Wawancara Konseling Kebidanan “ABORSI” Aryn dan sesyl adalah sepasang remaja SMA yang sedang menjalin cinta. Keduanya terbelenggu dalam indahnya cinta yang semu. Keduanya berjanji sehidup semati dan menjaga cinta mereka. Namun dalam perjalanan cinta mereka, terjadilah hal yang tidak diinginkan. Aryn dan sesyl melakukan hubungan layaknya suami istri yang menyebabkan Sesyl hamil.
Sesyl
: Selamat pagi Bu Bidan
Bu Bidan
: Selamat pagi Mbak (menyalami klien dengan hangat), silahkan duduk Mbak. Bagaimana kabarnya?
Sesyil
: Tidak terlalu baik Bu Bidan, (mimik agak sedih)
Bu Bidan
: Sakit apa Mbak?
Sesyil
: Begini Bu, saya dan teman laki – laki saya datang kemari ingin minta tolong untuk menggugurkan kandungan saya Bu. Kami tidak sengaja melakukan hal tersebut. Saya takut orang tua saya menentang jika mengetahui hal ini. Ditambah lagi kami masih sekolah dan akan menghadapi Ujian Nasional.
Bu Bidan
: Maaf Mbak, saya tidak bisa membantu untuk menggugurkan kandungannya karena itu melanggar kode etik dalam profesi saya.
Sesyl
: Tapi Bu. Bagaimana dengan sekolah dan orang tua saya? Saya takut dikeluarkan dari sekolah dan orang tua saya akan malu jika mengetahui hal ini.
Bu Bidan
: Tenang saja Mbak jangan khawatir, Mbak harus berani bertanggung jawab atas perbuatan yang Mbak lakukan dengan teman laki – laki Mbak. Saya sarankan
mbak untuk menceritakan hal ini kepada keluarga mbak agar bisa di selesaikan secara kekeluargaan. Serta masalah Ujian Nasional agar dibicarakan baik – baik dengan pihak sekolah. Sesyl
: Tapi Bu, teman laki – laki saya masih sekolah dan belum berpenghasilan.
Bu Bidan
: Saya mengerti mbak. Namun masalah penghasilan dan biaya hidup menurut saya masih bisa diselesaikan tanpa harus dengan cara aborsi
Sesyl
: Bu Bidan saya belum siap mental jika harus menjadi ibu di usia saya yang masih remaja ini. Saya masih ingin merasakan indahnya masa – masa remaja saya. Saya menyesal telah melakukan hal tersebut.
Bu Bidan
: Mohon maaf Mbak. Bagaimana pun juga saya tidak bisa membantu menggugurkan kandungan mbak,lagipula resiko dari aborsi itu sendiri juga sangat besar bagi mbak maupun janin yang dikandung. Mbak bisa mengalami perdarahan, rahim bisa luka, trauma psikologis, sampai bisa – bisa janin gagal di aborsi dan lahir dalam kondisi cacat.
Aryn
: Bu Bidan saya akan membayar berapa pun asal Bu Bidan mau mengaborsi janin itu.
Bu Bidan
: Sekali lagi maaf mbak, mas, saya tidak bisa mengaborsi bagaimanapun alasannya. Karena itu akan melanggar kode etik profesi saya. Saya hanya bisa membantu dengan memberikan mbak konseling tentang bahayanya aborsi serta memberikan panduan – panduan bagaimana menjadi seorang ibu.
Sesyl
: Bu Bidan apa tidak ada cara lain Bu?
Bu Bidan
: Sebaiknya mbak menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan ikhlas serta menjalani berusaha menjalani peran sebagai seorang calon ibu. Karena aborsi itu memang berbahaya dan dilarang oleh hokum maupun medis tanpa adanya alasan medis yang bisa membahayakan bagi kesehatan klien.
Sesyl
: Bu Bidan saya takut… huhuhu T.T
Bu Bidan
: Tenang saja mbak saya akan berusaha membantu bagaimana menjadi seorang calon ibu dan cara – cara merawat bayi. Dan untuk mas nya saya harap mas juga mau untuk bertanggung ja\wab atas perbuatan yang dilakukan dan mau menanggung resiko bersama
sesyl
: Baiklah Bu Bidan saya akan berusaha menceritakan hal ini kepada orang tua kami terlebih dahulu.
Bu Bidan
: Iya, itu akan lebih baik bagi kebaikan mbak dan janinnya
Sesyl
: Terima kasih Bu atas saran dan konselingnya. Saya akan berusaha menjaga bayi saya ini dan tidak akan melakukan hal – hal yang buruk yang bisa membahayakan saya dan janin saya ini lagi.
Bu Bidan
: Iya Mbak sama – sama semoga bermanfaat dan mbak bisa tetap tegar dalam menghadapi masalah ini.
Sesyl
: Baiklah Bu Bidan kalau begitu saya permisi pulang. Assalamualaikum
Bu Bidan
: Iya ibu hati-hati di jalan. Waalaikumsalam
Tak lama kemudian, datanglah seorang bidan 2, yang bertujuan untuk memberitahu akan diadakannya rapat penyuluhan dengan masyarakat minggu ini, Seketika bidan 2 tak sengaja berpapasan dengan remaja tersebut, dan tampaknya remaja itu terlihat sangat sedih. Lalu bidan 2 menanyakan hal itu kepada bidan 1. Bidan 2
:assalamaualaikum.
Bidan 1
:waalaikumsalam, eh bu bidan, gimana kabaranya, ayo silahkan msuk, (sambil berjabat tangan )
Bidan 2
:oh iya baik alhamdulillah, jadi gini bu, mengenai hasil rapat yang mengenai tugas ibu hamil. Dan nantii saya mengumpulkan reka-rekan semua untuk membahas rencana kita mengenai pengadaan kelas ibu hamil diwilayah kerja klinik ini..
Bidan 2
:
Ya buk, semakin cepat kita bergerak dalam menangani hal ini maka
semakin bagus pula status kesehatan ibu hamil diwilayah kerja kita. Bidan 1
:
Oke,. Bidan 3 tolong kamu bawakan data ibu hamil.
Setelah berbincang bincang, bidan 2 itu, teringat kepada remaja tadi, lalu bidan 2 menanyakan hal itu kepada bidan 1. Bidan 2
:oh iya bu, saya tadi melihat seorang remaja, dan nampaknya dia sangat gelisah, memangnya ada apa masalah apa dengan pasien itu ?
Bidan 1
:oh itu, dia ingin melakukan aborsi, saya sudah melarang hal itu, dan sudah saya kasih saran.
Bidan 2
: iya bu jangan, karna itu melanggar kode etik profesi.
Bidan 1
: iya bu, saya juga tahu aturan itu.
Bidan 2
;Oh yasudah kalo begitu,berhubung sudah selesai saya pamit ya bu, karna ada urusan lain.
Percakapan pun telah berakhir, dan bidan 2 pulang. ...... Satu minggu kemudian seorang remaja tersebut kembali lagi keklinik tersebut untuk melakukan penawarann abosrsi itu, dan ,membawa sejumlah uang yang cukup banyak. 2 remaja
: assalamualaikum,
Bidan
:waalaikumsalam, eh mbak, apakah ada keluhan lain ?
Sesyl
: bu saya mohon, tolong bantu saya untuk melakukan aborsi. Saya dan pacar saya akan membayar ibu dengan harga 50 juta rupiah. Apakah ibu masih ingin menolak ?
bidan
: (sebetulnya, saya amat sedang membutuhkan uang tersebut. Apaiya saya harus menerima tawaran tersebut).
Didalam hati seorang bidan(berfikir untuk menerima atau menolaknya dan akhirnya tanpa berfikir panjamg bidan itupun mengambil resikonya) Baiklah mbak, saya akan membantu tindakan aborsi mbak, asalkan mbak bisa merahasiakan hal ini.
2 remaja
: baik bu, kami akan menutupi hal ini.
Tindakan itupun berjalan dengan baik.... Beberapa hari setelah melakukan aborsi, disebuah klinik bidan 1,tidak sengaja bidan 2 menemukan selebar kertas yang berisi data pasien yang telah melakukan aborsi tersebut. Kemudian bidan 1 kaget melihat kehadiran bidan 2, Bidan 1
:ehh,, ada bu bidan, sejak kapan bu ada disini, ?
Bidan 2
:iya, tadi saya mengetuk pintu, dan tidak ada jawaban, dan saya melihat pintu ruangan ibu terbuka, jadi saya langsung masuk.
Bidan 1
:oh iya bu tidak apa apa, ngomong2 ada apa ya buk, ?
Bidan 2
:oh saya hanya ingin mencari data kehamilan yang sebelum rapat dibicarakan
Bidan 1
:iya bu, saya carikan sebentar.
Bidan 2
:saya bantu cari ya bu,.
Bidan 1
:oh iya silahkan.
Setelah data itu ditemukan oleh bidan 1, lalu memberikannya kepada bidan 2. Akan tetapi bidan ternyata menemukan selembar kertas tentang persetujuan dan perjanjian mengenai kasus aborsi pada remaja sma itu. dan Tiba tiba..... bidan 2 angkat bicara....
Bidan 2
:maaf bu, saya tidak sengaja menemukan kertas yang berisi data tindakan mengenai aborsi. Apakah betul ibu melakukan hal itu ?
ekspresi sangat ketakuta. Bidan 1, langsung mengambil kertas itu sambil mengeluarkan Bidan 1
: E...E.....E.......E.....bukan saya buk, saya tidak melakukan hal itu,.
Bidan 2
:sebaiknya ibu jujur saja, atas perbuatan anda. Sebelum terjadi masalah besar diklinik ini.
Bidan 1
: iya bu, memang benar apa yang ibu lihat, saya melakukan hal itu karna terpaksa, ada hal lain yang saya butuhkan.
Bidan 2
:kan saya sudah memberitahu ibu, bahwa tindalkan tersebut itu melanggar hukum, dan ibu sendiri sudah tau.
Bidan 1
:iya saya khilaf telah melakukan hal tersebut.
Dengan Tidak sengaja bidan bidan lain, mendengar keributan didalam ruangan bidan 1, akhirnya mereka punmasuk menghampiri bidan 1 dan 2, Bidan 3
:ada masalah apa ini, sepertinya terjadi keributan disini.
Bidan 2
:begini bu, bidan 1, melakukan tindakan aborsi. Secara diam diam.
Bidan 4
:Ya Allah, kenapa bisa bu melakukan hal itu. Tindakan tersebut sangat melanggar
aturan, dan ibu sendiri pasti tahu akan mendapatkan sanksi. Bidan 3
: Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya setiap negara
memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus buatan meskipun pelarangan
tersebut tidak bersifat mutlak.Kita lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus dapat merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang dibenarkan undang-undang Bidan 1
:iya bu, ini memang kesalahan besar saya, dan saya sudah siap menerima resiko ini. Saya mohon maap atas kekhilafan saya, dan saya telah menyesali hal itu.
Bidan 2
: mau bagaimanapun ini sudah terjadi, jadi mau tidak mau mohon maaf
kami
harus melaporkan kepada pihak yang berwajib karena ini merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi Dan akhirnya Bidan 2,3,dan 4, pun melaporkan kepada pihak yang berwajib, atas apa yang telah dilakukan bidan 1. Dengan tujuan agar bidan 1 jera atas perbuatan tersebut. Dan bidan tersebut mendapatan hukuman sesuai pasal 75 ayat 1 (UU) nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (uu kesehatan ) . setiap orang dilarang melakukan aborsi.
Aborsi merupakan berakhirnya suatu kehamilan. Terdapat dua jenis aborsi berdasarkan penyebabnya, yaitu aborsi yang disengaja (induced abortion) dan aborsi yang tidak disengaja (spontaneous abortion). Spontaneous abortion ini sama seperti keguguran di mana kematian janin terjadi dengan sendirinya dan biasanya diakibatkan oleh masalah medis. Sedangkan, aborsi yang disengaja masih menjadi kontroversi baik dari segi medis maupun moral.
Aborsi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, aborsi yang disengaja merupakan sebuah tindakan yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi yang dilakukan secara ilegal dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa. Ibu yang melakukan aborsi, orang atau tenaga medis yang membantu ibu melakukan aborsi, serta orang yang mendukung tindakan ini dapat dikenai hukuman. Sebanyak 30% kematian ibu adalah karena aborsi Kebanyakan aborsi di Indonesia disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan yang terjadi di luar pernikahan, sehingga aborsi dilakukan secara ilegal. Banyak praktik aborsi ilegal di Indonesia menggunakan peralatan seadanya dan dengan metode yang bukan seharusnya. Imbasnya, kebanyakan aborsi ilegal menyebabkan dampak buruk pada kesehatan wanita, bahkan bisa menyebabkan kematian. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008, kematian akibat aborsi mencapai 30% dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup angka kematian ibu (AKI). Hal ini berbeda dengan negara yang melegalkan aborsi, seperti Amerika Serikat, di mana aborsi dilakukan dengan aman dan dengan bantuan dokter, sehingga komplikasi sangat jarang ditemukan.