BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang di dalam organisasi.
1.2. Pokok-pokok Kajian Berdasarkan uraian di atas menunjukan adanya beberapa masalah yang perlu dibahas sebagai berikut: 1) Mengapa perlu mempertimbangkan keperilakuan pada akuntansi pertanggungjawaban? 2) Bagaimana persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku akuntansi pertanggungjawaban? 3) Bagaimana dampak dari persyaratan pelaporan akuntansi pertanggungjawaban?
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan istilah untuk menjelaskan sistem akuntansi yang merencanakan, mengukur, dan mengevaluasi kinerja organisasi atas dasar tanggung jawab. Pendapatan dan biaya diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan segmen organisasi yang bertanggungjawab atas tugas tertentu. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan jawaban manajemen atas asumsi umum bahwa
urusan bisnis dapat diselesaikan secara efektif dengan mengendalikan orang yang bertanggung jawab menjalankan suatu tugas. Salah satu tujuannya adalah memastikan bahwa individu pada semua level di perusahaan memberikan kinerja secara memuaskan yang sejalan dengan tujuan umum perusahaan secara keseluruhan. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan komponen esensial dari keseluruhan sistem pengendalian di perusahaan. Keuntungan khususnya didapat dari fakta bahwa strukturnya menyediakan kerangka kerja yang bermakna terhadap perencanaan, pengumpulan data, dan pelaporan hasil kinerja perusahaan berdasarkan tanggung jawab dan pengendalian. 2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Akuntansi Konvensional Akuntansi pertanggungjawaban tidak melibatkan perbedaan apapun dibandingkan prinsip akuntansi diterima umum. Kalaupun ada, maka hanya mengenai cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi dikelompokkan dan diakumulasikan. Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki relevansi informasi akuntansi dengan membangun sebuah kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sejalan dengan struktur organisasi dan hierarki akuntabilitas. Dengan demikian, maka akuntansi pertanggungjawaban tidak mengalokasikan biaya bersama pada segmen yang mengambil manfaat namun dikenakan pada segmen yang memulai dan mengendalikan keberadaannya. 2.3 Jaringan Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas premis bahwa semua biaya dapat dikendalikan dan masalah yang ada hanyalah menyediakan sebuah batas akhir bagi pengendaliannya. Dengan demikian, maka struktur organisasi dijabarkan menjadi sebuah jaringan pusat pertanggungjawaban individual atau unit organisasi yang menjalankan sebuah fungsi. Untuk memastikan fungsi pertanggungjawaban berjalan lancar, maka struktur organisasi perusahaan haruslah dianalisa secara hati-hati dan pertanggungjawaban atas pendapatn sebenarnya dan biaya ditentukan. Untuk menciptakan sturktur jaringan pertanggungjawaban yang efisien, pertanggungjawaban dan lingkup kewenangan bagi setiap individu dari semua jenjang manajemen harus ditentukan dan dijelaskan secara jelas. 2.4 Jenis Pusat Pertanggungjawaban Pusat Biaya Pusat biaya merupakan wilayah tanggung jawab yang menghasilkan produk atau jasa. Kewajiban dan pengendalian hanya terbatas pada usaha untuk hal tersebut, sehingga tidak termasuk usaha pemasaran dan investasi. Pusat Pendapatan Jika tanggung jawab utama dari manajer segmen adalah untuk menghasilkan pendapatan, maka segmen tersebut harus diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Lingkup tugas manajer hanya sebatas pengendalian biaya pemasaran langsung dan kinerjanya diukur berdasarkan kemampuannya untuk mencapai target penjualan yang ditentukan. Pusat Laba Pusat laba merupakan segmen dimana manajemen mempunyai kendali atas pendapatan dan biaya. Manajer dievaluasi berdasarkan tingkat efisiensi dalam menghasilkan biaya dan mengendalikan biaya. Pusat Investasi Manajer dari pusat investasi bertanggungjawab atas investasi pada asset dan juga pada pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dengan investasi pada sumber daya. 2.5 Memperbaiki Tanggungjawab Setelah memilih jenis struktur organisasi, maka langkah selanjutnya dalam membangun sebuah sistem pertanggungjawaban perilaku yang efektif adalah dengan menjabarkan secara pasti tanggung jawab. Sebagian besar orang menghargai tanggung jawab dan tantangan yang ditawarkan, karena dengan adanya tanggung jawab maka orang akan cenderung merasa penting dan mampu.
Dampak perilaku yang diinginkan dari pembebanan tanggung jawab bagi fungsi tertentu didukung oleh penelitian empirik. Sayangnya, ketergantungan dari berbagai segmen dalam sebuah organisasi membuat sebuah keadaan dimana dijelaskan secara gamblang tugas-tugas mana yang dirasa sulit. Oleh karena itu, pembuatan sebuah kerangka kerja tanggung jawab yang seimbang cukup susah dan memerlukan berbagai kompromi. Hal yang paling susah dari penjabaran secara jelas sebuah tanggung jawab adalah derajat penentuan dan pengendalian atas suatu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah tugas. 2.6 Perencanaan,Akumulasi Data dan Pelaporan Oleh Pusat Tanggung Jawab Anggaran Tanggung Jawab Ciri anggaran tanggung jawab adalah manajer pusat tanggung jawab ditugaskan target kinerja atas pendapatan dan biaya dimana mereka mempunyai kendali. Dengan demikian, maka manajer akan mempunyai dasar yang adil dalam membandingkan kinerja nyata dengan yang diharapkan. Akumulasi Data Untuk memfasilitasi pembandingan secara periodic dengan berbagai rencana anggaran, akumulasi dari pendapatan nyata dengan biaya harus mengikuti pola jaringan tanggung jawab. Hal ini membutuhkan sebuah pengelompokan tiga dimensi dari biaya dan pendapatan selama proses akumulasi data. Jenis akumulasi data menyediakan manajemen dengan informasi yang relevan pada beberapa aspek dari operasi. Pelaporan Tanggung Jawab Hasil akhir dari sistem akuntansi tanggung jawab adalah pelaporan tanggung jawab atau kinerja secara berkala. Laporan ini merupakan media dimana biaya dikendalikan, efisiensi manajerial diukur dan tingkat pencapaian ditentukan. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem pelaporan tanggung jawab harus didasarkan dengan apa yang dinamakan prinsip piramida, yakni bahwa manajer tanggung jawab menerima laporan pengendalian yang dimilikinya 2.7 Asusmsi Prilaku Dari Akuntansi Pertanggungjawaban Management By Exeption Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran. Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan. Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai hukuman dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka sistem penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan kinerja sukses. Management By Objective Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective. Hal ini merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi kesalahan tanggapan manusiawi yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi berdasarkan dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO memfasilitasi keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan bawahannya sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing-masing. Kebetulan Antara Jaringan Pertanggungjawaban dengan Struktur Organisasi Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang selaras dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk mendelegasikan dijelaskan melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi. Namun demikian, banyak organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini berakibat pada usaha saling melewati tugas dan tanggung jawab. Penerimaan Tanggung Jawab Hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi tanggung jawab adalah penerimaan
dari manajer tanggung jawab atas tanggung jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan Untuk Menciptakan Kerjasama Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki kerjasama organisasi dengan menunjukkan manajer dimana kegiatan mereka dan juga semua bekerja menuju tujuan bersama.Hal ini juga meningkatkan loyalitas, percaya diri, dan perasaan untuk merasa penting. Jiwa kerjasama yang ditimbulkan akan meningkat karena mereka akan percaya bahwa mereka bekerja menuju tujuan bersama dan sebagai sebuah bagian penting dari organisasi.
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Perlunya Mempertimbangkan Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjwaban? Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspekaspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam wujud penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi.Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin
juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi. 3.2. Persyaratan Pelaporan Yang Mempengaruhi Perilaku Akuntansi Pertanggungjawaban? Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkan informasi kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa harus bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai ”persyaratan” pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan. Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali pembuat informasi yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor/pembuat. Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa cara, diantaranya adalah: Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi. Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam perilaku akan mengarah pada perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan. Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi. Kadang kala penerima menyatakan secara jelas bagaimana mereka menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk dicapai secara simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang, atau citra publik yang baik. Apabila pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka ia akan berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan, mengenai tindakan dan hasil yang manakah yang penting bagi penerima. Namun ketika orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan, maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi sesuai dalam situasi yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan menggunkannya jika berada pada penerima informasi tersebut. Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah penentu yang penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan bertindak dan memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran dalam kedua kasus tersebut adalah sama. Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga jika persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan berikutnya. Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat mengubah perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat mengarah pada perubahan perilaku. 3.3. Dampak Persyaratan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban ? Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi: keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci
dampak tersebut dapat dijelaskan di bawah ini. Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag diterapkan setelah diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang ditimbulkannya. Beberapa hal yang kontraversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi: ”Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar?” dan ”bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang asing?”. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai kelompok (pemerintah, praktisi bisnis, akademisi) melahirkan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi yang kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan keuangan. Demikian pula halnya dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi. * Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan akuntansi perpajakan dipandang rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar pajak, tetapi juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci atas pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang paling baru dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan pelaporan pajak. Yang dalam faktanya, catatan rinci tersebut tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa. * Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat keuangan, operasional, sosial atau suatu kombinasi. Tetapi hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia bagi publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk digeneralisasi karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen yang berbeda-beda. * Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi sosial bagi publik karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif baru. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.
BAB IV PENUTUP 1.Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan bahwa akuntansi dibangun dengan menggunakan konsep, prinsip dan pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan kegunaannya. Sehingga akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Disamping itu kesempurnaan teknis dari jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik
yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang didalam organisasi, baik sebagai pelaksana (penyusun informasi) maupun sebagai pemakai informasi.Persyaratan pelaporan akuntansi akan mempengaruhi perilaku dari berbagai fakor, baik karena adanya antisipasi penggunaan informasi, prediksi penggunaan informasi, insentif/sanksi, penentuan waktu maupun pengarahan perhatian dari pihak yang akan menggunakan informasi tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam akuntansi terjadi pada berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk. 2.Saran Demi menyempurnakan teknis dari jasa akuntansi hendaknya dilakukan penellitain dan pengembangan lebih lanjut tentang teori,konsep,dampak serta aplikasi akuntansi keprilakuan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman serta akuntansi dapat menghasilkan informasi yang handal dan dapat dipercaya baik penyusun maupun pemakai informasi.
DAFTAR PUSTAKA Anthony. Dearden & Bedford. 1990. Management Control System, 6th Edition. Published by Arrangement with Irwin Inc. New York. Arfan Ikhsan & Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta. Armila Krisna Warindrani. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2006. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Balai Penerbitan STIE-YKPN. Yogyakarta.Sunarto. 2003. Perilaku Organisasi. Penerbit Amus. Yogyakarta.