BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar. Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan
keimanan
yang
diharapkan
hanyalah
dalil-dalil
yang
qath’i.Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah. B. Rumusan masalah Berdasarkan apa yang sudah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan aqidah? 2. Apa saja ruang lingkup aqidah? 3. Apa itu Tauhid? 4. Apa itu Syirik? 5. Apa implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari
1
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk : 1. Menjelaskan pengertian aqidah 2. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah 3. Menjelaskan apa itu Tauhid 4. Menjelaskan apa itu Syirik 5. Menjelaskan implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II PEMBAHASAN
A.. PENGERTIAN DAN LANDASAN FILSOFIS AQIDAH ISLAM
Pengertian Aqidah Islam
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Berikut ditemukan beberapa catatan tambahan : 1. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya Tuhan, tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya. 2. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50% antara membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah satu karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah meyakini dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut aqidah. 3. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
3
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan namun jiwa mereka tidaklah tenteram seperti kelihatan.
. Landasan Filosofis Aqidah Islam
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada AlQur’an dan As-Sunnah. Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau “Filosof. B. FUNGSI DAN PERANAN AKIDAH ISLAM 1) Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu : o Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam. o Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik. o Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima 2) Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi : o Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah. Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36). o Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah. Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56). o Aqidah yang benar dibebanrkan kepada setiap mukallaf. Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
4
hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih). o Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup. o Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan
dunia
yang
fana
ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya). o Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi
sesusah
mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110). C. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT AQIDAH ISLAM
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah
adalah:
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah 2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya. 3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya. 4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
5
diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.
Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa
fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan, maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan
aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. D. ALIRAN AKIDAH ISLAM Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua hijriah di kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham ini mampu menyusup ke dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur bahkan sampai
ke
Indonesia.
Pokok-pokok pendirian mu’tazillah setiap orang yang memeluk aliran mu’tazillah diharusan untuk memegang kepada lima ajaran : 1. Tauhid (Ke-Esaan) 2.
Al-Adlu (Keadilan )
3.
Wal-wal Wa’id (Janji dan Acaman)
4.
Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)
6
5.
Amar Ma’rup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan melarang kejelekan)
Ahli sunnah dan jama’ah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi terhadap paham-paham glongan mu’tazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap sikap mereka dalam menyiarkan ajaran-ajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa ajaran, diantaranya : 1.Ajaran-Jaran Al-asy’ariyah 2. Ajaran Maturi
E.
TAUHID Eseiensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik
dalam zat, asma “was-sbiffaat”, maupun af al (perbuatan)-Nya. Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satusatunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orangorang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja. 1. Pembagian Tauhid Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat. Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan
oleh
Allah,
Allahlah
yang memberikan
7
rizqi,
Allah
yang
mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an: ُّ ض َو َج َع َل ال ور ّ ظلُ َما ّ س َم َاوا ْال َح ْمد ُ ّ هَلِلّ الهذّي َخلَقَ ال ه َ ت َو ْاْل َ ْر َ ت َوال ُّن “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1) Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an: سأ َ ْلتَ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ُه ْم لَيَقُولُ هن ه َُللا َ َولَئّ ْن “Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87) س هخ َر ال ه س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ هن ه ّ س َم َاوا سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال ه َُللا َ ض َو َ َولَئّ ْن َ ت َو ْاْل َ ْر َ ش ْم “Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61) Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya: ُّإيهاكَ نَ ْعبُد ُ َو ّإيهاكَ نَ ْستَ ّعين “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5) Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga 8
memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman: َللاَ َواجْ تَنّبُوا ال ه س ا ُ طا وًل أ َ ّن ا ْعبُدُوا ه َغوت ُ َولَقَدْ َب َعثْنَا فّي ُك ِّّل أ ُ هم ٍة َر “Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36) Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah). Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diriNya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya: َو ّ هَلِلّ ْاْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَادْعُوهُ ّب َها “Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180) Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’. Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana. Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu
9
menggambarkan
hakikat
wujudnya.
Misalnya
sebagian
orang
berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain. Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh. Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang artinya: ير َ ْس ك َّمثْ ّل ّه ُ ص ّ ش ْي ٌء َوه َُو الس ّهمي ُع ْال َب َ لَي “Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11) Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya. 2.
Pentingnya mempelajari tauhid Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling
10
mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).
3.
Kewajiban Untuk Bertauhid Merupakan suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta ini pasti ada yang menciptakan. Yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang. Itu pun karena mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sebab akal yang sehat akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam ini pasti ada yang mewujudkan. Alam yang demikian teratur dengan sangat rapi tentu memiliki pencipta, penguasa, dan pengatur. Tidak ada yang mengingkari perkara ini kecuali orang yang tidak berakal atau sombong dan tidak mau menggunakan pikiran sehat. Mereka tidaklah bisa dijadikan tempat berpijak dalam menilai. Dzat yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah Allah subhanahu wa ta`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah. Tauhid rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum musyrikin. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman: “Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?” (Yunus:31) Oleh sebab itu, selayaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa ta`ala saja. Allah subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia berbagai prasarana berupa alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan peribadatan kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk mewujudkan peribadahan tersebut dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah tidak membutuhkan imbalan apa pun dari para makhluk-Nya
11
F. SYIRIK
Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan mahkluk-Nya, baik dalam dimensi rubiyah. Mulkiyah maupun ilabiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung. Dalam dimensi rubiyah misalnya meyakini bahwa ada mahkluk yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat seperti meyakini kesaktian para Wali Allah, sehingga dia minta meminta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau meraih keuntungan-apalagi wali tersebut meninggal dunia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: س ُ َاْ ّإل ْش َراكُ بّاهللّ َو:َ قَال.ّس ْو َل هللا ُ بَلَى يَا َر: قَالُ ْوا،(أًَلَ أُنَبِّّئ ُ ُك ْم بّأ َ ْكبَ ّر ْال َكبَائّ ّر )ثَالَثاا َ َو َج َل- عقُ ْو ُق ْال َوا ّلدَي ّْن ُّ أًَلَ َوقَ ْو ُل:- َو َكانَ ُمت ه ّكئاا فَقَا َل. َس َكت َ ُ فَ َما زَ ا َل يُك ّ َِّر ُرهَا َحتهى قُ ْلنَا َل ْيتَه:َ قَال.الز ْو ّر “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab: “Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.” Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta). Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.
1.
Jenis – Jenis Syirik
a.
Syirik dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya :
1)
Syirik Akbar/Besar (as-syirku al-akbar )
12
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Pelakunya tidak akan masuk surga selama-lamanya. Syirik akbar dibagi dua, yaitu: Dzahirul Jali (tampak nyata), yaitu penyembahan kepada tuhan-tuhan selain Allah, baik tuhan yang berbentuk berhala, bintang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar, dan sebagainya. Ataupun menyembah mkhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin, malaikat. Bathinun Khafi (tersembunyi), antara lain meminta pertolongan kepada orang yang telah meninggal, patuh pada undang-undang atau hukum yang bertentangan dengan hukum Allah.
2)
Syirik Asghar/syirik kecil (as-syirku al-asghar) Syirik asghar termasuk dosa besar, akan tetapi masih ada peluang
diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat. Contoh-contoh perbutan syirikk asghar antara lain : Ø Bersumpah dengan nama selain Allah Ø Memakai jimat Memakai jimat termasuk perbuatan syirik, karena mengandung unsur meminta atau mengharap sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah. Ø Mantera Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam yang dilakukan oleh orang jahiliah dengan keyakinan, bahkan kata-kata atau gumaman itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantun jin. Ø Sihir Sihir termasuk perbuatan syirik, karena perbuatan tersebut dapat menipu atau mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Ø Peramalan Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukan dengan ilmu perbintangan, membaca garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya.
13
Ø Dukun dan tenung Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa yang akan datang, atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenun adalah nama lain dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin ata setan ataupun dengan membaca garis tangan. Ø Bernadzar kepada selain Allah Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernadzar kepada selain Allah. Misalnya seorang bernadzar jika sembuh ia akan mengadakan sesajian ke makam wali. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sesat. Ø Riya’ Riya’ adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain. Riya’ termasuk syirik.
b.
Menurut klasifikasi umum,syirik dibagi menjadi empat jenis yaitu : Ø Syirku Al-‘llmi Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang di wahyukan Allah.Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, mereka juga percaya bahwa ilmu pengetahuan akhirnya akan dapat menemukan formula agar manusia tidak perlu mengalami mati,dan lain-lain. Ø Syirku At-Tasarruf Syirik jenis ini pada prinsipnya, disadari atau tidak oleh pelakunya,menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia berada di tangan-Nya.Mereka
percaya
adanya
‘perantara’
itu
mempunyai
kekuasaan.Contohnya,adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan,percaya pada dukun,tukang syihir atau sejenisnya. Ø Syirku Al-Ibadah
14
Inilah syirik yang menuhankan pikiran,ide-ide atau fantasi.Mereka hanya percaya pada fakta-fakta kongrit yang berasal dari pengalaman lahiriah.Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap tuhan dalam berbagai bentuk kegiatan. Ø Syirku Al-‘Addah Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul.Sebagai contoh percaya bahwa angka tiga belas itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan,dan lain sebagainya.
C. Akibat Negatif Perbuatan Syirik (1).
Sulit menerima kebenaran firman-firman Allah
(2).
Allah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka
telah ditutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.(Q.S. AlBaqarah:7) (3).
Muncul perasaan bimbang dan ragu. Firmn Allah: “Dalam hti
mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (Q.S Al Baqarah:10) (4).
Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman.
Karena aturan itu dibuat akan berkiblat pada taghut, berhala dan menyebarkat kemusrikan, merendahkan orang mukmin. Oleh karena itu secara tegas Allah melarang mengangkatny sebagai pemimpin atau wakilnya. (5).
Hanya akan memperoleh kesenangan sementara.
(6).
Amalan dan harta yang dinafkahkan sia-sia. “Perumpamaan harta
yang mereka infaqkan di dalam kehidupan ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman milik suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri endiri. (Q.S. Ali ‘Imran:117). (7).
Orang msyrik dinilai sebagai makhluk terburuk, Allah menilai
orang musyrik dengan penilaian yang sangat rendah. Orang musrik itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih rendah dan sesat dari pada binatang.
15
(8).
Menjadi musuh Allah. “...Maka sesungguhnyaAllah musuh bagi
orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah:98) (9).
Dijanjikan mendapat siksa neraka. “Pada hari itu ada wajah yang
putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram(kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab yang disebabkan kekafiranmu itu.” (Q.S.Ali ;Imran:106).
D.
Contoh Syirik (1).
Syirik dalam berdoa
Meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya): "Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14) (2).
Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya): "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27. Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar. (3).
Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).
16
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun. (4).
Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya. Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31). Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad). (5).
Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut : a.
Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa
berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175). b.
Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti:
Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak
17
ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?". Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih). c.
Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut
kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya. d.
Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem. e.
Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta. f.
Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya. g.
Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis: (1).
Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh
Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.
18
(2).
Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk.
Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar. (3).
Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain
dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk. h.
Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya): "Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Hud: 15-16). Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya. i.
Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap
Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia. Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beri man kepada bintang". (HR, Bukhari).
19
G. IMPLEMENTASI ARKANUL IMAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI 1) Ikhlas dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah I’tiqodiyah, qouliyah maupun ibadah praktis. Adapun yang meliputi ibadah I’tiqodiyah adalah yakin bahwa Laa Ilaha Illallah, cinta kepada Allah, takut kepada Allah SWT dengan mengharap rahmatNya. Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar, do’a, dll. Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan amalan-amalan lain yang disukai Allah SWT. 2) Iman secara konsekuen yaitu tidak hanya di lisan saja seseorang mengaku iman akan tetapi dia harus konsekuen dengan aturan iman itu sendiri misal membenarkan semua yang datang dari Allah SWT, menunsiksn kewajiban, amar ma’ruf nahi munkar, dll.
b. Iman Kepada Malaikat Hakikat iman kepada malaikat Allah adalah pembenaran bahwa malaikat itu ada, dan diciptakan dari cahaya, bahwa mereka mempunyai tugas masing-masing terhadap hamba Allah. Sedangkan dalam kitab aqidah islam iman kepada malaikat hakikatnya adalah ma’rifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini, termasuk kekuatan kebaikan yaitu malaikat, juga kekuatan jahat dari iblis dan sekalian tentaranya dari golongan syaithan.
c. Iman kepada Kitab-kitab Allah Hakikat iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa itu adalah wahyu yang diberikan kepada rasulnya, dan dia adalah petunjuk untuk mengetahui antara yang baik dan yang buruk, serta yakin bahwa Allah benar-benar memfirmankan. Dan Syaikh Abu Bakar Jabir menambahkan bahwa segala hukum dan syari’at yang ada di dalamnya adalah hukum untuk umatnya.
d. Iman kepada Rasul-rasul Allah Hakikat iman kepada rasulnya adalah ma’rifat kepada nabi dan rasulnya yang ditutup oleh nabi Muhammad SAW, meyakini bahwa mereka adalah utusanNya
20
dan menjadi pembimbing kea rah kebaikan. Bahwa mereka adalah manusia biasa yang mendapat keistimewaan dari Allah yaitu berupa wahyu dan mu’jizat. Dan bukan hanya meyakini akan tetapi kita juga harus membenarkan dengan kita menjalankan segala apa yang disunahkan kepada kita. Menjadikan mereka sebagai suri tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Dan seseorang tidak boleh hanya mengimani beberapa rasul saja dan jika hal itu terjadi maka seseorang itu menurut Abdul Majid maka dia adalah kafir sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 150-152 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
e. Iman kepada Hari Kiamat Iman kepada hari kiamat hakikatnya yaitu ma’rifat dengan adanya hari akhir beserta di dalamnya tanda-tandanya yang tadinya belum telihat atau belum terjadi, serta kejadian setelah kematian yaitu adanya hari kebangkitan, adanya siksa kubur dan kehidupansetelah adanya surge dan neraka. Sehingga kita menjadi sadar bahwa dunia adalah bukan menjadi tujuan hidup manusia.
f. Iman kepada Takdir (qadla dan qadar) Iman kepada takdir Allah hakikatnya adalah ma’rifat dengan keputusan yang ada baik dalam penciptaan maupun cara mengaturnya dan yakin bahwa segala sesuatu yang belum dan sudah terjadi adalah keputusannya tidak ada yang dapat mengetahui kecuali ilmu orang sejajar dengan ilmu Allah. Karena memang
21
seseorang tidak akan pernah mengetahui kecuali sesuatu hal dengan tepat kecuali jika orang tersebut mengetahui ilmunya. Misal seorang yang bodoh tentang ilmu kedokteran dia akan menentang seorang dokter yang membedah perut pasiennya. Akan tetapi kjika ia tahu bahwa dokter adalah ahlinya maka dia akan menentang mengakui ketidakmengertiannya.
22
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw. Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada AlQur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu
serba
teratur,
cermat
dan
berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu
yang
tidak
terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
23