Dalam satu periode dari kiri ke kanan oksida yang terbentuk sifat basanya berkurang atau sifat asamnya semakin bertambah kuat. Misalnya oksida unsur-unsur periode ke-3 berikut: Na2O3
MgO
Basa kuat
Al2O3 Basa
Si2O3
Amfoter
P2O5
SO3
As. lemah
Cl2O3
Asam
Lebih Asam
As. kuat
Sifat non-logam suatu unsur didefinisikan kecenderungan suatu unsur untuk menerima elektron untuk membentuk anion.semakin mudah suatu unsur menerima elektron semakin bersifat non-logam. Jadi, semakin besar afinitas elektron suatu unsur, maka unsur tersebut semakin bersifat non-logam atau semakin bersifat elektronegatif. Afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah berkurang, sehingga sifat non-logamnya juga berkurang. Demikian juga bertambahnya afinitas elektron dari kiri ke kanan dalam satu periode, maka sifat non-logamnya juga bertambah. Unsur-unsur Blok s IA
Unsur-unsur blok p
IIA
IIIA
Sifat non-logam atau Keelektronegatifan
IVA
VA
VIA
VIIA
bertambah
berkurang
Afinitas Elektron Logam Ketika sebuah ditambahkan elemen logam, energi yang dibituhkan untukmendapatkan eleketron (reaksi endoterm). Logam memiliki kesempatan lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan elektron karena lebih mudah untuk kehilangan elektron dan bentuk kation. Lebih mudah untuk kehilangan elektron valensi mereka karena intilogam ‘tidak memiliki tarikan yang kuat pada elktron valensimereka. Dengan demikian, logam diketahui memiliki afinitas elektron yang lebih rendah. Kecenderungan afinitas elektron yang lebih rendah untuk logam digambarkan sebagai berikut. Lithium (Li): 60 kJ/mol Natrium (Na) : 53 kJ/mol Kalium (K) : 48 kJ/mol Rubidium (Rb) : 47 kJ/mol Cesium (Cs) : 46 kJ/mol
Afinitas elektron menurun ke bawah dalam satu golongan. Afinitas Elektron nonlogam Ketika nonlogam mendapatkan elektron, perubahan energi biasanya negatif karena mereka mengeluarkan energi untuk membnetuk anion (proses eksotermis); dengan demikian, afinitas elektron akan menjadi angka negatif.