Advokasi 90 - 97.docx

  • Uploaded by: annisatul arum
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Advokasi 90 - 97.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,813
  • Pages: 6
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat Asosiasi atau perkumpulan orang – orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu. Perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi. Contoh kelompok masyarakat peduli AIDS adalah kumpulan orang – orang yang peduli terhadap HIV/AIDS yang melanda di masyarakat. Kemudian kelompok ini melakukan kegiatan – kegiatan untyk menanggulangi HIV/AIDS. Kegiatan – kegiatan ini, di samping ikut berpartisipasi dalam penanggulangan masalah tersebut, juga memberikan dampak terhadap kebijakan – kebijakan yang diambil para birokrasi bidang kesehatan dan para pejabat lain untuk peduli terhadap HIV/AIDS. Di dalam praktik kesehatan masyarakat, semua petugas kesehatan seharusnya mempunyai tanggung jawab kegiatan advokasi ini. Artinya baik para pengelola maupun pelaksana program kesehatan, baik tingkat pusat, provinsi, distrik, maupun kecamatan harus melakukan advokasi terhadap para pejabat lintas sektoral, utamanya kepada pejabat pemda setempat. 3. Argumentasi untuk advokasi Secara sederhaan advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan sehingga mereka memberikan dukungan, baik kebijakan, faasilitas maupun dana terhadap program yang ditawarkan. Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah, tetapi memerlukan argument-argument tang kurang. Dengan perkataan lain, berhasil atau tidaknya advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam melakukan kegiatan advokasi: a. Meyakinkan (creadible) Program yang kita tawarkan atau ajukan itu harus meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Agar program tersebut dapat meyakinkan harus di dukung dengan data dan sumber yang dapat dipercaya. Hal ini berarti bahwa program yang diajukan tersebut harus didasari dengan permasalahan yang utama dan faktual, artinya masalah tersebut memang ditemukan di lapangan dan penting untuk segera ditangani. Kalau tidak segera dirtangani akan membawa dampak yang lebih besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum program itu diajukan harius dilakukan kajian lapangan, jangan hanya berdasarkan data atau laporan yang tersedia, yang kadang – kadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Survey adalah metode yang cepat dan tepat untuk memperoleh datab yang akurat sebagai dasar untuk menyusun program.

b. Layak (feasible) Program yang diajukan tersebut, baik secara teknik, politik, maupun ekonomi, dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik (feasible) artinya program tersebut dapat dilaksanakan, petugas mempunyai kemampuan yang cukup, sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak secara politik artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik [pada masyarakat. Sedangkan layak secara ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup, dan apabila program tersebut adalah program pelayanan, masyarakat mampu membayarnya. c. Relevan (relevant) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus 2 kriteria, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan maslaah yang dirasakan masyarakat. Semua pejabat di semua sektor setuju bahwa tugas mereka adalah menyelenggaraakn pelayanan masyrakat untuk mencapai kesejahteraan. Oelh karena itu, semua program yang benar – benar relevan, dalam arti dapat membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat sudah barang tentu akan didukung. d. Penting (urgent) Program yang diajukan tersebut harus mempounyai urgensi yang tinggi dan harus segera dilaksanakan, kalau tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, program alternative yang diajukan adalah yang paling baik di antara alternative yang lain. e. Prioritas tinggi (high priority) Program yang diajuakn tersebut juga harus mempunyai prioritas yang tinggi. Agar para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan meniali bahwa program tersebut mempunyai proiritas tinggi, diperlukan analissi yang cermat, baik terhadap masalah sendiri, maupun terhadap alternative pemecahan masalah atau program yang akan diajukan. Hal ini terkait dengan argumentasi sebelumnya, yakni program politik maupun proiritas tinggi apabila feasible baik secara teknis, politik maupunb ekonomi, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan mampu memecahkan permasalahan masyarakat. C. Komunikasi dalam Advokasi Uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengambil keputusan atau penentu kebijakan. Oleh sebab itu advokasi di sektor kesehatan adalah komun ikasi antar pejabat atau petugas kesehatan di semua tingkat atau tatanan dengan penentu kebijakan di tingkat atau tatanan tersebut. Dengan demikian maka sasaran kemunikasi atau komunikasinya secara structural lebih tinggi daripada komunikator, atau paling tidak yang setingkat.

Dengan perkataan demikian maka bentuk komunikasi adalah lebih berat pada komunikasi interpersonal. Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas kemunikasi para petugas kesehatan dengan para pembuat atau penentu kebijakan tersebut. Selanjutnya untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi antara lain sebagai berikut: 1. Atraksi Interpersonal Daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseotrang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Para petugas kesehatan di semua tingkat dan tatanan, terutama para pejabatnya sebagai seorang komunikator dituntut mempunyai daya atraksi interpersonal ini. Atraksi interpersonal ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: a. Daya tarik. Tiap orang memang mempunyai daya tarik yang berbeda satu sama lain. Daya tarik ini snagat ditentukan oleh sikap dan perilaku orang terhadap orang lain. Oleh sebab itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya dengan membiasakan senyum kepada setiap orang. b. Percaya diri. Percaya diri bukan berarti sombong. Melainkan sesuatu perasaan bahwa ia mempunyai kemampuan atau mengasai ilmu atau pengalaman di bidangnya. Oleh sebab itgu agar percaya diri ia harus mendalami pengetahuan teoritis dan memperoleh pengalaman lapangan tentang bidangnya. c. Kemampuan. Hal ini berkaitan dengan percaya diri, orang yang mampu melakukan tugas – tugasnya, ia akan lebih percaya diri. Seorang kepala dinas kesehatan kabupaten akan efektif berkomunikasi dengan bupati atau pejabat yang lain apabila telah menunjukkan prestasinya dalam menanggulangi masalah kesehatan di wilayahnya. d. Familiar. Petugas kesehatan yang sering meuncuk atau jhadir dalam event tertentu, misalnya rapat, pertemuan informal, seminar, dll. Akan lebih familiar, termasuk di kalangan pemuda setempat dan bupati. e. Kedekatan (proximity). Menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dnegan para pejabat atau keluarga pejabat setempat adalah faktor yang penting untuk melakukan advokasi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila dilakukan dengaqn orang – orang yang dekat dnegan kita. 2. Perhatian Sasaran komunikasi (komunikan) dalam advokasi adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Para pembentuk atau penentu kebijakan di semua tingkat dan tatanan serta structural lebih tinggi atau yang sederajat dengan petugas kesehatan pada lingkup atau tatanan yang sama. Seperti yang disebutkan

di atas tujuan utama advokasi adalah memperoleh komitmen atau dukungan kebijakan dari para pembuat keputusan. Berdasarkan teoritis psikologi ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang. Yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosio psikologis. 3. Intensitas Komunikasi Pesan atau informasi yang disampaikan melalui proses komunikasi advokasi adalah program – program kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau dukungannya dari para pembuat keputusan tersebut. Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik perhatian komunikan (penerima pesan). Hal – hal yang menarik perhatian biasanya adalah sesuatu yang mempunyai sifat menonjol atau lain daripada yang lain. Pesan akan bersifat menonjol atau dari pada yang lain bila intensitasnya tinggi dan diulang – ulang. Oleh sebab itu agar komunikasi advokasi efektif, maka program yang ingin di dukung oleh pejabat, harus sering dikomunikasikan melalui berbagai kesempatan atau pertemuan, baik pertemuan formal maupuhn informal, melalui seminar, dan sebagainya. 4. Seperti telah disebutkan diatas, untuk memperoleh perhatian dari para pembuat atau penentu kebijakan, maka pesan – pesan atau program – program kesehatan yang kita tawarkan harus mempunyai intensitas tinggi. Di samping itu informasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasikan dalam media, khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam rangka kemunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassete. Pesan tersebut didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar, atau foto. D. Indikator Hasil Advokasi Advokasi adalah kegiatan yang diharapkan akan menghasilkan suatu produk, yaitu adanya komitmen politik dan dukungan kebijakan dari penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah barang tentu mempunyai masukan (input) – proses – keluaran (output). Oleh karena itu apabila kita akan menilain keberhasilan advokasi, maak kita harus menilai tiga hal tersebut, penialian ketiga hal ini didasarkan pada indikator – indikator yang jelas. Di bawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta indikator – indikator evaluasi tentang 3 komponen tersebut. 1. Input Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan melakukan advokasi, dan bahan – bahan yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung argument dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan advokasi sebagai input antara lain:

a.

2.

Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti pelatihan – pelatihan tentang komunikasi, advokasi atau pelatihan – pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan hubungan antarmanusia. Pada tingkat provinsi apakah kepala dinas, kelapa sub dinas, atau kepala seksi telah memperoleh pelatihan tentangb advokasi. b. Sebagai institusi, dinas kesehaatn baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, juga mempunya kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dnegan kemampuan advokasi melalui pelatihan – pelatihan. Oleh sebab itu, pelatihan advokasi yang diselenggarakan oleh pusat, dinas provinsi, mapun dinas kabupaten juga merupakan indikator input. c. Di samping input sumber daya manusia, evidence merupakan input yang sangat penting. Hasil – hasil studi, hasil surveillance, atau laporan – laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi informasi, dan informasi dianalisis menjadi evidence. Evidence inilah yang kemudian dikemas dalam media khususnya media interpersonal dan digunakan sebagai alat bantu untuk memperkuat argumentasi kita kepada para pengambil keputusan atau pwenentu kebijakan yang mendukung program kita. Jadi indikator untuk nput ini adalah tersedianya data/ informasi/ evidence yang dikemas dalam bentuk buku, leaflet, slide, flip chard, dan sebagainya tentang situasi dan masalah kesehaatn di wilayah institusi yang bersangkutan. Proses Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi harus sesuai dnegan bentuk kegiatan advokasi tersebut. Dengan demikian maka indikator proses advokasi antara lain: a. Berapa kali melakukan lobbying dalam rangka memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan terhadap program yang terkait dnegan kesehatan. Dengan siaap saja lobbying itu dilakukan. b. Berapa kali menghadiri rapat atau pertemuan yang membahas masalah dan program – program pembangunan termasuk program kesehatan di daerahnya. Oleh siapa rapat tersebut diadakan, danseberapa jauh program kesehatan dibahas dalam rapat tersebut. c. Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program – program kesehatan diadakan, dan mengundang sektor pembangunan yang terkait kesehatan. d. Berapa kali pejabat kesehatan yang meghadiri seminar atau lokakarya yang diadakan oleh sektor lain, dan membahas masalah dan program – program pembangunan yang terkait dnegan keshatan.

e.

Seberapa sering media lokal termasuk media elektronik membahas atau mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait dnegan maslaah kesehatan. 3. Output Keluarga atau output advokasi sektor kesehatan, dapat diklasifikasi dalam dua bentuk, yakni: output dalam bentuk prangkat lunak (soft ware), dan output dalam bentuk perangkat keras (hardware). Indikator output dalam bentuk perangkat lnak, adalah peraturan – peraturan atau undnag – undnag sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari komitmen politik terhadap program – program kesehatan, misalnya: a. Undnag – undnag b. Peaturan pemerintah c. Keputusan presiden d. Keputusan menter atau dirjen e. Peraturan daerah f. Srat keputusan gubernur, bupati, atau camat, dan sterusnya.

a. b. c.

d.

Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain: Meningkatkan dana atau anggaran untuk pembangunan kesehaatan. Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, piloklinik, dan sebagainya. Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya air bersih, jamban keluaga, atau jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya. Dilengkapinya peralatan ksehatan, seperti laboratorium, pealatan pemeriksaan fisik, dan sebagainya.

Related Documents

Advokasi 90 - 97.docx
May 2020 16
Advokasi
August 2019 26
Advokasi Buromlah.docx
November 2019 42
90
June 2020 32
90
April 2020 44
90.
November 2019 51

More Documents from "Muhammad Farooq Saeed"

Advokasi 90 - 97.docx
May 2020 16
Permentan242011.pdf
November 2019 37
Cover 1.docx
June 2020 31
Udang.docx
June 2020 22
1. Rpp Pola Bilangan.docx
October 2019 36
Lilis.docx
June 2020 24