkes No. 1457/2003. Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI eksklusif, namun data-data tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh ibu kepada bayinya. Padahal program peningkatan pemberian ASI eksklusif
merupakan
prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk mengetahui mengapa tingkat pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem masih rendah sedangkan wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah percontohan yang memiliki Pos Gizi aktif di Kota Cilegon. Dimana salah satu tujuan dari kegiatannya adalah mencegah kekurangan gizi pada anak-
6
anak yang akan lahir dalam masyarakat tersebut, dengan mengubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku pola asuh ibu dimana perilaku pemberian ASI eksklusif juga termasuk didalamnya. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon menjadi perhatian peneliti. Mengingat besarnya manfaat pemberian ASI eksklusif dan juga kerugian yang ditimbulkan dari kegagalannya, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Faktor - Faktor yang Berhubungan DenganPerilaku Pemberian ASI EksklusifPada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015”, sehingga diharapkan nantinya dapat menyusun perencanaan guna meningkatkan pencapaian pemberian ASI Eksklusif berdasarkan target pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) kabupaten/Kota di masa yang akan datang sertamenjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan SDM di wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon umumnya dan kelurahan Gerem khususnya. 1.2
Rumusan Masalah Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kesehatan bayi khususnya dalam hal pertumbuhan dan perkembangan kognitifnya.Apabila bayi tidak diberi ASI secara Eksklusif, maka akantimbul beberapa dampak negatif ada bayi seperti rentan terhadap penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya yang dapt berujung pada kematian.
7
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Grogol,Kota Cilegon dari sekian banyak masalah program gizi yang belum tertanggulangi, pencapaian ASI Eksklusif masih menjadi prioritas masalah di puskesmas tersebut. Berdasarkan laporan hasil kegiatan program gizi Puskesmas Grogo Kota Cilegonl tahun 2013 presentase cakupan ASI Eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 55,1 % dan 59,5 % pada tahun 2014. Angka tersebut masih terbilang rendah dan jauh dari target pencapaian puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Adapun target pencapaian program ASI Eksklusif di puskesmas dan Dinas kesehatan Kota Cilegon adalah sebesar 80%. Sampai saat ini, banyak informasi dan berita mengenai rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi usia sampai 6 bulan dan pengaruhnya terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Sehingga, rendahnya pemberian ASI eksklusif masih perlu pengkajian dan pembelajaran, terutama dari faktor penyebab. Masalah inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan “Faktor – Faktor Yang Berhubungann Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon Tahun 2015”. 1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran cakupan ASI Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015?
8
2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong persalinan) di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran faktor Penguat (dukungan keluarga, dan dukungan petugas kesehatan) di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015? 5. Adakah hubungan faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pendidikan
ibu,
pekerjaan
ibu,
dan
pengetahuan
ibu)
denganpemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015 ? 6. Adakah hubungan faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong persalinan) denganpemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015? 7. Adakah hubungan faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan) dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015?
9
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum 1. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
1.4.2
Tujuan Khusus 1.
Diketahuinya gambaran pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
2.
Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
3.
Diketahuinya gambaran faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong persalinan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
4.
Diketahuinya faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
5.
Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12
10
bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015 6.
Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong persalinan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
7.
Diketahuinya hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Peneliti 1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambah pengalaman juga meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih optimal daam memecahkan masalah kesehatan khususnya didalam pemberian ASI Eksklusif 2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan
1.5.2
Bagi Puskesmas 1. Dengan mendapatkan informasi mengenai faktor yang berperan terhadap rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan intervensi dalam rangka peningkatan cakupan ASI Eksklusif
11
2. Dapat menjadi bahan masukan untuk lebih memotivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif 1.5.3
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 1. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya faktor yang berperan terhadap rendahnya cakupan ASI Eksklusif 2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa 3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan dibidang gizi
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran cakupan ASI Eksklusif serta faktor yang berhubungan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif yang dilakukan diKelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon. Penelitian ini dilakukan pada bulan
maret –
november tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional karena pengambilan variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data primer dan sekunder.Data primer didapatkan melalui wawancara langsung pada responden dengan instrumen berupa kuesioner.Data sekunder didapat dari Profil Puskesmas Grogol.Adapun sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian ASI dan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lain seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air the, pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6 bulan (Depkes RI, 2009). Pada
tahun
2004,
sesuai
dengan
anjuran
World
Health
Organization (WHO), pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2000).
12
13
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Selain sebagai nutrient yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Roesli, 2009) 2.2
Jenis-jenis ASI Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : Kolostrum, ASI peralihan dan ASI matur. 2.2.1
Kolostrum Kolostrum merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat : a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerma makanan. b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
14
2.2.2
ASI Peralihan ASI peralihan merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.
Pada masa ini, susu transisi
mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah dari pada kolostrum. 2.2.3
ASI Matur ASI matur merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih seperti susu krim dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu kolostrum ataupun transisi.
2.3
Komposisi ASI a) Air Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tanpa air akan terjadi dehidrasi. Kandungan air di dalam ASI sangat besar yaitu 88 % dimana kegunaannya untuk melarutkan zat – zat yang terdapat dalam ASI dan juga bisa meredakan rangsangan haus. b) Protein ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia lainnya, baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI mengandung asam amino seimbang yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat 0,9 gr protein, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat menyebabkan
15
kerusakan pada ginjal bayi (WHO, 2009).ASI mengandung protein khusus yang dirancang untuk tumbuh kembang bayi manusia. ASI mengandung protein whey dan casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan kasein adalah protein yang bentuknya kasar, menggumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein dalam ASI adalah 60:40 Sedangkan pada susu sapi 20:80. ASI mengandung alfa lactalbumin sedangkan susu sapi mengandung beta lactoglobulin yang sering menyebabkan alergi (WHO, 2010). Selain alfa lactalbumin , protein unik yang dimiliki ASI dan tidak terdapat dalam susu formula adalah taurin, lactoferin dan lysosom. Taurin diperlukan untuk perkembangan otak, susunan saraf, dan pertumbuhan retina. Selain Taurin, protein unik yang ada dalam ASI adalah lactoferin. Lactoferin membiarkan bakteri usus baik yang menghasilkan vitamin untuk tumbuh dan menghancurkan bakteri yag jahat. Lisosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000). c) Karbohidrat Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktosa.Dimana 100 ml ASI mengandung 7 gr laktosa atau 20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Laktosa mudah dicerna dan merupakan sumber energi.Di dalam usus laktosa diubah menjadi asam laktat yang berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk pertumbuhan otak,
16
makin tinggi kadar laktosa pada susu mamalia, maka makin besar juga ukuran otaknya. ASI mengandung kadar laktosa yang paling tinggi dibandingkan susu mamalia lain (Riordan, 2004). Karbohidrat dalam ASI juga dapat mencegah infeksi lewat peningkatan pertumbuhan bakteri baik usus, lactobacillus bifidus dan menghambat bakteri berbahaya dengan cara fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga menyebabkan suasana lambung menjadi asam dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya. d) Lemak Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak.Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat secara proporsional. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5% - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecahkan menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang yang mengandung omega-3, omega-6, DHA, ARA. Lemak berikatan panjang tersebut penting untuk pertumbuhan syaraf dan pertumbuhan otak . Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan otak yang cepat, diperlukan kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol dalam ASI juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang berfungsi untuk membentuk enzim
17
metabolisme kolesterol sehingga dapat mencegah serangan jantung dan arteriosclerosis pada usia muda ( Roesli, 2000). e) Vitamin dan Mineral ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi, walaupun ibunya mengalami defisiensi vitamin. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat vitamin D dan E terutama dalam kolostrum. Mineral berupa zat besi (Fe) dan Zinc terdapat di ASI dalam jumlah sedikit, tetapi dengan bioavailibilitas dan penyerapan tinggi. 2.4
Manfaat ASI 2.4.1
Manfaat Bagi Bayi Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi yaitu (Roesli, 2005) : 1. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi. 3. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai.
18
4. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik. 2.4.2
Manfaat Bagi Ibu Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI Eksklusif, yaitu (Roesli, 2005) : 1. Mengurangi perdarahan pasca persalinan Apabila bayi disusukan segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan
terjadinya
perdarahan
setelah
melahirkan
berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. 2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui mengurangi perdarahan. 3. Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. 4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
19
5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. 6. Mengurangi kemungkinan penderita kanker, seperti kanker payudara dan indung telur. Pada ibu yang menyusui, angka kejadian kanker payudara berkurang 25%, sedangkan risiko kanker indung telur berkurang sampai 20-25%. 7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula. 8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air. 9. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat ntuk menyusui. 10. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI Eksklusif. 2.5
Teori Perilaku Perilaku
merupakan
faktor
terbesar
kedua
setelah
faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Oleh sebab itu untuk mencapai target pemberian ASI eksklusif maka intervensi terhadap perilaku menjadi sangat strategis (Notoatmodjo, 2003).
20
Teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu teori PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation) yang dikembangkan oleh Green (1980). Teori PRECEDE menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan ada 3 faktor yaitu predisposing, enabling, dan reinforcing. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perilaku. a. Predisposing factors atau faktor predisposisi merupakan faktorfaktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi. Faktor predisposisi diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai. Umur, status ekonomi, jenis kelamin, dan besarnya keluarga yang merupakan variabel demografi juga merupakan faktor predisposisi, namun variabel tersebut diluar pengaruh langsung terhadap program pendidikan kesehatan. b. Enabling factors atau faktor pendukung merupakan kemampuan dari sumber daya yang penting membentuk perilaku. Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas bagi kesehatan masyarakat. Faktor ini termasuk di dalamnya adalah skill personal dan sumber-sumber seperti halnya sumber dari komunitas. Beberapa sumber-sumberyang termasuk dalam faktor pendukung ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah
21
sakit, poliklinik, posyandu, polndes, dan lain-lain. Akses terhadap sumber tersebut juga merupakan bagian dari faktor pendukung. c. Reinforcing factors atau faktor pendorong merupakan faktor yang memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan. Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan positif atau negatif tergantung pada perilaku setiap orang, beberapa orang bisa lebih mempengaruhi yang lainnya. Faktor ini termasuk di dalamnya adalah sosial. 2.6
Faktor Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif Selain teori perilaku diatas, ada beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya perilaku tidak memberikan ASI eksklusif.Berbagai studi menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang kurang baik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri ibu sendiri ataupun dari lingkungan (Gerung, 1989 dalam Nasir, 2002). Karakteristik ibu ( umur, paritas, pendidikan, status pekerjaan dan sosial ekonomi), faktor psikologis ibu dalam hal ini adalah pengetahuan, tempat persalinan, promosi susu formula, kurangnya dukungan keluarga, dan kurangnya dukungan petugas kesehatan berupa penyuluhan dan pelayanan sejak masa antenatal dan pascanatal adalah hal-hal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif (Ebrahim, 1986; Helsing dan King dalam Febriana, 2000). Sedangkan Akre (1994) berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh kondisi kesehatan (faktor fisik ibu dan faktor bayi).
22
2.6.1
Umur Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu yang terlalu muda ketika hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak (Hurlock 1995). Umur mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil keputusan dalam pemberian ASI eksklusif, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggapmasih belum matang secara fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bias terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat mengakibatkan kesulitan pada kehamilan, persalian dan nifas.
23
Berbeda halnya dengan hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif 6 bulan lebih tua daripada informan yang tidak ASI eksklusif dengan perbedaan rata-rata umur 4 tahun. Rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun dan rata-rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. 2.6.2
Paritas Menurut Soetjiningsih (1997), kenaikan jumlah paritas menyebabkan ada sedikit perubahan produksi ASI yaitu pada anak pertama: jumlah ASI ± 580 ml/24 jam, anak kedua: jumlah ASI ± 654 ml/24 jam, anak ketiga: jumlah ASI ± 602 ml/24 jam, kemudian anak kelima: jumlah ASI ± 506 ml/24 jam. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah paritas, maka produksi ASI semakin menurun. Gatti (2008) dalam penelitiannya mengenai persepsi ibu tentang kekurangan/ketidakcukupan suplai ASI menyebutkan bahwa paritas dan pengalaman menyusui berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan menyusui, dimana wanita yang baru pertama kali menyusui biasanya selalu berfikir akan resiko dan masalah
menyusui
atau
penghentian
menyusui
di
awal
dibandingkan dengan wanita yang sudah pernah menyusui sebelumnya. Suradi (2007) dalam Handayani (2009), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI meliputi karakteristik
24
ibu yaitu pengalaman ibu menyusui. Perbedaan jumlah anak akan berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. Seorang ibu yang telah sukses menyusui pada lahir sebelumnya akan lebih mudah serta yakin akan dapat menyusui pada lahir berikutnya. Seorang ibu muda dengan anak pertama akan merasa sulit untuk dapat menyusui (Solihah, 2010 dalam Anggraeni, 2012). Hasil penelitian Arasta (2010) menunjukkan sebagian besar ibu yang gagal memberikan ASI selama dua bulan yaitu ibu yang melahirkan anak
≥3 (multipara). Paritas diperkirakan ada
kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu nifas/menyusui dalam memberikan ASI ekslusif. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa informan ASI eksklusif mempunyai paritas rata-rata lebih tinggi (3 anak) daripada informan ASI tidak eksklusif (2 anak). Perbedaan jumlah anak akan mempengaruhi terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. 2.6.3
Pendidikan Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI Eksklusif.Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada
25
media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI Eksklusif (Abdullah dkk, 2004). Namun penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2004) di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menunjukkan bahwa persentase kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang berpendidikan dasar hamper sama banyaknya dengan ibu yang berpendidikan lanjutan. Pola ini menggambarkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Namun karena sebagian besar ibu dengan pendidikan tinggi bekerja di luar rumah, bayi akan ditinggalkan di rumah di bawah asuhan nenek, mertua atau orang lain yang kemungkinan masih mewarisi nilainilai lama dalam pemberian makan pada bayi. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang cukup tinggi pada wanita di pedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka akan meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang salah dalam memberi makan pada bayi, selama lingkungan sosial di tempat tinggal tidak mendukung ke arah tersebut (Suyatno, 2000).
26
2.6.4
Pekerjaan Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan (King, 1991). Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Tempat Kerja Sayang Bayi (Mother Friendly Workplace), menunjukkan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja. Salah satu kebijakan dan strategi Departemen Kesehatan RI tentang Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan menyediakan sarana ruang memerah ASI, menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan ASI, dan memberikan penyuluhan (Depkes RI, 2004).
2.6.5
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar
27
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdullah et al (2004) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2004) di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menunjukkan bahwa persentase kegagalan pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi terjadi pada para ibu dengan pengetahuan tentang ASI yang kurang daripada para ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI yang lebih baik. 2.6.6
Kondisi Kesehatan Akre (1994) berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya pemberian ASI secara eksklusif dipengaruhi oleh faktor fisik ibu dan faktor bayi.Yang termasuk faktor fisik ibu menurutnya adalah penyakit pada ibu, ibu yang menderita sakit atau kelelahan sehingga
tidak
memberikan
ASI
kepada
bayinya
dapat
menyebabkan gagalnya ASI eksklusif. Sedangkan faktor bayi adalah berbagai kondisi bayi yang membuatnya sulit menyusu kepada ibunya antara lain adanya kelainan metabolisme sejak lahir, bibir sumbing dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (WHO, 1998).
28
Hampir semua ibu dapat menyusui bayinya sejak awal kelahiran bayi hingga 6 bulan dan meneruskan menyusui hingga usia 2 tahun (WHO, 2009). Namun, sejumlah kecil kondisi kesehatan ibu dan bayi dapat membenarkan alasan ibu tidak menyusui secara permanen atau sementara. Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang ASI, Setiap ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya terkecuali jika Ibu tersebut mengalami indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Indikasi medis yang tidak memungkinkan pemberian ASI eksklusif antara lain : a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus, yaitu Bayi dengan kriteria: 1. Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula khusus bebas galaktosa 2. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple syrup urine disease), diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin, dan valin 3. Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus bebas fenilalanin, dan dimungkinkan beberapa kali menyusui, di bawah pengawasan. b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama jangka waktu terbatas, yaitu:
29
1. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu lima ratus) gram (berat lahir sangat rendah); 2. Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia kehamilan yang sangat prematur; dan/atau 3. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan gangguan
adaptasi
metabolisme
atau
peningkatan
kebutuhan glukosa seperti pada Bayi prematur, kecil untuk umur
kehamilan
atau
yang
mengalami
stress
iskemik/intrapartum hipoksia yang signifikan, Bayi yang sakit dan Bayi yang memiliki ibu pengidap diabetes, jika gula darahnya gagal merespon pemberian ASI baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif karena harus mendapat pengobatan sesuai dengan standar. Kondisi ibu tersebut antara lain: a) ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui secara permanen karena terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. b) ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan menyusui sementara waktu karena: 1. penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat Bayi, misalnya sepsis (infeksi demam tinggi hingga tidak sadarkan diri); 2. infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di payudara; kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut
30
Bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas Ibu yang menderita penyakit jantung sebaiknya tidak menyusui bayinya yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita galaktosemia yaitu keadaan kongenital dimana dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan bayi (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa, Usman, 2010). Kondisi
kesehatan
bayi
juga
dapat
mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif. Ada berbagai kondisi bayi yang membuatnya sulit menyusu kepada ibunya antara lain bayi yang lahir prematur, kelainan pada bibir bayi dan penyakit kuning pada bayi yang baru lahir (Prasetyono, 2012). Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001). 2.6.7
Tempat Bersalin Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
31
tidak menggunakan fasilitas kesehatan.Hal ini dapat disebabkan oleh ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin di fasilitas non kesehatan. 2.6.8
Penolong persalinan Keberhasilan menyusui bayi tidak hanya dipengaruhi oleh tempat ibu bersalin tetapi juga sangat bergantung terhadap petugas kesehatan. Penolong persalinan penting untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif karena penolong persalinan adalah orang yang akan memantapkan menyusui pada periode awal pasca persalinan. Tenaga kesehatan dengan pengetahuan cukup tentang ASI akan memungkinkan ibu lebih berhasil dalam menyusui (Depkes, 2007) Hasil penelitian Amalia dan Yovsyah (2009) menunjukkan adanya hubungan signifikan antara perilaku penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. penelitian Linda Amelia (2006)
Hal ini diperkuat dengan menunjukkan hubungan yang
sigifikan antara penolong persalinan dengan tindakan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir. Dari penelitian ini terlihat bahwa kemungkinan pembe rian ASI segera pada bayi baru lahir pada perilaku penolong persalinan yang memberikan bayi pada ibu untuk disusui lebih besar untuk memberikan ASI dibandingkan dengan perilaku penolong persalinan yang hanya menganjurkan ibu untuk memberikan ASI segera pada bayi baru lahir.
32
2.6.9
Dukungan Petugas Kesehatan Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasihat kepada seorang ibu permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna (Jellife, 1994) Menurut Soetjiningsih (1997) pemberian ASI belum secara optimal diberikan oleh ibu-ibu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan
keterampilan
petugas
kesehatan
dalam
memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu dan keluarga. Bebrapa penelitian membuktikan
bahwa
sikap
petugas
kesehatan
sangat
mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh ibunya.Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara pasif, yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan laktasi. Sikap ini bisa pula secara aktif misalnya bila ada kesulitan laktasi, malah petugas sendiri yang menganjurkan untuk memberikan susu botl kepada bayi.
33
Berdasarkan penelitian Pinem (2010) menyebutkan faktor petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.Sebanyak 60% responden mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan berpeluang 5,627 kali dalam pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan (Nupelita, 2007). 2.6.10 Dukungan Keluarga Dorongan keluarga merupakan sesuatu yang cukup penting untuk menentukkan kegagalan atau keberhasilan seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya (Green, 1980). Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif, misalnya untuk menggantikan sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah (Afifah, 2009). Dorongan keluarga untuk melakukan ASI eksklusif umumnya adalah suami dan orang tua.Suami dan orang tua adalah orang terdekat yang dapat mempengaruhi seorang ibu untuk tetap menyusui secara eksklusif atau malah memberikan makanan/ minuman tambahan kepada bayi.Bentuk dukungan suami berupa nasihat untuk memberikan hanya ASI eksklusif saja kepada
34
bayinya, membantu ibu bila lelah, dan membantu melakukan pekerjaan rumah. Sedangkan dukungan orang tua lebih terlihat untuk mempengaruhi ibu memberikan makanan atau minuman tambahan sebelum bayi mereka berusia 6 bulan (Fika dan Syafiq, 2009). Studi pada tahun 2010 menunjukkan 13 % ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010). Hasil penelitian kualitatif Fika dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif
kepada
bayinya
mendapatkan
dukungan
dari
suaminya.Sedangkan pada orang tua perannya kurang terlihat. Namun, pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sangat terlihat bagaimana peran orang tua untuk
mempengaruhi
pemberian makanan tambahan. Sedangkan peran suami ada yang mendapat dukungan, tapi sebagian lainnya menyerahkan keputusan menyusui kepada ibu, artinya suami tidak memberikan dorongan kepada ibu untuk menyusui. 2.7
Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) yang dikembangkan oleh Green (1980), yang dimodifikasi dengan teori Unicef (1990) , Ebrahim (1986), dan Akre (1994).
35
Praktek pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, sosial ekonomi, kondisi kesehatan dan pengetahuan), faktor pemungkin (tempat persalinan, penolong persalinan), dan faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan promosi susu formula). Dari praktek pemberian ASI tersebut maka didapat jumlah konsumsi ASI. Konsumsi ASI dan faktor infeksi pada anak akan menentukkan derajat status gizi anak. Adapun kerangka teorinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
36
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor Predisposisi Karakteristik Ibu
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial Ekonomi
Kondisi Kesehatan
Infeksi
(Faktor fisik ibu dan bayi) Pengetahuan
Faktor Pemungkin Tempat Persalinan Penolong persalinan PemberianASI
Status Gizi
Eksklusif
Anak
Faktor Penguat Dukungan Keluarga Dukungan Petugas
Konsumsi ASI
Kesehatan
Eksklusif
Promosi susu formula
Sumber : Modifikasi teori L. Green (1980), Unicef (1990), Ebrahim (1986) dan Akre (1994)
37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep Pemberian ASI Eksklusif melibatkan banyak faktor didalamnya. Berdasarkan kerangka teori yang disebutkan pada bab sebelumnya, tidak semua faktor dapat diteliti dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan adalah variabel terikat (dependent) yaitu pemberian ASI eksklusif. Sedangkan variabel bebas (independent) yaitu umur ibu, paritas ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tempat bersalin, penolong persalinan, dukungan keluarga, dan dukungan petugas kesehatan. Berikut adalah alasan variabel-variabel tersebut diteliti: 1.
Umur ibu diteliti karena umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang juga berkaitan dengan kondisi kehamilan ibu, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.
2.
Paritas ibu diteliti karena diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi tentang pengetahuan ibu menyusui. Dan hal ini berhubungan dengan pengalaman ibu menyusui, baik pengalaman sendiri maupun
37
38
pengalaman
orang
lain
terhadap
pengetahuannya
yang
dapat
mempengaruhi perubahan perilaku ibu menyusui. 3.
Pendidikan ibu diteliti karena ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyususi dalam memberikan ASI eksklusif, dimana seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan sesorang yang berpendidikan rendah.
4.
Pekerjaan ibu diteliti karena banyak asumsi yang menyebutkan bahwa ibu di daerah pedesaan yang mayoritas tidak bekerja seharusnya dapat memberikan ASI secara ekskusif. Namun kenyataannya di Kelurahan Gerem, meskipun mayoritas ibunya tidak bekerja tetapi tingkat pemberian ASI eksklusifnya masih rendah.
5.
Pengetahuan ibu diteliti karena proes terbentuknya seseorang untuk berperilaku adalah didasarkan pada pengetahuannya. Dalam hal ini pengetahuan menjadi sumber informasi ibu menyusui dalam melakukan perubahan perilaku kesehatan khususnya pemberian ASI eksklusif.
6.
Tempat persalinan dan penolong persalinan diteliti karena ketersediaan fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan dan perilaku petugas kesehatan selaku penolong persalinan akan mendorong dan memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif.
7.
Dukungan kelurga diteliti karena keluarga merupakan orang terdekat ibu menyusui dalam kegiatan sehari-harinya, dimana kebiasaan-kebiasaan anggota keluarga akan mempengaruhi perilaku ibu menyusui. Dukungan
39
keluarga sangat dibutuhkan khususnya untuk yang baru pertama kali hamil 8.
Dukungan petugas kesehatan diteliti karena petugas kesehatan merupakan referensi dalam perilaku masyarakat yang mana peranannya dalam kesehatan dapat mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui. Pada penelitian ini ada faktor yang menurut teori berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif, namun tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu sosial ekonomi, kondisi kesehatan, promosi susu formula, konsumsi ASI, infeksi dan status gizi. Berikut adalah alasan variabel-variabel tersebut tidak diteliti : 1. Sosial ekonomi tidak diteliti karena menurut wakil ketua Asosiasi Menyusui Indonesia (AIMI), permasalahan utama pemberian ASI eksklusif adalah perilaku dan bukan masalah ekonomi. Dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor perilaku ibu
yang
berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif. 2. Faktor Kondisi kesehatan tidak diteliti karena
dalam kriteria sampel
penelitian ini, peneliti membatasi responden penelitian merupakan ibu dan bayi yang dalam keadaan sehat dan tidak memiliki kelainan serta tidak BBLR. 3. Faktor promosi susu formula tidak diteliti karena berkaitan dengan variabel dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dimana
40
dalam penelitian ini ada tidaknya promosi susu formula menjadi komponen pertanyaan pada variabel dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Sehingga ada tidaknya promosi susu formula dalam pemberian ASI eksklusif terwakili oleh 2 komponen pertanyaan pada kedua variabel tersebut. 4. Konsumsi ASI dan Infeksi tidak diteliti karena dalam hal ini kedua faktor tersebut hanya menentukan derajat status gizi anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :
41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel bebas (independent)
Variabel terikat (dependent)
Faktor Predisposisi Karakteristik Ibu
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Faktor Pemungkin Tempat Persalinan Penolong perslinan
Faktor Penguat Dukungan Keluarga Dukungan Petugas Kesehatan
Pemberian ASI Eksklusif
42
3.2
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Variabel Terikat (dependent) 1
Pemberian
pemberian ASI saja kepada bayi tanpa Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak ASI
Asi eksklusif
tambahan makanan atau minuman lain seperti
eksklusif
air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh,
1 = ASI eksklusif
Ordinal
pisang bubur, susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6 bulan (Depkes RI, 2009).
Variabel Bebas (independent) 1
Umur ibu
Lamanya hidup yang dicapai responden dari
wawancara
kuesioner
0 = < 20 tahun
Ordinal
43
lahir sampai dilakukan penelitian
atau > 35 tahun 1 = 20 tahun – 35 tahun (Arini, 2012)
2
3
Paritas ibu
Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup wawancara
kuesioner
0 = Primipara
yaitu kondisi yang menggambarkan kelahiran
1 = Multipara
sekelompok atau beberapa kelompok wanita
(Prawiraharjo,
selama masa reproduksi. (BKKBN, 2011)
2009)
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dilihat berdasarkan
wawancara
kuesioner
0 = Rendah
ibu
lama tahun yang ditempuh untuk
(≤9tahun)
menyelesaikan pendidikan formal terakhir
1 = Tinggi (> 9
Ordinal
Ordinal
tahun) (Depdiknas, 2002) 4
Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan ibu di luar atau di
ibu
dalam rumah untuk membantu penghasilan
wawancara
kuesioner
0 = Bekerja (PNS, Ordinal swasta, buruh,
44
keluarga
petani, wiraswasta, pedagang) 1 =Tidak bekerja, IRT (BPS, 2009)
5
Pengetahuan
Kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan
wawancara
kuesioner
0 = Kurang
ibu
yang diajukan di dalam kuesioner tentang
(persentase
ASI eksklusif
jawaban benar < 70%) 1 = Baik (persentase jawaban ≥ 70%) (Hartuti, 2006)
6
Tempat
Sarana/prasarana yang diperoleh ibu dalam
Wawancar Kuesioner
0 = Bukan di Ordinal
45
bersalin
proses melahirkan
a
fasilitas kesehatan 1 = Di fasilitas kesehatan (Asmijati, 2001)
7
Penolong
Tenaga
yang
membantu
persalinan
melahirkan bayinya
ibu
dalam Wawancar Kuesioner a
0 = Non Nakes (
Ordinal
dukun beranak, keluarga) 1 = Nakes (bidan, perawat dan dokter) (Amran, 2007)
8
Dukungan
Partisipasi aktif oleh petugas kesehatan agar
Wawancar Kuesioner
0 = kurang
petugas
ibu dapat mempertahankan memberikan ASI
a
mendukung, jika
kesehatan
eksklusif kepada anaknya.
jawaban < 75% total skor
Ordinal
46
1 = Mendukung, jika jawaban ≥ 75% total skor (Padang, 2008) 9
Dukungan
Peran aktif yang diberikan anggota keluarga
Wawancar Kuesioner
0 = kurang
keluarga
yaitu suami, orang tua, mertua, pada ibu
a
mendukung, jika
menyusui dalam keberhasilan pemberian ASI
jawaban < 75%
eksklusif.
total skor 1 = Mendukung, jika jawaban ≥ 75% total (Padang, 2008)
Ordinal
47
3.3
Hipotesis a. Adanya hubungan antara faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu)dengan rendahnya cakupan ASI ASI Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015 b. Adanya hubungan antara faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong persalinan) dengan rendahnya cakupan ASI ASI Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015 c. Adanya hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan) dengan rendahnya cakupan ASI ASI Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional.Dimana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini menganalisis faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon pada bulan Maret-Mei tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Grogol kota Cilegon masih rendah yang berdampak pada masih bayaknya angka gizi buruk di wilayah kerja puskesmas grogol khususnya di kelurahan Gerem yang merupakan wilayah yang paling banyak memiliki anak dengan gizi buruk serta belum pernah dilakukannya penelitian serupa di wilayah tersebut.
48
49
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1
Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2009).Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di lokasi pada saat penelitian.Pembatasan usia bayi yang dilakukan dalam penelitian ini, karena pada usia 6 – 12 bulan ASI masih menjadi makanan utama bayi yang dapat memenuhi 60 – 70% kebutuhan bayi.
Menurut data
laporan bulanan wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon sampai pada bulan mei tahun 2015 populasi ibu yang memiliki bayi berusia 612 bulan yaitu sebanyak 133 orang. 4.3.2
Sampel Penelitian Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia 6 – 12 bulan yang berdomisili di Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon. Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan 2. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir dalam kondisi sehat, tidak memiliki kelainan atau cacat bawaan seperti bibir sumbing , tidak prematur dan tidak BBLR 3. Ibu saat postpartum dalam keadaan sehat 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Bersedia menjadi responden
50
Kriteria eksklusi responden dalam penelitian ini adalah : 1. bayi memiliki kelainan dan cacat bawaan seperti bibir sumbing, lahir prematur dan BBLR. 2. Ibu yang mengalami penyakit parah. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Lemeshow, 1997) :
(
⁄ )√ ̅(
̅) (
√ ( )
)
(
)
Keterangan : n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian –
= Derajat kepercayaan (CI 95%) = 1,96
–
= kekuatan uji 80 %
P
= Rata-rata proporsi pada populasi
P1
= Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai positif yang memberikan ASI eksklusif
P2
= Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai negatif yang memberikan ASI eksklusif
Hasil
penghitungan
sampel
minimal
berdasarkan
hasil
penelitian sebelumnya digunakan software sample size WHO Hipothesis test for two population proportion dengan kekuatan uji β =
51
80%, maka didapatkan hasil hitung jumlah sampel seperti tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu No
Variabel
P1
P2
N
Sumber
1
Pengetahuan Ibu 38,9%
11,8%
40
Hajijah, 2012
2
Umur Ibu
29,3 %
6,09 %
38
Zakiyah, 2012
3
Paritas Ibu
39,7 %
11,1 %
36
Hakim, 2012
4
Pendidikan Ibu
31%
9%
51
Nurpelita, 2007
5
Pekerjaan Ibu
11,4 %
55,6 %
17
Juliani, 2009
6
Tempat
0%
23,2 %
29
Rubinem, 2012
33,3 %
10,3 %
50
Aritonang,
Persalinan 7
Dukungan Keluarga
2011
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel diatas, jumlah sampel diambil yang terbanyak yaitu sebanyak 51 orang. Untuk mengantisipasi kekurangan sampel akibat kendala yang terjadi di lapangan, peneliti menambah sampel sebanyak 10% sehingga jumlah sampel menjadi 56,1 dan dibulatkan menjadi 56 sampel penelitian. 4.3.3
Teknik Sampling Teknik
pengambilan
sampel
yang
digunakan
adalah
Proportional Random Sampling dari populasi yang memenuhi kriteria
52
inklusi penelitian.Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan
mengambil
subyek
dari
setiap
strata
atau
setiap
wilayahditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masingmasing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Tahap pertama yang dilakukan adalah menyusun daftar kerangka sampling (sampling frame) bayi usia 6 – 12 bulan yang diperoleh dari data sasaran di tiap posyandu di kelurahan Gerem yang terdiri dari nama bayi, umur bayi, orang tua, dan alamat (RT/RW). Sedangkan untuk kondisi kesehatan bayi (BBLR/tidak) dan kondisi kesehatan ibu diperoleh dari buku KIA yang ada di tiap posyandu.Setelah
itu,
peneliti
melakukan
pengundian
untuk
menentukan 56 orang ibu untuk dijadikan responden penelitian. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing posyandu diperoleh dengan mengunakan rumus proportional random sampling menurutSugiyono (2007) berikut ini : n = x N1 Keterangan : n : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata N : Jumlah populasi ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem X : Jumlah populasi pada setiap wilayah N1 : Jumlah sampel penelitian (56)
53
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing posyandu tersebut yaitu: Nama Posyandu
Populasi Tiap
Sampel Tiap
Posyandu ( X)
Posyandu (n)
Wijaya Kusuma
15
7
Mawar
17
8
Sedap Malam
12
6
Melati
5
2
Pisang I
8
4
Pisang II
15
7
Dadali I
1
-
Dadali II
7
3
Flamboyan
6
3
Pepaya
12
6
PENI
14
6
Batu Lawang
9
4
Total
119
56
Setelah jumlah sampel di masing-masing posyandu di dapat, kemudian dilakukan tehnik Simple Random Sampling (SRS)yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dari populasi di masingmasing posyandu, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan
54
mengundi (lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2010). Data ibu terpilih dikonfirmasi kepada kader poyandu di lokasi penelitian
untuk
mengetahui
lokasi
rumah
responden
Untuk
pengambilan data, peneliti mendatangi rumah responden.Apabila pengambilan data bersamaan dengan jadwal kegiatan posyandu, peneliti menemui responden di posyandu. 4.3.4
Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut, pada bulan mei tercakup populasi bayi usia 6 – 12 bulan dan didapatkan populasi sebanyak 133 bayi. Pada bulan oktober di dapatkan jumlah populasi anak usia 6 – 12 bulan yaitu 128 bayi. Namun setelah di kroschek melalui buku KIA dari masing-masing responden dari populasi tersebut, sebanyak 9 bayi di keluarkan dari sampel penelitian karena memiliki status BBLR. Sehingga terdapat 119 bayi yang akan dijadikan populasi sampel penelitian. Dari populasi tersebut kemudian ditentukan besar sampel penelitian dengan menggukanan uji hipotesis beda dua proporsi, dan di dapatkan besar sampel sebanyak 56 bayi. Dari 56 bayi tersebut dilakukan penarikan sampel dengan cara proportional random sampling untuk menentukan jumlah sampel penelitian dari masingmasing posyandu yang terdapat di kelurahan gerem.
55
Adapun jumlah sampel dari masing-masing posyandu tersebut adalah sebagai berikut, posyandu wijaya kusuma 7 responden, posyandu mawar 8 responden, posyandu sedap malam 6 responden, posyandu melati 2 orang, posyandu pisang I 4 responden, posyandu pisang II 7 responden, posyandu dadali II 3 responden, posyandu flamboyan 3 responden, posyandu papaya 6 responden, posyandu PENI 6 orang, posyandu batu lawang 4 responden, sedangkan dari posyandu dadali I tidak ada responden yang dijadikan sampel penelitian. Untuk pemlihan responden penelitian dari masing-masing posyandu dilakukan dengan carasimple random sampling (SRS) dengan cara mengundi nomor responden di masing-masing posyandu dengan mengurutkannya secara alfabetis terlebih dahulu dengan Microsoft excel. Skema peneliian dapat dilihat dalam bagan 4.1
56
Gambar 4.1 Skema Penelitian
128 bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan Gerem bulan Oktober tahun 2015
Kroscek buku KIA 119 bayi usia 6 – 12 bulan dijadikan populasi sampel penelitian
9 bayi dengan status BBLR dikeluarkan dari penelitian
Uji hipotesis beda dua proporsi 56 Sampel penelitian / responden
Teknik Proportional Random Sampling
posyandu wijaya kusuma 7 responden, posyandu mawar 8 responden posyandu sedap malam 6 responden posyandu melati 2 orang, posyandu pisang I 4 responden, posyandu pisang II 7 responden, posyandu dadali II 3 responden, posyandu flamboyan 3 responden, posyandu papaya 6 responden, posyandu PENI 6 orang, posyandu batu lawang 4 responden, posyandu dadali I tidak ada responden yang dijadikan sampel penelitian.
Dilakukan simple random sampling untuk memilih responden di masing-masing posyandu
57
4.4
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner untuk mengumpulkan data pemberian ASI eksklusif, umur ibu, paritas ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,tingkat pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Kuesioner yang akan digunakan merupakan kuesioner yang sudah di modifikasi dari kuesioner penelitian Hajijah (2012), Pertiwi (2012) dan wulandari (2011)
4.5
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan atau kesahihan suatu instrument.Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang digunakan (Arikunto, 1998). Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 1998). Uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian diperlukan untuk mendapatkan instrument sebagai alat ukur yang dapat mengukur dengan valid dan dapat menunjukkan hasil data yang sama beberapa kali untuk mengukur objek penelitian.
bila digunakan
58
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan valid dan reliable. Sehingga, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak
untuk
mendapatkan
hasil
penelitian
yang
valid
dan
reliabel.Sebagaimana menurut Hidayat (2007), agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati kurva normal sebaiknya jumlah responden untuk uji validitas dan reliabilitas yaitu 20 orang. 4.6
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner berisi pertanyaan seputar ASI eksklusif dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Pengumpulan data ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan dibantu kader posyandu di kelurahan Gerem. 2. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan berupa daftar nama ibu dan bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol.
59
4.7
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan manual dan aplikasi program komputer dari hasil kuesioner dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing Tahapan pertama dari pengolahan dan analisis data adalah penyuntingan (editing ) . Editing diperlukan untuk memastikan kebersihan data , artinya data tersebut telah terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik. Dalam penelitian ini, editing dilakukan dengan mengecek kelegkapan jawaban kuesioner. 2. Coding ;dilakukan agar data mentah dapat tersusun sistematis dan mempermudah pengolahan data selanjutnya dengan merubah data berbentuk huruf menjadi berbentuk angka atau dengan klasifikasi pemberian kode pada jawaban. Berikut ini pengkodean kuesioer. Pemberian ASI eksklusif 0
: ibu tidak memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan
1
: ibu memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.
Umur Ibu 0
= Jika umur ibu kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun
1
= jika umur ibu antara 20-35 tahun
Paritas Ibu 0
= Primipara
1
= Multipara
Pendidikan Ibu 0
= Rendah : jika lama pendidikan kurang dari sama dengan 9th
1
= Tinggi : jika lama pendidikan lebih dari 9th
60
Pekerjaan Ibu 0
= Bekerja
1
= Tidak Bekerja
Pengetahuan Ibu 0
= Pengetahuan kurang : jika presentase jawaban benar < 70%
1
= Pengetahuan baik : jika presentase jawaban benar ≥ 70%
Tempat Persalinan 0
= Bukan di fasilitas kesehatan
1
= Di fasilitas kesehatan
Penolong Persalinan 0
= Non Nakes
1
= Nakes
Dukungan Petugas Kesehatan 0
= Kurang mendukung
1
= Mendukung
Dukungan Keluarga 0
= Kurang mendukung
1
= Mendukung
3. Data entry; memasukkan data hasil wawancara ke dalam sofware statistik untuk dianalisis. 4. Data Cleaning; pembersihan data dilakukan dengan cara melihat gambaran frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya.
61
4.7
Teknik dan Analisis Data Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan program SPSS. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat. 1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Variabel tersebut adalah pemberian ASI eksklusif,
karakteristik
responden (umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan), pengetahuan ibu,tempat
persalinan,
penolong
persalinan,
dukungan
tenaga
kesehatan, dukungan keluarga. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002). Variabel ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square) dengan menggunakan tingkat kemaknaan alpha 5 %.Artinya, bila p-value < alpha 5%, maka disimulkan hipotesis ditolak atau ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel independen dan dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Lokasi Penelitian Kelurahan Gerem merupakan satu dari 4 kelurahan yang ada di wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon.Kelurahan ini memiliki luas wilayah 768 hektar dengan jumlah penduduk 11.504 jiwa.Kelurahan ini memiliki 11 Rukun Warga (RW) dengan 38 Rukun Tetangga (RT) dan 4.477 kepala keluarga.Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar Kelurahan Grogol termasuk wilayah
dengan
bentuk
perbukitan-terjal
yang
mempunyai
kemiringan lahan berkisar antara 15–40% hingga lebih dari 40%. Adapun Batas-batas geografis Kelurahan Gerem adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pekuncen
Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mekarsari
Kelurahan Gerem memiliki 1 pusat pelayanan kesehatan berupa POS Gizi yang membawahi 12 posyandu.Berikut adalah jadwal kegiatan posyandu yang ada di wilayah kelurahan Gerem.
63
64
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Posyandu Kelurahan Gerem Nama Posyandu
Wilayah Kerja Posyandu
Pelaksanaan Posyandu
Pepaya
RW 01
Selasa Minggu ke-1
RT 01, 02, dan 03 Dadali II
RW 02 RT 01
Rabu Minggu ke-3
Dadali I
RW 02
Rabu minggu ke-2
RT 02 dan 03 Flamboyan
RW 02 RT
04Rabu Minggu ke-1
Wijaya Kusuma
RW 03
Selasa Minggu ke-2
RT 01, 02, 03, 04 dan 05 PENI
RW 04
Senin Minggu ke-2
RT 01, 02, dan 03 Pisang I
RW 05
Senin Minggu ke-3
RT 01, 02 dan 03 Sedap Malam
RW 06
Senin Minggu ke-1
RT 01, 02, 03 dan 04 Melati
RW 07
Kamis minggu ke-2
65
RT 01 dan 02 RW 08 RT 01, 02, 03, dan
Mawar
Kamis Minggu ke-1
04 RW 10 RT 01, 02 dan 03 Batu Lawang
RW 09 RT 01 dan 02
Selasa Minggu ke-3
Pisang II
RW 11 RT 01, 02 dan 03
Kamis minggu ke-3
Adapun salah satu kegiatan yang ada di setiap Posyandu di Kelurahan Gerem yaitu kegiatan penimbangan sebagai upaya peninjauan gizi kurang (UPGK) di Kelurahan Gerem yang terekapitulasi dalam cakupan SKDN.. Berikut adalah gambaran cakupan SKDN balita di Kelurahan Gerem. Tabel 5.2 Sistem Kewaspadaan Dini Nasional (SKDN) Kelurahan Gerem tahun 2015 Data
Cakupan
S
K
D
N
K/S
Riil
1210
1210
1057
717
100%
Target
-
-
-
-
90%
D/S
N/S
N/D
87,4% 59,3% 67,8% 80%
60%
80%
Sumber : Laporan Kegiatan Gizi Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa dari seluruh balita (S) yang memiliki KMS (K) di Kelurahan Gerem. Hanya sebanyak 1057 balita yang datang dan melakukan penimbangan dalam kegiatan Posyandu (D) di Kelurahan Gerem. Dan tercatat hanya 717 balita yang mengalami kenaikan
66
berat badannya (N). berdasarkan data cakupan yang tergambar dalam SKDN kelurahan Gerem diketahui juga bahwa cakupan kegiatan penimbangan (K/S), tingkat partisipasi masyarakat (D/S), serta efektifitas kegiatan penimbangan (N/S) di Kelurahan Gerem sudah mencapai target Puskesmas Grogol Kota Cilegon. hanya tingkat keberhasilan penimbangan (N/D) yang masih belum mencapai target program gizi Puskesmas Grogol. 5.2
Analisis Univariat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif, umur ibu, paritas ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga dan hubungannya dengan pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol tahun 2015. Untuk menggambarkan Variabel-Variabel dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Univariat.Analisis univariat (descriptive analysis) bertujuan untuk mendeskripsikan karakter masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini juga digunakan untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut menjadi informasi yang berguna ( Hastono, 2006). Data univariat dalam penelitian ini terdiri dari pemberian ASI eksklusif, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia ibu, pengetahuan ibu, tempat persalinan ibu, penolong persalinan ibu, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Berikut adalah hasil analisis univariat tentang hal tersebut.
67
5.2.1
Gambaran Pemberian ASI eksklusif Perilaku pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi dua kategori yaitu memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif. Distribusi responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Distribusi responden menurut pola pemberian ASI eksklusif Pola Pemberian ASI
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Eksklusif
27
48,2
Tidak Eksklusif
29
51,8
Total
56
100
Berdasarkan hasil distribusi pada tabel 5.3, terlihat bahwa dari 56 responden yang diteliti, responden yang memberikan ASI eksklusif sebesar 48,2%. Dan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 51,8%. Masih banyaknya responden yang tidak memberikn ASI secara
eksklusif
disebabkan
oleh
berbagai
alasan
responden
penelian.Alasan responden tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dapat dilihat pada tabel 5.4
68
Tabel 5.4 Distribusi Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif Frekuensi Alasan
5.2.2
n
%
ASI tidak cukup / ASI belum keluar
5
17,3
Ibu bekerja
1
3,45
Takut bayi lapar
8
27,59
Bayi menangis terus
15
51,72
Total
29
100
Gambaran Umur Ibu Umur ibu dibedakan menjadi 2 kategori yaitu usia 20 sampai 35 tahun dan kelompok umur <20th
atau> 35th. Distribusi responden
berdasarkan karekteristik umur ibu dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Distribusi responden menurut umur ibu Umur Ibu
Frekuensi (n)
Persentase (%)
< 20 th atau >35th
13
23,2
20 – 35 th
43
76,8
Total
56
100
69
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui sebagian besar responden berumur 20-35 tahun (76,8%) sedangkan hanya 23,2% responden yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun. Dari tabel diketahui bahwa responden besusia 20-35 tahun lebih banyak daripada responden dengan kelompok umur < 20 tahun atau > 35 tahun. 5.2.3
Gambaran Paritas Ibu Paritas ibu dibedakan menjadi 2 kategori yaitu multipara dan primipara.Distribusi responden berdasarkan paritas ibu dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu Paritas Ibu
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Primipara
15
26,8
Multipara
41
73,2
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden paling banyak adalah ibu dengan multipara yaitu yang melahirkan lebih dari satu orang anak (73,2%). Sedangkan 26,8% adalah ibu dengan primipara yaitu yang mempunyai satu orang anak.
70
5.2.4
Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ditampilkan pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
SD
6
10,7
SMP
14
25
SMA
34
60,7
PT
2
3,6
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan dengan lulusan SMA yaitu sebanyak 60,7%. Tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu ibu dengan pendidikan rendah dan ibu dengan pendidikan tinggi. Adapun gambaran kategori pendidikan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.8
71
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Kategori Pendidikan Ibu Tingkat Pendidikan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Rendah
20
35,7
Tinggi
36
64,3
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui 64,3 % ibu berpendidikan rendah (tamat SMP ke bawah), sisanya 35,7 % ibu berpendidikan tinggi (tamat SMA ke atas). 5.2.5
Gambaran Pekerjaan Ibu Status pekerjaan ibu dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Adapun gambaran status pekerjaan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.9 Tabel 5.9 Distribusi responden menurut pekerjaan ibu Pekerjaan Ibu
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Tidak bekerja
55
98,2
Bekerja
1
1,8
Total
56
100
72
Dari data yang terdapat pada tabel 5.9 diketahui bahwa hampir semua responden tidak bekerja (98,2 %) dan hanya ada satu responden yang bekerja (1,8 %). 5.2.6
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu ibu dengan pengetahuan kurang dan ibu dengan pengetahuan baik. Adapun gambaran tingkat pengetahuan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.10 Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Kurang
21
37,5
Baik
35
62,5
Total
56
100
Ibu
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 56 responden, terdapat responden dengan pengetahuan kurang (37,5%) lebih sedikit daripada responden dengan pengetahuan baik (62,5 %).
73
5.2.7
Gambaran Tempat Persalinan Tempat persalinan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu non fasilitas kesehatan dan di fasilitas kesehatan.Adapun gambaran tempat persalinan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.11 Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan Tempat Persalinan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Non Faskes
13
23,2
Di Faskes
43
76,8
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui sebagian besar (76,8%) ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (rumah sakit, rumah bersalin, praktik bidan). Sedangkan (23,2%) responden lainnya melakukan persalinan
bukan di fasilitas kesehatan
(rumah sendiri). 5.2.8
Gambaran Penolong Persalinan Penolong persalinan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu oleh non tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan.Adapun gambaran penolong persalinan di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.12.
74
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan Penolong Persalinan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Non Nakes
6
10,7
Nakes
50
89,3
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui 89,3% ibu yang penolong persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter) dan hanya 10,7% ibu yang melahirkan bayinya dibantu oleh non tenaga kesehatan (dukun /paraji). 5.2.9
Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan petugas kesehatan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu tidak mendukung dan mendukung.Adapun dukungan petugas kesehatan di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.13. Tabel 5.13 Distribusi responden menurut dukungan petugas kesehatan Dukungan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Kurang Mendukung
11
19,6
Mendukung
45
80,4
Total
56
100
Petugas Kesehatan
75
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 56 responden diketahui 80,4% ibu mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir, sisanya 19,6% ibu tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan. 5.2.10 Gambaran Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu ibu tidak mendukung dan mendukung. Adapun gambaran dukungan keluarga di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.14. Tabel 5.14 Distribusi responden menurut dukungan keluarga Dukungan Keluarga
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Kurang Mendukung
17
30,4
Mendukung
39
69,6
Total
56
100
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui 69,6% ibu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir, sedangkan sisanya 30,4% ibu tidak mendapat dukungan dari keluarga.
76
5.3
Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen.Analisis ini digunakan untuk mengukur sejauh mana hubungan kemaknaan secara statistik (Sutanto, 2009). 5.3.1
Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif Umur ibu dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
umur <20 tahun atau > 35 dan kelompok umur 20-35 tahun. Hubungan antara umur ibu dengan Pemberian ASI eksklusf ditunjukan tabel 5.15. Tabel 5.15 Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total Umur Ibu
Ya
P-
Tidak value
N
%
N
%
n
%
4
30,8
9
69,2
13
100
20tahun – 35tahun
23
53,5
20
46,5
43
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
< 20tahun atau > 35tahun
0,263
Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 13 ibu yang berumur < 20tahu atau > 35tahun ada sebanyak 4 orang (26,7%) ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan
77
dari 43 ibu yang berumur 20tahun – 35, sebanyak 23 orang ( 53,5 %) ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,263. Karena p-value> 0,05, maka berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. 5.3.2
Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif Paritas ibu dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
Multipara dan Primipara. Hubungan antara paritas ibu dengan Pemberian ASI eksklusf ditunjukan pada tabel 5.16. Tabel 5.16 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Paritas Ya
P-
Tidak
Ibu
value N
%
n
%
N
%
Primipara
3
20
12
80
15
100
Multipara
24
58,5
17
41,5
41
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
0,024
Berdasarkan tabel 5.16 hasil analisis bivariat hubungan antara paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa dari 41 ibu multipara terdapat lebih banyak ibu yang memberikan ASI eksklusifnya yaitu 24 orang (58,5%). Sedangkan dari 15 orang ibu primipara, prosentase lebih besar terdapat lebih banyak ibu yang tidak
78
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (80%).. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,024. Karena p-value< 0,05, maka berarti ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif. 5.3.3
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif Pendidikan ibu dikategorikan menjadi pendidikan tinggi dan
pendidikan rendah. Hubungan pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif digambarkan dalam tabel 5.17. Tabel 5.17 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total Pendidikan Ibu
Ya
P-
Tidak value
Total
N
%
N
%
N
%
Rendah
4
20
16
80
20
100
Tinggi
23
63,9
13
36,1
36
100
27
48,2
29
51,8
56
0,004
100
Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 20 responden yang berpendidikan rendah (tamat SMP ke bawah) terdapatlebih banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 16 orang (80%). Sedangkan dari 36 ibu berpendidikan tinggi (tamat SMA ke atas) terdapat lebih banyak ibu yang
79
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 23 orang (63,9%). Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,004. Karena p-value< 0,05, maka berarti ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.4
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif Status pekerjaan ibu dikategorikan menjadi bekerja dan tidak
bekerja.Tabel 5.18 menggambarkan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Tabel 5.18 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Pekerjaan Ya
P-
Tidak
Ibu
value n
%
n
%
n
%
Bekerja
0
0
1
100
1
100
Tidak
27
49,1
28
50,9
55
100 1,000
bekerja Total
27
48,2
29
51,8
56
100
Berdasarkan tabel 5.18 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya ada satu orang responden yang bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 55 responden yang tidak bekerja tidak ada perbedaan yang cukup jauh, yaitu 27 orang (49,1%)
responden yang
80
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan 28 orang (50,9%) responden yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 1,000. Karena nilai pvalue> 0,05, maka berarti dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.5
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif Pengetahuan ibu dikategorikan menjadi ibu berpengetahuan baik dan kurang.Tabel 5.19 menggambarkan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Tabel 5.19 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Pengetahuan Ya
P-
Tidak
Ibu
value N
%
N
%
n
%
Kurang
3
14,3
18
85,7
21
100
Baik
24
68,6
11
31,4
35
100
Total
27
48,2
29
52,8
56
100
0,000
Berdasarkan tabel 5.19 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 21 responden yang berpengetahuan kurang terdapat lebih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 18 orang (85,7%) dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI eksklusif.
81
Sedangkan dari 35 ibu yang berpengetahuan baik terdapat lebih banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif ada bayinya dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 24 orang (68,6%). Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh Pvalue = 0,000. Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.6
Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif Tempat persalinan dikategorikan menjadi Non fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan. Tabel 5.20 menggambarkan hubungan antara tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Tabel 5.20 Hubungan Antara Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total Tempat Persalinan
Ya
P-
Tidak value
n
%
N
%
n
%
Non Faskes
1
7,7
12
92,3
13
100
Faskes
26
60,5
17
39,5
43
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
0,003
Berdasarkan tabel 5.20 hasil analisis bivariat hubungan antara tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari 13 responden yang melahirkan bukan di fasilitas kesehatan lebih banyak
82
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya (92,3%) responden. Sedangkan dari 43 responden yang melahirkan di fasilitas kesehatan terdapat lebih banyak ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif, yaitu sebanyak 60,5 % responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic chisquare diperoleh P-value = 0,003. Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti terdapat hubungan antara tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.7
Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif Penolong persalinan dikategorikan menjadi tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan.Tabel 5.21 menggambarkan hubungan penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Tabel 5.21
Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Penolong Ya
P-
Tidak
Persalinan
value n
%
N
%
n
%
Non Nakes
0
0
6
100
6
100
Nakes
27
54
23
46
50
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
0,024
83
Berdasarkan tabel 5.21 hasil analisis bivariat hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari 6 responden yang melahirkan dengan dibantu non tenaga kesehatan dan tidak terdapat 1 responden pun yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.. Sedangkan dari 50 responden yang melahirkan dengan dibantu tenaga kesehatan ada 27 (54%) responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh Pvalue = 0,024. Karena nilai p-value< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.8
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif Dukungan petugas kesehatans dikategorikan menjadi tidak mendukung dan mendukung. Tabel 5.22 menggambarkan hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
84
Tabel 5.22 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Dukungan Petugas Ya
P-
Tidak
kesehatan
value N
%
N
%
n
%
Tidak Mendukung
0
0
11
100
11
100
Mendukung
27
60
18
40
45
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
0,001
Berdasarkan tabel 5.22 hasil analisis bivariat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari 11 responden yang tidak mendapat dukungan petugas kesehatan tidak terdapat satu pun responden
yang memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Sedangkan dari 45 responden yang mendapat dukungan petugas kesehatan terdapat lebih banyak responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 27 orang
(60%). Dan
berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,001. Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
85
5.3.9
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Dukungan keluarga dikategorikan menjadi tidak mendukung dan mendukung.Tabel 5.23 menggambarkan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Tabel 5.23 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian Asi Eksklusif Total
Dukungan Ya Keluarga
value n
%
N
%
n
%
1
5,9
16
94,1
17
100
Mendukung
26
66,7
13
33,3
39
100
Total
27
48,2
29
51,8
56
100
Tidak
P-
Tidak
Mendukung 0,000
Berdasarkan tabel 5.23 hasil analisis bivariat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari 17 orang ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya dalam hal pemberian ASI eksklusif hamper semua responden tidak melakukan pemberian ASI eksklusf pada bayinya yaitu 94,1%. Sedangkan dari 39 orang ibu yang mendapat dukungan dari keluarganya ada terdapat lebih banyak ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya, yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,000. Karena nilai p-value< 0,05
86
maka berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu : 1. Dalam melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terkadang proses wawancaranya terganggu dengan kondisi sekitar yang ikut mempengaruhi jawaban responden. Selain itu jawaban yang diberikan oleh responden terkadang tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya. Sehingga dalam hal ini kemungkinan bias terjadi karena ketidakjujuran responden dalam memberikan jawaban. 2. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti, ada beberapa responden penelitian yang pada saat pengambilan data dilakukan bersamaan dengan kegiatan posyandu namun responden tidak hadir dan juga tidak bisa ditemui di tempat tinggalnya, peneliti memilih untuk menitipkan lembar kuesioner kepada kader posyandu untuk diberikan kepada responden penelitian. Sehingga dalam hal ini peneliti tidak dapat mengontrol jawaban yang diberikan responden saat dilakukan wawancara oleh kader posyandu.
87
88
6.2
Gambaran Pemberian ASI Eksklusifbayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lain seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6 bulan (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Siregar, 2004). Berdasarkan hasil analisis univariat dalam penelitian ini, diketahui dari 56 responden yang diteliti responden yang memberikan ASI secara eksklusif yaitu (48,2%), presentase tersebut lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu (51,8 %). Keadaan ini mencerminkan bahwa perilaku ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya cenderung masih relatif rendah dibandingkan dengan target perbaikan gizi masyarakat dalam Renstra Kemenkes RI tahun 2015-2019 yakni 50%bayi usia kurang dari 6 bulan harus diberikan ASI secara Eksklusif. Dari hasil jawaban kuesioner yang disebarkan pada responden diperoleh keterangan bahwa mereka yang tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya disebabkan karena beberapa alasan,
89
antara lain yaitu 51,72% beralasan karena bayi menangis terus dan rewel, 27,59% alasan karena bayi masih lapar. Sehingga ibu beranggapan bahwa kondisi bayi yang menangis terus dan rewel diakbatkan karena bayi masih lapar yang kemudian hal tersebut memicu ibu untuk memberikan makanan tambahan lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Padahal faktanya adalah bahwa bayi yang menangis terus belum tentu karena bayi lapar, namun diakibatkan oleh banyak hal seperti merasa tidak aman, tidak nyaman, karena sakit dan sebagainya. Selain itu, 17,3% responden beralasan karena produksi ASI yang tidak cukup dan belum keluar, sehingga ibu beranggapan dengan kondisi tersebut ibu tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Sedangkan faktanya adalah bahwa banyaknya frekuensi ibu yang sering menyusui, maka akan meningkatkan produksi ASI yang dihasilkan ibu. Rendahnya pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem banyak faktor yang mempengaruhi. Antara lain adalah paritas ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga khususnya suami. Pada saat peneliti ikut serta pada kegiatan posyandu di kelurahan Gerem, peneliti menemukan bahwa saat kegiatan posyandu setiap ibu yang berkunjung ke posyandu mendapatkan MP-ASI berupa biskuit dan susu kotak yang merupakan donasi dari perusahaan. Meskipun pada saat kunjungan bidan desa tidak menganjurkan ibu menyusui di kelurahan Gerem untuk memberikan makanan lain saat bayi berusia < 6 bulan, namun ada kemungkinan jika makanan itu diberikan kepada bayinya saat
90
sampai dirumah. Sehingga dimungkinkan hal tersebut juga menjadi penghambat dalam pemberian ASI eksklusif yang dilakukan ibu menyusui di kelurahan Gerem 6.3
Analisis Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif 6.3.1
Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Tidak semua wanita sama dalam menyusui. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dari pada yang lain. Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuannya lebih baik dari yang tua.Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya perkembangan kelenjar yang matang pada pubertas dan fungsinya yang berubah sesudah kelahiran bayi (Ebrahim, 1978). Dalam penelitian ini variabel umur dibagi menjadi dua kategori yaitu < 20 tahun atau > 35 tahun dan 20 – 35 tahun.Berdasarkan hasil penelitian, 76,8 % responden berusia 20 – 35 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok usia reproduksi dimana usia tersebut adalah usia yang baik untuk melahirkan dan menyususi. Menurut Roesli (2000), usia 20-35 tahun merupakan rentang usia yang aman untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 35 tahun.
91
Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan social dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Sedangkan menurut Arini, umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat mengakibatkan kesulitan pada kehamilan, persalian dan nifas. Hasil uji statistic chi-squaredalam penelitian ini diperoleh P-value = 0,263. Karena p-value > 0,05, maka berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Nurpelita (2007) dengan jumlah sampel sebanyak 109 ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini juga sama dengan penelitian Utami
(2012) yang menyatakan bahwa umur ibu tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Sejalan dengan penelitian tersebut, Zakiyah (2012) juga menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna umur ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ketidak bermaknaan faktor umur dalam penelitian ini dapat terjadi karena proporsi antara ibu pada kelompok umur 2035 tahun dengan ibu pada kelompok umur <20 atau >35 tahun
92
tidak jauh berbeda dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan kata lain ibu yang berumur 20-35 tahun yang mempunyai peluang yang baik dalam memberikan ASI eksklusif pada kenyataanya juga tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Hal ini terbukti dari hasil analisis bivariat didapatkan proporsi dari 43 (76,8%) ibu berumur 20-35 tahun sebesar53,5% memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, dan sebanyak 46,5% tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hanya ibu yang berumur <20 atau > 35 tahun saja yang tidak memberikan ASI eksklusif, akan tetapi ibu yang berusia 20-30 tahun juga berpeluang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, meskipun pada rentang usia 20-35 tahun tersebut ibu mempunyai peluang dan keadaan biologis yang baik untuk menyusui. Selain itu ketidakbermaknaan faktor umur
dalam
penelitian ini dikarenakan faktor umur bukan menjadi satusatunya variabel yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Sehingga meskipun menurut usianya seorang ibu sudah siap jaringan payudaranya untuk menyusui, tetapi tidak didukung oleh faktor lain seperti pengetahuan yang baik dari responden terhadap ASI eksklusif maka pemberian ASI eksklusif tetap tidak diberikan. Terbukti dalam penelitian ini bahwa dari hasil crosstabs antara pengetahuan dengan umur ibu, ternyata masih banyak ibu pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu
93
sebesar32,6 % ibu mempunyai pengetahuan kurang baik terhadap ASI eksklusif. Oleh karenanya dalam hal ini ibu harus lebih aktif melakukan konsultasi pada Bidan guna memperoleh informasi dan pengetahuan terkait menyusui dan dibutuhkan peran keluarga khususnya suami karena merupakan individu terdekat ibu yang dapat membantu ibu untuk terus memotivasi ibu dalam pemberian ASI ekslusif kepada bayinya 6.3.2
Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Banyaknya anak yang dimiliki seorang ibu, diharapkan agar tetap memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.Karena hal ini berkaitan dengan pengalaman ibu dalam pemberian ASI. Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase ibu multipara yaitu sebesar 73,2%, lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
primipara yaitu sebesar 19,6 %. Adapun
proporsi ibu multipara yang memberikan ASI eksklusif yaitu 24 orang (58,5%) lebih besar proporsinya dibandingkan dengan ibu primipara yang memberikan ASI eksklusif yaitu 3 orang (20%). Sedangkan ibu multipara yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 17 orang (41,5%) lebih kecil dibandingkan dengan ibu primipara yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan keluarga yaitu semua respoden 12 orang (80%).
94
Analisis statistic dengan uji chi-square dalam penelitian ini diperoleh P-value = 0,024. Karena p-value < 0,05, sehingga berdasarkan uji statistik terdapat hubungan antara paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif.Sehingga dalam hal ini berarti pengalaman menyusui anak sebelumnya yang dimiliki responden ikut berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Utami (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Namun penelitian ini sejalan dengan Gatti (2008) yang dalam penelitiannya mengenai persepsi ibu tentang kekurangan/ketidakcukupan suplai ASI menyebutkan bahwa paritas dan pengalaman menyusui berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan menyusui, dimana wanita yang baru pertama kali menyusui biasanya selalu berfikir akan resiko dan masalah menyusui atau penghentian menyusui di awal dibandingkan dengan wanita yang sudah pernah menyusui sebelumnya. Paritas seorang ibu sangat berpengaruh pada kesehatan dan pengalaman ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya.Ibu yang memiliki pengalaman yang baik dalam menyusui pada anak pertama makaakan menyusui secara benar pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan ternyata anaknya tetap sehat,
95
maka untuk anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI eksklusif (Manuaba, 1998) Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa ibuibu yang multipara memiliki presentase yang lebih besar dibanding dengan ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya karena ibu-ibu multipara sudah memiliki pengalaman dalam menyusui bayinya. Kemungkinan pada ibu primipara tidak mampu memberikan ASI secara eksklusif disebabkan karena ibu belum mempunyai pengalaman dalam hal kehamilan, persalinan, menyusui dan merawat bayinya sehingga cenderung memberikan makanan dan minuman selain ASI lebih dini kepada bayinya. Adapaun masih adanya ibu multipara yang tidak memberikan ASI eksklusif dapat disebabkan karena ibu tersebut memiliki tingkat pendidikan rendah dan pengetahuan yang kurang baik terhadap ASI eksklusif. Terbukti bahwa dari 41 ibu multipara sebanyak 36,6 % memiliki pendidikan rendah dan sebanyak 31,7% memiliki pengetahuan yang kurang baik terhadap ASI eksklusif. Sehingga meskipun ibu tersebut sudah berpengalaman dalam hal pengasuhan bayi, namun dengan pemahaman yang minim yang dimiliki ibu multipara maka pemberian ASI eksklusif tidak dilakukan.
96
6.3.3
Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan mutu hidup manusia. Secara umum, pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua lebih memahami cara pengasuhan anak dalam pemenuhan gizi anaknya. Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase ibu dengan pendidikan tinggi yaitu sebesar 64,3%, lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah yaitu sebesar 35,7 %. Adapun tingkat pendidikan yang banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan SMA sebesar 60,7%. Proporsi ibu dengan pendidikan tinggi responden yang memberikan ASI eksklusif yaitu 23 orang (63,9%) lebih besar proporsinya dengan ibu berpendidikan rendah yang memberikan ASI eksklusif yaitu 4 orang (20%). Sedangkan untuk proporsi ibu dengan pendidikan rendah responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 16 orang (80%) lebih besar proporsinya dibandingkan dengan ibu berpendidikan tinggi yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 13 orang (36,1%) . Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh
97
hasil bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil tersebut terlihat bahwa ibu di kelurahan Gerem dengan pengetahuan tinggi cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu
berpendidikan
rendah.Dalam hal ini berarti pendidikan ibu ikut berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi baru khususnya tentang ASI eksklusif sehingga ibu tersebut dapat memiliki pengetahuan dan perhatian yang baik
terhadap kebutuhan gizi anak yang
kemudian dengan bekal informasi dan pengetahuan tersebut akhirnya mampu mempengaruhi perilaku seorang ibu untuk lebih memilih memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Adapun masih adanya ibu dengan pendidikan tinggi yang tidak memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Gerem diakibatkan adanya komunikasi antara ibu berpendidikan tinggi dengan ibu berpendidikan rendah yang saling bertukar pengalaman.Sehingga ada kemungkinan ibu dengan pendidikan tinggi yang tidak memiliki pengetahuan baik terpengaruh oleh ibu-ibu responden yang berpengetahuan rendah yang kebanyakan tidak memberikan ASI secara eksklusif.
98
6.3.4
Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Aktifitas
ibu
selama
masa
menyusui
tentunya
berpengaruh terhadap intensitas pertemuan antara ibu dan anak.Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui anaknya akbat kesibukan bekerja.Sedangkan ibu yang tidak bekerja memilki waktu yang banyak untuk menyusui anaknya. Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase ibu bekerja yaitu sebesar 1,8%, lebih kecil jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 98,2 %. Adapun proporsi ibu tidak bekerja yang memberikan ASI eksklusif yaitu 27 orang (49,1%) lebih kecil proporsinya dibandingkan dengan ibu tidak bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 28 orang (50,9%). Sedangkan untuk proporsi ibu bekerja hanya ada 1 orang dan responden tersebut tidak memberikan ASI eksklusif.Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil bahwa tidakterdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil tersebut terlihat bahwa responden yang tidak bekerja ternyata 50%nya masih tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.Sehingga dalam hal ini berarti pekerjaan tidak ikut berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
99
Masih
banyaknya
ibu
tidak
bekerja
yang
tidak
memberikan ASI eksklusif kemungkinan akibat kesibukan ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan adanya anak lebih dari satu membuat perhatian ibu terbagi untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga dan anaknya yang lain. Selain itu masih adanya anggapan bahwa ASI ibu tidak cukup / tidak keluar sehingga ibu memberikan makanan lain kepada bayinya menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan rendah dan memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap ASI bisa menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya.. Sedangkan faktanya adalah semakin sering ibu menyususi maka hal tersebut membuat produksi ASI semakin banyak, sehingga tidak ada alasan ibu untuk tidak memberikan ASI.Selain itu adanya alasan ibu bahwa anak yang terus menangis adalah pertanda bahwa anak belum cukup kenyang hanya dengan diberikan ASI saja juga menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Faktanya adalah kondisi bayi menangis itu bukan hanya karena lapar, namun ada hal lain yang membuatnya menangis seperti karena keadaan tidak nyaman, tidak aman dan karena sakit.
100
6.3.5
Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan cara pemberian ASI eksklusif yang mampu menunjang ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif sebanyak 62,5 % (35 responden), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik tentang ASI eksklusif sebesar 37,5% (21 responden). Adapun proporsi ibu dengan pengetahuan baik lebih banyak yang
melakukan pemberian ASI eksklusif (68,6%)
dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif (31,4%). Sedangkan pada kelompok ibu berpengetahuan kurang lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif (85,7%) dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif (14,%) Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square dalam penelitian ini diperoleh hasil P-value = 0,000 ( P-value< 0,05 ). Hasil tersebut berarti bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Wahyuningrum (2007) di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus menyatakan ada hubungan yang signifikan antara penegtahuan
101
Ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tri Rahayuningsih (2005) di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngalingan yang menyatakan ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif.. Berdasarkan hasil tersebut berarti dapat terlihat bahwa mayoritas ibu di Kelurahan Gerem mampu memahami pengertian dan maksud dari program ASI eksklusif. Sehingga pengetahuan ikut berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem.Responden yang memberikan ASI eksklusif telah memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, sehingga responden memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ASI dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Secara teoritis Arisman (2004) mengemukakan bahwa gangguan proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, dukungan keluarga dan lingkungan. Jadi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang baik akan mempengaruhi seorang ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Menurut peneliti, dalam hal ini tingkat pengetahuan mempunyai kontribusi dalam merubah perilaku seseorang untuk berbuat sesuatu. Pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu di Kelurahan Gerem terhadap ASI eksklusif akan memberikan
102
pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Adapun responden dengan pengetahuan kurang baik yang tidak memberikan ASI eksklusif kemungkinan disebabkan karena buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merreka yang menjadi salah satu sumber pengetahuan mereka tidak dikembalikan oleh kader posyandu. Sehingga, ibu tidak memiliki kesempatan untuk membaca dan memahami apa yang ada di buku KIA tersebut utamanya tentang menyusui ASI eksklusif. Namun, dalam penelitian ini
hanya sekedar tahu saja
tidak menjamin perilaku terhadap pemberian ASI eksklusif bisa berhasil, walaupun variabel lain sudah mendukung. Namun dukungan dari petugas kesehatan baik itu bidan desa dan kader posyandu melalui penyuluhan terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sangat dibutuhkan ibu menyusui, agar manfaat ASI dapat tersampaikan kepada ibu menyusui. Sehingga ibu lebih termotivasi untuk melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.. Menurut peneliti pengetahuan yang baik pada ibu dalam penelitian ini tidak terlepas dari tingginya pendidikan responden, banyaknya responden yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dan dibantu tenaga kesehatan. Sehingga ibu menyusui lebih banyak menerima informasi dan mahami tentang ASI eksklusif yang kemudian dapat memotivasi dan mendorong ibu untuk mau melakukan tindakan pemberian ASI eksklusif. Hal
103
tersebut terbukti dari analisis crosstabs bahwa dari 35 ibu yang berpengetahuan baik 82,9 % merupakan ibu dengan pendidikan tinggi, 85,7 % melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dan 100% persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan. 6.4
Analisis Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif 6.4.1
Analisis Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Tempat persalinan berperan aktif dalam keberhasilan pelaksanaan menyusui secara optimal.Untuk itu kebijakan tempat persalinan di pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan rawat gabung yang memudahkan bagi ibu secara langsung dapat menyusui bayinya menjadi sangatlah penting (Irianto,1998).Tempat persalinan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan ASI eksklusif atau memberikan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yaitu sebesar 76,8% (43 responden), sedangkan responden yang melakukan persalinan di non fasilitas kesehatan yaitu sebesar 23,2% (13
104
responden). Dari 43 responden yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan di ketahui bahwa proporsinya lebih besar ibu yang memberikan ASI eksklusif (60,5 %) dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif (39,5%). Sedangkan diantara responden yang melakukan persalinan bukan di fasilitas kesehatan proporsinya lebih kecil yang memberikan ASI eksklusif (7,7%) dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif (92,3%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi square dalam penelitian ini diperoleh P-value sebesar 0,003( P< 0,05 ), sehingga ini berarti terdapat hubungan antara variabel tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan Utami (2012) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tempat persalinan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.Sehingga tempat persalinan memiliki hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut peneliti, dengan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan maka persalinan akan dibantu oleh tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Dimana bidan dan dokter dianggapnya lebih berkompetensi dalam melakukan penolong persalinan pada ibu melahirkan.Terbukti bahwa dari 43 responden yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan seluruhnya yakni 100% persalinnanya ditolong oleh tenaga
105
kesehatan.Sehingga dengan demikian ibu menyusui akan mendapatkan informasi dan pengetahuan serta dukungan dari tenaga kesehatan dalam hal pemberian ASI eksklusif. Terbukti bahwa dari 43 ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan seluruhnya mendapat dukungan petugas kesehatan dalam hal pemberian ASI eksklusif, sedangkan dari 13 ibu yang melakukan persalinan bukan di fasilitas kesehatan sebagian besar responden yaitu 84,6% tidak memperoleh dukungan dari petugas kesehatan dalam hal pemberian ASI eksklusif. Dari hasil tersebut terlihat bahwa ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan akan cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sehingga tempat persalinan ikut berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI ekskusif di wilayah Kelurahan Gerem. Dengan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, maka proses persalinan ibu juga dibantu oleh petugas kesehatan. Sehingga ibu akan lebih banyak mendapat informasi
dan
pengetahuan
tentang
ASI
eksklusif
dan
kebermanfaatannya yang kemudian hal tersebut dapat mendorong dan memotivasi ibu untuk melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
106
6.4.2
Analisis Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Selain tempat persalinan, keberhasilan menyusui bayi juga sangat bergantung terhadap petugas kesehatan seperti perawat, dokter, atau bidan.Karena penolong persalinan adalah orang pertama yang akan membantu ibu melahirkan untuk meakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan yaitu sebesar 89,3% (50 responden), sedangkan responden yang melakukan persalinan dengan tidak dibantu tenaga kesehatan yaitu sebesar 10,7% (6 responden). Dari 50 responden yang melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan di ketahui bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif yaitu (54 %) tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu (46%).Sedangkan diantara responden yang melakukan persalinan dengan tidak dibantu tenaga kesehatan dalam hal ini seluruhnya (100%) tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan analisis hasil uji chi square yang dilakukan, Pvalue hubungan penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif sebesar 0,024 ( P< 0,05), sehingga berdasarkan uji
107
statistik kedua variabel berhubungan. Artinya ada hubungan antara penolong persalinan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian ini juga di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai proses persalinan dengan ditolong oleh Bidan dibandingkan dengan dokter dan dukun/paraji. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kebanyakan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
penolong
persalinan
dengan
pemberian
ASI
eksklusif.Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Tjandrarini (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan penolong
persalinan
dengan
pemberian
ASI
setelah
melahirkan.Faktanya penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan pencegahan terhadap pemberian makanan prelakteal.Hal ini dikarenakan pada waktu bayi baru lahir, peran penolong persalinan sangat dominan khususnya dalam hal IMD yang merupakan salah satu kriteria sukses menyusui. Secara
teoritis
fikawati
dan
Pujonarti
(1999)
mengungkapkan bahwa persalinan yang dilakukan oleh bidan desa sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI eksklusif dan manajemen laktasi di daerah tempat bidan desa bertugas. Berdasarkan hasil penelitian masyarakat di wilayah Kelurahan Gerem telah menyadari bahwa persalinan yang ditolong
108
oleh tenaga kesehatan lebih aman karena tenaga kesehatan dianggap telah berkompetensi dalam membantu persalinannya. Selain itu dengan melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan maka akan membuat ibu menyusui menjadi lebih bertambah pengetahuannya karena lebih mendapatkan berbagai informasi terkait perilaku menyusui yang baik.Karena pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namum juga dapat diperoleh dari petugas kesehatan termasuk penolong persalinan.Terbukti berdasarkan analisis crosstabs diperoleh bahwa dari 50 responden yang melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan baik itu bidan atau pun dokter sebagian besar yaitu 35 ibu (70%) memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Selain itu adanya dukungan dari penolong persalinan juga ikut berperan dalam pemberian ASI eksklusif. Terbukti bahwa dari 50 responden yang melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan, hampir seluruhnya yakni sebesar 90% ibu mendapat dukungan dari petugas kesehatan guna melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir. Dimana salah satunya adalah adanya perlakuan IMD yang dilakukan oleh penolong persalinan, dari 50 responden yang melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan sebanyak 68% ibu melakukan IMD. Sehingga ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASInya karena bayinya bisa tenang dalam pelukan ibu setelah lahir.
109
Dengan demikian, melalui pengetahuan yang baik terhadap ASI eksklusif
dengan disertai dorongan dan dukungan dari
penolong persalinan, makaibu menyususi menjadi termotivasi untuk melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. 6.5
Analisis Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusif 6.5.1
Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Peran petugas kesehatan dalam hal ini berupa penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif baik saat prenatal maupun pascanatal. Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase ibu yang mendapat dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 80,4%, nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
tidak mendapat
dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 19,6 %. Adapun proporsi yang memberikan ASI eksklusif dan mendapat dukungan petugas kesehatan, yaitu 27 orang (60%) lebih besar proporsinya dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan keluarga, yaitu tidak ada satu responden pun (0 %) yang
110
memberikan
ASI
eksklusif
kepada
bayinya.
Sedangkan
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif namun mendapat dukungan petugas kesehatan, yaitu 14 orang (33,3%) lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan petugas kesehatan yaitu semua respoden 11 orang (100%) Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil P-value = 0,001 (P < 0,05), hal tersebut berarti bahwa terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari
(2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut Nining (2007) menyatakan bahwa komitmen yang kuat dari para petugas kesehatan atau health provider (dokter, bidan, perawat, manajemen rumah sakit dan lain-lain) dalam promosi ASI sangat diperlukan oleh karena merekalah yang selalu kontak langsung dengan masyarakat dan mempunyai kesempatan yang banyak dan memungkinkan untuk memberikan pejelasan dan penyuluhan tentang ASI. Dari hasil penelitian yang di dapat terlihat bahwa responden yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan di kelurahan Gerem akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak
111
pernah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yang akan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.. Menurut peneliti, peran petugas kesehatan
dalam
pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan memberikan konseling sejak pemeriksaan kehamilan sampai pada pasca melahirkan.Karena tenaga kesehatan adalah orang yang pertama membantu persalinan ibu. Sehingga petugas kesehatan memegang peranan penting dalam mendorong ibu di kelurahan Gerem untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari dari petugas kesehatan akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi serta
dukungan
dari
petugas
kesehatan
yang kemudian
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Namun masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif meskipun mendapat dukungan dari petugas kesehatan dikarenakan kurangnya motivasi individu ibu sendiri terhadap pemberian ASI eksklusif.Meskipun telah mendapatkan dorongan dan informasi dari petugas kesehatan terkait ASI eksklusif, namun tidak yakin bahwa ASI saja sudah mencukupi kebutuhan bayi selama 6 bulan. Hal ini terbukti bahwa masih adanya
112
anggapan ibu bahwa ASI yang ibu berikan tidak cukup sehingga membuat bayi menangis karena masih lapar sehingga ibu tidak tega melihat anak lapar dan kemudian memberikan makanan lain selain ASI. 6.5.2
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 Peran keluarga dalam hal ini adalah keterlibatan keluarga dalam merawat bayi dan memberikan informasi mengenai ASI eksklusif kepada ibu.Dalam pemberian ASI eksklusif, peranan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase ibu yang mendapat dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 69,6%, sedangkan yang tidak mendapat dukungan keluarga yaitu sebesar 30,4 %. Adapun proporsi yang memberikan ASI eksklusif dan mendapat dukungan keluarga, yaitu 23 orang (66,7%) lebih besar proporsinya dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan keluarga, yaitu 1 orang (5,9%), sedangkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif namun mendapat dukungan keluarga, yaitu 13 orang (33,3%) lebih kecil
113
dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan keluarga. Berdasarkan
penelitian
ini
juga
diperoleh
bahwa
responden lebih banyak mendapat dukungan keluarga dari suami.Dukungan suami yang diberikan suami kepada responden dalam hal ini berupa membaantu istri dalam pekerjaan rumah dan mengurus anaknya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil dengan P-value = 0,000 (P < 0,05), hal tersebut mennjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian yang dilakukan Ida (2012) wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok juga memiliki hasil yang sama yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dari keluarga ibu
berpeluang
4,11
kali
memberikan
ASI
eksklusif
dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan rendah dari keluarganya. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitiannya Hector (2005) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang efektif dalam praktik pemberian ASI adalah adanya dukungan sosial termasuk dukungan keluarga ( suami ).Ibu-ibu yang mendapat dukungan dari pasangannya (suami) memberikan
114
ASI lebih lama dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari pasangannya (suami).Dukungan dari suami dan keluarga akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya. Sebaliknya dukungan sosial yang kurang maka pemberian ASI menurun. Secara teoritis Roesli (2000) mengatakan bahwa untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif, seorang ibu harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak keluarga. Pihak keluarga dalam hal ini suami, memegang peranan penting dalam mendukung istri untuk menyusui eksklusif dan ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui. Keterlibatan seorang ayah akan memberi motivasi ibu untuk menyusui. Berdasrkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu menyususi di kelurahan Gerem yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari keluarganya khususnya suami akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi atau dukungan dari keluarganya.. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa responden yang mendapat informasi dan dukungan dari keluarganya khususnya suamiakan
terdorong
untuk
memberikan
ASI
eksklusif
dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi atau dukungan dari keluarganya.Karena keluarga khususnya
115
suami adalah orang terdekat ibu yang banyak berperan selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk menyusui. Dukungan suami dalam bentuk apapun akan mempengaruhi keadaan emosional ibu yang kemudian berdampak pada produksi ASI, sehinggadalam hal ini peran keluarga khususnya suami berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif yang dilakukan ibu kepada bayinya. Masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif
meskipun
mendapat
dukungan
keluarga
dalam
pemberian ASI eksklusif terjadi karena masih adanya anggapan negatif yang dimiliki ibu. Dalam penelitian ditemukan bahwa karena bayi rewel dan menangis ibu beranggapan bahwa kondisi tersebut terjadi karena bayi masih lapar, sehingga ibu tidak tega membiarkan bayinya kelaparan dan akhirnya ibu memberikan makanan lain selain ASI sejak bayi berusia kurang dari enam bulan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 56 ibu bayiusia 6-12 bulan di Kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan didapat simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015 adalah sebesar 48,2 %. Angka tersebut masih jauh dengan target standar pelayanan minimal ASI eksklusif yaitu sebesar 80 %. 2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, lebihbanyak dilakukan oleh ibu pada kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu sebesar 53,5 %. 3. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu dengan multipara yaitu sebesar 58,5%. 4. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
116
117
paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (tamat SMA keatas) yaitu sebesar 63,9 %. 5. Dari 56 responden yang di teliti terdapat 98,2 % ibu yang tidak bekerja, dari 98,2% ibu tidak bekerja hanya 49,1 % ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015 6. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 68,6 %. 7. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yaitu sebesar 60,5 %. 8. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu yang melakukan persalinan dengan di bantu oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 54 %. 9. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir yaitu sebesar 60 %.
118
10. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015, paling banyak dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir yaitu sebesar 66,7 %. 11. Terdapat hubungan antara paritas ibu, tigkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegontahun 2015. 12. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015. 7.2
SARAN 7.2.1
Bagi Puskesmas 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan
perbaikan
sekaligus
meningkatkan
mutu
pelayanan kesehatan kemasyarakat. 2) Perlu adanya monitoring dan evaluasi terkait adanya kegiatan pemberian PMT ASI berupa biskuit dan susu kotak yang merupakan donasi dari perusahaan agar pemberiannya dibatasi dan tepat sasaran dalam setiap kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon khususnya di
119
Kelurahan Gerem sehingga tidak mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif 3) Perlu adanya kebijakan dari puskesmas kepada setiap Posyandu agar buku KIA yang selama ini disimpan di Posyandu di kembalikan kepada pemiliknya agar buku tersebut bisa dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh pengetahuan terkait menyusui. Serta menambahkan sesi penyuluhan dalam setiap kegiatan posyandu agar manfaat ASI dapat tersampaikan kepada ibu menyusui. Sehingga ibu lebih termotivasi untuk melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
7.2.2
Bagi ibu dan keluarga Begitu pentingnya manfaat dari pemberian ASI ekskusif, maka penting bagi ibu yangmelahirkan perlu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Untuk meningkatkan kesadaran ibudalam hal tersebut, maka hal yang dapat dilakukan adalah: 1) Selama kehamilan, ibu perlu aktif melakukan konsultasi bidan yang melakukan pemeriksaan kehamilannya guna memperoleh informasi terkait menyusui dan mendapat motivasi dari tenaga kesehatan untuk terus melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. 2) Selama kehamilan, penting bagi keluarga terutama suami untuk terus mendampingi ibu saat melakukan konsultasi
120
kehamilan dengan bidan. Sehingga setelah kelahiran bayi, suami dapat memberikan dukungan yang kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena suami merupakan individu terdekat ibu menyusui. 7.2.3
Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Berdasarkaninformasi yang diperoleh dalam hasil penelitian ini diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat menganalisis faktor-faktor lainya yang belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang tidak tergambarkan dalam penelitian ini dengan desain studi yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak. 2. Penelitian selanjutnya harus lebih teliti dalam memodifikasi kuesioner penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., D. Hastuti, U. Sumarwan, 2004, Pengambilan Keputusan Pemberian ASI Eksklusif kepada Bayi di Kota Bogor.Media GIZI &KELUARGA, hal. 70-77 Abdullah, M. T. (1984),
Lamanya Menyusui dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Analisa Data Moduler 1982-1983, Jakarta), Tesis Magister, Universitas Indonesia, Depok. Akre, james. 1994. Pemberian Makanan Untuk Bayi: Dasar-dasar Fisiologis, terj. Sri D.B. Jakarta : Perinasia Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang Berperan dalan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif(Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang
Tahun
2007).
Tesis.PascaSarjana
Universitas
Diponegoro Semarang. Amalia, Linda dan Yovsyah. 2009. Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesmas Nasional.Vol.3, No.4.hal 171- 175 Ambarwati, R., 2004, Faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Padangsari Kabupaten Ungaran, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, hal.50-65.
Amran, Yuli.2006. Pemodelan Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Prilaku Ibu dalam Memberikan ASI Ekslusif di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur Tahun 2003, Dengan Pendekatan Multilevel Modeling.Tesisi. FKM UI Depok Anggraeni, Annisa. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Anggraeni, Setyo. 2008 Arasta, Ludfi Dini. Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif di Polindes Harapan Bunda Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. 2010. Diakses melalui http://akbid-purworejo.ac.id tanggal 2 april 2015. Arini, H. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Mneyusui. Yogyakarta: FlashBooks. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Aritonang, Ctra BR (2011) Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bandar Huluan Kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara Tahun 201. Skripsi.Depok : FKM UI . Aruldas K, Khan ME, Hazra A.2010. Increasing early and exclussive breastfeeding in rural Uttral Pradesh. J Fam Welfare.
Asmijati. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Raksa Kecamatan Tiga Raksa Dati II Tangerang Tahun 2001. Tesis. FKM UI, Depok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Departemen kesehatan RI.Jakarta Betran AP, Onis M, Lauer JA, Villar J. 2001. Ecological study of effect of breast feeding on infant mortality in Latin America. Amerika Latin dan Karibia: British Medical Journal Depkes RI.2004.Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta Ebrahim, GJ. 1986. Air Susu Ibu, terj. Suharyono. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Ebrahim. 1978. Air Susu Ibu : Yayasan Essentia Medica. Ester, Ibrahim.Analisis Faktor Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Tahun 2002.Tesis.FKM-UI, Depok. Febriana, Nancy. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI secar Eksklusif oleh Ibu Usia 15 – 35 Tahun Pada Bayinya yang Berusia 0-6 Bulan (Analisis Data Sekunder SDKI tahun 1997). Skripsi.FKM-UI, Depok.
Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad.2009.Penyebab Keberhasilan dan KegagalancPraktik
Pemberian
ASI
Eksklusif.Jurnal
Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol.4No.3 Desember 2009. Penerbit FKM UI. Fikawati, S dan A. Pujonarti.1999.Peran Bidan Desa dalam Upaya Pemasyarakatan ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil.MKMI.XXVII.No. 8. Hal 460-462. Fivi, Diana. 2006. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anank Batita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat Gatti, L. 2008. Maternal Perception Of Insufficient Milk Supply In BreastFeeding.J Nurs.Scholarch 40 (4) : 335-63. Gerung, Albert A. 1989. Breastfeeding Promotion for Child Survival: Indonesian Experience, Maternal and Child Care in Developing Countries. Kessel and A.K. Awan (eds.). Switzerland: Ott Publishers Gibney, MJ. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat (Hartono Andry dan Widyastuti Palupi, Penerjemah). Jakarta : Penebit buku kedokteran EGC... Green, Lawrence, et al. 1980. Health Education Planning : A Diagnostic Approach. The John Hopkins University. Mayfield Publishing Company. Hakim, Ramla. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Kabupaten Nebire Tahun 2012. Skripsi. FKM UI, Depok.
Handayani, Dini Saraswati. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung Periode Desember 2006 – Januari 2007. Hastuti. 2006. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir selatan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2006. Tesis. FKM UI, Depok. Heather LK, Katie HC, Suzanne CT. 2009.Risk factor for cessation of breastfeeding prior to six months postpartum among a community sampel of woman in Calgary, Alberta. Can J of Pub Health. 2009;68:1-4. Hector D, King L, Webb K, Heywood P. ( 2005 ). Factors Affecting Breastfeeding Practices: Applying A Conceptual Framework. NSW Public Health Bull.200516(3-4):52-55. Hidayah, N. (1999), Determinan Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Purworejo Tahun 1999, Tesis Magister, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hurlock, E.B. 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan, Alih Bahasa; Edisi5.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Istiwidayanti & Soedjarwo,
Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga, 2004 Ida. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Depok: FKM UI. Irianto, Joko. 1998. Hubungan Tempat dan Penolong Persalinan dengan Menyusui Secara Optimal. Majalah Kesehatan Masyarakat no.5 Jelliffe, D.B. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta: Bumi Akasara Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kemenkes RI King, F.S. 1991,Menolong Ibu Menyusui. Jakart: Gramedia. KNPP RI.2008.Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI. Kemenkes RI Krammer, Michael S et al. 2008. Breastfeeding and Child Cognitive Development.Arch Gen Psychiatry. Kristiyansari. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika Kusnadi. 2007. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif diKabupaten Tanggerang tahun 2006 (Analisis data sekunder survey kinerja berdasarkan indikator Kabupaten Sehat tahun 2006).Tesis . FKM UI, Depok.
Lemeshow, 1997.Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Alih bahasa Lestari. 2008. Faktor Ibu bayi yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2007 ( Analisis Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007). Skripsi. FKM UI. Depok. Maas, L.T., 2004.Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. FKM Universitas Sumatera Utara, USU DigitalLibrary. Manuaba. 1998. Pemberian ASI dan Rawat Gabung. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2. Jakarta: EGC Mascarenhas ML, Albernaz E, Silva M, Silveira RB.2006. Prevalence of exclusive breastfeeding and its determiners in the first 3 months of life in the South Brazil.J Pediatric. 82:289-94. Nasir, Narila Mutia. 2002. Pemberian ASI Eksklusif dan Hal-Hal yang berhubungan pada Bayi umur 4 – 11 Bulan di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2001. Skripsi. Depok: FKM-UI. Nining, S. Muktamar ASI eksklusif standar emas - aman, sehat, berkelanjutan.Diposkan tanggal 12 Feb 2007.Diakses tanggal 28 januari
2016.Available
at:
http://kakak.org/home.php?page=arti
kel&id=12 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurpelita.(2007). faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak Tahun 2007.Tesis.Depok: FKM UI. Nuryanto.2002. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Kelangsungan Pemberian ASISaja Pada Anak Usia 0-11 Bulan.Tesis FKM UI. Depok Pertiwi, Putri. 2012. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Jakarta: FIK UI Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Pudjiadi, Solihin. 2000.Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru. Pudjiadi, Solihin. 2001. Bayiku Sayang: Petunjuk Bergambar untuk MerawatBayi dan Jawaban atas 62 Pertanyaan yang Mencemaskan. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI : Depok. hal. 16-33. Rahayu, T. dan Asngad, A. 2000.Pola Pemberian ASI pada Ibu Karir dan Non Karir Hubungannya Dengan Fertilitas Ibu. Unismuh Surakarta : Surakarta Riordan J. 2004. The biological specificity of breast milk. In: Breastfeeding and human lactation. Boston, USA : Jones and Bartlett. Roesli, Utami. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya Roesli, Utami, 2000.Mengenal ASI Ekslusif. Trubus Agriwidya Setiawati, M. 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Praktek Menyusui[Laporan Penelitian]. FK Universitas Diponegoro : Semarang Shrimpton, R. 2001. Worldwide Timing of Growth Faltering: Implications for
Nutritional
Interventions.
(Online).(http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/107/5/e75,diakse s 2 Maret 2014) Siregar, Arifin. 2004. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Bagian Gizi Kesmas FKM USU. Siswono. 2006. Akibat Remehkan ASI. (Online).Di akses tanggal 14 Juni 2014.Available at (www.gizi.net.ac.id). Soetjiningsih.1997.ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan.Jakarta : EGC. Suradi, R, dan H.K.P. 2007.Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Jakarta:Perinasia. Suyatno.2001. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional pada Usia Dini terhadap Pertumbuhan dan Kesakitan Bayi, studi kohort pada bayi 0-4 bulan di Kabupaten Demak. Universitas Diponegoro. Gizi Kesehatan. Swarts, S., Kruger, H.S., dan Dolman, R.C (2010). Factor affecting mothers choice of breastfeeding vs formula: Feeding in the lower Umfolozi
district
war
memorial
hospital,
Kwazulu-Natal.
Journal
of
Interdisciplinary Health Sciences, 15, 119-126. Swasono, M. F., & Soselisa, H. L. 1998.Kehamilan, Kelahiran dan perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya. Jakarta: UI-Press Taveras EM, Capra AM, Braveman PA, Jensvold NG, Escobar GJ, Lieu TA. 2003. Clinician Support and Psychosocial Risk Factor Associated with Breastfeeding Discontinuation. Pediatrics.;112:108 Tjandrarini, Dwi Hapsari dkk. Telaah faktor karakteristik ibu dan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pemberian kolostrum lebih dari satu jam pertama setelah melahirkan (analisis data sekunder survei demografi dan kesehatan Indonesia 1997). Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan , Departemen Kesehatan RI, Jakarta; 2000. Tri Rahayuningsih. 2005. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan.Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. Unicef. 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing Countries. New York : Unicef Policy Review. UPTD Puskesmas Grogol Kota Cilegon.
Utami, Hajijah Septia. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi. FKM UI, Depok. Wahyuningrum, Novi. 2007. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASIeksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif di Desa Sadang KecamatanJekulo
Kabupaten
Kudus
.Skripsi.S1
Keperawatan-
STIKES NWU. Wilar. 2010. World Health Organization. 1998. Division of Child Health and Development, Family and Reproductive Health. Evidence for the steps for successful breastfeeding. Genewa: WHO World Health Organization, 2009, Infant and young child feeding. Geneva: WHO World Health Organization. 2010. Infant and Young Child feeding. Geneva. WHO. Wulandari, Melli. faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir di desa supat timur kabupaten musi banyuasin. Sumatera selatan tahun 2011.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011
Yeni dan Minsarnawati. 2009. Perilaku yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Reproduksi Zakiyah. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012. Skripsi. FKM UI, Depok.
LAMPIRAN
FormD FORMULIR PE~ETUJUAN PENGUMPULAN DATA Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
: AM Mat.\~ l\ovW\ 0~1\C\,..k
Nama NIM
lotiJ\o (ooooog
Peminatan
6i~r
Telah melakukan perbaikan proposal skripsi berdasarkan masukan/saran dalam ujian proposal yang dilakukan pada
. ~~!:\.,.Pf1 ..~~}..~1.~
sebagai bahan pertimbangan untuk melanjutkan
ke tahap pengumpulan data .
Jakarta , ..... ... ..... ..... .. ......... ..... ...
iv1enyetujui,
Pembimbing II
Pembimbing I
-~tL.
~-
Dr. M·farid t-fc:!m'ienc. M.~i
NIP. I~Bl(o<(Olf ~ld- ~
oo=t
NIP. (t:}f,50ba-l
Penguji II
., rrafanC&I
c;a+ar, MAR~
Penguji Ill
~·
Ra.J.ri
ap,fani~ya.r. ~IYI.MHr
NIP. 1'11Noi.JO'{
l~l(Os I 001
;.oogta. J.oo=t
-----' Ji .
Qr. M. fe~riq Ha~~ti;en~, M·-'i NIP. tg(;,;o~a-1 l~€1yo; I 00(
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Assalamu’alaikum Wr, Wb. Dengan Hormat, Saya mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian skripsi dengan judul “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Terhadap Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015”. Maka untuk kepentingan tersebut saya memohon bantuan kepada Ibu untuk mengisi kuesioner penelitian ini.Keterlibatan Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, oleh karenanya anda diharapkan menjawab seluruh pertanyaan dengan sebenarbenarnya dan sejujur-jujurnya untuk membantu kemurnian penelitian.Sebagaimana penelitian ilmiah, semua keterangan identitas dan jawaban yang ibu berikan semata-mata untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan kesediaan Ibu dalam penelitian ini. Hormat Saya, Peneliti Ana Mahillatul Jannah
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015 Petunjuk Pengisian Isikan Jawaban yang menurut anda benar. Berikan jawaban anda atas setiap pernyataan/pertanyaan yang ada dengan memberi tanda silang ( X ) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Jawaban pada kuesioner ini akan ami rahasiakan. Mohon anda menjawab dengan sejujurnya. A. IDENTITAS RESPONDEN 1. No. Responden
:
2. Nama Ibu : 3. Umur Ibu : 4. Alamat
:
5. No. Telp : 6. Nama Bayi: 7. Umur Bayi : 8. Pendidikan formal terakhir yang pernah ibu tempuh a. Tidak sekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA/SMK e. Perguruan Tinggi
9. Pekerjaan ibu saat ini a. PNS b. Pegawai Swasta c. Petani d. Wiraswasta e. Tidak Bekerja/IRT
B. PARITAS 10. Berapakah jumlah kelahiran yang ibu pernah alami sampai pada saat ini?.................. C. PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF 11. Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? 1) Memberikan ASI saja tanpa makanan lain kecuali vitamin, obat, dan minieral selama 6 bulan 2) Memberikan ASI pada bayi sampai umur 4 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain 3) Memberikan ASI pada bayi sampai 6 bulan dengan tambahan makanan dan minuman lain 4) Tidak tahu
12. Menurut ibu, apakah manfaat dari kolostrum/air susu bening dan berwarna kekuningan? 1) Merupakan susu kotor/susu basi 2) Meningkatkan kekebalan tubuh
3) Bayi sehat 4) Tidak bermanfaat apapun bagi bayi 13. Apa yang sebaiknya dilakukan terhadap keluarnya kolostrum? 1) Dibuang 2) Dibiarkan dan tidak diberikan kepada bayi 3) Diberikan pada bayi 4) Tidak tahu 14. Menurut ibu, apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi ibu? 1) Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula 2) Melindungi bayi terhadap penyakit infeksi 3) Membuat bayi terkena alergi 4) Tidak tahu 15. Kapan sebaiknya bayi yang baru lahir disusui? 1) 1 hari setelah lahir 2) kalau ASI sudah keluar 3) >1 jam setelah lahir 4) ≤ 1 jam setelah lahir 16. Sebaiknya usia berapa seorang bayi diperbolehkan diberi makan/minum seperti susu formula, air teh, air putih, pisang, bubur, buah dan yang lainnya? 1) < 6 bulan 2) 4 bulan 3) 6 bulan 4) > 6 bulan
17. Selain bermanfaat bagi bayi, pemberian ASI eksklusif juga bermanfaat bagi ibunya. Menurut ibu, apa manfaat ASI eksklusif bagi ibu? 1) Melindungi bayi dari penyakit 2) Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula 3) Meningkatkan jalinan kasih sayang 4) Tidak tahu 18. Makanan yang tepat untuk bayi sampai dengan usia 6 bulan adalah? 1) ASI saja 2) Susu formula saja 3) ASI dan susu formula 4) ASI dan makanan lumat dan susu formula 19. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi dilanjutkan diberikan ASI ? 1) ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif 2) 8 bulan 3) 1 tahun 4) 2 tahun D. TEMPAT PERSALINAN 20. Dimana Ibu melahirkan? 1) Praktek Bidan 2) Rumah Sakit 3) Klinik bersalin 4) Puskesmas
5) Rumah sendiri 6) Rumah dukun/paraji
E. PENOLONG PERSALINAN 21. Siapa yang menolong persalinan ibu pada saat melahirkan (nama anak)? 1) Dokter SPOG 2) Bidan 3) Dukun/paraji 4) Keluarga 22. Pada saat setelah melahirkan, apakah penolong persalinan pernah menganjurkan/menghimbau/memberikan susu formula atau makanan lain kepada bayi ibu? 1) Pernah 2) Tidak Pernah F. DUKUNGAN KELUARGA 23. Apakah keluarga terdekat ibu mendukung dalam pemberian ASI secara eksklusif? (0) Tidak (1) Ya 24. Siapa saja keluarga ibu yang mendukung ibu dalam pemberian ASI eksklusif? (jawaban boleh lebih dari satu) 1) Suami 2) Orang tua 3) Mertua
4) Saudara Perempuan 5) Dll,…………..(sebutkan) 25. Apakah suami pernah memberikan ibu buku, majalah atau bahan informasi lainnya tentang menyususi dan makanan untuk bayi? (0) Tidak (1) Ya 26. Apakah suami ibu menganjurkan agar bayi diberi susu formula saja agar bayi terlihat sehat? (0) Ya (1) Tidak 27. Apakah suami dan keluarga terdekat ibu pernah menyarankan untuk memberikan makanan tambahan seperti bubur susu, nasi tim, biscuit, pisang, dll kepada bayi sebelum bayi berusia > 6 bulan? (0) Ya (1) Tidak 28. Apakah suami ikut bangun menemani sewaktu ibu menyusui bayi pada malam hari? (0) Tidak (1) Ya 29. Apakah suami ibu sering membantu pekerjaan rumah tangga saat ibu menyusui? (0) Tidak (1) Ya
G. DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN 30. Sewaktu ibu memeriksa kehamilan, apakah bidan/dokter pernah memberikan penjelasan tentang ASI eksklusif? (0) Tidak (1) Ya 31. Setelah persalinan/melahirkan, apakah petugas kesehatan pernah memberikan penjelasan ASI eksklusif? (0) Tidak (1) Ya 32. Setelah melahirkan apakah petugas kesehatan segera melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)? (0) Tidak (1) Ya 33. Apakah setelah melahirkan bidan/ petugas kesehatan lainnya menganjurkan ibu untuk memberikan makanan selain ASI (seperti: madu, air tajin, air teh, dll)? (0) Ya (1) Tidak 34. Setelah melahirkan, apakah petugas kesehatan memberikan susu formula atau makanan dan minuman selain ASI pada bayi ibu? (0) Ya (1) Tidak
35. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan manfaat dari pemberian ASI eksklusif? (0) Tidak (1) Ya
H. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 36. Apakah ibu memberikan ASIsaja pada bayi ibu? 0) Ya 1) Tidak 37. Pada usia< 6 bulan, apakah ibu telah memberikan makanan/minuman selain ASI kepada bayi ibu? 0) Ya 1) Tidak (Jika jawaban tidak, maka pertanyaan no. 38 - 40 tidak perlu di jawab) 38. Sejak usia berapa bulan bayi ibu mulai diberikan makanan atau minuman tambahan selain ASI?....... 39. Jenis makanan/minuman apa yang diberikan ibu saat bayi berumur < 6 bulan (Jawaban boleh lebih dari 1) 1) air putih 2) air tajin 3) madu 4) Pisang 5) bubur buatan pabrik
6) bubur buatan sendiri 7) Susu formula bayi 8) Susu kental manis 9) Lain-lain, sebutkan………………………………… 40. Apakah alasan ibu tidak memberikan ASI saja atau memberikan ASI dengan ditambah makanan/minuman lainnya? 1) ASI tidak cukup / ASI belum keluar 2) Ibu bekerja 3) Takut bentuk payudara berubah 4) Bidan/perawat yang menganjurkan 5) Suami/orang tua/mertua yang menganjurkan 6) Takut bayi lapar 7) Bayi menangis terus
Lampiran 3 Output Hasil Analisis Univariat
Frequency Table pemberian ASI eksklusif Frequenc y Percent Valid Tidak ASI eksklusif
Valid Percent
Cumulative Percent
29
51.8
51.8
51.8
ASI eksklusif
27
48.2
48.2
100.0
Total
56
100.0
100.0
umur1 Frequenc y Percent Valid < 20th atau > 35th
Valid Percent
Cumulative Percent
13
23.2
23.2
23.2
20th - 35th
43
76.8
76.8
100.0
Total
56
100.0
100.0
paritas2 Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid primipara
15
26.8
26.8
26.8
multipara
41
73.2
73.2
100.0
Total
56
100.0
100.0
pendidikan ibu Frequenc y Percent Valid sd
Valid Percent
Cumulative Percent
6
10.7
10.7
10.7
smp
14
25.0
25.0
35.7
smu
34
60.7
60.7
96.4
2
3.6
3.6
100.0
56
100.0
100.0
PT Total
tingkat pendidikan ibu Frequenc y Percent Valid rendah
Valid Percent
Cumulative Percent
20
35.7
35.7
35.7
tinggi
36
64.3
64.3
100.0
Total
56
100.0
100.0
pengetahuan ibu Frequenc y Percent Valid kurang
Valid Percent
Cumulative Percent
21
37.5
37.5
37.5
baik
35
62.5
62.5
100.0
Total
56
100.0
100.0
PekerjaanIbu Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bekerja
1
1.8
1.8
1.8
Tidak Bekerja
55
98.2
98.2
100.0
Total
56
100.0
100.0
tempat persalinan ibu Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Non Faskes
13
23.2
23.2
23.2
Faskes
43
76.8
76.8
100.0
Total
56
100.0
100.0
tempat persalinan ibu Frequenc y Percent Valid praktek bidan
Valid Percent
Cumulative Percent
38
67.9
67.9
67.9
5
8.9
8.9
76.8
rumah sendiri
13
23.2
23.2
100.0
Total
56
100.0
100.0
rumah sakit
Penolong Persalinan Ibu Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Non Nakes
6
10.7
10.7
10.7
Nakes
50
89.3
89.3
100.0
Total
56
100.0
100.0
penolong persalinan Frequenc y Percent Valid Dokter SPOG Bidan
Valid Percent
Cumulative Percent
3
5.4
5.4
5.4
47
83.9
83.9
89.3
Dukun / Paraji Total
6
10.7
10.7
56
100.0
100.0
100.0
dukungan tenaga kesehatan Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang mendukung
11
19.6
19.6
19.6
mendukung
45
80.4
80.4
100.0
Total
56
100.0
100.0
Dukungan Keluarga Frequenc y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang mendukung
17
30.4
30.4
30.4
mendukung
39
69.6
69.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
Lampiran 4 Output Hasil Analisis Bivariat Crosstabs umur1 * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif umur1
< 20th atau > 35th
Count % within umur1
20th - 35th
4
13
69.2%
30.8%
100.0%
20
23
43
46.5%
53.5%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Count % within umur1
Total
9
Count % within umur1
Total
ASI eksklusif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.151
1.254
1
.263
2.112
1
.146
2.064 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.209 2.027
1
.155
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.27. b. Computed only for a 2x2 table
.131
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for umur1 (< 20th atau > 35th / 20th - 35th)
Lower
Upper
2.588
.690
9.700
1.488
.918
2.415
.575
.243
1.362
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56
paritas2 * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif paritas2
primipara
Count % within paritas2
multipara
Count % within paritas2
Total
Count % within paritas2
ASI eksklusif
Total
12
3
15
80.0%
20.0%
100.0%
17
24
41
41.5%
58.5%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.011
5.080
1
.024
6.912
1
.009
6.532 b
df
Asymp. Sig. (2-
.015
.011
Linear-by-Linear Association
6.415
b
N of Valid Cases
1
.011
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.23. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for paritas2 (primipara / multipara)
Lower
Upper
5.647
1.379
23.118
1.929
1.239
3.005
.342
.120
.971
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56
tingkat pendidikan ibu * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif tingkat pendidikan ibu
rendah
Count % within tingkat pendidikan ibu
tinggi
Count % within tingkat pendidikan ibu
Total
Count % within tingkat pendidikan ibu
ASI eksklusif
Total
16
4
20
80.0%
20.0%
100.0%
13
23
36
36.1%
63.9%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.002
8.239
1
.004
10.453
1
.001
9.919 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.002
Linear-by-Linear Association
9.742
b
N of Valid Cases
1
.002
.002
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.64. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for tingkat pendidikan ibu (rendah /
7.077
1.949
25.698
2.215
1.362
3.604
.313
.126
.778
tinggi) For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56
PekerjaanIbu * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif PekerjaanIbu
Bekerja
Count % within PekerjaanIbu
ASI eksklusif
Total
1
0
1
100.0%
.0%
100.0%
Tidak Bekerja
Count % within PekerjaanIbu
Total
28
27
55
50.9%
49.1%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Count % within PekerjaanIbu
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.330
.000
1
1.000
1.333
1
.248
.948 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.931
b
N of Valid Cases
1
.335
56
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI
1.964
1.515
2.546
eksklusif N of Valid Cases
56
pengetahuan ibu * pemberian ASI eksklusif
.518
Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif pengetahuan ibu
kurang
Count % within pengetahuan ibu
baik
Count % within pengetahuan ibu
Total
Count % within pengetahuan ibu
ASI eksklusif
Total
18
3
21
85.7%
14.3%
100.0%
11
24
35
31.4%
68.6%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
13.393
1
.000
16.762
1
.000
15.491 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
15.215
b
N of Valid Cases
1
.000
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.13. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pengetahuan ibu (kurang / baik)
Lower
Upper
13.091
3.179
53.907
2.727
1.622
4.585
.208
.071
.608
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pengetahuan ibu (kurang / baik)
Lower
Upper
13.091
3.179
53.907
2.727
1.622
4.585
.208
.071
.608
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56
tempat persalinan ibu * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif tempat persalinan ibu
Non Faskes
Count % within tempat persalinan ibu
Faskes
persalinan ibu Total
1
13
92.3%
7.7%
100.0%
17
26
43
39.5%
60.5%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Count % within tempat persalinan ibu
Total
12
Count % within tempat
ASI eksklusif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.001
9.121
1
.003
11.134 b
df
Asymp. Sig. (2-
Likelihood Ratio
12.797
1
.000
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear Association
10.935
b
N of Valid Cases
1
.001
.001
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.27. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for tempat persalinan ibu (Non Faskes /
18.353
2.182
154.379
2.335
1.563
3.489
.127
.019
.849
Faskes) For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56
Penolong Persalinan Ibu * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif Penolong Persalinan Ibu
Non Nakes
Count % within Penolong Persalinan Ibu
Nakes
Count % within Penolong Persalinan Ibu
Total
Count % within Penolong Persalinan Ibu
ASI eksklusif
Total
6
0
6
100.0%
.0%
100.0%
23
27
50
46.0%
54.0%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.012
4.281
1
.039
8.567
1
.003
6.257 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.024
Linear-by-Linear Association
6.145
b
N of Valid Cases
1
.015
.013
56
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI
2.174
1.610
2.935
eksklusif N of Valid Cases
56
dukungan tenaga kesehatan * pemberian ASI eksklusif Crosstab pemberian ASI eksklusif
dukungan tenaga kesehatan
kurang mendukung
Count
Tidak ASI
ASI
eksklusif
eksklusif
Total
11
0
11
100.0%
.0%
100.0%
% within dukungan tenaga kesehatan
mendukung
Count
18
27
45
40.0%
60.0%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
% within dukungan tenaga kesehatan Total
Count % within dukungan tenaga kesehatan
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
10.455
1
.001
16.990
1
.000
12.745 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
12.517
b
N of Valid Cases
1
.000
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.30. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif N of Valid Cases
Lower
2.500 56
1.748
Upper 3.576
.000
Dukungan keluarga * pemberian ASI eksklusif Crosstabulation pemberian ASI eksklusif
dukungan keluarga
kurang mendukung
Tidak ASI
ASI
eksklusif
eksklusif
Count
Total
16
1
17
94.1%
5.9%
100.0%
13
26
39
33.3%
66.7%
100.0%
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
% within dukungan keluarga mendukung
Count % within dukungan keluarga
Total
Count % within dukungan keluarga
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
15.170
1
.000
20.307
1
.000
17.520 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.000 17.207
1
.000
56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.20. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for dukungan keluarga (kurang mendukung
32.000
3.814
268.511
2.824
1.783
4.470
.088
.013
.598
/ mendukung) For cohort pemberian ASI eksklusif = Tidak ASI eksklusif For cohort pemberian ASI eksklusif = ASI eksklusif N of Valid Cases
56