Al-quran

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Al-quran as PDF for free.

More details

  • Words: 5,557
  • Pages: 28
almanhaj.or.id - Al-Qur'an Apa Hukum Membaca Al-Qur'an Apa Hukum Membaca Al-Qur'an Selasa, 30 Maret 2004 08:56:51 WIB APA HUKUM MEMBACA AL-QUR’AN Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah hukum membaca Al-Qur’an, wajib atau sunnah, karena kami sering ditanya tentang hukumnya. Di antara kami ada yang mengatakan bahwa hukumnya tidak wajib, bila membacanya tidak mengapa dan jika tidak membacanya tidak apa-apa. Bila pernyataan itu benar tentu banyak orang yang meninggalkan Al-Qur’an, maka apa hukum meninggalkannya dan apa pula hukum membacanya ?

Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga terlipah kepada RasulNya, keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Yang disyariatkan sebagai hak bagi orang Islam adalah selalu menjaga untuk membaca Al-Qur’an dan melakukannya sesuai kemampuan sebagai pelaksanaan atas firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an)” [Al-Ankabut : 45] Dan firmanNya. “Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Qur’an)” [Al-Kahfi : 27] Juga firmanNya tentang nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Artinya : Dan aku perintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri. Dan supaya aku membaca Al-Qur’an (kepada manusia)” [An-Naml : 91-92] Dan karena sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia datang memberi syafa’at bagi pembacanya di hari Kiamat” [Dikeluarkan oleh Muslim no. 804, dalam Shalat Al-Musafirin wa Qashruhu, bab II dari hadits Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu ‘anhu] Seharusnya seorang muslim itu menjauhi dari meninggalkannya dan dari memutuskan hubungan dengannya, walau dengan cara apapun bentuk meninggalkan itu yang telah disebutkan oleh para ulama dalam menafsirkan makna hajrul Qur’an. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata di dalam Tafsinya (Tafsir Ibnu Katsir 6/117) : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman memberi khabar tentang Rasul dan NabiNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berkata.

Hal. 1

almanhaj.or.id - Al-Qur'an “Artinya : Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” [Al-Furqan : 30] Itu karena orang-orang musyrik tidak mau diam memperhatikan dan mendengarkan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Dan orang-orang yang kafir berkata,’Janganlah kamu mendengarkan Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya” [Fushishilat : 26] Bila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka membuat gaduh, hiruk pikuk dan perkataan-perkataan lain sehingga tidak mendengarnya, ini termasuk makna hujran Al-Qur’an. Tidak beriman kepadanya dan tidak membenarkannya termasuk makna hujran. Tidak men-tadabburi dan tidak berusaha memahaminya termasuk hujran. Tidak mengamalkannya, tidak melaksanakan perintahnya dan tidak menjauhi larangan-larangan termasuk makna hujran. Berpaling darinya kepada hal lain, baik berupa sya’ir, percakapan, permainan, pembicaraan atau tuntunan yang diambil dari selain Al-Qur’an, semua itu termasuk makna hujran. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 8-11. Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=559&bagian=0

Hal. 2

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Bila Engkau Membaca Al-Qur'an Mintalah Perlindungan Kepada Allah Dari Godaan Setan Yang Terkutuk Bila Engkau Membaca Al-Qur'an Mintalah Perlindungan Kepada Allah Dari Godaan Setan Yang Terkutuk Kamis, 1 April 2004 10:46:09 WIB BILA ENGKAU HENDAK MEMBACA AL-QUR’AN MINTALAH PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI GODAAN SETAN YANG TERKUTUK

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Sesungguhnya saya berusaha untuk membaca Al-Qur’an Al-Karim dan saya sangat mencintai Kitab Allah (ini), namun dada saya terasa sempit (sesak) sehingga tidak bisa menyelesaikan bacaannya, maka bagaimanakah solusinya ?

Jawaban. Solusinya adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” [An-Nahl : 98-100] Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita panduan sebelum memulai membaca Al-Qur’an, yaitu ‘kita memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk’, dengan tujuan agar Allah mengusir musuh (kita) ini dari bacaan tersebut serta menjauhkannya dari kita. Dan hendaklah anda men-tadabburi-nya, karena bila anda men-tadabburi-nya, maka ini mendatangkan kekhusyu’an dan membuat anda senang (dan cinta) terhadap Al-Qur’an Al-karim. Janganlah menyelesaikan satu surat atau satu juz menjadi tujuan pokok anda, tapi hendaklah yang anda cari sebagai maksud pokok adalah tadabbur serta tafakkur dalam ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sedang and baca. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan bacaan pada shalat malam, bila melewati ayat rahmat, beliau berhenti dan memohon kepada Allah dan bila ayat berkenaan dengan adzab dilewati, beliau berhenti dulu dan meminta perlindungan kepada Allah. Semua ini menunjukkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dengan tadabbur dan sepenuh hati.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 15-16 Darul Haq]

Hal. 3

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=572&bagian=0

Hal. 4

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Cara Yang Paling Mudah Menghafal Al-Qur'an Cara Yang Paling Mudah Menghafal Al-Qur'an Minggu, 30 Januari 2005 08:57:22 WIB CARA YANG PALING MUDAH UNTUK MENGHAFAL AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apa nasihat anda kepada para pemuda dalam menempuh cara yang paling mudah untuk menghafal Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala ? Jawaban. Al-Qur’an itu dimudahkan dan sangat mudah menghafalnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” [Al-Qamar : 17] Dan yang menentukan adalah kemauan orang dan ketulusan niatnya. Bila dia memiliki kemauan yang tulus dan keseriusan terhadap Al-Qur’an, maka Allah akan memudahkan dia untuk menghafalnya dan memudahkan Al-Qur’an untuk dihafal. Ada beberapa hal yang membantu dalam mengahaflnya, seperti mengkhususkan waktu yang sesuai setiap hari. Engkau belajar kepada guru Al-Qur’an di masjid dan Alhamdulillah guru-guru Al-Qur’an sekarang sangat banyak (di Saudi, -pent). Engkau tidak mendapatkan satu perkampungan melainkan pasti di dalamnya ada orang yang mengajarkan Al-Qur’an. Ini kesempatan yang mulia sekali yang zaman dahulu belum pernah terjadi. Maka seharusnya saudara kita ini memilih halaqah atau guru yang ada itu dan selalu hadir bersama guru tersebut sampai hafalannya tamat. Engkau juga harus mengulang-ulang apa yang telah engkau baca, dua kali, tiga kali dan seterusnya, sampai hafalan itu melekat di hati dan ingatanmu. Dan kewajibanmu adalah mengamalkan Kitab Allah ini, karena hal itu merupakan wasilah (sarana) yang paling agung untuk mempelajarinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan bertakwalah kamu kepada Allah : Allah mengajarmu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Al-Baqarah : 282]

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun

Hal. 5

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 32-34 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1325&bagian=0

Hal. 6

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Diantara Cara Menghafal Al-Qur'an Adalah Mengulang-Ulang Dan Menjaganya Diantara Cara Menghafal Al-Qur'an Adalah Mengulang-Ulang Dan Menjaganya Selasa, 13 April 2004 08:06:16 WIB DIANTARA CARA MENJAGANYA

MENGHAFAL

AL-QUR’AN

ADALAH

MENGULANG-ULANG

DAN

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana cara menjaga hafalan Al-Qur’an saya ? Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Di antara cara menghafal Al-Qur’an adalah selalu mengulang-ulang dan menjaganya, juga bersungguh-sungguh, ikhlas, berkeinginan keras untuk menghafalnya, memahaminya dan men-tadabburi-nya serta ber-tadharru’ (memelas) dan memohon taufiq (kemudahan) untuk hal itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati-hatilah dari perbuatan maksiat serta bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dosa-dosa maksiat yang pernah dilakukan. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 18-19 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=620&bagian=0

Hal. 7

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Disunnahkan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an Disunnahkan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an Rabu, 31 Maret 2004 11:46:25 WIB DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah membaca Al-Qur’an itu wajib atau sunnah ? Dan apa hukum meninggalkannya, apakah haram atau makruh ?.

Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, di-tadabburi, diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya. Manusia terkadang suka meninggalkan Al-Qur’an, dia tidak beriman, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikannya. Terkadang dia mengimaninya, namun tidak mempelajarinya. Terkadang dia mempelajarinya, namun tidak membacanya. Terkadang dia membacanya, namun tidak men-tadabburinya. Terkadang tadabbur sering ia lakukan, namun ia tidak mengamalkannya. Ia tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya. Dia tidak menjadikannya sebagai sandaran dan rujukan hukum. Dia juga tidak berobat dengannya dari penyakit-penyakit hati dan jasmani. Maka hajrul Qur’an (meninggalkan Al-Qur’an) terjadi dari seseorang sesuai dengan kadar keberpalingan dia darinya, sebagaimana yang telah dijelaskan. Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah dalam (rangka menyelamatkan) dirinya dan hendaknya dia berkemauan keras untuk mengambil manfaat dari Al-Qur’an dalam segala hal yang memungkinkan serta hendaklah dia mengetahui bahwa dia akan kehilangan dari mendapatkan kebaikan sesuai kadar hujran yang dia lakukan. Adapun membacanya, maka itu disyari’atkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

TIDAK PATUT MENINGGALKAN MEMBACA AL-QUR’AN

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seorang telah belajar membaca Al-Qur’an, akan tetapi sudah lewat satu tahun dia tidak membacanya lagi. Apa hukum syari’at terhadap meninggalkannya itu.

Hal. 8

almanhaj.or.id - Al-Qur'an

Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan sahabatnya, wa ba’du. Tidak pantas (tidak patut) hal itu terjadi dan kewajiban ahli ilmu yang berada di sekitarnya menasihati dia dan menjelaskan keutamaan membacanya, men-tadabburi-nya dan mengambil pelajaran darinya. Mudah-mudahan dia menerima nasihat itu dan mau membacanya lagi. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 8-15. Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=566&bagian=0

Hal. 9

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Hukum Membaca Al-Qur'an Bagi Yang Sedang Junub Hukum Membaca Al-Qur'an Bagi Yang Sedang Junub Kamis, 22 Juli 2004 21:20:23 WIB HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BAGI YANG SEDANG JUNUB

Oleh Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'

Pertanyaan Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apa hukumnya membaca Al-qur'an dengan hafalan atau dengan melihat mushaf bagi orang yang sedang junub? Jawaban Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Qur'an sebelum ia mandi junub, baik dengan cara melihat Al-Qur'an ataupun yang sudah dihafalnya. Dan tidak boleh baginya membaca Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci yang sempurna , yaitu suci dari hadats yang paling besar sampai hadats yang paling kecil. [Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta',5/328] HUKUM MENYENTUH BUKU ATAU MAJALAH YANG DIDALAMNYA TERDAPAT AYAT-AYAT SUCI AL-QUR'AN BAGI WANITA HAIDH

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah diharamkan bagi orang yang sedang junub, atau haidh untuk menyentuh buku-buku serta majalah-majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Jawaban Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur'an , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Qur'an . [Majmu' Fatawa wa Rasai'il Asy-syaikh Ibnu Utsaimin]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan hal.64 terbitan Darul Haq Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

Hal. 10

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=931&bagian=0

Hal. 11

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Hukum Membaca Al-Qur'an Bersama-Sama Hukum Membaca Al-Qur'an Bersama-Sama Kamis, 24 Juni 2004 21:25:39 WIB HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA

Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz.

Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya memvaca Al-Qur'an haruslah dengan tatacara sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkannya bersama para sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para sahabatnya bahwa mereka membacanya dengan cara bersama-sama denga satu suara. Akan tetapi mereka membacanya sendiri-sendiri, atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya. Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Al-khulafa'ur Rasyidin setelahku" [Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no 42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh Radhiyallahu anhu, ... dst] Sabda beliau lainnya. "Artinya : Barangsiapa mengada-ngadakan dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia itu tertolak" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab 'Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash Shulh Mardud' dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab 'Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umur' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha] Dalam riwayat lain disebutkan. "Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha] Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan kepada Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Ia berkata kepada beliau,"Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacakan Al-Qur'an di hadapanmu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan

Hal. 12

almanhaj.or.id - Al-Qur'an kepadamu?" Beliau menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain". [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5050, dalam Fadhailul Qur'an, bab 'Barangsiapa mendengarkan Al-Qur'an dari orang selainnya' dari hadits Abdullah bin Mas'ud, .... dst]

BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA Jika yang dimaksudkan adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara dengan 'waqaf' dan berhenti yang sama, maka ini tidaklah disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun dari para sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut tidak apa-apa. Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah seorang membaca sedang yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing membaca sendiri-sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini disyariatkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda. "Artinya : Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-mahkluk yang ada di sisiNya" [Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 2699 dalam kitab Dzikir dan Do'a, bab 'Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Aladz Dzikir dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Lihat juga Fatawa Lajnah Da'imah no. 3302]

[Disalin dari kitab Bida'u An-Naasi fil Al-Qur'an, edisi Indonesia Penyimpangan Terhadap Al-Qur'an hal 8-12, Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=852&bagian=0

Hal. 13

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Kami Wasiatkan Kepada Setiap Muslim Agar Mendidik Anak-Anaknya Untuk Menghafal Al-Qur'an Kami Wasiatkan Kepada Setiap Muslim Agar Mendidik Anak-Anaknya Untuk Menghafal Al-Qur'an Kamis, 22 April 2004 09:07:31 WIB KAMI MEWASIATKAN KEPADA SETIAP ORANG (MUSLIM) AGAR MENDIDIK ANAK-ANAKNYA UNTUK MENGHAFAL AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Pertanyaan. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Sebagaimana yang anda ketahui bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu mempunyai peranan penting yang tampak jelas dalam perilaku keluarga muslim dan masyarakat. Apakah Anda mempunyai saran dalam hal yang penuh berkah ini, terutama dikarenakan kaum muslimin tidak mempunyai keinginan untuk memasukkan anak-anaknya ke dalam halaqah jama’ah tahfizh Al-Qur’an.? Jawaban. Sungguh engkau sangat bagus wahai penanya dan tidak ada tambahan lagi atas apa yang telah engkau sebutkan. Tidak ragu lagi bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah, dan hanya membacanya karena Allah bisa mendapatkan pahala, sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka dia mendapat satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat, saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf” [Hadits dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dari Abdullah Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu no. 2910 Kitab Fadhail Al-Qur’an, bab: 16. Imam At-Tirmidzi berkata : Ini hadits hasan shahih, hadits ini dishahihkan juga oleh Al-Albani, lihat Shahih Al-Jami 5/340] Jika halnya seperti ini maka seharusnya setiap muslim itu memperhatikan Al-Qur’an, memperhatikan membacanya, tajwidnya dan selalu sering membacanya agar dia termasuk dalam golongan orang-orang yang membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya, seyogyanya menetapkan jadwal harian untuk membacanya, sehingga tidak ada hari yang berlalu tanpa membaca Al-Qur’an. Bila dia mempunyai waktu khusus seperti ba’da shalat Shubuh dan ba’da shalat Maghrib, dia mengambil mushaf dan terus membacanya –bila tidak hafal- dia membaca apa yang mudah baginya setiap hari. Dengan cara seperti ini berarti dia telah memperhatikan Al-Qur’an dan tidak meninggalkannya, karena sesungguhnya Allah mencela orang-orang yang meninggalkannya di dalam firmanNya. “Artinya : Dan Rasul berkata, “Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang diacuhkan” [Al-Furqan : 30] Artinya mereka berpaling dari Al-Qur’an. Meninggalkannya adalah berpaling darinya, tidak membacanya sesuai dengan yang semestinya dan lain-lain,

Hal. 14

almanhaj.or.id - Al-Qur'an ini berhubungan dengan orang awam. Begitu juga kami wasiatkan kepada orang muslim yang baik terhadap dirinya sendiri dan yang cinta kepada sesama, agar mendidik anak-anaknya untuk menghafal Kitab Allah semenjak usia dini, menjadikan mereka cinta terhadap Kitab Allah dan mengajarkannya sejak kecil sehingga mereka tumbuh terdidik di atas pemahaman Kitab Allah. Sesungguhnya Jam’iyah Khairiyah banyak tersebar di negeri ini (Saudi Arabia), di setiap daerah ada sekolah untuk pengajaran Al-Qur’an. Anak-anak –biasanya- mempunyai waktu senggang di sore hari setelah ba’da Ashar, mereka tidak mempunyai kesibukan, oleh sebab itu si ayah seharusnya membawa anak-anaknya dan menggabungkan mereka pada sekolah-sekolah ini serta mendorong dan memberi semangat mereka untuk hal itu meskipun dengan diiming-imingi hadiah untuk hadir di sana dan menghafalnya. Dengan hal seperti itu berarti Allah Ta’ala memberi manfaat terhadap mereka dan mereka memberi manfaat terhadap orang tuanya. Pembicaraan tentang manfaat ini sudah dikenal oleh semua (orang), bukan di sini tempat bagi penjelasannya. [Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 22-24 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=655&bagian=0

Hal. 15

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Ketidak Hafalannya Atas Al-Qur'an Dima'afkan Ketidak Hafalannya Atas Al-Qur'an Dima'afkan Jumat, 16 April 2004 08:58:43 WIB KETIDAK HAFALANNYA ATAS AL-QUR’AN DIMA’AFKAN

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukumnya bagi orang yang sering membaca Al-Qur’an Al-Karim, namun karena daya ingatnya lemah, dia tidak bisa menghafalnya ? Apa pula hukum orang yang menghafal Al-Qur’an dan melupakannya, seperti orang (pelajar) yang menghafalnya untuk tujuan ikhtibar (ujian), apakah itu berdosa.? Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Orang yang banyak membaca Al-Qur’an, namun dia tidak menghafalnya karena daya ingatnya lemah, maka dia itu mendapatkan pahala atas bacaannya itu dan dimaafkan ketidak-hafalannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Maka bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian” [At-Thagabun : 16] Adapun orang yang menghafal Al-Qur’an, misalnya untuk ujian, kemudian dia lupa, maka dia telah berbuat kesalahan dan telah lepas darinya kebaikan yang banyak. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 19-20 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=633&bagian=0

Hal. 16

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Kewajiban Bagimu Adalah Belajar Membaca Al-Qur'an Kewajiban Bagimu Adalah Belajar Membaca Al-Qur'an Jumat, 18 Maret 2005 17:58:31 WIB KEWAJIBAN BAGIMU ADALAH BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Sesungguhnya saya sering membaca Al-Qur’an Al-Karim, namun tidak bagus (menerapkan) hukum-hukum (tajwid)-nya, sering keliru dalam membaca. Apakah saya berdosa dengan melakukan perbuatan itu ? Jawaban Merupakan suatu kewajiban atas setiap orang muslim mempelajari cara tilawah Al-Qur’an sampai dia mengusai dan membacanya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sesuai dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya. Dia membacanya sesuai dengan kemampuan, bila memungkinkan membacanya dengan tenang dan diulang-ulang sehingga betul-betul benar, maka dia mendapat dua pahala, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan sabdanya. “Artinya : Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia terbata-bata didalamnya serta dia mengalami kesulitan, dia itu mendapat dua pahala..”[1] Maka anda wahai saudaraku, bersabarlah dan tenang, ulang-ulanglah per kata beberapa kali sampai anda mampu mengucapkannya sesuai dengan apa yang semestinya, meskipun anda mengalami kesulitan, karena pahalanya sangat besar. Janganlah anda coba-coba untuk tergesa-gesa dan melantunkan Al-Qur’an dengan tidak peduli apakah salah atau benar, hal seperti ini termasuk menghina firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita mengetahui bahwa ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya sebagaimana kita membacanya dengan huruf-huruf dan harakat-harakat ini dan Jibril Alaihis salam menerimanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Jibril menyampaikannya (melalui wahyu) ke dalam hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti apa yang diterima dari Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas” [Asy-Syu’ara : 192-195]

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 41-43 Darul Haq]

Hal. 17

almanhaj.or.id - Al-Qur'an _________ Foote Note [1] Hadits Riwayat Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(896), Kitab Shalah Al-Musafirin wa Qashruha bab 38

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1377&bagian=0

Hal. 18

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Membaca Al-Qur'an Bagi Wanita Haid Membaca Al-Qur'an Bagi Wanita Haid Senin, 12 Juli 2004 22:18:15 WIB MEMBACA AL-QUR'AN BAGI WANITA HAID

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kami pernah mendengar fatwa Anda yang menyatakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haid adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali untuk suatu kebutuhan, mengapa tidak membaca Al-Qur'an yang lebih utama, sementara dalil-dalil yang ada menunjukkan hal yang bertentangan dengan yang Anda katakan ? Jawaban Saya tidak tahu yang dimaksud oleh penanya, apakah ia menginginkan dalil-dalil yang dijadikan alasan oleh yang melarangnya ataukah penanya ini mnginginkan dalil-dalil yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Qur'an, tapi yang perlu saya sampaikan di sini adalah bahwa ada beberapa hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda. "Artinya : Wanita haidh tidak boleh membaca suatu apapun dari Al-Qur'an". Akan tetapi hadits-hadits seperti ini yang menyatakan larangan bagi wanita haidh untuk membaca Al-Qur'an bukan hadits-hadits shahih, jika hadits-hadits tersebut bukan hadits-hadits shahih, maka hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak boleh melarang wanita haidh membaca Al-Qur'an hanya berdasarkan hadits-hadits yang tidak shahih ini, tapi adanya hadits-hadits seperti ini menjadikan adanya syubhat, maka berdasarkan inilah kami katakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali jika hal itu dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasi-situasi lain yang serupa dengan guru dan pelajar itu. [Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Makki, Ibnu Utsaimin, 2/278]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, hal. 60-61 terbitan Darul Haq penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=902&bagian=0

Hal. 19

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Mengakhiri Bacaan Al-Qur'an Dengan Shadaqallahul Adzhiim Mengakhiri Bacaan Al-Qur'an Dengan Shadaqallahul Adzhiim Minggu, 27 Juni 2004 20:33:46 WIB MENGAKHIRI BACAAN AL-QUR’AN DENGAN SHADAQALLAHUL ADZHIIM

Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertanyaan. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Bagaimanakah pendapat Anda orang yang mengakhiri bacaan Al-Qur'an dengan (ucapan) 'Shadaqallahul 'Adzhiim?' Apakah kalimat ini ada dasarnya dalam syari'at ? Dan apakah orang yang Mengucapkannya boleh dikatakan sebagai seorang ahli bid'ah ?" Jawaban. Kami tidak ragu, bahwa kebiasaan ini (mengucapkan 'Shadaqallahul 'Adzim setelah membaca Al-Qur'an) adalah termasuk bid'ah yang diada-adakan, yang tidak terdapat pada masa As-Salafus Shalih. Dan patut diperhatikan bahwa bid'ah dalam agama itu tidak boleh ada. Karena bid'ah pada asalnya tidak dikenal (diketahui). Walaupun bid'ah itu kadang-kadang diterima di masyarakat dan dianggap baik, tetapi dia tetap dinamakan bid'ah yang sesat. Sebagaimana diisyaratkan oleh Abdullah bin Umar. "Artinya : Setiap bid'ah adalah sesat, meski manusia memandangnya baik". Ucapan : "Shadaqallahul 'Adzhiim (Benarlah apa yang difirmankan Allah Yang Maha Agung) adalah suatu ungkapan yang indah dan tepat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Artinya : Dan siapakah yang lebih benar perkataan-Nya daripada Allah?" [An-Nisaa : 122] Akan tetapi jika setiap kali kita membaca sepuluh ayat kemudian diikuti dengan membaca Shadaqallahul Adzhiim, saya kuatir suatu hari nanti bacaan Shadaqallahul Adzhiim setelah membaca ayat-ayat Al-Qur'an menjadi seperti bacaan shalawat setelah adzan. Sebagian lain dari mereka mensyariatkan bacaan ini berdasarkan firman Allah Subahanahu wa Ta'ala. "Artinya : Katakanlah ; Shadaqallah (Benarlah apa yang difirmankan Allah)" [Ali Imran : 95] Mereka ini adalah seperti orang-orang yang membolehkan dzikir dengan membaca : Allah... Allah .... Allah [1], dengan (dalil) firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Artinya : Katakanlah : Allah ...." [Ar-Ra'd : 16]

Hal. 20

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Maka firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Katakanlah : Benarlah (apa yang difirmankan) Allah" tidak bisa dijadikan dalil tentang bolehnya mengucapkan 'Shadaqallahul Adzhiim setelah selesai membaca Al-Qur'an.

[Dislain dari Kitab Majmu'ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarrah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Albani.Fatwa-Fatwa Albani, hal 37-38, Pustaka At-Tauhid] _________ Foote Note. [1] Yaitu kaum sufi atau semisalnya yang sesat, padahal tidak ada sama sekali dalil atas apa yang mereka dakwahkan ini, yaitu tentang bolehnya dzikir dengan lafal : 'Allah' saja, sebagaimana tampak dengan jelas bagi mereka yang memperhatikan jalannya ayat yang mereka bawakan sebagai hujjah -pent-

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=864&bagian=0

Hal. 21

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Orang Yang Mahir Membaca Al-Qur'an Bersama Para Malaikat Yang Mulia Orang Yang Mahir Membaca Al-Qur'an Bersama Para Malaikat Yang Mulia Sabtu, 10 April 2004 07:19:05 WIB ORANG YANG MAHIR MEMBACA AL-QUR’AN BERSAMA PARA MALAIKAT YANG MULIA

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Saya membaca Al-Qur’an dan tidak mampu menghafalnya, apakah saya mendapat pahala ? Jawaban. Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Orang yang membaca Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya serta mengamalkannya pasti dia diberi pahala, meskipun tidak menghafalnya, sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala” [Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38]

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 17-18 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=610&bagian=0

Hal. 22

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an Rabu, 22 September 2004 22:45:17 WIB PERBAIKILAH NIAT ANDA DAN PERBANYAKLAH MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an. Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ? Jawaban Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33] Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap). Ringkasnya adalah : [1] Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman. “Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282] [2] Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an). [3] Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 30-31 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1038&bagian=0

Hal. 23

almanhaj.or.id - Al-Qur'an

Hal. 24

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an Rabu, 22 September 2004 22:45:17 WIB PERBAIKILAH NIAT ANDA DAN PERBANYAKLAH MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an. Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ? Jawaban Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33] Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap). Ringkasnya adalah : [1] Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman. “Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282] [2] Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an). [3] Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 30-31 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1038&bagian=0

Hal. 25

almanhaj.or.id - Al-Qur'an

Hal. 26

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Seyogyanya Menjaga Hafalan Al-Qur'an Sehingga Tidak Lupa Seyogyanya Menjaga Hafalan Al-Qur'an Sehingga Tidak Lupa Sabtu, 5 Juni 2004 08:41:58 WIB SEYOGYANYA MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN SEHINGGA TIDAK TERLUPAKAN.

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan siksa atau tidak ? Jawaban. Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Artinya : Jangalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari ikatannya” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33] Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka dia tidak berdosa. Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 26-27 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=779&bagian=0

Hal. 27

almanhaj.or.id - Al-Qur'an Seyogyanya Terus Menerus Dalam Menghapal Al-Qur'an Seyogyanya Terus Menerus Dalam Menghapal Al-Qur'an Kamis, 20 Mei 2004 07:55:42 WIB SEYOGYANYA TERUS MENERUS DALAM MENGHAPAL AL-QUR’AN

Oleh Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan. Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seseorang telah hafal lima juz dari Al-Qur’an, namun karena banyak kesibukan, dia tidak memuraja’ah hafalannya dalam tempo waktu yang cukup lama sehingga hafalannya hilang dan ia lupa. Bagaimana hukumnya, apakah berdosa ? Apakah ada hadits-hadits yang mengancam hal seperti ini ?

Jawaban. Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du. Orang tersebut perlu dinasehati dan di dorong supaya kembali mempelajari Al-Qur’an seluruhnya, membacanya, men-tadabburi-nya dan mengamalkannya. Dia juga perlu diperingatkan terhadap akibat buruk dari terlalu menyibukkan diri dengan dunia sehinga melupakan urusan agamanya. Adapun hadits yang mengandung ancaman terhadap orang yang telah hafal Al-Qur’an lalu dia lupa adalah hadits dha’if. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 20-21 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=738&bagian=0

Hal. 28

Related Documents

Alquran
June 2020 44
Muhammad Alquran
April 2020 34
Alquran Full
November 2019 63
Digital-alquran
November 2019 44
Rahasia Alquran
June 2020 32
Psikologi Alquran
April 2020 42