Achmad Chusanudin - Fkik.pdf

  • Uploaded by: witacitrasiahaan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Achmad Chusanudin - Fkik.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 18,174
  • Pages: 109
GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH : ACHMAD CHUSANUDIN NIM: 108101000059

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Juli 2015 Achmad Chusanudin, NIM: 108101000059 xviii + 89 halaman + 14 tabel + 15 gambar + 5 lampiran GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015 Abstrak Kebakaran adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan yang dapat menyebabkan penderitaan dan malapetaka. Kebakaran dapat mengakibatkan banyak kerugian seperti korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung. Ada beberapa hal yang bisa berpotensi menimbulkan kebakaran, yaitu adanya korsleting listrik, adanya peralatan dapur, dan karena kelalaian manusia. Kasus kebakaran terjadi di beberapa Universitas antara lain Universitas Indonesia Fakultas Teknik pada Tahun 2001 dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2014, Universitas Riau tahun 2010, STIE Perbanas tahun 2006. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, alat ukur penelitian ini berupa penilaian kelayakan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung UIN syarif Hidayatullah Jakarta dengan metode check-list dan lembar wawancara. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan beberapa standar acuan seperti Permen PU no 26 tahun 2008 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini menghasil data bahwa tingkat pemenuhan sarana Proteksi Aktif di gedung rektorat UIN syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 64% . Nilai tingkat pemenuhan 64% ini memiliki arti bahwa cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang tidak sesuai dengan standar acuan yang berlaku. Saran yang dapat direkomendasikan adalah melengkapai sarana proteksi aktif seperti pengadaan sistem sprinkler yang belum terdapat pada gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta senantiasa melakukan pemeliharaan rutin terhadap saran proteksi aktif yang sudah ada. Sehingga sarana yang ada akan senantiasa siap guna dan pakai. Kata Kunci : Alarm kebakaran, detector kebakaran, APAR, Hidran Referensi

: 33 (2001 – 2015) v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY CONCENTRATION Undergraduate Thesis, July 2015 Name: Achmad Chusanudin, ID Number : 108101000059 xviii + 89 pages + 14 tables + 15 pictures + 5 attachments Description of Active Protection Facility at Rectorate Building State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Abstract Fire is a very undesirable things that can cause distress and disaster. Fire may result in fatalities, material damages, loss of jobs and other indirect losses. There are several things that could potentially a fire, the electrical short circuit, the kitchen equipment, and due to human negligence. Fire cases occurred at several universities, Faculty of Engineering University of Indonesia in 2001, Faculty of Social and Political Sciences in 2014, University of Riau in 2010, and STIE Perbanas in 2006. This study used descriptive quantitative methods with assessing the feasibility of building fire protection systems at Rectorate Building State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta with a check-list and interview sheet. Then the results are compared with some standards as Permen PU No. 26 2008 and the Indonesian National Standard (SNI). This study found that level of compliance of active protection facility in rectorate building State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta is 64%. This level means that it has quite good (attached but there is a small part installation active protection facility is incompatible with the applicable standards). Researcher recomended UIN Jakarta to complete the active protection facility such as the procuring the sprinkler system and always do routine maintenance of active protection facility existing ones. So it always be ready to use.

Keywords: fire alarm, fire detector, fire extinguisher, hydrant References: 33 (2001 – 2015)

vi

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Gambaran Sarana Proteksi Aktif Di Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015”. Sholawat dan Salam senantiasa penulis sampaikan kepada Rosul tercinta, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yang terang yaitu Islam dan menjadikan kita terang dengan ilmu pengetahuan. Selama penyusunan penyusunaan skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan dukungan selama melakukan penyusunan skripsi ini. Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini di antaranya: 1. Kedua orang tua penulis Bapak Durori dan Ibu Marsinah terimakasih untuk semua hal yang sudah diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan demi keberkahan dan kesehatan penulis. 2. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti, PhD selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat. 4. Ibu Dr Iting Shofwati, ST, MKKK selaku dosen pembimbing terimakasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, inspirasi, vii

dan masukan serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penlis selama menulis skripsi ini. 5. Ibu Riastuti Kusumawardani SKM, MKM. Selaku dosen pembimbing terimakasih penulis ucapkan atas waktunya,semua arahan, inspirasi, dan masukan serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama menulis skripsi ini. 6. Seluruh pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat, atas semua ilmu yang telah diberikan semoga berkah dan manfaat. 7. Bapak Farid, Ibu Meilani selaku dosen penguji yang selalu memberikan bimbingan dan arahan motivasi. 8. Nur Najmi Laila (kak Ami) dan kak Septi yang telah membantu mengurus ini dan itu banyak sekali. 9. Sahabat-sahabat kesmas angkatan 2008 semoga

yang selalu

memberikan motivasi semangat untuk lulus. 10. Ikwan, Hasim, Rifda, Sapi, Ali, dan keluarga besar PMII Ciputat yang telah membantu menulis skripsi. 11. Mas Aqso, Mas Basit, Mas Tanwir, Mas Ilham, Mas Angger, yang sudah meminjamkan laptopnya. 12. Rekan- rekan mahasiswa dan segenap pihak yang telah berperan aktif membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan dalam laporan ini, semoga semuanya mendapatkan keberkahan. Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari penulis selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik viii

dari pembaca sangat penulis harapkan demi terciptanya perbaikan dimasa datang. Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq

Jakarta, Agustus 2015

Penulis

ix

Daftar Riwayat Hidup Nama

: Achmad Chusanudin

Tempa/tanggal lahir : Kebumen 21 September 1989 Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: RT 01/03 dusun Simo, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia

No. telepon

: 08979591685

Email

: [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN 1996 – 2002

: SDN 3 Jogosimo Kebumen

2002 – 2005

: MTs Mafatihul Huda Jogosimo Kebumen

2005 – 2008

: MA Al Azhar kota Banjar

2008 - Sekarang

: S1 Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2008-2009

: Staf Departemen Agama BEMJ Kesmas

2. 2009-2010

: Ketua Departemen Keagamaan BEMJ Kesmas

3. 2010-2011

: Ketua Departemen Pengembangan Masyarakat PAMI Jakarta Raya

4. 2012- 2014

: Bendahara Umum PMII Cabang Ciputat

5. 2014- 2015

: Ketua Umum PMII Cabang Ciputat

viii

Daftar Isi LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................................................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4 1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................................. 4 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 5 1.4.1 Tujuan umum ................................................................................................................ 5 1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 5 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 6 1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa .............................................................................................. 6 1.5.2 Manfaat Bagi Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................. 6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8 2.1 Kebakaran ................................................................................................................................. 8 2.1.1 Proses Kebakaran .......................................................................................................... 9 2.1.2 Klasifikasi Kebakaran ................................................................................................... 10 2.2 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif ............................................................................................... 11 2.2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ............................................................................. 12

ix

2.2.2 Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengisian Ulang APAR ............................................ 16 2.2.3

Instalasi Hidran ............................................................................................................ 18

2.2.4 Alarm Kebakaran ......................................................................................................... 21 2.2.5

Detektor Kebakaran ...................................................................................................... 23

2.2.6 Water Sprinkler ............................................................................................................. 29 2.3 Kerangka Teori .......................................................................................................................... 33 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................................ 34 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................................... 34 3.2 Definisi Operasional ................................................................................................................ 35 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................ 38 4.1 Desain Penelitian ...................................................................................................................... 38 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................................... 38 4.3 Pengumpulan Data .................................................................................................................... 38 4.4 Pengolahan dan Analisa data .................................................................................................... 39 4.5 Pengolahan Data ....................................................................................................................... 39 4.6 Analisis Data ............................................................................................................................. 41 BAB V HASIL................................................................................................................................. 43 5.1 Gambaran Umum Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................... 43 5.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .................................................................................................................................. 45 5.2.1 Alarm kebakaran ......................................................................................................... 45 5.2.2 Detector kebakaran .................................................................................................... 49 5.2.3 APAR.......................................................................................................................... 55 5.2.4 Hidran ......................................................................................................................... 59 5.3 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di gedung Rektorat ................................. 63

x

BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................................ 64 6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................................................. 64 6.2 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....... 65 6.2.1 Alarm Kebakaran ........................................................................................................... 69 6.2.2 Detektor kebakaran.......................................................................................................... 72 6.2.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ............................................................................... 76 6.2.4 Hidran ............................................................................................................................. 81 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 85 7.1 Simpulan ................................................................................................................................... 85 7.2 Saran ......................................................................................................................................... 86 7.2.1 Saran untuk Pengelola Gedung Rektorat UINSyarif Hidayatullah Jakarta .................... 86 7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya. ................................................................................... 87 Daftar Pustaka .................................................................................................................................. 88 Lampiran-lampiran ......................................................................................................................... 91

xi

DAFTAR TABEL Tabel 3.1

Definisi Operasional ............................................................................................

35

Tabel 4.1

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran.....................................................................

41

Tabel 5.1

Gambaran Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 .........................................................................................

Tabel 5.2

Gambaran peletakan sarana bel alarm di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta tahun 2015..................................................................

Tabel 5.3

Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tahun 2015..........................

58

Tingkat Pemenuhan Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000.................................................

Tabel 5.12

56

Tingkat Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

Tabel 5.11

55

Rincian Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015......................................................................................

Tabel 5.10

54

Gambaran APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015..........................................................................................................

Tabel 5.9

53

Tingkat Pemenuhan Sarana Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000...................

Tabel 5.8

51

Gambaran Pemenuhan Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015............................................................................................

Tabel 5.7

51

Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.......................................................................................................

Table 5.6

48

Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015..........................................................................................................

Tabel 5.5

46

Tingkat Pemenuhan Sarana Alarm Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000..............................

Table 5.4

46

62

Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarat tahun 2015..............................................................

xii

63

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebakaran adalah adanya api yang tidak dikehendaki. Kebakaran berpotensi disemua tempat. Peristiwa kebakaran terjadi

diawali

dengan

pembakaran kemudian api tersebut sudah tidak dapat terkendali dan mengancam keselamatan jiwa dan harta benda (Sagala et al, 2013). Salah satu kejadian kebakaran yang paling merugikan adalah kejadian kebakaran di daerah perkotaan (Huang, 2009). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kebakaran yaitu karena sifat kelalaian manusia seperti; kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran, kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api, kurangnya kesadaran pribadi atau disiplin. Kebakaran karena peristiwa alam terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan. Kebakaran karena penyalaan sendiri seperti kebakaran di gudang bahan kimia dimana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar atau meledak. Kebakaran karena kesengajaan seperti sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, dan lainnya (UPT K3L ITB, n.d). Menurut Depnakertrans (n.d) kebakaran dapat mengakibatkan banyak kerugian. Diantaranya korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung. Dampak kebakaran akan lebih luas lagi apabila terjadi pada objek vital. Kebanyakan kasus kebakaran terjadi adalah di

1

2

tempat kerja. Karena semua unsur yang dapat memicu kebakaran terdapat ditempat kerja. Serta teridentifikasi bahwa 20% dari kejadian kebakaran menghabiskan semua bangunan. Gambaran ini menunjukan bahwa di tempat kejadian tersebut tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk menghadapi kejadian kebakaran (Depnakertrans, n.d). Kasus kebakaran gedung sering terjadi akibat energi listrik yang kontak dengan perangkat lain. Kasus kebakaran terjadi di beberapa Universitas antara lain Universitas Indonesia Fakultas Teknik pada Tahun 2001 dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2014 (Iqbal, 2014); Universitas Riau (UNRI) tahun 2010 (Yuli, 2010); STIE Perbanas (Setiawan, 2006), Serta beberapa gedung bertingkat lainnya seperti gedung Bank IFI Tahun 2009 (Priliawiti, 2009); gedung Polda Jatim Tahun 2014 (Andriansyah, 2014); Wisma Kosgoro Tahun 2015 (Ferdianto, 2015); Bank Cimb Niaga Tahun 2015 (Firmansyah, 2015). Kebakaran pada gedung tersebut dipicu karena adanya korsleting listrik atau hubungan arus pendek. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan kendala dalam memadamkan kebakaran dapat karena faktor peralatan proteksi kebakaran yang kurang memadai, sumber daya manusia yang tidak dipersiapkan, atau hambatan lainnya (Depnakertrans, n.d). Adanya proteksi kebakaran yang memadai akan sangat membantu proses pemadaman kebakaran. Sehingga dapat meminimalkan kerugian yang didapat jika terjadi kebakaran. Sumber daya manusia yang ada juga dapat

membantu

(Depnakertrans, n.d).

guna

menghindari

bahaya

kebakaran

yang

terjadi

3

Gedung Rektorat UIN Jakarta merupakan jantung dari institusi pendidikan dimana didalamnya terdapat aset aset negara yang perlu dijaga dan diamankan. Di gedung ini terdapat ruang pejabat Universitas yang sangat penting untuk menjalankan roda pendidikan. Ruang pejabat Universitas mulai dari rektor, wakil rektor, kepala biro AAK dan pejabat lainnya. Terdapat juga ruang rapat, perpustakaan lembaga-lembaga Universitas, serta ruang bersantai para karyawan rektorat serta dapur. Di dalam gedung rektorat ini terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, diantaranya adanya listrik, dapur serta mahasiswa dan karyawan rektorat yang suka merokok. Kondisi tersebut menambah risiko terjadinya kebakaran. Berdasarkan wawancara dengan penanggung

jawab umum, beliau

menerangkan bahwa pihak rektorat hanya mempunyai proteksi aktif kebakaran standar seperti APAR, Hidran, dan detektor.

Hanya ada dua APAR di pos

satpam, sedangkan untuk hidran hanya ada di halaman. Tidak terdapat hidran di dalam gedung. Kesemuanya belum dilaksanakan cek ulang sehingga tidak tahu terkait keaktifannya. Dengan risiko yang besar rektorat tidak memiliki sistem proteksi kebakaran yang baik, sehingga besar kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran, tidak dapat meminimalisir menjalarnya kebakaran. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul penelitian mengenai “GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015”.

4

1.2 Rumusan Masalah Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai risiko terjadinya kebakaran. Terdapatnya aliran listrik, adanya dapur serta adanya bahan bahan yang mudah terbakar seperti kertas, kayu serta bahan lainnya. Kesemua ini merupakan potensi yang dapat menimbulkan kebakaran. Untuk meminimalisir bahaya kebakaran, haruslah terdapat sarana proteksi aktif kebakaran. Hal ini dapat membantu dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran. Seperti adanya sistem deteksi kebakaran serta alarm kebakaran, alat pemadam api ringan yang dapat digunakan ketika ada kejadian kebakaran kecil. Kesemua alat ini haruslah dicek secara berkala terkait kelayakannya. sehingga sewaktu penggunaan dapat dioperasikan secara maksimal. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari tiga lantai masih memerlukan pemeliharaan serta pengelolaan sistem proteksi kebakaran yang baik dalam penempatannya serta layak berdasarkan peraturan yang berlaku. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran sarana proteksi aktif kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran sarana detektor kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran sarana alarm kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran sarana APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?

5

5. Bagaimana gambaran sarana Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015? 6. Bagaimana gambaran sarana springkler di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah arah dan panduan yang akan dalam

proses

penelitian

pelaksanaan

merupakan

penelitian.

operasionalisasi

Oleh

karena

pelaksanaan

dicapai

itu

tujuan

peneliti

dalam

menemukan sesuatu yang baru. Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan penelitian secara umum maupun secara spesifik. (Budiman, n.d) 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran sarana proteksi aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran sarana detektor kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. b. Diketahuinya gambaran sarana alarm kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. c. Diketahuinya gambaran sarana APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. d. Diketahuinya gambaran sarana Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. e. Diketahuinya gambaran sarana springkler di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

6

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan

baik bersifat

kegunaannya

internal

berhubungan

maupun

dengan peneliti

eksternal. sendiri

Bersifat

internal

sedangkan kegunaan

eksternal kegunaannya lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan program. Manfaat penelitian dapat juga disebut sebagai kontribusi penelitian dalam memecahkan atau menjawab permasalahan penelitian (Budiman, n.d). 1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan penulis mengenai keilmuan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan kebakaran di gedung dan membandingkan serta menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan fakta dilapangan. 1.5.2 Manfaat Bagi Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada manajemen rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait sarana proteksi aktif kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu penelitian yang meliputi elemen sarana proteksi aktif yang meliputi : alarm kebakaran, detektor kebakaran, sprinkler, APAR dan hidran. Penelitian ini dilakukan di gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret-Juni Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan karena mengingat pentingnya keberadaan sarana proteksi aktif

7

kebakaran yang efektif dan siap guna. Selain itu juga, penelitian ini dilakukan dengan melihat secara langsung kondisi actual sarana proteksi aktif kebakaran. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumen secara langsung terhadap sarana proteksi aktif kebakaran dan kemudian dibandingkan dengan peraturan yang berlaku seperti Permen PU No. 26 Tahun 2008 dan SNI (Standar Nasional Indonesia).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan (SNI03–1736–2000). Menurut Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Menurut Depnakertrans (n.d) dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala (Depnakertrans, n.d). Dalam kebakaran, asap dan gas menjadi pembunuh utama. Korban dapat mengalami keracunan akut atau kronik dalam kebakaran karena menghirup gas beracun seperti gas CO, HCN, Pb dan Benzene yang dapat mengakibatkan leukemia. Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu sehingga dapat langsung mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut terakumulasi

8

9

dalam organ-organ tubuh tersebut, sehingga menimbulkan kerusakan untuk jangka waktu yang panjang (Harjanto et al, 2011). 2.1.1 Proses Kebakaran Proses kebakaran ini merupakan fenomena atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam. Proses ini meliputi : a.

Source energy : Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran. Tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya yaitu adanya potensi energi yang tidak terkendali.

b.

Initiation : Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil.

c.

Growth : Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang menjadi lebih besar sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya.

d.

Flashover : Intensitas nyala api meningka dan akan menyebarkan panas kesemua arah secara konduksi, konveksi dan radiasi, sehingga pada suatu saat kurang lebih sekitar 3-10 menit atau setelah temperatur mencapai 300°C akan terjadi penyalaan api serentak yang biasanya ditandai pecahnya kaca.

e.

Full fire : Nyala api akan membara dan bisa disebut dengan kebakaran mantap. Temparatur pada saat kebakaran full dapat mencapai 600-1000°C.

10

f.

Decay : Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan berangsur akan padam.

2.1.2 Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran sangat membantu dan diperlukan dalam pengembangan bahan pemadam dan teknik pemadaman kebakaran. Tujuan dari pengklasifikasian kebakaran adalah agar memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran digunakan untuk media (bahan) pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu kelas kebakaran, sehingga usaha pencegahan dan pemahaman akan berdayaguna dan tepat guna. Klasifikasi kebakaran juga digunakan untuk menentukan sarana proteksi kebakaran dan untuk menjamin keselamatan nyawa tim pemadam kebakaran (Ramli, 2010). Klasifikasi

kebakaran

ialah penggolongan

atau pembagian

kebakaran berdasarkan jenis bahayanya. Dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan mengacu pada standar (Depnakertrans, n.d). Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu standar NFPA, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang pembagiannya adalah sebagai berikut : a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang datang dari luar, molekul – molekul benda padat terurai dan

11

membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar. Kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul– molekul dan menimbulkan gas akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara. b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain. c. Kelas C : Kebanyakan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik. d. Kelas D : Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium, lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan alat atau media khusus untuk memadamkannya. 2.2 Sistem Proteksi Aktif Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti sprinkler, pipa tegak

12

dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (Permen PU 26 Tahun 2008). 2.2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Alat pemadam api ringan atau APAR merupakan pertahanan pertama bila terjadi kebakaran. Desain konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri APAR adalah ringan, berisi media pemadam, mempunyai tenaga pendorong, digunakan untuk memadamkan kebakaran tingkat awal dan dapat dioperasikan oleh satu orang. Tabung APAR ada berbagai jenis, yaitu: a. Tabung Bertekanan/ Stored Pressure Dalam tabung ini terdapat gas bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong media pemadam (Nitrogen, CO atau jenis gas lainnya) pada saat tuas tabung ditekan. Ciri utama dari tabung ini yaitu adanya petunjuk tekanan (pressure gauge) pada bagian atas tabung. Bila jarum menunjukkan area hijau maka tekanan dalam tabung tersebut masih dalam keadaan baik. b. Tipe Catridge Ciri-ciri dari tabung ini adalah adanya tabung kecil/ catridge yang berisi gas penekan yang terletak dibagian bawah tuas. Pada saat akan digunakan maka tuas tabung harus dipukul terlebih dahulu agar jarum yang ada pada bagian bawah tuas melubangi catridge, sehingga gas

13

akan keluar dan mengisi seluruh tabung. Gas inilah yang akan menjadi pendorong untuk media pemadam yang ada di dalam tabung tersebut.

Gambar 2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Menurut Depnakertrans dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman (Depnaker, n.d). Persyaratan Umum APAR sesuai dengan permen PU nomor 26 tahun 2008 adalah sebagai berkut : a. Klasifikasi APAR harus terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas B) yang menunjukkan efektifitas pemadaman relatif. APAR yang diklasifikasi untuk penggunaan bahaya kebakaran kelas C, kelas D, atau kelas K tidak disyaratkan mempunyai angka yang mendahului huruf klasifikasi.

14

b. APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan dan harus dijaga setiap saat di tempat yang telah ditentukan jika alat tersebut sedang tidak digunakan. c. APAR harus diletakkan menyolok mata yang mana alat tersebut mudah dijangkau dan siap dipakai dan selalu tersedia saat terjadi kebakaran. Lebih baik alat tersebut diletakkan sepanjang jalur lintasan normal, termasuk exit dari suatu daerah. d. Lemari tempat APAR harus tidak dikunci, kecuali bila APAR tersebut menjadi sasaran perbuatan jahat dan lemari termasuk sebagai sarana akses darurat. Lemari yang berisi APAR tidak diperkenankan dikunci, kecuali jika APAR yang ada di dalam lemari tersebut dapat digunakan untuk perbuatan jahat, dan di dalam lemari tersebut tersimpan peralatan untuk akses keadaan darurat. e. APAR harus tampak jelas dan tidak terhalangi. Dalam ruangan yang besar, dan dalam lokasi tertentu terdapat penghalang visual yang tidak dapat dihindari maka harus disediakan sarana untuk menunjukkan lokasi APAR tersebut. f. APAR selain jenis APAR beroda harus dipasang kokoh pada penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk ke dalam. APAR beroda harus diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.

15

g. APAR yang dipasang pada kondisi pemasangan yang rentan tercabut harus dilengkapi dengan sabuk pengikat yang dirancang secara khusus. h. APAR yang dipasang pada kondisi rentan terhadap kerusakan fisik (contoh; dari benturan, getaran, lingkungan) harus diproteksi dengan benar. i. APAR dengan berat kotor tidak melebihi 18 kg harus dipasang sehingga ujung atas APAR tingginya tidak lebih dari 1,5 m di atas lantai. APAR dengan berat lebih dari 18 kg (kecuali jenis yang dilengkapi roda) harus dipasang tidak lebih dari 1 m di atas lantai. Dalam hal apapun pada perletakan APAR harus ada jarak antara APAR dengan lantai tidak kurang dari 10 cm. j. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan dari APAR dan harus terlihat jelas. Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam tahun, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR. Pelarangan ini tidak berlaku untuk label asli manufaktur, label yang secara spesifik terkait pengoperasian APAR atau klasifikasi api, atau label inventory control spesifik untuk APAR itu. k. Alat pemadam api yang dipasang dalam lemari atau dinding yang masuk ke dalam, harus ditempatkan sedemikian sehingga label instruksi pengoperasian APAR menghadap ke arah luar. Lokasi APAR tersebut harus bertanda jelas.

16

l. Apabila APAR dipasang dalam lemari tertutup yang terekspos ke temperatur tinggi, lemari tersebut harus dilengkapi dengan bukaan dan lubang buangan yang berkawat kasa. m. APAR harus tidak terekspos ke temperatur di luar rentang temperatur yang tercantum pada label APAR. n. APAR yang berisi hanya air biasa, hanya dapat diproteksi terhadap temperatur paling rendah + 40°C dengan menambahkan bahan antibeku yang dicantumkan pada plat nama APAR. Larutan Kalsium Khlorida tidak boleh digunakan pada APAR jenis baja tahan karat. o. Manufaktur atau pemasok harus menyerahkan kepada Pemilik atau wakil pemilik manual instruksi APAR yang merinci instruksi singkat dan peringatan yang perlu untuk instalasi, pengoperasian, inspeksi dan pemeliharaan APAR. 2.2.2

Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengisian Ulang APAR. a. Pemilik atau wakil yang ditunjuk atau penghuni bangunan gedung yang di dalamnya di pasang APAR harus bertanggung jawab untuk pelaksanaan inspeksi, pemeliharaan dan pengisian ulang. b. Pemeliharaan, perawatan dan pengisian ulang harus dilakukan oleh petugas yang terlatih, mempunyai manual perawatan menyeluruh, alat perkakas dari jenis yang cocok, bahan isi ulang, pelumas, dan rekomendasi manufaktur untuk penggantian bagian–bagian atau bagian yang khusus terdaftar untuk digunakan dalam APAR. c. Etiket tidak ditempatkan di depan APAR.

17

d. Label yang menunjukkan penggunaan APAR atau klasifikasi atau keduanya diizinkan untuk ditempatkan pada bagian depan APAR. e. APAR harus diinspeksi sejak awal ditempatkan dan difungsikan dan selanjutnya pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari. APAR harus diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik, pada interval waktu yang lebih jika keadaan membutuhkan. f. Petugas yang melakukan inspeksi harus menyimpan arsip dari semua APAR yang diperiksa, termasuk tindakan korektif yang dilakukan. g. Sekurang-kurangnya sebulan sekali pemeriksaan dilakukan dan tanggal, nama petugas yang melakukan pemerikaan harus tercatat. h. Arsip harus dipelihara melalui etiket atau label yang ditempelkan pada APAR, lewat daftar simak inspeksi yang dipelihara pada arsip atau lewat metoda elektronik yang menjamin arsip tersimpan permanen. i. Terhadap APAR harus dilakukan pemeliharaan pada jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun, pada waktu pengujian hidrostatik, atau jika secara khusus ditunjukkan melalui inspeksi atau pemberitahuan elektronik. j. APAR yang dikeluarkan dari tempatnya untuk pemeliharaan atau pengisian ulang harus diganti dengan APAR yang sesuai untuk jenis bahaya kebakaran yang akan diproteksi dan sekurang-kurangnya memiliki kemampuan daya padam yang sama. k. Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang dilekatkan dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya

18

pemeliharaan dan memberikan identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan. l. Semua APAR yang dapat diisi ulang harus diisi ulang setelah setiap penggunaan atas sebagaimana yang ditunjukkan saat inspeksi atau ketika dilakukan pemeliharaan. 2.2.3

Instalasi Hidran Hidran halaman adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan di halaman bangunan gedung (Permen PU No 26 Tahun 2008).

Gambar 2.2: Hidran Menurut jenisnya hidran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe bejana kering (dry barrel) dan bejana basah (wet barret fire hydrant). Pada jenis bejana kering, di dalamnya tidak berisi air, walaupun sudah dihubungkan dengan sumber air. Hidran bejana basah di dalamnya berisi air sehingga jika dibuka air langsung menyemprot.

19

Menurut SNI 03 1745 2000, kotak hidran merupakan suatu kotak yang di dalamnya terdiri dari rak slang, slang nozel, dan katup slang. Sebagai berikut penjelasannya: 1.

Kotak Slang a) Lemari tertutup yang berisi slang kebakaran, harus berukuran cukup untuk pemasangan peralatan penting dan dirancang tidak saling mengganggu pada waktu sambungan slang, slang dan peralatan lain digunakan dengan cepat pada saat terjadi kebakaran. b) Di dalam lemari, sambungan slang harus ditempatkan sehingga tidak kurang 25 mm ( 1 inci ) jaraknya antara setiap bagian dari lemari dan tangkai katup ketika katup dalam setiap kedudukan dari terbuka penuh sampai tertutup penuh. c) Lemari

hanya

digunakan

untuk

menempatkan

peralatan

kebakaran dan setiap lemari di cat dengan warna yang menyolok mata. d) Apabila jenis kaca mudah dipecah (break glass) untuk tutup pelindung, harus disediakan alat pembuka, alat yang disediakan untuk memecah panel kaca harus dilekatkan dengan aman dan tidak jauh dari area panel kaca dan harus disusun sehingga alat tidak dapat dipakai untuk memecahkan pintu lemari panal kaca lainnya.

20

e) Apabila suatu rakitan tahan api ditembus oleh lemari, ketahanan api dari rakitan harus dijaga sesuai yang dipersyaratkan oleh ketentuan teknis bangunan gedung lokal. 2. Slang Setiap sambungan slang yang disediakan untuk digunakan oleh penghuni bangunan ( sistem kelas II dan kelas III), harus dipasang dengan panjang yang tidak lebih dari 30 m (100 ft) sesuai terdaftar untuk diameter 40 mm ( 1½ inci ), lurus, dapat dilipat atau tidak dapat dilipat, slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan. 3. Rak Slang Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) yang disediakan dengan slang 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan rak yang terdaftar atau fasilitas penyimpanan lain yang disetujui. Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan gulungan aliran menerus yang terdaftar. 4. Nozel : Disediakan untuk pelayanan kelas II harus terdaftar. 5. Label Masing-masing rak atau fasilitas penyimpanan untuk slang 40 mm (1½ inci ) atau lebih kecil harus dibuatkan label dengan tulisan berbunyi “ Slang kebakaran untuk digunakan penghuni” dan instruksi pemakaiannya.

21

6. Sambungan Slang Sambungan slang harus mempunyai ulir sesuai ketentuan yang berlaku. Sambungan slang harus dipasang dengan tutup (cap) untuk melindungi ulir slang. 2.2.4

Alarm Kebakaran Berdasarkan

SNI

03-3985-2000

alarm

kebakaran

adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda setelah kebakaran terdeteksi. Sistem alarm kebakaran digunakan untuk memberitahukan kepada pekerja atau peghuni dimana suatu bahan kebakaran bermula.

Gambar 2.3: Alarm Kebakaran Alarm kebakaran dibagi menjadi dua jenis menurut cara kerjanya, yaitu : a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus (Audible alarm). b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap oleh pandangan mata secara jelas (Visible alarm). Sistem alarm kebakaran dilengkapi dengan tanda atau alarm yang bisa dilihat atau didengar. Penempatan alarm kebakaran ini biasanya pada

22

koridor atau gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi. Sistem alarm kebakaran bekerja secara manual atau otomatis yang diintegrasikan dengan sistem deteksi kebakaran. Sistem alarm kebakaran manual ditekan melalui tombol yang berada dalam lemari atau kotak alarm (break glass). Jika kaca pecah, maka tombol akan aktif dan segera mengeluarkan sinyal alarm dan mengaktifkan sistem kebakaran lainnya. Sistem alarm kebakaran otomatis diaktifkan oleh sistem detektor. Ketika detektor mendeteksi

adanya api, maka

detektor akan segera mengaktifkan alarm dan sistem pemadam otomatis akan bereaksi. Menurut SNI 03-3985-2000 Tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. alarm harus memiliki beberapa kriteria yaitu: 1. Mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga mudah dikenal sebagai alarm kebakaran. 2. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi kerja antara 500 ~ 1000 Hz dengan tingkat kekerasan suara minimal 65 dB. 3. Untuk ruang dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan suara minimal 5 dB

lebih tinggi dari

kebisingan normal. 4. Untuk ruang dengan kemungkinan dipergunakan untuk ruang tidur, tingkat kekerasan suara minimal 75 dB.

23

5. Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus terpasang alarm kebakaran. 6. Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau oleh sistem alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm yang khusus untuk ruangan tersebut 7. Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruang khusus di mana suara–suara dari luar tidak dapat terdengar. 8. Sarana alarm luar harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan pula sebagai penuntun cara masuk bagi anggota pemadam kebakaran dari luar. 9. Panel kontrol harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran. 10. Panel kontrol harus mampu membantu kerja detektor dan alarm kebakaran serta komponennya secara keseluruhan 2.2.5 Detektor Kebakaran Sistem pertama yang menjadi ujung tombak proteksi kebakaran adalah sistem deteksi. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya api sedini mungkin. Prinsip deteksi api, didasarkan atas elemen-elemen yang ada dalam suatu api yaitu adanya asap, nyala dan panas. Alat detektor kebakaran (fire detector) adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal.

Gambar 2.4: Smoke Detector

24

Berdasarkan SNI 03-3985-2000 detektor kebakaran (fire detector) digolongkan dalam beberapa jenis yaitu: a. Detektor Asap Detektor Asap (Smoke Detector) adalah detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Salah satu alat deteksi asap bekerja dengan prinsip ionisai dengan menggunakan bahan radioaktif yang akan mengionisasi udara di suatu ruangan dalam komponen detektor. Listrik dalam ruangan dihantar melalui udara di antara dua batang elektroda. Apabila partikel asap masuk ke dalam ruang detektor, maka akan menyebabkan penurunan daya hantar listrik. Detektor ini mendeteksi adanya asap dengan melihat adanya penurunan daya hantar listrik. Selanjutnya detektor akan memberikan sinyal ke sistem alarm. Berdasarkan cara kerjanya, detektor asap dikelompokkan atas dua jenis yaitu jenis ionisasi dan photoelectric. Sesuai dengan sifat tersebut, maka detektor asap sangat tepat digunakan di dalam bangunan dimana banyak terdapat kebakaran kelas A yang banyak menghasilkan asap. Namun kurang tepat digunakan untuk kebakaran hidrokarbon atau gas. b. Detektor Panas Detektor Panas (Heat Detector) adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas (temperature) tertentu (SNI 03-39852000). Detektor panas merupakan peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatik yang

25

secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya (Ramli, 2010). Ada tiga tipe detektor panas, yaitu : 

Detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas panas tertentu (fixed temperature).



Detektor yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperature (rate of rise).



Detektor kombinasi yang bekerjanya berdasarkan kenaikan temperature dan batas temperature maksimum yang ditetapkan.

c. Detektor Nyala Detektor Nyala Api (Fire Detector), adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan radiasi nyala api (SNI 03-3985-2000). Api mengelurkan radiasi sinar infra merah dan ultra violet. Keberadaan sinar ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detektor. Sesuai dengan fungsinya, detektor ini ada beberapa jenis, yaitu : 

Detektor nyala api ultra violet.



Detektor nyala api infra merah. Pemasangan dan penempatan detektor memerlukan berbagai

pertimbangan, misalnya sifat risiko kebakaran, jenis api dan kepadatan penghuninya. Salah satu pertimbangan adalah jenis bahan atau kelas kebakaran yang mungkin terjadi. d. Detektor Gas

26

Detektor Gas (Gas Detector), adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain yang mudah terbakar (SNI 03-3985-2000). Tanpa mempedulikan jenis dari detektor yang digunakan, detektor-detektor berikut perlu diganti atau perwakilan contohnya dikirim ke laboratorium pengetesan atau ke manufaktur untuk dilakukan pengetesan : a. Detektor di dalam sistem yang sedang diperbaiki untuk beroperasi setelah sekian lama tidak digunakan. b. Detektor yang terlihat mengalami korosi. c. Detektor yang telah dicat di lapangan, jika tidak merata adalah dari jenis

yang

ditemukan

oleh

pengetesan

laboratorium

bahwa

terpengaruh oleh pengecatan. d. Detektor yang telah dibersihkan dari cat. e. Detektor yang telah pernah terpengaruh oleh kerusakan mekanis atau penyalah-gunaan yang sejenis. f. Detektor dimana sirkitnya telah pernah terpengaruh gelombang besar (surya) oleh tegangan berlebih atau kerusakan akibat petir. g. Detektor yang terpengaruh terhadap kodisi lain yang dapat secara permanen mempengaruhi operasinya, seperti lemak pelumas atau deposit lainnya atau atmosfir yang korosive.

27

Berdasarkan SNI 03-3985-2000 ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: a) Semua peralatan deteksi kebakaran harus didaftar atau disetujui sesuai dengan yang dirancang dan harus dipasang mengikuti standar ini. b) Semua peralatan deteksi kebakaran yang menerima pasokan daya dari sirkit yang mengawali suatu unit kontrol alarm kebakaran harus didaftar (listed) untuk penggunaan dengan unit kontrol. Apabila dapat diterima oleh instansi yang berwenang, manufaktur dapat melengkapi informasi mengenai kompatibilitas dari peralatan deteksi dengan unit kontrol untuk memenuhi persyaratan ini. c) Apabila disyaratkan oleh instansi yang berwenang, informasi lengkap tentang detektor kebakaran, termasuk persyaratan teknis dan gambar denah yang menunjukkan perletakan detektor harus disampaikan untuk disetujui sebelum pemasangan detektor. d) Sebelum permohonan persetujuan akhir terhadap pemasangan dari instansi yang berwenang diberikan, kontraktor pemasang harus melengkapi dengan pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa detektor telah dipasang sesuai dengan rancangan denah yang disetujui dan diuji sesuai spesifikasi manufaktur. e) Akhir dari penyelesaian pemasangan harus dilakukan pengujian yang sesuai dengan standar ini dan pelaksanaannya harus dihadiri wakil dari instansi yang berwenang. f) Detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis.

28

g) Pemasangan

detektor

dalam

semua

keadaan

harus

bebas

dari

pengikatannya terhadap sirkit konduktor. h) Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit kecuali hal itu sudah pernah diuji dan terdaftar (“listed”) untuk pemasangan seperti itu. i) Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang. Setiap detektor yang terpasang harus dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik. j) Apabila dipersyaratkan proteksi mencakup secara menyeluruh, maka detektor harus dipasang pada seluruh ruangan, lobi, daerah gudang, besmen, ruang di bawah atap di atas langit-langit, loteng, ruang di atas langit-langit yang diturunkan dan sub bagian lainnya dan ruang yang dapat dijangkau dan di dalam semua lemari tanam, saf lif, tangga tertutup, saf “dumb waiter”, dan pelongsor (chute). Daerah yang tidak dapat dimasuki yang mengandung bahan mudah terbakar harus dibuat dapat dimasuki dan diproteksi oleh detektor-detektor. k) Detektor harus juga disyaratkan dipasang di bawah tempat bongkar muat terbuka atau teras dan penutupnya, dan ruang di bawah lantai yang dapat dimasuki dari bangunan tanpa besmen. l) Selama kode, standar, hukum, atau instansi yang berwenang mensyaratkan proteksi hanya daerah terseleksi saja, daerah yang disebutkan itu harus diproteksi mengikuti standar ini.

29

m) Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm kebakaran melengkapi supervisi terhadap sambungan. Terminal atau kawat demikian adalah penting untuk menjamin terhadap terputusnya jaringan, dan sambungan individu dibuat ke dan dari terminal untuk sinyal dan pasokan daya. n) Apabila warna keseluruhan dari suatu detektor sama dengan tanda kode warna yang disyaratkan untuk detektor itu, salah satu susunan berikut, dipakai warna yang kontras dan mudah dilihat setelah pemasangan, harus dibicarakan 2.2.6 Water Sprinkler Sprinkler otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila pemancar / kepala sprinkler terkena panas pada temperatur tertentu. Dasar perencanaan sistem sprinkler berbasis pada jumlah air yang dipancarkan oleh kepala sprinkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar klasifikasi hunian. Berdasarkan SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sistem sprinkler yaitu:

30

1. Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : a. Ruang Tahan Api b. Kamar Kakus c. Ruang Panel Listrik d. Ruangan Tangga dan Ruangan Lain yang dibuat khusus tahan api. 2. Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai. Gambar perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Halhal seperti dibawah ini harus tercantum dalam gambar perencanaan : a. Nama pemilik dan jenis hunian. b. Alamat. c. Klasifikasi bahaya kebakaran. d. Arah mata angina. e. Kontruksi atap dan langit-langit. f. Potongan gedung. g. Letak dinding tahan api. h. Letak dinding pemisah. i. Jenis hunian tiap ruang atau kamar. j. Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang. k. Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah merupakan ujung buntu atau jaringan melingkar.

31

l. Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi. m. Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler. n. Suhu kerja dan letak sprinkler. o. Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada tiap sistem dan luas daerah yang dilindungi tiap lantai. p. Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah keseluruhan tiap lantai. q. Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai. r. Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis. s. Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya. t. Jenis penggantung. u. Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji. v. Slang kebakaran. w. Nama dan alamat instalatur. 3. Hanya kepala sprinkler 100% baru boleh dipasang. Bahan yang dipakai dalam pemasangan sistem sprinkler hanya bahan yang telah disetujui oleh pihak yang berwenang. 4. Pemasangan instalasi sprinkler harus dilaksanakan oleh instalatur yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang. 5. Setelah pemasangan selesai harus diadakan pemeriksaan dan pengujian oleh instalatur dan disaksikan oleh pemilik dan pejabat yang berwenang. Instalatur dapat meninggalkan pekerjaan apabila semua cacat telah diperbaiki dan sistem sprinkler siap beroperasi. Berita acara serah terima harus dibuat dan ditanda tangani oleh

32

semua pihak yang bersangkutan sebagai tanda bukti penyerahan pekerjaan. 6. Semua pengujian yang diminta dalam standar ini harus dilakukan oleh instalatur. Instalatur harus memberitahukannya terlebih dahulu sebelum pengujian dilaksanakan kepada pemilik dan pejabat yang berwenang. Apabila tidak ada petugas dari pihak yang berwenang dapat hadir pada waktu pengujian dan ijin pengujian telah diberikan, maka pengujian dapat dilaksanakan oleh pemilik atau orang yang ditunjuknya. Hasil pengujian harus diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk disahkan. 7. Air laut atau air lain yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi tidak boleh dipergunakan untuk pengujian. 8. Jarak minimum antara dua kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 2 m, kecuali jika ditempatkan penghalang pancaran antara kepala sprinkler untuk mencegah pembahasan kepala sprinkler lain oleh kepala sprinkler yang bekerja. Penghalang pancaran tersebut terdiri dari plat logam dengan lebar 200 mm dan tinggi 150 mm dan apabila dipasang di pipa cabang bagian atas, penghalang pancaran harus 50 ~ 75 mm di atas deflektor kepala sprinkler. 9. Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal sistem bahaya kebakaran sedang atau sistem bahaya kebakaran berat tidak boleh melebihi dari 2 m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-

33

langit, maka jarak kepala sprinkler dan dinding tidak boleh melebihi 1,5 m. 2.3 Kerangka Teori Berdasarkan telaah kepustakan dari berbagai sumber, menegaskan bahwa sarana proteksi aktif kebakaran merupakan sarana yang terintegrasi dan merupakan pencegahan dan perlindungan kebakaran tahap pertama. System prtoeksi aktif kebakaran meliputi system alarm kebakaran, system detektor kebakaran, system sprinkler, APAR dan Hidran. kerangka teori dapat dilihat dibawah ini:

SISTEM PROTEKSI AKTIF

Sistem Alarm Kebakaran

Sistem Detektor Kebakaran

Sistem sprinkler

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Sistem Hidran

Gambar. 2.5 Kerangka Teori: (Permen PU No. 20 Tahun 2009; Permen PU No. 26 Tahun 2008; SNI 03 3985 2000; SNI 03 3989 2000; dan SNI 03 1745 2000)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Sistem proteksi aktif menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 merupakan sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana proteksi kebakaran aktif terdiri dari alarm, hidran, detektor, sprinkler, dan APAR. Dalam penelitian ini elemen proteksi aktif yang ada di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan diperiksa

yang kemudian akan

dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan sarana proteksi aktif kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut: Alarm kebakaran Detektor kebakaran

SNI-03-3985-2000

Hidran

SNI 03 1745 2000

APAR

Permen PU Nomor 26 Tahun 2008

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Sarana Proteksi aktif

34

Tingkat Pemenuhan Terhadap Standar

35

3.2 Definisi Operasional Tabel.3.1 Definisi Operasional

No

Istilah

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat ukur

Hasil ukur

Skala ukur Ordinal

1

Alarm kebakaran

Tingkat pemenuhan elemen pendeteksian kebakaran pada Alarm kebakaran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI -03-39852000

Observasi dan Wawancara

Check list, kuisioner, dan kamera

2

Detektor

Observasi wawancara dan dokumen

Cheklist dan kuisioner, kamera

3

APAR

Tingkat pemenuhan elemen pendeteksian kebakaran, perancangan detector, pemasangan, serta pemeliharaan detektor kebakaran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI -03-39852000 Tingkat pemenuhan elemen pemasangan, pemeliharaan serta pemakaian APAR yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan Permen PU Nomer 26 tahun 2008

Observasi wawancara dan dokumen

Cheklist dan kuisioner, meteran, timbangan, dan kamera

Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara >80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian <60% 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0% . (Saptaria et al tahun 2005) Presentase Ordinal 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara >80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian <60% 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0% (Saptaria et al tahun 2005) Presentase Ordinal 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara >80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian <60% 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali (Saptaria et al tahun 2005)

36

Lanjutan tabel 3.1 No

Istilah

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat ukur

Hasil ukur

4

Hidran

Tingkat pemenuhan elemen pemasangan, penggunaan serta pemeliharaan Hidran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI03-1745-2000

Observasi Wawancara dan dokumen

Cheklist dan kuisioner, kamera, meteran

Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara >80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian <60% 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0% (Saptaria et al tahun 2005)

Skala ukur Ordinal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Metode

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, alat ukur penelitian ini berupa penilaian kelayakan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung dengan metode check-list dan lembar wawancara. Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan sistem proteksi kebakaran pada gedung tersebut, serta hasilnya akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, SNI-03-3989-2000, SNI-03-3985-2000, dan SNI 03 1745 2000. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk waktu penelitian akan dilakukan pada MaretJuni 2015. 4.3. Pengumpulan Data Sumber data yang akan digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi terhadap alat proteksi aktif kebakaran yang ada dilapangan. Data primer ini meliputi keadaan aktual alat proteksi aktif kebakaran, seperti alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan Hidran. Data primer ini diambil dengan cara wawancara dan observasi dengan pengelola gedung terkait inspeksi dan pemeliharaan proteksi aktif kebakaran. Berikut ini cara pengambilan data penelitian :

38

39 a. Wawancara : Wawancara ini dilakukan untuk mengambil data terkait elemen proteksi aktif di gedung rektorat meliputi perancangan awal pemasangan alat proteksi aktif kebakaran seperti Alarm kebakaran, detektor kebakaran, springkler, APAR, dan Hidran. Wawancara ini dilakukan terhadap penanggung jawab teknis proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Observasi : Observasi dilaksanakan untuk melihat keadan aktual alat proteksi aktif kebakaran di gedung rektorat. seperti Alarm kebakaran, detektor kebakaran, springkler, APAR, dan Hidran. Observasi ini dilakukan diseluruh gedung rektorat dari lantai satu sampai lantai tiga. 4.4. Pengolahan Data Dalam penelitian ini ada beberapa tahap dalam pengolahan data 1. Tahap telaah peraturan (Permen PU No 26 tahun 2008, SNI-03-39852000, SNI-03-3989-2000, dan SNI 03 1745 2000) terkait standar sarana proteksi aktif kebakaran 2. Membuat check list tiap-tiap sarana proteksi aktif yang ada seperti sarana Alarm kebakaran, Detektor kebakaran, APAR dan Hidran berdasarkan dengan persyaratan sarana proteksi aktif yang termaktub dalam peraturan terkait standar sarana proteksi aktif kebakaran 3. Check list Sarana alarm kebakaran mempunyai lima elemen standar sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran 1).

40 4. Check list Sarana detektor kebakaran

mempunyai delapan elemen

standar sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran 2). 5. Check list APAR mempunyai tiga belas elemen standar sesuai dengan persyaratan Permen PU nomor 26 tahun 2008 (Lihat lampiran 3). 6. Check list Hidran mempunyai tiga belas elemen standar sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran 4). 7. Melakukan observasi dan wawancara terkait keadaan aktual sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan panduan check list masing-masing sarana proteksi aktif. 8. Membandingkan kondisi aktual sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan chek list peraturan terkait standar sarana proteksi aktif kebakaran. 9. Menghitung perbandingan persentase kesesuaian antara kondisi aktual sarana proteksi aktif yang ada di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan check list peraturan standar sarana proteksi aktif 10. Mendapatkan nilai persentase tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Membandingkan hasil persentase tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al tahun 2005 dari Puslitbang PU tahun 2005.

41 12. Menarik simpulan dari perbandingan tersebut yaitu baik, cukup baik, kurang dan tidak. Berikut ini kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al, dari Puslitbang PU tahun 2005: Tabel 4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran Nilai >80% - 100% 60% - 80%

Kesesuaian Sesuai persyaratan Terpasang tapi ada instalasi yang tidak persyaratan <60% Terpasang tapi ada instalasi yang tidak persyaratan 0% Tidak sesuai sama sekali Sumber : Puslitbang PU Tahun 2005

sebagian kecil sesuai dengan sebagian besar sesuai dengan

Keandalan Baik (B) Cukup baik (C)

Kurang (K)

Tidak

4.5 Analisis Data Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, yang menggambarkan dan membandingkan sistem proteksi aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan peraturan perundangan yang berlaku dan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait proteksi aktif. Kemudian data dideskripsikan dengan cara persentase. Untuk menghitung persentase penulis menggunakan rumus tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al, (2005). Setelah semuanya dibandingkan dengan peraturan yang ada, dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu Sesuai, bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi peraturan pembanding. Cukup, bila sebagian kecil elemen tidak memenuhi item pada peraturan pembanding. Kurang, bila sebagian besar elemen tidak memenuhi item pada peraturan

42 pembanding. Tidak sesuai, bila semua elemen yang diteliti tidak memenuhi item pada peraturan pembanding.

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berlokasi di kota tangerang selatan tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat Tangerang Selatan Banten. UIN Syarif Hidayatullah sendiri berdiri pada lahan seluas 65.870m2. Gedung rektorat memiliki tinggi bangunan 3 lantai. Dimana setiap lantai terdiri dari berbagai ruang yaitu: Lantai 1 Gedung Rektorat terdiri dari ruang toilet, gudang rumah

tangga, bagian

kerjasama dan kelembagaan, ruang wakil rektor bidang kerjasama, internasional office, lobi rektorat, information center, pusat pengembangan bisnis, pusat studi gender dan anak, puskumham, dapur, kantor berita UIN dan toilet. Denah lantai 1 seperti pada Gambar 5.1 berikut ini:

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

KORIDOR 14 Keterangan : 1.Toilet, 2.Gudang rumah tangga, 3. Bagian kerjasama dan kelembagaan, 4. Ruang wakil rektor bidang kerjasama, 5.Internasional office, 6. Lobi rektorat, 7. Lorong rektorat, 8. Information center, 9. Pusat pengembangan bisnis, 10. Pusat studi gender dan anak, 11. Puskumham, 12. Dapur, 13. Toilet, 14.Kantor berita UIN

Gambar 5.1 Denah Lantai 1 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

44

Lantai 2 gedung rektorat terdiri dari ruang toilet, ruang rektor, ruang wakil rektor dua, lobi, ruang sidang utama, unit layanan pengadaan, ruang wakil rektor satu, ruang kepala biro AAK, ruang wapat wakil rektor satu, dapur dan toilet. Denah lantai 2 seperti pada Gambar 5.2 berikut ini:

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

KORIDOR Keterangan : 1. Toilet, 2. Ruang rektor, 3.Ruang wakil rektor dua, 4. Lobi, 5. Ruang sidang utama, 6. Unit layanan pengadaan, 7. Ruang wakil rektor satu, 8.Ruang kepala biro AAK, 9. Ruang wapat wakil rektor satu, 10. Dapur, 11. Toilet.

Gambar 5.2 Denah Lantai 2 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lantai 3 gedung rektorat terdiri dari lembaga penjamin mutu, satuan pengawas internal, meeting room, mushola, lobi lantai 3, ruang PPM, pusat penelitian, dan dapur. Denah lantai 3 seperti Gambar 5.3 berikut ini:

1

2

3

4

5

6

7

8

Keterangan: 1. Lembaga penjamin mutu, 2. Satuan pengawas internal, 3. Meeting room, 4. Lobi lantai 5. Mushola, 6. Ruang PPM, 7. Pusat penelitian, 8. Dapur

Gambar 5.3 Denah Lantai 3 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

45

5.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sarana proteksi aktif di gedung Rektorat terdiri dari Alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan Hidran, 5.2.1 Alarm Kebakaran Alarm kebakar an (gambar 5.4) di gedung rektorat berupa sirine kebakaran yang terhubung keseluruh ruangan. Alarm kebakaran di gedung rektorat mempunyai kontrol panel di pos satpam lantai 1. Jika alarm ini berbunyi, maka dari pusat kontrol panel akan langsung dapat menunjukan lokasi dari adanya kebakaran. Sistem alarm kebakaran di gedung rektorat mempunyai alat pengeras yang melingkupi seluruh lantai. Di lantai satu terdapat dua bel alarm yang berada pada sayap kanan dan sayap kiri. Di lantai dua juga terdapat dua bel alarm yang terdapat di sayap kanan gedung dan sayap bagian kiri gedung. Lantai tiga terdapat dua bel alarm yang posisinya serupa dengan di lantai satu dan dua. Penempatan ini sangat memungkinkan untuk menyebarkan suara alarm keseluruh ruangan gedung rektorat sehingga seluruh karyawan gedung mengetahui akan adanya kebakaran.

Gambar 5.4 Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

46

Tabel 5.1 memperlihatkan gambaran alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari enam bel alarm kebakaran yang terdapat di gedung rektorat, 83% (lima buah) berada dalam kondisi baik. Satu buah berada dalam kondisi kurang. Tabel 5.1 Gambaran Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6

Bel alarm 1 2 3 4 5 6

Lokasi Depan information center lt 1 Depan international office lt 1 Depan ULP lt 2 Depan ruang rektor lt 2 Depan PPM lt 3 Depan SPI lt 3 Rata – rata

Persentase 20% 100% 100% 100% 100% 100% 86,6%

Penilaian Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan gambaran peletakan sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hdayatullah Jakarta (tabel 5.2), secara peletakan ada satu buah dalam kondisi kurang berada di gedung rektorat lantai satu di depan ruang information center dan lima buah dalam kondisi baik. Tabel 5.2 Gambaran Peletakan Sarana Bel Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3

Kategori Baik Cukup baik Kurang

Jumlah 5 0 1

Persentase 83 % 0% 17 %

Hasil wawancara dengan penanggung jawab teknis dan komandan satpam gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat tergambarkan bahwa alarm di

47

gedung rektorat masih berfungsi, tetapi peneliti tidak bisa membuktikan secara langsung fungsi alarm tersebut. Hal ini dikarenakan belum adanya izin dari pemangku kebijakan. Selain itu, pada waktu penelitian keadaan kantor rektorat masih hari kerja, sehingga dapat menimbulkan kekhawatiran. Walaupun di rektorat tidak pernah terjadi kasus kebakaran. Selain itu juga sistem alarm di gedung rektorat dilengkapi dengan kontrol panel yang berada di pos satpam lantai satu. Panel control (gambar 5.5) ini dapat menunjukan lokasi kebakaran jika alarm berbunyi. Berdasarkan wawancara dengan teknisi dan komandan satpam panel ini masih berfungsi dapat menunjukan asal lokasi kebakaran jika terjadi kebakaran. Tetapi terkait fungsi peneliti tidak bisa membuktikan sendiri. Hal ini dikarenakan dapat mengganggu aktivitas bekerja.

\

Gambar 5. 5 Panel Kontrol di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Semua bagian ruangan di gedung rektorat dapat dijangkau oleh sistem alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm. Berdasarkan wawancara dengan petugas teknis, alarm ini dapat didengar ke seluruh ruangan. Tetapi terkait fungsi peneliti tidak bisa membuktikan sendiri. Hal ini dikarenakan dapat mengganggu

48

aktivitas bekerja. Gedung rektorat sendiri tidak pernah mengalami kejadian kebakaran, sehingga alarm kebakaran belum pernah berbunyi. Selain wawancara peneliti juga melakukan observasi langsung ke gedung rektorat terkait kondisi aktual sistem alarm kebakaran di gedung rektorat. Ada beberapa elemen yang peneliti ambil dari Standar Nasional Indonesia terkait persyaratan umum sistem alarm kebakaran untuk gedung. Tabel 5.3 berikut ini menunjukkan hasil checklist tingkat pemenuhan sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan dengan SNI -03-3985-2000 tentang Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung : Tabel 5.3 Tingkat Pemenuhan Sarana Alarm Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000 No 1

2

3

4

SNI 03-3985-2000

Kondisi Aktual

Alarm berbunyi khas Alarm kebakaran di gedung hingga mudah dikenal rektorat dapat berbunyi seperti sebagai alarm kebakaran suara bel. Tetapi peneliti tidak melakukan pengecekan fungsi tersebut. Pada semua lokasi panel Terdapat panel control dan control dan panel bantu terdapat juga alarm kebakaran terpasang alarm pada panel control kebakaran. (gambar 5.2) Semua bagian ruangan Semua bagian ruangan dapat dalam bangunan harus dijangkau oleh sistem alarm dapat dijangkau oleh kebakaran dengan tingkat sistem alarm kebakaran kekerasan bunyi. Tetapi peneliti dengan tingkat kekerasan tidak melakukan pengecekan bunyi alarm. fungsi tersebut Panel control dapat Panel control dapat menunjukan menunjukkan asal lokasi asal lokasi kebakaran. Pada kebakaran panel control ini akan menyala

Persentase

Sesuai/tidak sesuai

83,3%

Sesuai

83,3%

Sesuai

83,3%

Sesuai

83,3%

Sesuai

49

Lanjutan Tabel 5.3 No

SNI 03-3985-2000

Kondisi Aktual

Persentase

Sesuai/tidak sesuai

merah pada lokasi yang terjadi kebakaran 5

Panel control mampu Panel control dapat membantu 100% membantu kerja detektor kerja detektor

Sesuai

Hasil rata-rata tingkat pemenuhan alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 86,6%. Sehingga menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dan masuk dalam kategori baik. 5.2.2 Detektor Kebakaran Detektor kebakaran (gambar 5.6) yang terdapat digedung rektorat adalah detektor asap. Berdasarkan hasil wawancara penentuan jenis detektor ini dipilih agar dapat mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api, ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran dititik tersebut. Walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor kebakaran ini berfungsi dengan baik.

50

Gambar 5.6 Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 Berdasarkan wawancara sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan detektor kebakaran yang terhubung dengan panel kontrol. Hal ini guna membantu sarana detektor dengan sarana panel control serta alarm kebakaran. Sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah juga memputnyai persyaratan awal yaitu berupa gambaran rancangan awal pemasangan yaitu di asbuilt drawing. Tetapi peneliti tidak bisa melihat dokumen tersebut dikarenakan masih diperlukan waktu untuk mencari dokumen tersebut. Sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum terproteksi dari gangguan mekanis. Hal ini berdasarkan wawancara dengan petugas teknisi. Hal ini seperti detektor di toilet lantai satu yang rusak dikarenakan adanya orang yang tidak bertanggung jawab. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa sarana detektor kebakaran di gedung rektorat terpasang diseluruh ruangan. Selain itu juga detektor di gedung rektoat terkait pemasangan tidak masuk kedalam langit-langit gedung rektorat. Berdasarkan wawancara dengan petugas teknis diketahui bahwa sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini senatiasa dilakukan

51

pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan oleh teknisi. Selain itu, terkait dokumen pemeliharaan detektor kebakaran di gedung rektorat ini tidak disimpan. Berikut ini (tabel 5.4) gambaran kondisi detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 :

Table 5.4 Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No Kategori Jumlah Persentase 1 Baik 44 100 % 2 Cukup baik 0 0% 3 Kurang 0 0% 4 Tidak 0 0%

Dari tabel 5.4 diatas memperlihatkan kondisi detektor di gedung rektorat dengan kondisi baik sebanyak 44 buah (100 %). Hasil

pengamatan

keberadan

detektor

menurut

ruangan,

tabel

5.5

memperlihatkan masih adanya ruangan yang tidak terdapat detektor yaitu information center, puslitpen, lobi lantai 3 dan toilet. Tabel 5.5 Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lantai

Lantai 1

Nama ruang Puskumham Pusat Studi Gender dan Anak Pusat Pengembangan Bisnis Kantor Berita UIN Information center Lobi gedung PLKI Wakil rektor bidang kerjasama Ruang rapat wakil rektor bidang kerjasama

Jumlah 2 2 1 1 0 1 2 1 1

52

Lanjutan Tabel 5.5 No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Lantai

Lantai 2

Lantai 3

Nama ruang Bagian kerjasama Toilet lantai 1 Ruang Rapat wakil rektor bidang akademik Kepala biro AAK Ruang Staf Wakil rektor bidang akademik Wakil rektor bidang akademik Ruang Rapat Unit Layanan Pengadaan Lobi lantai 2 Ruang rektor Ruang wakil rektor bidang administrasi umum Ruang administrasi rektor Toilet lantai 2 Puslitpen Kepala puslitpen Pusat pengabdian masyarakat Bekas ruang PPM (kondisi sekarang lagi kosong) Lobi lantai 3 Meeting room Satuan pengawas internal Lembaga Penjamin Mutu Toilet lantai 3

Jumlah 2 0 1 1 1 1 1 3 1 1 2 2 0 2 0 1 6 0 1 2 4 1

Berikut ini gambaran penempatan detektor disetiap ruangan (tabel 5.6). Dari Tabel 5.6 diketahui bahwa detektor digedung rektorat berjumlah 44 buah detektor. Detektor di gedung rektorat mendapatkan nilai 87,5 % . Nilai ini menurut Saptaria et al tahun 2005 mempunyai arti baik.

53

Table 5.6 Gambaran Pemenuhan Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Lantai

Lantai 1

Lantai 2

Lantai 2

Lantai 3

Nomor detektor Detector 1 Detector 2 Detector 3 Detector 4 Detector 5 Detector 6 Detector 7 Detector 8 Detector 9 Det ector 10 Detector 11 Detector 12 Detector 13 Detector 14 Detector 15 Detector 16 Detector 17 Detector 18 Detector 19 Detector 20 Detector 21 Detector 22 Detector 23 Detector 24 Detector 25 Detector 26 Detector 27 Detector 28 Detector 29 Detector 30 Detector 32 Detector 33 Detector 34 Detector 35 Detector 36 Detector 37 Detector 38 Detector 39 Detector 40 Detector 41 Detector 42 Detector 43 Detector 44

Nama ruang

Persentase

Penilaian

Puskumham

87,5 %

Baik

Pusat Studi Gender dan Anak

87,5 %

Baik

Pusat Pengembangan Bisnis Kantor Berita UIN Lobi gedung lantai 1

87,5 % 87,5 % 87,5 %

Baik Baik Baik

PLKI

87,5 %

Baik

Wakil rektor bidang kerjasama Ruang rapat wakil rektor bidang kerjasama

87,5 % 87,5 %

Baik Baik

Bagian kerjasama

87,5 %

Baik

Ruang Rapat wakil rektor bidang akademik Kepala biro AAK Ruang Staf Wakil rektor bidang akademik Wakil rektor bidang akademik Ruang Rapat

87,5 % 87,5 % 87,5 % 87,5 % 87,5 %

Baik Baik Baik Baik Baik

Unit Layanan Pengadaan

87,5 %

Baik

Lobi lantai 2 Ruang rektor Ruang wakil rektor bidang administrasi umum

87,5 % 87,5 %

Baik Baik

87,5 %

Baik

Ruang administrasi rektor

87,5 %

Baik

Puslitpen

87,5 %

Baik

Pusat Pengabdian Masyarakat (kosong)

87,5 %

Baik

Meeting room

87,5 %

Baik

Satuan pengawas internal

87,5 %

Baik

Lembaga Penjamin Mutu

87,5 %

Baik

Toilet lantai 3

87,5 %

Baik

54

Tabel 5.7 berikut ini hasil tingkat pemenuhan sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan dengan SNI-03-39852000 tentang Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Tingkat pemenuhan sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 85,6%. Nilai ini menurut Saptaria et al tahun 2005 mempunyai arti Baik. Artinya sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah sesuai dengan peraturan standar yang berlaku yaitu SNI-033985-2000. Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan Sarana Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000 No 1

2

3

4

5

6

SNI 03-3985-2000

Kondisi Aktual

Persentas e Semua peralatan deteksi Detektor terdaftar 100 % kebakaran terdaftar dalam unit dalam unit control control Terdapat informasi lengkap Denah detektor terdapat 100 % tentang detektor kebakaran, di asbuilt drawing / termasuk persyaratan teknis denah gedung dan gambar denah. Detektor terproteksi terhadap Terdapat detektor yang 97,77 % kemungkinan rusak karena rusak karena gangguan gangguan mekanis. dari orang tidak bertanggung jawab Detektor tidak terpasang Detektor terpasang 100 % dengan cara masuk kedalam tidak masuk ke langit permukaan langit-langit. langit (gambar 5.) Detektor terpasang pada Ada beberapa ruangan 87,09 % seluruh ruangan yang tidak terpasang detektor. (gambar 5.3) Setiap detektor yang terpasang Detektor dapat 100 % dapat dijangkau untuk dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pemeliharaan

Sesuai/tida k sesuai Sesuai

Sesuai

sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

55

Lanjutan Tabel 5.7 No

SNI 03-3985-2000

Kondisi Aktual

Persentas e

Sesuai/tida k sesuai

pengujian secara periodic 7 8

Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan Dokumen hasil inspeksi disimpan untuk waktu 5 tahun, untuk pengecekan oleh instansi yang berwwenang

Detektor dilakukan 100 % inspeksi oleh teknisi Dokumen inspeksi tidak 0 % disimpan oleh teknisi.

Sesuai Tidak sesuai

5.2.3 APAR Hasil pengamatan Alat Pemadam Api Ringan di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (tabel 5.8) menunjukkan terdapat enam buah APAR. Dua buah APAR ini diletakan di pos satpam lantai satu. Sedangkan 4 APAR diletakan di ruang teknisi. Hal ini dikarenakan masih proses pengisian ulang APAR. Selain itu juga APAR di gedung rektorat masih dalam melakukan penambahan jumlah APAR. APAR di gedung rektorat memiliki klasifikasi tipe ABC. Hal ini difungsikan untuk memadamkan kebakaran dari jenis kertas, kayu dan korsleting listrik. Tabel 5.8 Gambaran APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3

Kategori Baik Cukup baik Kurang

Jumlah 0 2 4

Persentase 0% 33,3 % 66,6 %

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas, dapat diambil arti bahwa sarana APAR digedung rektorat memiliki 6 APAR. Empat APAR dalam kondisi Kurang, dua APAR dalam kondisi cukup baik.

56

Tabel 5.9 berikut ini memperlihatkan rincian pemenuhan APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tabel 5.9 Rincian Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6

APAR APAR 1 APAR 2 APAR 3 APAR 4 APAR 5 APAR 6

Persentase 69% 69% 53% 53% 53% 53%

Penilaian Cukup baik Cukup baik kurang Kurang Kurang Kurang

Menurut hasil wawancara dengan petugas teknis menjelaskan bahwa peletakan APAR diletakan di pos satpam dikarenakan factor keamanan dari orang yang tidak bertanggung jawab. Sehingga akan lebih aman jika diletakan di pos satpam. APAR (Gambar 5.7) di gedung rektorat ini terpelihara dalam keadaan penuh dan siap untuk dioperasikan. APAR sendiri digedung rektorat baru selesai dilaksanakan isi ulang. Sehingga keadaan APAR masih full dan siap dioperasikan. Berdasarkan observasi diketahui peletakan APAR jelas dan tidak terhalangi untuk yang 2 APAR di gedung rektorat. Sedangkan untuk yang 4 APAR di gedung teknisi tidak terlihat karena berada di ruang tertutup dan masih belum dipindahkan ke gedung rektorat. APAR di gedung rekotrat juga mempunyai intruksi pemakaian APAR yang berada di depan bagian APAR.

57

Gambar 5.7 APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 Berdasarkan observasi, APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak terdapat label pemeliharan. Hal ini dikarenakan pemeliharaan dicatat dengan menggunakan buku pencatatan ketika dilakukan pemeriksaan oleh pihak petugas teknis. Pemeliharaan APAR dilakukan secara manual oleh teknisi di rektorat. Pemeliharaan ini dilakukan untuk jangka waktu kira-kira 30 hari. Setelah itu hasil dari pemeriksaan di catat di buku. Buku pemeliharaan ini disimpan oleh petugas teknis. Berdasarkan observasi pada APAR di gedung rektorat tidak terdapat label atau kartu yang memuat bulan, tahun dilakukan pemeliharaan serta identitas pemeriksa. Hal ini tidak tedapat pada APAR di gedung rektorat. Berikut ini hasil pemenuhan APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dibandingkan dengan Permen PU nomor 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan (lihat tabel 5.10).

58

Dari enam APAR diambil rata-rata pemenuhan sebesar 58 %. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah Kurang sesuai persyaratan dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008. Artinya terpasang APAR tetapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan. Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008 No

Permen PU No.26/PRT/M/2008

Kondisi Aktual

Persentase

1

Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas api dimana APAR tersebut terbukti efektif. APAR selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau dan siap dipakai.

APAR di rektorat memiliki klasifikasi tipe ABC APAR dipelihara dan dalam keadaan penuh siap pakai APAR diletakan di tempat terlihat 2 di pos satpam dan 4 buah diletakan di ruang teknisi APAR terlihat jelas dan tidak terhalangi APAR tidak di gantung kokoh di pos satpam. Dan diletakan di lantai

100 %

Sesuai/tidak sesuai Sesuai

100 %

Sesuai

33 %

Sesuai

100%

Sesuai

0%

Tidak Sesuai

2

3

4

APAR tampak jelas dan tidak terhalangi.

5

APAR selainjenis APAR beroda dipasang kokoh pada penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian de pan dari APAR dan harus terlihat jelas. Label pemeliharaan enam bulan, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau ditempelkan pada bagian depanAPAR. APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik

6

7

8

Terdapat pemakaian

intruksi 100%

Tidak terdapat Label 0% pemeliharaan yang di letakan pada bagian belakang APAR diinspeksi 100% secara manual oleh teknisi gedung rektorat

sesuai

Tidak Sesuai

Sesuai

59

Lanjutan Tabel 5.10 No

Permen PU No.26/PRT/M/2008

9

APAR diinspeksi pada setiap interval APAR diinspeksi 100% waktukira-kira 30 hari setiap kurun waktu kira-kira 30 hari oleh teknisi Arsip dari semua APAR yang diperiksa Arsip inspeksi APAR 100% (termasuk tindakan korektif yang disimpan di bagian dilakukan) disimpan teknisi

Sesuai

11

Sekurang-kurangnya sebulan sekali pemeriksaan dilakukan dan tanggal, nama petugas yang melakukan pemerikaan harus tercatat

Dilakukan 100% pemeriksaan, nama petugas tercatat di buku pemeriksaan

Sesuai

12

Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan.

Tidak Terdapat kartu 0% pada APAR

Tidak sesuai

pada label tidak 0% terdapat nama petugas yang melakukan pemeliharaan

Tidak Sesuai

10

13

Kondisi Aktual

Persentase

Sesuai/tidak sesuai

Sesuai

5.2.4 Hidran Hidran (gambar 5.8) di gedung rektorat ditempatkan diluar gedung berjumlah dua buah. Satu buah diletakan di sayap kanan gedung rektorat di dekat bagian akademik. Sedangkan hidran yang satu berada di sayap kiri gedung dekat dengan Fakultas Dirasah Islamiyah. Keadaan hidran ini berada dekat dengan jalur utama mobil. Hal ini memungkinkan untuk membantu mobil damkar masuk jika terjadi kebakaran, sehingga dapat membantu proses pemadaman.

60

Gambar 5.8 Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Menurut hasil wawancara dengan responden peletakan hidran ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau siapa saja dan langsung dapat memadamkan. Kotak hidran dicat warna merah dan tidak terkunci, menurut responden hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran, para pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan membukanya. Dari dua hidran halaman yang ada di gedung rektorat, hanya satu yang memiliki selang kebakaran dan nozel, sedangkan hidran yang satu hanya mempunyai selang dan tidak terdapat nozel. Menurut informasi yang didapat pada saat wawancara nozel yang berada pada kotak hidran diambil orang yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan hasil observasi lapangan didapatkan data bahwa lemari hidran di gedung rektorat hanya digunakan untuk menyimpan perlatan kebakaran seperti slang dan nozel. Selain itu juga kotak hidran tertulis dengan jelas tulisan”HYDRANT” dengan cat warna yang mencolok warna merah. Sambungan hidran tidak terhalang serta slang kebakaran siap untuk digunakan. Dari hasil observasi lapangan ini bisa diambil

61

kesimpuan bahwa poin dari sarana hidran terkait slang kebakaran dan hidran tampak menyolok sesuai dengan standar nasional Indonesia. Selain itu, ditemukan kotak hidran yang hanya berisi slang kebakaran, tetapi tidak terdapat nozel. Sehingga poin ini tidak sesuai dengan standar yang berlaku, yang mewajibkan adanya nozel (gambar 5.9).

Gambar 5.9 Isi Hidran Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 Berikut ini hasil dari tingkat pemenuhan sarana hidran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan dengan SNI -03-1745-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung (lihat tabel 5.11).

62

Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000 No 1

2

3

4

5

6 7

8

9 10

11 12

13

SNI 03-3985-2000

Kondisi Aktual

Lemari hidran hanya digunakan Lemari hidran hanya untuk menempatkan peralatan digunakan untuk menyimpan kebakaran peralatan kebakaran (gambar 5.5) Setiap lemari hidran di cat dengan Lemari hidran di cat dengan warna yang menyolok mata warna menyolok warna merah (gambar 5.4) Setiap sambungan slang dan kotak sambungan selang dan kotak hidran tidak boleeh terhalang hidran tidak terhalang (gambar 5.5 ) slang kebakaran dilekatkan dan Selang kebakaran dilekatkan siap untuk digunakan pada kota hidran dan siang untuk digunankan (gambar 5.5 ) Setiap kotak slang dipasang Kotak selang disimpan pada dengan rak yang terdaftar atau kotak hidran fasilitas penyimpanan lain yang (gambar 5.5) disetujui. Terdapat nozel Nozel di rektorat ada yang hilang (gambar 5.5) Masing-masing rak atau fasilitas Tidak terdapat tulisan berbunyi penyimpanan untuk slang “selang kebakaran untuk dibuatkan label dengan tulisan digunakan penghuni” berbunyi “ Slang kebakaran untuk (gambar 5.4) digunakan penghuni” Terdapat instruksi pemakaiannya Tidak terdapat intruksi pemakaian (gambar 5.4) Sambungan slang mempunyai ulir Sambungan selang mempunyai sesuai ketentuan yang berlaku. ulir (gambar 5.5) Sambungan slang dipasang Terdapat tutup untuk dengan tutup (cap) untuk melindungi ulir melindungi ulir slang (gambar 5.5) Terdapat hidran halaman Terdapat hidran halaman (gambar 5.4) Hidran halaman diletakan di Hidran halaman berada di sepanjang jalur akses mobil sepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran Jarak hidran dengan sepanjang Jarak hidran sayap kanan 5 akses mobil pemadam kebakaran meter dari jalur masuk mobil ≤ 50 meter dari hidran dan jarak hidran sayap kiri 25 meter dari jalur masuk mobil.

Persentase 100%

Sesuai/ tidak sesuai Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

50 %

Sesuai

0%

Tidak sesuai

0%

Tidak sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

100%

Sesuai

63

Dari tiga belas persyaratan mengenai hidran menurut SNI 03-3985-2000 , ada 10 persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 80,7%. Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik. 5.3 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nilai rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif ini diambil dari nilai yang didapatkan pada masing – masing sarana seperti alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR, dan Hidran. Tabel 5.12 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarat tahun 2015 No 1 2 3 4

Sarana Proteksi Aktif Alarm Kebakaran Detektor Kebakaran APAR Hidran Rata-rata

Nilai Skoring 86,6 % 85,6 % 58 % 80,7% 76,3 %

Maka berdasarkan tabel 5.12 diatas, rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu 76,3% adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan.

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan sarana proteksi aktif kebakaran dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, Standar Nasional Indonesia SNI-03-3989-2000, SNI-03-3985-2000, dan SNI 03 1745 2000. Akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja, hal ini disebabkan karena terdapat beberapa elemen yang tidak bisa dibandingkan karena tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut, Selain itu keterbatasan waktu dan biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Peneliti juga menyadari terdapat keterbatasan dalam melakukan penelitian ini. Dalam melakukan pengecekan terhadap fungsi alat proteksi aktif kebakaran, peneliti tidak dapat melakukan pengecekan terkait fungsi alat proteksi aktif kebakaran karena belum adanya kebijakan dari penanggung jawab gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat mengganggu aktivitas di gedung rektorat. Untuk menutupi kekurangan ini, peneliti menggunakan wawancara agar dapat diketahui dengan pasti fungsi peralatan tersebut.

64

65

6.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. Sarana proteksi aktif merupakan kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran (Saptaria et al, 2005). Sarana proteksi aktif yang terdapat di gedung Rektorat UIN Jakarta meliputi Alarm kebakaran, Detektor kebakaran, APAR dan Hidran. Dengan sistem proteksi aktif yang baik, pihak rektorat dapat memberikan keamanan kepada penghuni ataupun karyawan rektorat dapat menjalankan aktivitas secara nyaman dan tidak khawatir dengan bahaya kebakaran yang dapat terjadi. Sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum pernah terjadi kasus kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai nilai 76,3%. Menurut Saptaria et al tahun

66

2005 dalam audit kebakaran puslitbang PU nilai 76,3 % mempunyai arti bahwa nilainya adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Jakarta sudah terpasang, tetapi masih ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang belum sesuai standar yang berlaku, diantaranya sarana alarm kebakaran di gedung rektorat terdapat bel alarm yang rusak kaca lampu alarmnya, detektor kebakaran belum terpasang semua di seluruh ruangan di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah, dokumen pemeliharan detektor belum tersimpan sampai dengan 5 tahun, APAR di gedung rektorat masih belum optimal dalam hal penempatan, jumlah dan pemeliharaan. Hidran di gedung rektorat yang tidak memiliki intruksi pemakaian serta salah satu hidran tidak terdapat nozel. Kekurangan instalasi yang belum terpasang atau sesuai dengan standar ini dapat menimbulkan dampak yang serius jika terjadi kebakaran. Seperti Alarm kebakaran karena tidak pernah kejadian kebakaran dan belum dilakukan pemeriksaan fungsi alarm, dapat menimbulkan kemungkinan macet ketika terjadi kebakaran. Sehingga alarm kebakaran tidak menyala dan menimbulkan kebakaran. Detektor kebakaran juga dapat mengalami kemacetan jika sudah lama tidak dilakukan pemeriksaan dan uji coba. Sehingga ini dapat menimbulkan gagalnya pendeteksian dini kebakaran. Ruangan yang tidak terpasang detektor jika terjadi kebakaran dapat menyebabkan tidak diketahuinya secara cepat adanya kebakaran tersebut. APAR yang masih kurang dan penempatan APAR yang tidak berada disetiap lantai dapat

67

membuat kebakaran menjalar lebih cepat dan pemadaman membutuhkan waktu lama. Ketika terjadi kebakaran hidran yang tidak ada nozelnya juga kurang efektif dalam memadamkan kebakaran. Kebakaran ini dapat berakibat kerugian seperti kerugian fasilitas dan aset yang dimiliki oleh UIN Syarif Hidayatullah, kerugian jiwa, materi, serta kerugian sosial. Alarm dan detektor kebakaran akan dapat melindungi penghuni gedung atau karyawan rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adanya detektor dan alarm kebakaran yang baik, penghuni dapat segera mengetahui jika terjadi kebakaran dengan cepat dan tentu dapat mengambil langkah cepat dan tepat. Hal ini didukung dengan tersedianya APAR dalam jumlah yang cukup dan penempatan yang ada disetiap lantai akan dapat menambah cepatnya respon tanggap darurat kebakaran. Sehingga api yang ada akan cepat ditindak sedini mungkin. Pihak rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri akan mendapat keuntungan karena dengan deteksi dan alarm kebakaran yang baik, pihak rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat segera mengetahui bila terjadi kebakaran dan dapat melakukan tindakan pemadaman sebelum kebakaran membesar. Sehingga pihak rektorat dapat meminimalisir kerugian yang diterima akibat kebakaran. Kerugian yang dapat dihindari diantaranya kerugian akibat kerusakan aset rektorat dari kebakaran. Bila kebakaran terjadi pastinya akan merusak fasilitas dan aset rektorat yang berada dalam gedung. Meskipun ada kerugian jika terjadi kebakaran, akan lebih kecil kerugiannya jika terpasang detektor dan alarm kebakaran.

68

Saran yang diberikan untuk pengelola gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu melakukan pemeliharaan alarm kebakaran dan detektor kebakaran secara rutin, memasang detektor kebakaran di setiap ruangan yang belum terpasang detektor kebakaran, menempatkan APAR dalam jumlah yang cukup disetiap lantai dan menyediakan nozel untuk hidran yang tidak terdapat nozel. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trikomara tahun 2014, tentang evaluasi keandalan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung studi kasus gedung kantor bupati indragiri hilir mendapatkan hasil bahwa hasil perhitungan didapat nilai persentase sistem proteksi aktif yaitu sebesar 82,60 %, nilai ini mempunyai arti bahwa keandalan sistem proteksi aktif di gedung kantor bupati dalam kondisi baik. Atau sudah sesuai dengan persyaratan standar. Namun ada beberapa elemen yang belum yaitu adanya petunjuk pemakaian APAR.

Selain penelitian

Trikomara, pernah juga dilakukan penelitian oleh Syafriandi meneliti tentang keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran studi kasus gedung surya dumai group dan bank tabungan negara kota pekanbaru mendapatkan hasil bahwa 74.13 % artinya keandalan sistem keselamatan gedung tersebut cukup artinya ada beberapa elemen yang belum terpenuhi yaitu elemen perawatan sarana proteksi aktif di gedung surya dumai group dan BTN. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Budi Laksiito terkait evaluasi penerapan sistem proteksi kebakaran pada bangunan rumah sakit studi kasus rs soeharso Surakarta mendapatkan hasil bahwa 92,77 %. Artinya sarana proteksi kebakaran baik atau sesuai dengan standar

69

yaitu sudah terdapat alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa. Melihat hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan penilaian audit kebakaran menurut Saptaria et al tahun 2005, maka hasil penelitian di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini sesuai dengan penelitian sebelumnya karena menggunakan metode penilaian yang sama. Untuk melihat sarana proteksi aktif kebakaran digedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu dilakukan penilaian elemennya seperti sarana alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR, dan hidran. Untuk lebih lengkapnya akan dibahas sarana proteksi aktif di gedung rektorat sebagai berikut: 6.2.1 Alarm Kebakaran Alarm kebakaran menurut permen PU nomer 26 tahun 2008 merupakan komponen yang berfungsi untuk mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan menunjukkan adanya isyarat kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, melanjutkan ke fasilitas lain terkait, dan lain-lain. Suatu sistem alarm kebakaran terpasang harus diperlukan untuk mendeteksi situasi berbahaya secara dini, memberitahukan penghuni untuk memudahkan evakuasi tepat pada waktunya, memulai respon dinas/regu pemadam kebakaran, dan pada beberapa kasus mengoperasikan sistem pemadam otomatis. Operasi yang handal dari setiap sistem alarm kebakaran terpasang terkait secara langsung dengan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan sistem tersebut.

70

Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau oleh sistem alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm yang khusus untuk ruangan tersebut. Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruang khusus di mana suara – suara dari luar tidak dapat terdengar. Sarana alarm luar harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan pula sebagai penuntun cara masuk bagi anggota pemadam kebakaran dari luar. Untuk menghindari alarm yang tidak diinginkan, lokasi detektor asap harus juga mempertimbangkan sumber asap normal, uap air, debu atau uap, listrik atau pengaruh mekanis. (Permen PU, 2008). Sistem alarm kebakaran di gedung rektorat mempunyai alat pengeras bel yang melingkupi seluruh lantai. Di lantai satu terdapat dua bel alarm yang berada pada sayap kanan dan sayap kiri. Di lantai dua juga terdapat dua bel alarm yang terdapat di sayap kanan gedung dan sayap bagian kiri gedung. Lantai tiga terdapat dua bel alarm yang posisinya serupa dengan di lantai satu dan dua. Menurut SNI 03-3985-2000 terkait kesesuaian persyaratan elemen alarm kebakaran. Sistem alarm kebakaran di gedung rektorat mendapatk nilai skor 86,6%. Nilai skoring tersebut berasal dari hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah sesuai dengan SNI 03-3985-2000 dan masuk dalam kategori baik.

71

Dalam standar ini dijelaskan bahwa sistem alarm harus mempunyai bunyi irama yang khas sehingga dapat dikenali sebagai suara alarm kebakaran. Selain itu juga, sistem alarm di gedung rektorat mempunyai panel control yang langsung dapat menunjukan asal lokasi kebakaran. (SNI 03-3985-2000). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh trikomara et al tahun 2012 menghasilkan bahwa sarana proteksi belum memenuhi bobot persentase yang diperlukan diantaranya pada bagian

memasang alat pemicu alar kebakaran

dengan jarak kurang dari 30 meter, serta Melakukan

pemeliharaan

dan

penyetelan alat proteksi kebakaran secara berkala agar dapat befungsi dengan baik dan dapat digunakan sewaktu dibutuhkan. Sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menurut Standar Nasional Indonesia sudah baik. Artinya Semua komponen sistem proteksi kebakaran telah sesuai dengan elemen persyaratan. Alarm ini masih berfungsi walaupun dalam faktanya tidak pernah terjadi kasus kebakaran. Dalam gedung rektorat terdapat satu bel alarm yang dalam kondisi kurang. Bel alarm ini berada di lantai satu didepan ruang information center. Bel alarm yang kurang ini dapat mengakibatkan jika terjadi kebakaran tidak berfungsi ataupun macet. Sehingga kejadian kebakaran akan lama dalam hal respon terhadap petugas yang ada. Dampak yang lebih besar lagi dari adanya kebakaran dapat menimbulkan rusaknya fasilitas dan aset yang dimiliki oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta korban jiwa, materi dan menimbulkan kerugian social

72

karena terjadi kasus kebakaran dimungkinkan citra UIN akan menurun dimata masyarakat. Hal ini harus senantiasa dijaga serta dilakukan perbaikan pada alarm di lantai satu di depan ruang information center, dan dilakukan inspeksi lebih rutin lagi. Mengingat tidak pernah ada kejadian kebakaran, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan sarana alarm kebakaran. Sehingga nanti sewaktu ada kejadian kebakaran, alarm kebakaran di gedung rektorat dapat berfungsi dengan baik. Seperti dalam bukunya kennedy “low voltage wiring , security/fire alarm systems” tahun 2002 menyebutkan bahwa alarm harus senantiasa diinspeksi secara teratur. 6.2.2 Detektor kebakaran Detektor kebakaran yang terdapat digedung rektorat adalah detektor asap. Berdasarkan hasil wawancara Penentuan jenis detektor ini dipilih agar dapat mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api, ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran dititik tersebut. Walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor kebakaran ini berfungsi dengan baik. Menurut SNI 03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Ada beberapa elemen yang digunakan untuk menilai tingkat kenadalan deteksi kebakaran. Tingkat pemenuhan dietektor

73

digedung rektorat menurut SNI 03-3985-2000 mendapatkan nilai scoring 85,6 %. Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai elemen check list detektor yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik atau terpasang sesuai persyaratan dengan SNI 03-39852000. Kriteria syarat detektor di gedung rekotrat yang memenuhi syarat dari peraturan standar yang berlaku meliputi seluruh detektor terdaftar dalam panel kontrol. Hal ini memungkinkan untuk melanjutkan kerja detektor. Detektor asap bekerja tergantung kepada masuknya asap kedalam kamar pengindera atau sinar cahaya. Ketika konsentrasi yang cukup telah ada, pengoperasian akan dapat dicapai. Karena detektor biasanya diletakkan di langit-langit, waktu bereaksi tergantung pada tabiat/pembawaan dari api. Api yang panas akan mendorong asap sampai ke langit-langit secara cepat. Ketika detektor beroperasi maka akan langsung menyala alarm.(Permen PU 2008). Selain itu, ada beberapa ruangan di gedung rektorat yang tidak terpasang dengan detektor yaitu ruang information center, puslitpen dan lobi lantai 3. Hal ini dapat mengakibatkan jika terjadi kebakaran akan lama dalam respon tanggap terhadap kebakaran. Sehingga proses pemadaman api akan lama dan mengakibatkan hilangnya fasilitas atau aset gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kebakaran ini dapat mengakibatkan kerugian

74

jiwa, materi dan kerugian social. Menurut Burke tahun 2008 beliau mengatakan dalam bukunya fire protection and system and response bahwa detektor harus dipasang disetiap lantai dan idealnya dipasang di seluruh ruangan di setiap lantai. Sehingga menurut buku ini, pemasangan detektor diseluruh ruangan gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum sesuai dan efektif untuk melindungi dari bahaya kebakaran. Sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dilakukan pemeliharaan inspeksi walaupun pemeliharaannya secara manual dan tidak tercatat dengan dokumen yang tersimpan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Kennedy dan traister tahun 2002 menyatakan bahwa Pemeliharaan detektor meliputi dari pengetesan program dan inspeksi secara periodik dari menurunnya fungsi dan dari korosi. Fungsi detektor ini dicek selama diadakan pengetesan detektor. Sehingga dapat diketahui masih berfungsi atau tidak. Detektor diperlukan pemeliharaan secara periodik dari kotoran atau terkena debu dari lingkungan (Kennedy dan Traister, 2002). Detektor kebakaran harus dibersihkan dua atau tiga kali dalam satu tahun atau setelah detektor itu berfungsi karena terkena asap. Setiap unit detektor harus dibuka hati-hati dan komponen dibersihkan dengan alcohol. Detektor dilakukan pengetesan sekurang kurangnya satu kali satu tahunnya. Tes ini dilakukan dengan praktis dengan cara menghembuskan asap dari rokok, ataupun pipa. Atau asap yang lain. Dan setiap hasil rekaman disimpan untuk menjamin bahwa semua detektor diperiksa sesuai jadwal. (Kennedy dan Traister, 2002).

75

Adapun syarat detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang belum terpenuhi menurut SNI 03-3985-2000 adalah : a.

Detektor tidak terpasang diseluruh ruangan gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b.

Dokumen hasil inspeksi yang tidak disimpan dalam kurun waktu lima tahun. Menurut Denoel tahun 2007 menyatakan bahwa pemasangan detektor telah

membuat penurunan rata-rata jumlah kematian dan cedera serius 80%. Selain itu juga pemakaian detektor kepada penghuni merupakan hal penting untuk mengurangi kasus kebakaran di Perumahan. Efektivitas dalam mengurangi kasus kebakaran ini telah dibuktikan oleh negara lain (Muhadi, 2009). Seharusnya rekaman lokasi detektor, kesimpulan pengetesan dan lainnya harus di simpan di buku catatan. Buku catatan yang tersimpan di computer. Sehingga jika ada detektor yang tidak tercatat dibuku akan ketahuan detektor yang rusak dan tidak berfungsi (Kennedy dan Traister 2002). Detektor harus selalu dilakukan inspeksi dan pemeliharaan serta dokumen disimpan dengan rapi. Hal ini karena mengingat bagus dan tidaknya detektor kebakaran serta keamanan detektor sangat bergantung pada inspeksi , pengujian dan pemeliharaan. Selain itu, jika detektor tidak dipelihara dengan baik, kemungkinan sewaktu kejadian kebakaran fungsi detektor menurun.

76

Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh budi laksito tahun 2014. Mendapatkan hasil bahwa sarana detektor di gedung rumah sakit dr suroso Surakarta terkait detektor masih perlu dilakukan Pengecekan dan perawatan rutin terhadap peralatan-peralatan proteksi kebakaran. sehingga kemampuan detektor akan selalu baik. Saran yang dapat dilakukan oleh pengelola gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dengan cara memasang ruangan yang belum terdapat detektor (information center, puslitpen dan lobi lantai 3), melakukan inspeksi, pemeliharaan dan pengetesan fungsi detektor kebakaran secara rutin sehingga dapat dipantau fungsi dari detektor tersebut; menyimpan arsip pemeliharaan. 6.2.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Tingkat pemenuhan APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapatkan nilai scoring 58%. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah kurang

artinya

terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan. APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berjumlah 6 buah. Dua buah berada di pos satpam lantai satu gedung rektorat. Empat buah APAR masih terdapat di ruang teknisi. APAR di gedung rektorat secara pemenuhan terhadap standar yang berlaku yaitu Permen PU no 26 tahun 2008

77

terdapat 2 APAR dalam kondisi cukup baik. Sedangkan empat APAR dalam kondisi kurang. Elemen APAR digedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah sesuai dengan standar yang berlaku yaitu: a.

APAR rektorat mempunyai klasifikasi yaitu ABC

b.

APAR selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan

c.

APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau dan siap dipakai.

d.

APAR tampak jelas dan tidak terhalangi

e.

APAR diinspeksi secara manual atau elektronik

f.

APAR diinspeksi setiap waktu kira-kira 30 hari

g.

Arsip hasil inspeksi disimpan Klasifikasi APAR yang berada di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta adalah ABC. Hal ini mempunyai arti bahwa APAR ini efektif untuk memadamkan kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, minyak dan kebakaran yang berasal dari korsleting listrik (Fergusson, 2005). Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Ramli tahun 2010, bahwa dalam pemilihan APAR, hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang dipadamkan. APAR di gedung rektorat senantiasa dipelihara dan dalam keadaan penuh sehingga dapat digunakan setiap saat. Menurut Furness dan Mucket (2007)

78

APAR harus secara akif dilakukan monitoring. Guna menjamin apar tersebut tersedia, cocok, terinspeksi dan tes dari manufaktur terkait. Meliputi pengecekan tahunan dan inspeksi dari orang yang kompeten. Sebagai tambahan, apar harus di inspeksi secara periodik untuk memastikan apar terletak di tempat yang tepat, keadaan penuh dan kondisi yang baik. dan di uji oleh orang yang berkompeten selama waktu yang relevan. APAR di gedung rektorat terdapat di pos satpam sehingga mudah dilihat dan dijangkau oleh satpam. Tetapi hanya berjumlah dua buah. Sedangkan empat buah APAR masih terdapat di ruang teknisi. Hal ini dikarenakan belum dipindahkan dan ditempatkan di setiap lantai. APAR secara idealnya ditempatkan disetiap lantai dan dapat dilihat oleh penghuni gedung rektorat. Hal ini dimungkinkan guna mengambil langkah tepat dan cepat ketika terjadi kebakaran. Sehingga orang yang pertama melihat api atau kejadian kebakaran langsung tanggap dalam memadamkan api. Dampak dari kurangnya APAR yang berada di gedung rektorat yang belum terpasang pada setiap lantai ini yaitu apabila terjadi kebakaran akan memerlukan waktu lama dalam hal tanggap darurat kebakaran. Sehingga api akan membesar sehingga dapat merusak fasilitas atau asset gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri. Selain itu juga dapat menimbulkan berbagai kerugian baik jiwa, materi maupun kerugian lainnya.

79

Sedangkan elemen APAR yang berada di gedung rektorat yang belum memenuhi persyaratan standar yaitu: a.

APAR tidak digantung dan mempunyai label inspeksi.

b.

APAR tidak di gantung kokoh di pos satpam diletakan di lantai

c.

Tidak terdapat Label pemeliharaan yang di letakan pada bagian belakang

d.

Tidak Terdapat kartu pada APAR Menurut Permen PU nomer 26 tahun 2008 terkait pemeliharaan, perawatan

dan pengisian ulang harus dilakukan oleh petugas yang terlatih, mempunyai manual perawatan menyeluruh, alat perkakas dari jenis yang cocok, bahan isi ulang, pelumas, dan rekomendasi manufaktur untuk penggantian bagian – bagian atau bagian yang khusus terdaftar untuk digunakan dalam APAR. Selain itu juga arsip harus dipelihara melalui etiket atau label yang ditempelkan pada APAR, lewat daftar simak inspeksi yang dipelihara pada arsip atau lewat metoda elektronik yang menjamin arsip tersimpan permanen. Menurut Permen PU no 24 tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung, catatan inspeksi bulanan berisi alat pemadam api ringan yang diinspeksi, tanggal dan paraf personil yang melakukan, harus dimuat dalam label (tag) pemeliharaan yang dilekatkan pada alat pemadam api ringan tersebut. Menurut Canter dalam Ramachandran tahun 2003, bahwa penghuni harus sadar dan faham akan penempatan apar dan terlatih dalam menggunakan dan

80

mampu dalam semua tipe dan ukuran apar. Sehingga dalam hal ini, pihak pengelola gedung rektorat harus senantiasa memperhatikan peletakan APAR. Dampak dari tidak adanya label pemeliharaan ini dapat membuat APAR dipakai tidak secara maksimal. Hal ini dikarenakan tidak terdokumentasikan dengan baik dan staf yang berkepentingan tidak dapat mengetahuinya dan untuk melakukan tindakan pemadaman bisa menimbulkan kegagalan. Menurut Ferguson (2005) APAR harus diberi label sehingga pengguna dapat dengan cepat mengidentifikasikan kelas dari bahaya kebakaran sehingga pemadaman akan efektif. Keandalan operasional dan kinerja inilah diperoleh dari perawatan rutin. sehingga kemampuan dalam menaggulangi bahaya kebakaran tidak lepas dari proses perawatan komponen APAR ini. Pemeliharaan APAR yang baik dan cara pemasangan yang sesuai dengan standar serta desainya merupakan kunci dari keselamatan dan perlindungan terhadap manusia serta aset yang dimilikinya (Noegroho 2004). Sehingga sangatlah penting untuk melakukan pemeliharaan terhadap APAR yang ada digedung rektorat. Dengan cara membuatkan label pada APAR Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh trikomara 2012 menyebutkan bahwa APAR di gedung kantor bupati Indragiri Hilir masih kurang sehingga diperlukan memasang petunjuk penggunaan APAR bagi penghuni gedung untuk memudahkan dalam penggunaannya.

81

Saran untuk pengelola gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilakukan dengan cara membuat APAR lebih efektif lagi dengan cara melakukan pemeliharaan dengan cara memberikan label pada APAR. Selain itu juga menambahkan jumlah APAR serta meletakan APAR disetiap lantai. Selain itu untuk APAR yang berada di ruang teknisi lebih baik diletakan di gedung rektorat 6.2.4 Hidran Menurut Permen PU nomor 26 tahun 2008 hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran gedung. Hidran yang terdapat di gedung rektorat dilengkapi dengan slang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang yang tersimpan dalam kotak berwarna merah dan bertuliskan “HYDRANT’. Gedung rektorat memiliki dua hidran yang masing-masing berada pada sayap kanan dan sayap kiri gedung rektorat. Hal ini dapat memungkinkan perlindungan terhadap kebakaran lebih mudah. Selain itu juga hidran yang berada di gedung rektorat berada dekat dengan jalur mobil. Sehingga dalam keadaan darurat, dapat langsung dipompakan dengan sambungan mobil damkar. Dari tiga belas persyaratan mengenai hidran menurut SNI 03-3985-2000, ada sebelas persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 80,7%. Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai hidran yang sesuai

82

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik atau sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Elemen persyaratan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia meliputi lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran, Setiap lemari hidran di cat dengan warna yang menyolok mata, Setiap sambungan slang dan kotak hidran tidak terhalang, slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan, hidran halaman diletakan di sepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran dan jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran ≤ 50 meter dari hidran. Adapun syarat yang tidak dipenuhi

yaitu tidak terdapatnya instruksi

pemakaian. Hal ini depat mengakibatkan lamanya pengoperasian jika terjadi kebakaran. Selain itu juga tidak adanya intruksi yang jelas, akan menyusahkan kepada setiap penghuni atau karayawan dalam melakukan perlindungan dini. Hidran dalam gedung rektorat ada yang tidak terdapt nozel. Hal ini dikarenakan hilang. Kehilangan nozel oleh orang yang tidak bertanggung jawab ini, merupakan evaluasi pekerjaan rumah yang membuktikan segenap civitas akademika untuk saling menjaga fasilitas kampus terutama sarana proteksi akatif kebakaran.

83

Perawatan hidran ini bermaksud supaya hidran bekerja dengan baik dan terpelihara serta slang dan nozel tertata rapi. Selain itu hidran yang berisi slang dan nozel ini harus terpelihara dan harus memiliki rak slang yang mengatur tata letak selang hidran agar tidak kusut (Wibowo, 2001). Dampak dari tidak tersedianya nozel pada hidran di gedung rektorat, serta pemeliharaan rutin terhadap hidran ini dapat menimbulkan kesulitan dalam memadamkan kebakaran. Sehingga hidran yang ada tidak efektif untuk memadamkan kebakaran karena tidak adanya nozel. Perawatan yang masih kurang juga dapat menyebabkan kemungkinan macetnya hidran ketika mau digunakan. Ketidakefektifan hidran ini dapat menambah besarnya kebakaran karena bertambahnya waktu untuk memadamkan menjalarnya api. Kebakaran ini sendiri dapat menyebabkan banyak kerugian diantanya rusaknya fasilitas dan aset yang dimiliki UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kebakaran juga dapat menimbulkan kerugian jiwa, materi maupun kerugian social. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hesna et al tahun 2009 Evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada bangunan gedung rumah sakit dr. M. Djamil padang. Mendapatkan hasil bahwa Hidran yang terdapat di dalam gedung telah sesuai standar tata cara pemasangan hidran (SNI 031745-1989). Namun pada gedung RRI Penyakit Dalam terdapat box hydrant yang masih kosong yang belum terisi selang air. Sedangkan untuk gedung lainnya terdapat box hydrant yang lengkap dengan isinya, tetapi kondisinya kurang terpelihara karena jarang digunakan.

84

Saran yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola gedung rektorat yaitu untuk melengkapi sarana hidran yang berada di samping gedung rektorat (depan Fakultas Dirasah Islamiyah) dengan nozel guna mempermudah jika ada kejadian kebakran. Selain itu juga membuat intruksi pemakaian hidran serta melakukan pemeliharaan hidran.

BAB VII Simpulan dan Saran 7.1 Simpulan Sarana proteksi aktif di gedung Rektorat terdiri dari alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan hidran. a) Alarm kebakaran di gedung rektorat sudah baik atau sesuai dengan standar SNI. b) Detektor di gedung rektorat sudah baik atau sesuai dengan standa SNI. c) APAR di gedung rektorat kurang atau terpasang tetapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008. d) Hidran di gedung rektorat cukup baik atau terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan SNI 03-3985-2000 yaitu tidak terdapat nozel, tidak terdapat intruksi pemakaian dan tidak terdapat tulisan “slang kebakaran digunakan untuk penghuni”. e) Tidak terdapat sarana water sprinkler di gedung rektorat.

85

86

7.2 Saran 7.2.1 Saran untuk Pengelola Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a. Senantiasa menjaga dan melakukan inspeksi alarm kebakaran. Mengingat tidak pernah ada kejadian kebakaran, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan sarana alarm kebakaran. Jika nanti ada kejadian kebakaran, alarm kebakaran di gedung rektorat dapat berfungsi dengan baik. b. Memperbaiki sarana alarm kebakaran yang berada di lantai satu depan ruang information center. c. Memasang detektor kebakaran pada ruang yang belum ada detktor kebakaran (information center, puslitpen, dan lobi lantai 3) d. Melakukan inspeksi pemeliharaan rutin terhadap detektor kebakaran. e. Meletakan APAR yang berada di ruang teknisi ke gedung rektorat dan diletakan pada setiap lantai gedung. f. Melakukan pemeliharaan dengan cara memberikan label pemeliharaan pada APAR. g. Melengkapi sarana hidran dengan nozel guna mempermudah proses penggunaannya jika ada kejadian kebakaran. Selain itu juga membuat intruksi pemakaian hidran

87

h. Melakukan penambahan sarana water sprinkler guna mengantisipasi kejadian kebakaran sehingga ketika terjadi kebakaran, sprinkler secara otomatis akan membantu memadamkan api dengan cara mengeluarkan air. 7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya Adapun saran dari penulis yaitu peneliti selanjutnya sebaiknya tidak hanya melakukan evaluasi terhadap tingkat pemenuhan system proteksi aktif kebakaran saja melainkan juga perlu melakukan evaluasi terhadap tingkat pemenuhan manajemen penanggulangan kebakaran dengan mengacu pada peraturan yang ada.

88

DAFTAR PUSTAKA Andriansyah, Mochammad. 2015. Gedung Reskrim Polda Jatim Terbakar, Berkas Kasus Ludes. Diakses dari http://www.merdeka.com/peristiwa/gedung-reskrim-polda-jatim-terbakarberkas-kasus-ludes.html diakses pada tanggal 1 agustus 2015 pukul 14.00 WIB Badan Standarisasi Nasional SNI 03 3989 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional SNI 03 3985 2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional SNI 03 1745 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Budiman, n.d. Penelitian Kesehatan Jilid 1. Burke, Robert. 2008. Fire Protection Systems And Response. New York. CRC Group Denoël, François. 2007. Fire Safety and Concrete Structures. Brussels. FEBELCEM Federation of Belgian Cement Industry Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Penanggulangan Kebakaran. Jakarta.

RI.

(n.d.).

Pengawasan

K3

Ferdianto, Riky. 2015. Ruang Kerja Ketua Kosgoro Hayono Isman Ikut Terbakar. Diakses dari http://metro.tempo.co/read/news/2015/03/09/214648502/ruang-kerja-ketua-kosgorohayono-isman-ikut-terbakar pada tanggal 1 agustus 2015 pukul 14.00. WIB Ferguson et al, 2005. Fundamentals of Fire Protection for the Safety Professional. Oxford. Government Instituts Firmansyah, Wahab. 2015. Dini Hari, Si Jago Merah Amuk Bank CIMB Niaga. diakses dari http://metro.sindonews.com/read/988915/170/dini-hari-si-jago-merah-amuk-bank-cimbniaga-1428959198 pada hari jum’at 31 juli 2015 pukul 11.30 WIB. Furness, Andrew dan Mucket, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety Management. Burlington UK Harjanto, et al. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun sebagai Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Perlindungan Lingkungan. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN Hesna, Yervi. et al. 2009. Evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada bangunan gedung rumah sakit dr. M. Djamil padang. Jurnal. Universitas Andalas

89

Huang, Kai. 2009. Population and Building Factors That Impact Residential Fire Rates in Large U.S. Cities, Iqbal, Muhammad. 2014. Office Boy Jadi Saksi Tunggal Kasus Kebakaran Gedung C Fisip UI. Diakses dari http://news.detik.com/berita/2459989/office-boy-jadi-saksi-tunggal-kasuskebakaran-gedung-c-fisip-ui pada hari jum’at 31 juli 2015 pukul 11.35 Kennedy dan traister. 2002. Low Voltage Wiring , Security/Fire Alarm Systems. New York Laksito, Budi. 2014. Evaluasi Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Rumah Sakit (Studi Kasus RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta). Jurnal. Universitas Sebelas Maret Solo. Muhadi. 2009. Pencegahan Resiko Kebakaran Gedung: Peran dan Tindakan Pusat Layanan Kebakaran dan Pertolongan Département Rhone. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Noegroho, Ary. 2004. Peran Desain Sistem Proteksi Aktif sebagai Faktor Dalam Meningkatkan Keandalan Bangunan Tinggi Perkantoran Terhadap Bahaya Kebakaran. thesis. Universitas Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Priliawito, Eko. 2009.Gedung Bank IFI Pusat Terbakar. Diakses dari http://metro.news.viva.co.id/news/read/66612-gedung_bank_ifi_pusat_terbakar pada tanggal 31 juli 2015 pukul 11.35 WIB Ramachandran. 2003. The Economics of Fire Protection. New York Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat Safriandi, et al. 2013. Analisa Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran (Studi Kasus Gedung Surya Dumai Group Dan Bank Tabungan Negara Kota Pekanbaru). Jurnal. Universitas Riau Saptaria, Erry et al. 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran bangunan Gedung. Bandung: Puslitbang Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Departemen Pekerjaan Umum Saut, Sagala et al. 2013. Analisis Upaya Pencegahan Bencana Kebakaran di Permukiman Padat Perkotaan Kota Bandung, Studi Kasus Kelurahan Sukahaji, Jurnal Trikomara, Rian et al. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir). Jurnal. Universitas Riau UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan. n.d. Modul Keselamatan, Kesehatan dan Kenyamanan Kerja di Gedung, Institut Teknologi Bandung.

90

Wibowo, Tejo. 2001. Pengaruh Implementasi Inspection dan Maintenance System Terhadap Perlindungan Asset Bangunan dari Kebakaran pada Bangunan Tinggi Perkantoran di DKI Jakarta. Thesis, Universitas Indonesia. Yudha, Setiawan. 2006. Kebakaran Kampus Perbanas Diduga Akibat Arus Pendek . Diakses dari http://tempo.co.id/hg/jakarta/2006/01/24/brk,20060124-72840,id.html pada tanggal 31 juli 2015 pukul 11.35 WIB Yuli,

2010. Ada 4 Ledakan Saat Kampus UNRI Terbakar. Diakses dari http://regional.kompas.com/read/2010/09/27/06154533/Ada.4.Ledakan.Saat.Kampus.U NRI.Terbakar pada tanggal 31 juli 2015 pukul 11.35 WIB

Lampiran 1 Check List Alarm Kebakaran No

SNI 03-3985-2000

1

Alarm berbunyi khas hingga mudah dikenal sebagai alarm kebakaran

2

Pada semua lokasi panel control dan panel bantu terpasang alarm kebakaran. Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau oleh sistem alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm. Panel control dapat menunjukkan asal lokasi kebakaran Panel control mampu membantu kerja detektor

3

4

5

Kondisi Aktual

Sesuai/tidak sesuai

Lampiran 2 Check list detektor kebakaran No 1

2

3

4

5 6

7 8

SNI 03-3985-2000 Semua peralatan deteksi kebakaran terdaftar dalam unit control Terdapat informasi lengkap tentang detektor kebakaran, termasuk persyaratan teknis dan gambar denah. Detektor terproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis. Detektor tidak terpasang dengan cara masuk kedalam permukaan langit-langit. Detektor terpasang pada seluruh ruangan Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodic Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan Dokumen hasil inspeksi disimpan untuk waktu 5 tahun, untuk pengecekan oleh instansi yang berwwenang

Kondisi Aktual

Sesuai/tida k sesuai

Lampiran 3 Check list APAR No

PermenPU No.26/PRT/M/2008

1

Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas api dimana APAR tersebut terbukti efektif. APAR selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau dan siap dipakai. APAR tampak jelas dan tidak terhalangi. APAR selainjenis APAR beroda dipasang kokoh pada pengg antung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian de pan dari APAR dan harus terlihat jelas.

2

3 4 5

6

7

Label pemeliharaan enambulan, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau ditempelkan pada bagian depanAPAR.

8

APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik

9

APAR diinspeksi pada setiap interval waktukira-kira 30 hari

10

Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan korektif yang dilakukan) disimpan Sekurang-kurangnya sebulan sekali pemeriksaan dilakukan dan tanggal, nama petugas yang melakukan pemerikaan harus tercatat Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan.

11

12

13

Kondisi Aktual

Sesuai/tidak sesuai

Lampiran 4 Check list Hidran No 1

2 3 4 5

6 7

8 9 10

11 12

13

SNI 03-3985-2000 Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran Setiap lemari hidran di cat dengan warna yang menyolok mata Setiap sambungan slang dan kotak hidran tidak boleeh terhalang slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan Setiap kotak slang dipasang dengan rak yang terdaftar atau fasilitas penyimpanan lain yang disetujui. Terdapat nozel Masing-masing rak atau fasilitas penyimpanan untuk slang dibuatkan label dengan tulisan berbunyi “ Slang kebakaran untuk digunakan penghuni” Terdapat instruksi pemakaiannya Sambungan slang mempunyai ulir sesuai ketentuan yang berlaku. Sambungan slang dipasang dengan tutup (cap) untuk melindungi ulir slang Terdapat hidran halaman Hidran halaman diletakan di sepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran Jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran ≤ 50 meter dari hidran

Kondisi Aktual

Sesuai/ tidak sesuai

Related Documents

Achmad Chusanudin - Fkik.pdf
November 2019 14
Achmad Ulil.docx
December 2019 10
Achmad Eksporasi.docx
June 2020 15
Kyai Achmad Dahlan
June 2020 28

More Documents from "Chyzhi Sylvia"

Perencanaan.pdf
November 2019 2
Achmad Chusanudin - Fkik.pdf
November 2019 14