ACARA 3 METODE ASEPTIS 1. Introduction a. Tujuan Praktikum -
Mengembangkan keterampilan memindahkan kultur bakteri Bacillus subtilis, Lactobacillus bulgaricus, Escherichia coli, dan Streptococcus thermophilus dan yeast Saccharomyces cerevisiae secara aseptis. b. Prinsip Metode Aseptis c. Tinjauan Pustaka
-
Pengertian metode aseptis Teknik transfer aseptis merupakan suatu metode atau teknik dalam memindahkan atau mentransfer kultur mikrobia (dapat berupa bakteri, mold, atau yeast) dari suatu tempat ke tempat lain secara aseptis yang merupakan proses agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikrobia lain yang tidak diinginkan ke dalam kultur (Pelczar dan Chan, 2005).
-
Mengapa perlu melakukan metode aseptis (pentingnya metode aseptis) Penggunaan teknik aseptik yang cermat adalah penting dalam semua manipulasi kultur. Teknik aseptik meminimalkan kemungkinan bahwa kultur akan terkontaminasi oleh organisme dari lingkungan atau patogen. Teknik aseptis sangat penting dalam membuat subkultur dari biakan sediaan (stock culture).
Kalau
tidak,
organisme
yang
tidak
diinginkan
dapat
mengkontaminasi, dan organisme pada stock culture harus diisolasi kembali. Bahkan dengan transfer organisme secara teratur dari biakan sediaan (stock culture) ke media baru atau segar, organisme dapat mengalami mutasi (perubahan DNA) dan mengembangkan karakteristik yang berubah (Black, 2015). Metode aseptis diperlukan agar saat memindahkan suatu kultur dari tempat lainnya tidak terjadi kontaminasi yang dapat mengganggu pertumbuhan mikrobia yang tidak diinginkan. Metode aseptis digunakan sepanjang praktikum pemindahan kultur berlangsung baik alat,media,bahan (Pelczar, 2007) -
Pengertian kultur murni, kontaminasi, dan kultur terkontaminasi Kultur murni merupakan kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan satu sel tunggal yang sama (Pelczar, 1986). Jenis kultur ini paling sering
digunakan
untuk
studi
laboratorium,
karena
memungkinkan
pemeriksaan dan kontrol yang tepat dari satu mikroorganisme dengan sendirinya. Alih-alih menggunakan istilah kultur murni, beberapa ahli mikrobiologi lebih suka menggunakan istilah axenic, yang berarti bahwa kultur itu bebas dari makhluk hidup lain kecuali yang sedang dipelajari (Talaro dan Chess, 2008). Kultur yang terkontaminasi adalah kultur telah memiliki kontaminan (mikroba yang tidak diinginkan dengan identitas yang tidak pasti) tumbuh di dalam media kultur tersebut (Talaro dan Chess, 2008). Kontaminan -
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode aseptis dan hal yang dapat menyebabkan kontaminasi yaitu a. Semua peralatan yang digunakan harus steril b. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan desinfektan c. Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda yang tidak digunakan d. Usap meja kerja dengan aseptik sebelum digunakan e. Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara f. Atur peralatan sedemikian rupa untuk meminimalisir gerakan tangan g. Bekerja di dekat api h. Membakar mulut atau bagian tepi alat yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang menempel i. Meminimalisir akses udara ke alat-alat yang sudah steril j. Meminimalisir akses udara masuk ke dalam tabung, cawan petri, erlenmeyer dengan tidak membuka cotton plug terlalu lama. k. Jangan meletakkan cotton plug di meja
-
Perbedaan sterilisasi dan metode aseptis Sterilisasi merupakan proses pembunuhan atau penghilangan mikrobia dan sporanya, sedangkan teknik atau metode aseptis merupakan penggunaan prosedur dan pencegahan untuk menhindari atau mencegah kontaminasi mikrobia sehingga tetap steril (Parrot, 1974).
-
Aplikasi melakukan metode aseptis
2. Material and Method a. Alat (dengan jumlah)
Lima buah cawan petri
Dua buah ose bermata
Satu buah ose jarum
Dua buah bunsen
Satu erlenmeyer
Satu korek api
Satu roll tissue
Satu set label ukuran kecil
b. Bahan
Peptone
Ekstrak Yeast
Glucose
Kultur Bakteri
c. Cara Kerja (dalam bentuk paragraf disertai fungsi perlakuannya)
Pemindahan kultur Escherichia coli, Bacillus subtilis, Lactobacillus bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus dari tabung reaksi ke dalam tabung reaksi Tabung reaksi, ose, serta bahan disiapkan lalu setelah semua bahan siap digunakan, ose dipijarkan sampai membara. Kemudian cotton plug dibuka dengan jari kelingking, setelah itu, mulut tabung reaksi dibakar di atas api bunsen. Bakteri diambil dari tabung reaksi menggunakan ose yang sudah didinginkan. Selanjutnya, tabung reaksi dibakar kembali dan ditutup dengan cotton plug. Tabung reaksi baru diambil, kemudian cotton plug tabung reaksi tersebut dibuka. Mulut tabung reaksi baru tersebut dibakar, selanjutnya ose yang sudah ada kultur bakteri diinokulasikan ke dalam media yang ada di dalam tabung reaksi baru tersebut. Selanjutnya mulut tabung reaksi baru dibakar kembali dan ditutup dengan menggunakan cotton plug, ose kembali dipijarkan sampai membara. Tabung reaksi baru yang sudah terdapat bakteri diinkubasi pada suhu 37oC.
Pemindahan kultur Saccharomyces cerevisiae dari tabung reaksi ke cawan petri Tabung reaksi, ose, cawan petri, dan bahan disiapkan. Kemudian ose dipijarkan sampai membara selanjutnya ose didinginkan. Cotton plug pada mulut tabung reaksi dibuka dengan kelingking kemudian dibakar. Setelah itu, kultur pada tabung reaksi diambil dengan menggunakan ose, dilanjutkan
dengan pembakaran kembali mulut tabung reaksi dan mulut tabung reaksi ditutup dengan cotton plug. Kemudian cawan petri dipanaskan, lalu dibuka dengan tangan kiri. Selanjutnya ose digariskan pada media agar di dalam cawan petri. Cawan petri kemudian ditutup kembali dan dibakar kembali sekelilingnya, serta pemijaran kembali ose. Cawan petri diinkubasi pada suhu kamar.
Pemindahan kultur cair Saccharomyces cerevisiae dari tabung reaksi ke erlenmeyer Tabung reaksi dipegang dengan tangan kanan, lalu cotton plug dibuka dengan kelingking kiri. Selanjutnya mulut tabung reaksi dipanaskan kemudian erlenmeyer dipegang dengan tangan kiri. Cotton plug erlenmeyer dibuka dengan kelingking kanan, dilanjutkan dengan mulut erlenmeyer dipanaskan di atas bunsen. Setelah itu, kultur dipindahkan dari tabung reaksi ke erlenmeyer di dekat sumber api (bunsen). Erlenmeyer kembali dipanaskan lalu ditutup lagi dengan cotton plug. Inkubasi erlenmeyer pada suhu kamar.
Fungsi perlakuan (berlaku sama untuk ketiga percobaan) -
Penyiapan alat-alat, pada percobaan pertama alat yang disiapkan yaitu tabung reaksi dan ose. Percobaan kedua, peralatan yang disiapkan adalah tabung reaksi, ose, dan cawan petri. Sementara pada percobaan ketiga alat-alat yang disiapkan adalah tabung reaksi dan erlenmeyer.
-
Pemijaran ose sampai membara, pembakaran mulut tabung reaksi, pemanasan sisi cawan petri memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mencegah
terjadinya
kontaminan
mikrobia
selama
proses
pemindahan kultur. -
Pembukaan cotton plug dengan jari kelingking bertujuan agar lebih mudah dalam pengambilan kultur dari tabung reaksi. Cotton plug tidak diletakkan di meja untuk minimalisasi atau mencegah terjadinya kontaminasi.
-
Pengambilan kultur dengan ose yang sudah dingin untuk menghindari terbunuhnya kultur karena suhu yang terlalu tinggi.
-
Pemanasan kembali mulut tabung reaksi, sekeliling sisi cawan petri, dan mulut erlenmeyer bertujuan untuk membunuh mikrobia kontaminan yang mungkin muncul selama proses pemindahan.
-
Penutupan kembali dengan cotton plug pada tabung reaksi dan erlenmeyer serta penutupan kembali tutup cawan petri befungsi agar tidak ada kontaminan yang masuk pada media steril
-
Inokulasi pada suhu ruang bertujuan untuk menyesuaikan sifat mikrobia yang lebih mudah tumbuh dan berkembang pada suhu ruang
-
Inkubasi dilakukan untuk menciptakan keadaan atau kondisi di mana bakteri dapat tumbuh dengan optimal.
-
Penggoresan ose pada media secara zig-zag saat pemindahan Saccharomyces cerevisiae dari tabung reaksi ke cawan petri bertujuam untuk memperluas bidang tumbuh mikrobia.
3. Result and Discussion a. Pemindahan kultur (Escherichia coli, Bacillus subtilis, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus) dari tabung reaksi ke tabung reaksi Kelompok
Tabel percobaan (seluruh kelompok)
E. coli
B. subtilis
L. bulgaricus
S. thermophilus
NA
NA
MRS
MRS
Tegak
Miring
Tegak
Miring
Tegak
Miring
Tegak
Miring
1
+2
-
+3 +2 +3 +2 +3
+2
+3
+1
2
+1 +1 +1 +1 -
+3
+1 +2 +2
-
0
3
+3 +2 +3 +2 +2
+3
+1
+2
+3
0
4
+2 +2 +2 +2 +2
+3
+1
+2
+1
+1
5
-
+1
+1 +1 +3 +3 +2
+2
+1
+1
6
-
+3
+3
+3
-
-
-
-
7
+1
+1
+1
+3
+1
+1
+1
8
+2
+1
+3
+3
+3
+3
+1
+3
9
+3
+3
+2
+3
+2
+3
+2
+3
10
+1
+3
+2
+3
+1 +1 +3 +2 +1
11
+1
+3
+1
+3
+1
+2
+2 +2 +1 +1
12
+2
+3
+3
+3
+3
+1
+2
+1
13
-
+2 +2 +2 +1 +3
+3
+3
+3
-
-
Foto hasil inokulalsi masing-masing bakteri
-
Pembahasan hasil masing-masing bakteri
-
-
Perbandingan dengan teori (pengaruh media pada pertumbuhan bakteri.)
Escherichia
coli
merupakan
bakteri
fakultatif
anaerob
heterotrof,
kemoorganotropik, optimum pada suhu 37o C mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit di bawah keadaan anaerob (Pelczar dan Chan, 2005).
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang memerlukan oksigen untuk tumbuh. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri ini dapat tumbuh di keadaan anaerob yang membuat bakteri ini menjadi anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat memproduksi ATP dengan fermentasi pada glukosa, peptida, dan substrat lainnya dalam keadaan anaerob (Manno, 2001)
Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri yang asam laktat yang bekerja secara metabolisme homofermentatif (hanya mengaktifkan asam laktat saat fermentasi) tidak mencerna kasein, tidak memproduksi H2S, tidak memproduksi enzim katalase, kadang-kadang ada yang memproduksi enzim pigmen kuning dan oranye dan tidak patogen (Sneath et al, 1986) -
Alasan penyimpangan (jika ada)
b. Pemindahan kultur (Saccharomyces cerevisiae) dari tabung reaksi ke cawan petri -
Tabel hasil percobaan (seluruh kelompok) Kelompok
Saccharomyces cerevisiae PGY P
a
d
a
t
2
+3
+2
+1
+2
+2
3
+2
+3
+2
+3
+3
4
+3
+3
+3
+3
+3
5
+3
+3
+3
+3
+3
6
+3
+3
+3
+3
+2
7
+3
+3
+3
+3
+3
8
+3
+3
+3
+2
9
+3
+3
+3
+3
10
+3
+2
+1
+1
+1
11
+3
+2
+2
+2
+1
1
12
+3
+3
+3
+3
+3
13
+3
+3
+3
+3
+3
-
Foto hasil inokulasi pada cawan petri
-
Pembahasan hasil
-
Perbandingan dengan teori (pengaruh media pada pertumbuhan yeast)
-
Alasan penyimpangan (jika ada)
Saccharomyces cerevisiae merupakan yeast yang anaerobik fakultatif. Bila terdapat oksigen yeast tersebut dapat melakukan proses respirasi sedangkan saat kekurangan oksigen, yeast dapat energi dari proses fermentasi, glikolisis, gula akan dikonversi menjadi etanol (Bekatorou et al, 2006).
c. Pemindahan kultur (Saccharomyces cerevisiae) dari tabung reaksi ke erlenmeyer -
Foto hasil inokulasi pada Erlenmeyer Saccharomyces cerevisiae Kelmpok
PGY Cair
1
+3
2
+3
3
+3
4
+3
5
+3
6
+3
7
+3
8
+2
9
+3
10
+3
-
11
+3
12
+3
13
+3
Perbandingan dengan teori (pengaruh media pada pertumbuhan yeast)
Saccharomyces cerevisiae merupakan yeast yang anaerobik fakultatif. Bila terdapat oksigen yeast tersebut dapat melakukan proses respirasi sedangkan saat kekurangan oksigen, yeast dapat energi dari proses fermentasi, glikolisis, gula akan dikonversi menjadi etanol (Bekatorou et al, 2006).
-
Alasan penyimpangan (jika ada)
-
Kendala selama praktikum
4. Conclusion Hasil pengamatan pengaruh jenis media pada pertumbuhan bakteri dan yeast(sesuai hasil praktikum masing-masing kelompok) 5. References Talaro, Kathleen P. dan Chess, Barry. 2008. Foundations in Microbiology. New York: McGraw Hill Black, Jacquelyn G. dan Black, Laura J., 2015. Microbiology Principles and Explorations 9th Edition. Danver : John Wiley & Sons. Pelzcar, Chan.2007.Element of Microbiology. New York: Company
6. Statement Sheet Nama Asisten : Gerarda Tania Y dan Nurul Mutmainah D.O 7. Attachment a. Laporan Sementara (semua kelompok) b. Cara Kerja c. Pre Test d. Hasil Diskusi
Mc
Grawhill
Book