»»Q.S. AL-ANFAL : 72««
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." Ayat ini menyinggung ikatan perjanjian tersebut, yang telah menciptakan ikatan persahabatan yang kuat antara kaun Anshar dan Muhajirin. Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik, yaitu: 1) Berhijrah dari lingkungan kufur, syirik dan dosa untuk menjaga agama dan melaksanakan tugas-tugas agama merupakan suatu perkara yang diharuskan. 2) Perjanjian dan perbatasan antara negara tidaklah menghalangi seorang muslim untuk melakukan tugas-tugas agamanya. Jika ada seorang muslim yang berada di negara lain
dalam kondisi teraniaya dan meminta pertolongan kepada kita, kita sebagai saudara sesama muslim harus memberikan pertolongan kepadanya. 3) Berpegang teguh pada perjanjian yang dijalin, termasuk dengan kaum kafir sekalipun adalah sebuah keharusan. Selama pihak lain juga komitmen terhadap janji mereka.
Pada ayat ini disebutkan 3 golongan diantara 4 golongan: a. Golongan yang mempunyai derajat yang tertinggi dan mulia disisi Allah yaitu kaum Muhajirin yang pertama berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW. b. Golongan kaum Anshar di Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada Nabi Muhammad SAW. c. Golongan kaum Muslim yang tidak berhijrah ke Madinah.
KANDUNGAN SURAH AL-ANFAL [8] AYAT 72
Pada Surah Al-Anfal [8] Ayat 72 disebutkan tiga golongan antara lain : Golongan Muhajirin,Golongan Anshor dan golongan kaum muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
Golongan pertama ialah yang memperoleh derajat tertinggi dan mulia di sisi Allah yaitu kau mMuhajirin yang pertama-tama berhijrah bersama Nabi Muhammad saw. ke Madinah dan orangorang yang menyusul berhijrah kemudian yaitu berhijrah sebelum terjadinya perang Badar.Se mua kekerasan dan kekejaman yang ditimpakan kepada kaum Muhajirin ini disambut dengan sabar dan tabah dan tidak dapat menggoyahkan keimanan mereka sedikit pun. Mereka tetapb ertahan dan berjuang membela agama yang hak dan bersedia berkorban dengan harta dan jiwa,bahkan mereka bersedia meninggalk an kampung halaman, anak, istri dan harta benda mereka.Oleh sebab itu mereka diberi sebuta
n oleh Allah dengan keistimewaan, pertama "beriman",kedua "berhijrah", ketiga "berjuang de ngan harta dan benda di jalan Allah".
Golongan kedua ialah: "Kaum Ansar" di Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepadaNabi saw. dan mereka berjanji kepada Nabi dan kaum Muhajirin akan samasama berjuang dijalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan, untuk itu mereka siapberkorban dengan harta dan jiwa. Nabi Muhammad saw. menanamkan rasa ukhuwah Islamiahantara kedua golongan ini sehingga kaum Ansar m emandang kaum Muhajirin sebagai saudaraketurunannya, masingmasing golongan dapat mewarisi. Karena itu Allah memberikan duasebutan kepada mereka, pertama "memberi tempat kediaman" dan kedua "penolong danpembantu" dalam hal ini pula mereka dinamai "kaum Ansar". Seakanakan kedua golongan inikarena akrabnya hubungan telah menjadi satu, sehingga tidak ada la gi perbedaan hak dankewajiban di antara mereka. Karena itu Allah telah menetapkan bahwa hubungan antara sesamamereka adalah hubungan karib kerabat, hubungan setia kawan, masi ngmasing merasaberkewajiban membantu dan menolong satu sama lainnya bila ditimpa suatu b ahaya ataumalapetaka. Mereka saling tolong-menolong, saling nasihatmenasihati dan tidak akanmembiarkan orang lain mengurus urusan mereka, hanya dari kalan gan merekalah diangkatpemimpin bilamana mereka membutuhkan pemimpin yang akan men anggulangi urusan mereka.
Golongan ketiga ialah: golongan kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka t etapsaja tinggal di negeri yang dikuasai oleh kaum musyrikin seperti orang mukmin yang ber ada diMekah dan beberapa tempat di sekitar kota Madinah. Mereka tidak dapat disamakan de ngankedua golongan Muhajirin dan Ansar karena mereka tidak berada dikalangan masyaraka t Islam,tetapi berada di kalangan masyarakat musyrikin. Maka hubungan antara mereka deng an kaumMuslimin di Madinah tidak disamakan dengan hubungan antara mukmin Muhajirin dan Ansardalam masyarakat Islam. Kalau hubungan antara sesama mukmin di Madinah sang
at erat sekalibahkan sudah sampai kepada tingkat hubungan karib kerabat dan keturunan, ma ka hubungandengan yang ketiga ini hanya diikat dengan keimanan saja. Demikianlah hubung an antara duagolongan pertama dengan golongan ketiga ini, yang harus diperhatikan dan diamalkan danmereka harus bertindak sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan Allah. Allahselalu melihat dan mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
Inti dari Ayat tersebut adalah; prasangka yang terlarang/dilarang adalah prasangka yang tidak memiliki tanda dan sebab yan gpasti. Maksudnya, bila orang yang kita curigai itu pada zahirnya baik, tidak ada cerita/infor masisebelumnya tentang keburukan yang dia pernah lakukan, maupun tabiatnya yang meman gtercela, serta memang orang tersebut adalah orang yang "baik" maka kita tidak bolehberprasangka buruk kepada orang tersebut. Berbeda bila orang te rsebut memang terkenal akankeburukannya, suka menipu, suka berbuat onar, mencari masala h, yang pada intinya orangtersebut memang terkenal dengan tabiat buruknya, suka berbuat kebu rukan terang-terangan,maka diperbolehkan kita berhatihati dan tidak mudah/langsung percaya terhadap apa yangdikatakannya/informasinya (harus dilakukan cek dan ricek kebenaran berita tersebut)
PRILAKU YANG MENCERMINKAN KANDUNGAN SURAH AL-ANFAL
Dari kandungan Surah al-anfal [8] ayat 72 dijelaskan beberapa contoh jihad yang dilakukan kaum muslimin, antara lain sebagai berikut. a.) Rela berkorban demi membela tegaknya syariat Islam meski harus mengorbankan harta, jiwa, dan tenaga. b.) Lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. c.) Tolong-menolong antar sesama muslim. Seperti, memberi tempat tinggal kepada korban bencana, memberikan bantuan berupa harta maupun tenaga, dan memberikan sedekah kepada fakir miskin di sekitar kita. d.) Membina ukhuwah antar sesama muslim dengan cara mempererat tali silaturahmi.
»»Q.S. AL-HUJURAT : 12««
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." Ayat ini telah menegaskan atau melarang melakukan dugaan buruk yang tanpa mendasar, karena akan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Dengan menghindari dugaan dan prasangka buruk, maka kita akan hidup tenang dan tentram serta produktif. Ayat tersebut juga membentengi setiap anggota masyarakat dari tuntutan terhadap yang baru bersifat prasangka.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turut berkenaan dengan Salman Al-Farisi yang apabila ia telah selesai makan maka ia langsung suka tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada yang menggunjing perbuatannya, maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.
»»Q.S AL-HUJURAT : 10««
ALLAH SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara". Siapapun asalkan Mukmin, adalah saudara, sebab, dasar ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan akidah.
Ayat ini menghendaki ukhuwah kaum Mukmin harus benar-benar kuat, lebih kuat daripada persaudaraan karena nasab. Hal itu tampak dari: 1) Pertama, digunakannya kata ikhwah dan kata ikhwan yang merupakan jamak dari kata akh(un) yang berarti saudara. Kata ikhwah dan kata ikhwan dalam pemakaian bisa saling menggantikan. 2) Kedua, ayat ini diawali dengan kata innamaa, kata innamaa dalam ayat ini memberi makna hasyr, artinya tidak ada persaudaraan kecuali antar sesama Mukmin, dan tidak ada persaudaraan antara Mukmin dan Kafir.
Rasul SAW bersabda: "Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan `ashabiyyah yang berperang, karena `ashabiiyyah dan yang mati karena membela `ashabiyyah. (HR. Abu Dawud) Q.S Al Hujurat ayat 10
1. Bacaan Q.S Al Hujurat 10 :
innamaal mu'minuuna ikhwatunn-fa ashlihu bayna akhawaykum. wattaquullaha la'allakum turhamuun.
2. Artinya Q.S Al Hujurat 10 : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
3. Tajwid Q.S Al Hujurat 10 :
Hukum bacaanya adalah Ikhfa Ausath.
4. Kandungan QS Al-Hujurat ayat 10 : • Orang-orang Mukmin adalah saudara • Kita wajib mendamaikan dua orang Mukmin yang saling berselisih • Hendaknya kita bertakwa kepada Allah SWT agar mendapat rahmat dari-Nya
Q.S Al Hujurat ayat 12
1. Bacaan Q.S Al Hujurat 12 :
yaaa-ayyuhalladziina amanuuj tanibuu katsiiramminaz zhanni inna ba'dhazhanni itsm. walaa tajassasuu walaa yaghtabba'dhukum ba'dha.ayuhibbu ahadukum ayya' kula lahmu akhihi maytann fakarih tumuuh. wattaqullaha innallaha tawwaburrahiim.
2. Artinya Q.S Al Hujurat 12 : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
3. Tajwid Q.S Al Hujurat 12 :
Idgham Bighunnah, yakni nun mati bertemu ya, dan dibaca-..ayy-ya'kula...-ditahan 2 harakat pada kata digaris bawah.
Ikhfa Ausath, yakni tanwin bertemu fha, dan dibaca-..maytaanny-fhakarih tumuuh.
4. Kandungan QS Al-Hujurat ayat 10 : • Berprasangka buruk itu adalah dosa • Mukmin dilarang mencari kesalahan orang lain • Mukmin dilarang menggunjing satu sama lain • Menggunjing sesama Mukmin bagaikan memakan daging saudaranya yang sudah mati