Aaa Proposal Deadea.docx

  • Uploaded by: matilda sary
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aaa Proposal Deadea.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,683
  • Pages: 31
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas ialah peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas yang melibatkan manusia sebagai pengemudi, kendaraan, jalan, dan lingkungan sekitar. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang hampir terjadi diseluruh negara di dunia ini, yang memerlukan penanganan serius mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya. Apabila masalah kecelakaan di jalan raya tidak diperhatikan dengan baik, dikhawatirkan akan terjadi peningkatan jumlah korban kecelakaan dari tahun ke tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan yang tergolong dalam penyakit tidak menular. Seiring dengan perkembangnya zaman, semakin banyak pula alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang

peranan

penting

dalam

memperlancar

pelaksanaan

pembangunan nasional. terdapat 3 komponen utama terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometric. Dari berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi, faktor kelelahan dan kurang hati-hatinya pengemudi banyak memicu terjadinya kecelakaan. Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya hal tersebut terjadi karena adanya kecerobohan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya

2

Menurut Global Status Report on Road Safety (2013), sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahun di seluruh dunia dan 20–50 juta orang mengalami luka akibat kecelakaan lalu lintas. Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak di dunia dengan rata-rata angka kematian 1000 anak dan remaja setiap harinya pada rentang usia 10–24 tahun. Data Badan Pusat Statistik (2015) menunjukkan bahwa angka kecelakaan yang paling banyak adalah sepeda motor dengan jumlah 98,88 juta unit atau 81,5%. Indonesia menjadi negara ketiga di Asia dengan total kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 38.279 pada tahun 2015 (Situmorang, 2016). Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Banyaknya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia seiring dengan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat. Peningkatan jumlah kendaraan jenis sepeda motor memiliki angka paling tinggi di antara

jenis

kendaraan

bermotor

lainnya

(Direktorat

Jenderal

Perhubungan Darat, 2013). Menurut Riskesdas tahun 2018 terdapat peningkatan prevalensi cedera akibat kecelakaan lalu lintas yaitu 2,5%. Penyebab cedera terbanyak adalah kecelakaan sepeda motor atau yang mengendarai sepeda motor yaitu sebanyak 72,7 %. Menurut Kapolda NTT Irjen Pol Drs Raja Erizman menyatakan kecelakaan lalu lintas ( Lakalantas) di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2018 lalu. Presentase peningkatan jumlah lakalantas bahkan mencapai angka lebih dari 60%. Jika dibandingkan dengan angka kecelakaan pada tahun 2017 yang berjumlah 131 kasus, maka pada tahun 2018 mengalami peningkatan hingga 62,60% menjadi 213 kasus kecelakaan. Menurut data Kasat Lantas Polres Kupang Kota tahun 2018 menyatakan kecelakaan lalu lintas tertinggi yaitu 276 kasus dan banyak terdapat pada usia 16-25 tahun. Kecelakaan terjadi disebabkan oleh tindakan yang tidak aman (unsafe

3

action), yaitu dimana suatu perilaku atau kebiasaan tidak aman dari seseorang yang menimbulkan bahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Kondisi tidak aman (unsafe condition) adalah terdapat kondisi tidak aman yang dapat membahayakan seseorang. Penyebab lain dari terjadinya kecelakaan lalu lintas diduga karena kelalaian pengendara motor seperti mengendarai dengan kecepatan tinggi, rem mendadak, mengendarai motor dengan melawan arus, menerobos traffict light, menerobos trotoar untuk pejalan kaki dan berpindah jalur atau membelok tanpa menggunakan lampu sein. Selain itu, pengendara sepeda motor juga cenderung meremehkan kelengkapan pribadi dan sepeda motornya, seperti kaca spion, lampu sein, penggunaan helm Standar Nasional Indonesia (SNI), masker, sarung tangan dan lain sebagainya (Ismail, 2017). Lalu lintas merupakan pergerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan (Dephub, 2009). Kecelakaan merupakan suatu kejadian tidak terjadi secara kebetulan melainkan disertai suatu penyebab yang dapat dicari tahu guna melakukan tindakan preventif. Kecelakaan dapat menimbulkan dampak ringan sampai berat baik berupa materi maupun non materi (Sumakmur, 2009). Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak atau berlalu lintas. Tingginya jumlah kecelakaan itu sebabkan oleh faktor manusianya sendiri baik pengemudi kendaraan maupun pengguna jalan yang tidak berhati-hati dalam berlalu lintas. Kecelakaan lalu lintas juga berdampak pada peningkatan kemiskinan karna menimbulkan banyak biaya yang harus dikeluarkan baik biaya pada saat kecelakaan maupun untuk perawatan setelah kecelakaan terjadi, serta biaya hilangnya produktifitas akibat terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu semakin meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas di suatu wilayah, maka akan semakin besar pula kerugian yang akan dialami dan akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi sosial wilayah tersebut.

4

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019 (studi kasus pada ojek online)”

2. Rumusan Masalah Berdasarkan

uraian

di

atas

maka

penulis

merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut : “ Bagaimana menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019 ?

3. Tujuan 3.1

Tujuan Umum Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019.

3.2

Tujuan Khusus Tujuan khusus yang akan di capai dalam penelitian ini, yaitu: A. Menganalisis hubungan faktor manusia dan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019. B. Menganalisis hubungan faktor lingkungan dan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019. C. Menganalisis hubungan faktor kendaraan dan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019. D. Menganalisis hubungan faktor jalanan dan kecelakaan lalu lintas di kota kupang tahun 2019.

4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi : 4.1

Bagi Kepolisian Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha mencegah dan menggurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas dan memberikan

5

informasi di bidang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas 4.2

Bagi Masyarakat Memberikan informasi besarnya kerugian yang dialami korban akibat kecelakaan lalu lintas sehingga pengendara dapat berhatihati dalam berkendaraan dan menjadi lebih peduli terhadap upaya pencegahan dan pengurangan kecelakaan lalu lintas.

4.3

Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai aplikasi ilmu pengetahuan dan sebagai suatu pengalaman berharga.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecelakaan Lalu Lintas 1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Frank Bird, kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian pada manusia, kerusakan pada property, dan hilang, atau terganggunya proses (Kartika, 2009). Kecelakaan lalu lintas ialah peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas yang melibatkan manusia sebagai pengemudi, kendaraan, jalan, dan lingkungan sekitar. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang hampir terjadi di seluruh negara di dunia ini, yang memerlukan penanganan serius mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 2009. Pengertian kecelakaan lalu lintas berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1993 ayat 1 adalah : “Suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda” Korban kecelakaan lalu lintas yang dimaksudkan, antara lain. a. Korban mati Korban mati (Fatality), sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah korban yang pasti mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebur (ayat 3).

7

b. Korban luka berat Korban luka berat (Serious Injury), sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu 30 hari sejak terjadi kecelakaan (ayat 4). c. Korban luka ringan Korban luka riingan (Light Injury), sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah korban yang tidak masuk dalam pengertian diatas, (ayat 3) dan (ayat 4). Secara teknis kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh banyak faktor yang tidak sengaja terjadi (Random Multy Factor Event). Secara sederhana, kecelakaan lalu lintas terjadi apabila semua faktor keadaan tersebut bertepatan terjadi secara bersamaan pada atu titik waktu tertentu. Berarti dapat disimpulkan memang sulit meramalkan secara pasti dimana dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi. Sebagai pengelola jalan tol di Indonesia PT Jasa Marga memiliki definisi yang berbeda tentang korban kecelakaan yaitu : 1) Luka ringan adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang tidak membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau perawatan lebih lanjut dirumah sakit, terdiri dari : a. Luka kecil dengan pendarahan sedikit dan penderita sadar. b. Luka bakar luas kurang dari 15 %. c. Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi. d. Penderita-penderita diatas semuanya dalam keadaan sadar tidak pingsan atau muntah-muntah. 2) Luka berat adalah korban mengalami luka-luka yang dapat membahayakan jiwanya dan memerlukan pertolongan atau perawatan lebih lanjut dengan segera dirumah sakit, terdiri dari:

8

a. Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya luka yang mengenai kepala atau batang kepala. b. Luka bakar yang luasnya meliputi 25 % dengan luka baru. c. Patah tulang anggota badan dengan komplikasi disertai rasa nyeri yang hebat dan pendarahan hebat. d. Pendarahan hebat kurang lebih 500 cc. e. Benturan/luka yang mengenai badan penderita yang menyebabkan kerusakan alat-alat dalam misal ; dada, perut, usus, kandung kemih, ginjal, hati, tulang belakang, dan batang kepala. 3) Meninggal adalah keadaan dimana penderita terdapat tandatanda kematian secara fisik. Korban meninggal adalah korban kecelakaan yang meinggal di lokasi kejadian atau meninggal selama perjalanan ke rumah sakit. Definisi yang digunakan dalam studi atau penelitian ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993. Di Negara maju, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian untuk semua kelompok umur, kecuali untuk mereka yang sangat tua. Gejala ini pun sekarang dialami oleh negara-negara berkembang. Pengamatan umum menunjukan, bahwa tingkat keselamatan lalu lintas meningkat seiring dengan naiknya tingkat kepemilikan kendaraan. Tingkat keselamatan disini di ukur dengan banyaknya jumlah korban.

2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas 1) Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu : a) Kecelakaan

lalu

lintas

ringan,

yaitu

mengakibatkan kendaraan dan/atau barang.

kecelakaan

yang

9

b) Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan

yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan dan/atau barang. c) Kecelakaan

lalu

lintas

berat,

yaitu

kecelakaan

yang

mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. 2) Karakteristik Kecelakaan Lalu lintas dapat dibagi menjadi beberapa jenis (Peratutan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993), yaitu : a) Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan. b) Rear-End (Re), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah. c) Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan. d) Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalan pada arah yang berlawanan (tidak sideswape). e) Backing, tabrakan secara mundur. 3) Dampak Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, dampak kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga yaitu : a) Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut. b) Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

10

c) Luka ringan adalah korban kecelakaan yang dapat mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari.

B. Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Pengendara Sepeda Motor Menurut Pamungkas (2011) penyebab kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan dalam empat unsur, yaitu : 1. Faktor Manusia Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan

mengemudi,

mengendalikan,

dan

mengarahkan

kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi

merupakan

pekerjaan

yang

kompleks,

yang

memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saaat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan daaan menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor

fisiologis.

Keduanya

adalah

faktor

dominan

yang

mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya. Faktor psikologis

dapat

berupa mental,

sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem saraf. Perilaku manusia di pengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, kendaraan, dan manusia itu sendiri. Kombinasi dari faktor fisiologis dan faktor psikologis menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon berkendara dari pengendara terhadap rangsangan dari lingkungannya berkendara. Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu : a) Umur

11

Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia di bawah 17 tahun dan labih dari 40 tahun biasanya lebih memiliki tingkat kewaspadaan yang mudah dalam berkendara dari pada orang yang berusia 17-39 tahun (Oktaviana, 2008). b) Jenis Kelamin Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi di bandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini di karenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya dalam berkendara. Selain itu jumlah pengguna sepeda motor lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dari pada jenis kelamin perempuan. c) Mabuk Pengemudi dalam keadaan mabuk dapat kehilangan kesadaran antara lain karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkotika. Alkohol mengandung zat Depresan yang dapat membuat

seseorang

yang

mengkonsumsinya

merasa

menagntuk, merasa santai dan menyenangkan serta lepas kendali yang mengakibatkan kecelakaan dengan cedera serius (Grant dan Hodgson, 1995). Pada saat berkendara, pengendara sepeda motor tidak boleh memiliki kandungan alkohol dalam darah mereka melebihi dari ambang batas. Hal ini karena efek dari alkohol bertahan lama dalam tubuh, sehingga jika minum alkohol pada malam hari kandungannya masih ada dalam darah pada keesokan paginya (Kartika, 2009). Alkohol dan berkendara merupakan kombinasi yang fatal. Beberapa hal yang harus di sadari antara lain (Oktaviana, 2008):

12

1. Alkohol

mempengaruhi

penilaian,

pengendara

akan

mengalami kesulitan dalam menilai jarak aman, kecepatan pengendara dan kecepatan kendaraan lain. 2. Alkohol mempengaruhi keseimbangan, bahkan dalam jumlah yang sedikit sekalipun alkohol dapat membuat pengendara sulit untuk menjaga keseimbangan. 3. Alkohol memberi rasa percaya diri semu, pengendara mungkin

tidak

menyadari

seberapa

besar

alkohol

mempengaruhi pengendara dalam berkendara dan seberapa besar risiko yang akan di hadapi. 4. Alkohol membuat sulit melakukan lebih dari satu hal dalam saat yang sama. Pengendara harus dapat berkonsentrasi ketika berkendara sepeda motor dan mengentahui posisi pengguna jalan lainnya, jika pengendara baru saja mengkonsumsi minuman beralkohol, mungkin saja mampu mengendarai

sepeda

motor

tetapi

tidak

dapat

memperhatikan hal penting lainnya seperti lampu lalu lintas, mobil dari samping jalan atau pejalan kaki yang sedang menyeberang. 5. Alkohol dapat membuat lelah, alkohol akan membuat reaksi pengendara menjadi lambat dan dapat membat celaka.

Obat-obatan

dan

narkoba

akan

membuat

pengendara lemah, pusing atau mengantuk. d) Mengantuk Pengemudi mengantuk adalah merefleksikan kecenderungan (tendency) untuk jatuh tidur, atau dapat di katakan pengemudi yang kehilangan dara reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Lumbantobign, 2004). Risiko terjainya kecelakaan lalu lintas terbesar disebabkan oleh pengemudi yang mengantuk. Pada saat kurang tidur maka seseorang akan

13

berhutang untuk tidur sehingga memiliki risiko kecelakaan. Ciri-ciri mengantuk antara lain : menguap terus menerus, mengemudi zig-zag, perih pada mata, kesulitan mengangkat kepala, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, kesulitan mengingat beberapa kilo meter yang lalu, mengemudi dengan kecepatan yang berubah-ubah (Kartika, 2009). e) Penggunaan Hp saat mengendarai Telepon genggam atau lebih di kenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat di bawa ke mana-mana. Kecanggihan yang terdapat di dalam hp tersebut membuat banyak orang ingin memilikinya, dan tidak heran saat ini mulai dari anak kecil sampai orang tua juga sudah memiliki hp, tetapi kadangkala alat ini sering digunakan pada tempat dan waktu yang salah yaitu digunakan pada saat berkendaraan di jalan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Penggunaann HP saat berkendara sangat berbahaya karena pusat konsentrasi menjadi terpecah sehingga pengendara menjadi kurang fokus dengan kendaraan

yang

sedang

di

kendarainya.

Berkurangnya

konsentrasi saat mengemudi dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat ini salah satu penyebabnya adalah di karenakan seseorang menggunakan ponsel saat mengendarai kendaraan (Arif Adliah, 2013) .

2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung, dan hujan. Faktor lingkungan menciptakan kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Berikut adalah uraian mengenai faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor :

14

a. Hujan Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi licin, dan jarak pandang menjadi pendek karena lebatnya hujan. Hujan lebat telah memicu terjadinya sejumlah kecelakaan lalu lintas karena kondisi jalan yang licin (Hubdat dalam Kartika, 2008). Selama musim hujan, potensu kecelakaan lalu lintas menjadi lebih besar yang umumnya terjadi karena gangguan pengelihatan saat hujan lebat, atau jalan yang tergenang air

sehingga

mengakibatkan efek Hydroplaning, yaitu ban tidak langsung menapak ke permukaan aspal karena di lapisi air (Beirness dalam Kartika, 2009).

3. Faktor Kendaraan Faktor kendaraan dalam hal ini yaitu sepeda motor merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Memilih sepeda motor yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan adalah keputusan penting yang harus di pilih seorang pengendara. Sepeda motor yang cocok akan memberi pengendara pengendalian yang baik. Pengendara harus mempertimbangkan ukuran tubuh ketika memilih sepeda motor. Beberapa sepeda motor berukuran besar dan sangat berat. Hal ini dapat mempengaruhi

kemampuan

untuk

menyeimbangkan

dan

mengendalikan sepeda motor tersebut. Perlu di perhatikan adalah bahwa kaki pengendara mampu berpijak ke tanah dengan baik ketika memilih sepeda motor. Kondisi internal dari sepeda motor itu sendiri juga merupakan hal yang wajib menjadi perhatian karena berperan penting untuk keselamatan bagi pengendara

15

sepeda motor tersebut. Kondisi internal tersbut yaitu perawatan terhadap rem, ban, kaca spion, lampu utama, lampu sein, dan sebagainya (Fitriah 2012). Faktor-faktor kendaraan yang beresiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, adalah : a. Rem Blong Rem merupakan komponen penting dari sepeda motor yang berfungsi untuk memperlambat laju atau memberhentikan sepeda motor. Sepeda motor memiliki dua rem, yaitu rem depan dan rem belakang. Rem depan lebih efektif di baningkan rem belakang bahkan pada jalan dengan permukaan yang licin. Teknik pengereman yang baik adalah menggunakan kedua rem untuk memberhentikan atau mengurangi kecepatan sepeda motor, lalu menurunkan transmisi sepeda motor. Jarak terlalu dekat juga mempengaruhi pengereman, jika pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas yang di akibatkan oleh kerusakan rem (rem blong) sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan pada rem sepeda motor (Pamungkas, 2011). b. Ban Beberpa hal yang harus di perhatikan pada ban yaitu tekanan ban dan kerusakan ban. Kendala pada ban mliputi ban kempes dan ban pecah. Ban kempes adalah kondisi dimana tekanan ban kurang ataupun berkurang walaupun sudah di pompa, hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya pentil ban ataupun longgar, dan ban pecah adalah kerusakan ban secara tiba-tiba yang dapat di sebabkan oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya yang dappat melubangi ban. Tekanan ban harus diperhatikan karena tekanan ban yang

16

kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ban dan menimbulkan ancaman ketika berkendara terutama dalam kecepatan tinggi. Adapun hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan ban adalah ukuran ban, tipe ban, dan daya cengkeram ban pada jalan (Pamungkas, 2011). c. Selip Selip adalah lepasnya kontak roda kendaraan dengan permukaan jalan atau saat melakukan penggereman roda kendaraan

memblokir

sehingga

pengemudi

tidak

mengendalikan kendaraan. Tapak ban juga mempengaruhi selip pada roda kendara, ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan ketika berkendara. Khususnya pada saat melitas di jalan licin. Tapak ban harus memiliki alur kendalaman sedikitnya 1 mm. Tiap ban memiliki indikator tapak ban. Sisi ban tidak boleh memiliki lebar lebih dari tapak ban, jika ban mulai tidak rata, pengendara harus lebih hati-hati dalam berkendara. Faktor-faktor mendukung terjadinya selip pada kendaraan, yakni lemahnya peredam kejut (shock breaker), ban sudah tidak memenuhi syarat, tekanan ban yang kurang, penyetelan kaki kendaraan (Spooring) yang kurang sempurna, dan berat kendaraan yang melebihi daya angkut. Jalan yang licin dan jalan yang basah juga dapat menimbulkan selip pada roda ban yang meningkatkan kemugkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas (Fitriah, 2012). d. Lampu motor yang tidak berfungsi Lampu di perlukan untuk jalan pada malan hari sebagai penerangan dalam melihat jalan bagi pengendara, sebagai tanda adanya kendaraan dan pemberi isyarat untuk belok dan berhenti. Sepeda motor dengan atau tanpa kereta samping harus di lengkapi dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya yang meliputi (Kartika, 2009) :

17

1. Lampu utama Lampu utama berfungsi sebagai alat penerangan jalan daan juga sebagai penanda keberadaan kendaraan pada saat berkendara. Lampu utama memiliki dua

fungsi, yaitu

lampu dekat dan lampu jauh, dalam berkendara sebaiknya menggunakan lampu dekat di karenakan lampu jauh dapat membuat pengendara lain silau. Lampu jauh dapat juga digunakan apabila sedang berada pada jalan sepi, namun jika dalam jarak 200 meter atau ada pengendara lain yang menyalakan lampu dip, sebaiknya ganti fungsi lampu utama ke fungsi lampu dekat. 2. Lampu indikator Lampu indikator atau penunjuk arah secara berpasangan di bagian depan dan bagian belakang sepeda motor. Lampu ini digunakan untuk memberitahu arah tujuan kita saat berada di persimpangan kepada pengguna jalan lain di belakang kita lampu ini juga dapat di pergunakan ketika akan berpindah jalur. Lampu indikator sangatlah penting dalam membantu ketika kita tidak melihat kendaraan lain untuk memberikan pesan

yang akurat atau tepat kepada

pengendara lain mengenai arah yang di tuju, sebaiknya jangan lupa untuk mematikan lampu indikator ketika sudah tidak di butuhkan alagi, karena khawatirkan pengguna jalan di belakang kita berfikit kita akan membelok, hal tersebut membahayakan keselamatan lalu lintas. 3. Lampu rem Lampu rem yang berguna aga pengguna jalan di belakang kita

dapat

penggereman.

melihat

bahwa

kita

sedang

melakukan

18

4.

Faktor jalanan Faktor jalan meliputi jalan rusak, berlubang, licin, gelap, tanpa marka/rambu dan tikungan /tanjakan/turunan tajam. Selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas. Berikut

penjelasan

mengenai

faktor

jalanan

yang

mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas (Kartika, 2009) : 1. Jalan berlubang Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Kecelakaan lalu lintas pada sepeda motor yang di sebabkan jalan berlubang kebanyakan di karenakan pegendara berusaha menghindari lubang secara tiba-tiba dalam kecepatan tinggi. Contoh lain adalah ketika roda ban sepeda motor melewati lubang yang berdiameter dan kedalaman pengendara

yang

cukup

menjaga

besar

sehingga

keseimbangan

dan

menganggu kemampuan

mengontrol sepeda motor. 2. Jalan rusak Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspla yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan pengendara sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya mengurangi kecepatannya melewati jalan dengan kondisi rusak. 3. Jalan licin/basah

19

Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan oleh cuaca (hujan/tidak) maupun material lain yang menutupi permukaan jalan, seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun tanah yang basah karena tersiram air hujan. Kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, karena keseimbangan ketia berkendara akan berkurang saat melintasi jalan licin, lalu sepeda motor dapat tergelincir dan jatuh hingga menabrak kendaraan lain di dekatnya. Ban juga berperan penting untuk melewati permukaan jalan yang licin/basah, dengan kondisi ban yang baik maka pengendara lebih dapat mengontrol kendaraannya. Selain itu, melakukan penggereman di permukaan jalan yang licin juag sebaiknya tidak secara mendadak karena akan berefek selip pada roda ban. 4. Jalan gelap Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas arah kondisi jalan serta lingkungan sekitarnya. Jalan tanpa lampu penerang jalan akan sangat membahayakan dan menimbulkan potensi tinggi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, karena lampu penerangan yang hanya berasal dari sepeda motor terkadang tidak cukup untuk menerangi jalan di depannya. 5. Tikungan tajam Jalan yang memiliki tikungan tajam aalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180°. Untuk melewati kondisi jalan tersebut dibutuhkan ketrampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak hilangnya

20

kendali

pada

kendaraan

yang

berakibat

jatuh

dan

menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga dappat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas.

C. Kerangka Konsep 1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Berbagai faktor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, mulai dari manusia samapai sarana jalan yang tersedia. Secara garis besar ada 5 (lima) faktor yang berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor-faktor pengemudi, penumopang, pemakai jalan, dan fasilitas jalanan (Bustan, 2007). Beberapa faktor yang sering terjadi di antaranya faktor manusia, lingkungan, kendaraan dan jalanan. Faktor manusia mencakup umur, jenis kelamin dan sebagainya. Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau di atas 30 tahun biasanya lebih memiliki tingkat kewaspdaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang berusia muda. Selain itu di bandingkan pria, wanita lebih berhati-hati dalam berkendaraan dan kasus yang sering di temukan lebih banyak pria yang mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk. Faktor lingkungan melingkupi cuaca dan geografik yang dapat di duga bahwa dengan adanya kabut, hujan, jalanan licin akan membawa risiko kecelakaan lalu lintas. faktor kendaraan yang sering berpengaruh di antaranya rem blong, selip dan sebagainya. Faktor jalanan mencakup keadaan fisik jalanan dan rambu-rambu jalanan. Keadaan fisik jalanan seperti kondisi jalan yang berlubang dapat menyebabkan pengemudi kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi,

21

mengalami kecelakaan. Penelitian ini mengkhususkan beberapa variabel yang merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yaitu umur, jenis kelamin, berkendara dalam keadaan mabuk, kondisi jalan yang berlubang.

22

2. Kerangka Hubungan Antara Variabel

FAKTOR MANUSIA 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Mabuk 4. Mengantuk 5. Penggunaan hp saat mengendarai 6. Kelelahan 7. Keterampilan mengemudi

FAKTOR KENDARAAN Rem, Selip, Ban dan Lampu Motor yang Tidak Berfungsi

FAKTOR LINGKUNGAN a. Cuaca 1. Hujan 2. Angin kencang 3. Kabut b. Kondisi jalan 1. Jalan berlubang 2. Jalan rusak 3. Jalan gelap 4. Tikungan tajam

: Variabel independen yang diteliti : Variabel Independen yang tidak diteliti : Variabel Dependen yang diteliti

KECELAKAAN LALU LINTAS

23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan desain studi potong lintang, dimana pengumpulan data serta pengukuran variabel independen dan variabel dependen diambil pada waktu yang bersamaan. Alasan menggunakan jenis dan rancangan penelitian ini adalah karena kemudahannya untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow up. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi : penelitian ini dilakukan di Kelurahan Fontein Kupang 2. Waktu : bulan Maret-April 2019 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ojek online transmart fontein kupang pada tahun 2019 berjumlah 300 pengemudi. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah pengemudi ojek online transmart fontein kupang, yang berjumlah 300 pengemudi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu total sampling.

24

D. Definisi Operasonal

No

Variabel

Definisi Operasional Kecelakaan lalu lintas bermotor tercatat di laka lantas tahun 2018 kota kupang Umur pengendara saat mengalami kecelakaan lalu lintas

Data

1

Kecelakaan lalu lintas

Data sekunder

2

Umur

3

Jenis kelamin

Jenis kelamin Data oleh primer pengendara yang mengalami kecelakaan lalu lintas

4

Mabuk

5

Mengantuk

Kondisi pengendara yang kehilangan kesadaran akibat obatobatan, alkohol dan narkotika Kondisi dimana pengemudi kehilangan konsentrasi saat

Data primer

Data primer

Data primer

Kriteria Objektif 1. Ya 2. Tidak

1. Berisiko, bila < 30 tahun 2. Tidak berisiko ≥ 30 tahun (Dephub RI, 2006) 1. Berisiko, bila lakilaki 2. Tidak berisiko, bila perempu an (Oktavia na, 2008) 1. Berisiko, bila mabuk 2. Tidak berisiko, bila tidak mabuk (Kartika, 2009) 1. Berisiko, bila mengant uk 2. Tidak berisiko,

Alat Ukur

Skala

Data laka Nominal lantas

Kuesioner

Ordinal

kuesioner

Nominal

Kuesioner

Nominal

Kuesioner

Nominal

25

6

mengemudi di tandai dengan sering menguap, dan keinginan untuk tidur yang tidak terkontrol Penggunaan Menggunaka Data HP saat n HP saat primer mengendarai mengendarai motor sehingga kurangnya konsentrasi saat mengendarai

7

Rem blong

Rem yang Data tidak primer berfungsi dengan baik

8

Selip

Lepasnya Data daya kontak primer roda kendaraan dengan permukaan jalan atau saat melakukan pengereman roda kendaraan memblokir sehingga

bila tidak mengant uk (Kartika, 2009)

1. Berisiko, Kuesioner bila menggun akan HP saat mengend arai 2. Tidak berisiko, bila tidak menggun akan HP saat mengend arai 1. Berisiko, Kuesioner bila rem blong 2. Tidak berisiko, bila rem baik (Pamung kas, 2011) 1. Berisiko, Kuesioner bila selip 2. Tidak berisiko, bila tidak selip (Fitriah, 2012)

Nominal

Nominal

Nominal

26

pengendara tidak bisa mengendalika n kendaraan Ban kempes Data atau pecah primer

9

Ban

10

Lampu motor

Lampu motor Data yang tidak primer berfungsi dengan baik

11

Jalan berlubang

Permukaan Data jalan yang primer tidak rata

12

Jalan rusak

Permukaan Data jalan yang primer tidak mulus yang di sebabkan karena jalan belum di

1. Berisiko, bila ban kempes atau pecah 2. Tidak berisiko, bila ban tidak kempes atau pecah (Pamung kas, 2011) 1. Berisiko, bila lampu motor tidak berfungsi 2. Tidak berisiko, bila lampu motor berfungsi 1. Berisiko, bila jalan berluban g 2. Tiak berisiko, bila jalan baik 1. Berisiko, bila jalan rusak 2. Tidak berisiko, bila jalan tidak

Kuesioner

Nominal

Kuesioner

Nominal

Kuesioner

Nominal

Kuesioner

Nominal

27

aspal, jalan bebatuan, kerikil yang ada di permukaan jalan, jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan Permukaan Data jalan yang primer ditutup oleh material tertentu seperti tumpahan minyak atau lumpur

13

Jalan licin

14

Jalan gelap

Lampu Data penerangan di primer jalan yang tidak ada atau tidak cukup peneranganny a

15

Tikungan tajam

Jalan yang Data memiliki primer kemiringan sudut belokan < 180°

rusak (Kartika, 2009)

1. Berisiko, Kuesioner bila jalan licin 2. Tidak berisik, bila jalan tidak licin (Kartika, 2009) 1. Berisiko, Kuesioner bila jalan gelap 2. Tidak berisiko, bila jalan tidak gelap (Kartika, 2009) 1. Berisiko, Kuesioner bila tikungan tajam 2. Tidak berisiko, bila tikungan tidak tajam

Nominal

Nominal

Nominal

28

E.

Jenis Data, Instrumen Dan Teknik Penyajian Analisis Data Dan cara Pengumpulan data. 1. Jenis Data a. Data Primer Jenis data primer di peroleh langsung dengan melakukan observasi maupun wawancara terhadap pengemudi ojek online transmart Fontein Kupang yang menjadi sampel dalam penelitian ini. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung tetapi di dapat langsung dari instansi terkait. 2. Instrumen Pengumpulan Data a. Kuesioner Pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab langsung antara peneliti dengan responden. b. Wawancara dan Observasi Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Penelitian mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari orang atau sasaran penelitian (responden). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Adapun data pengolahan data adalah sebagai berikut : a. Editing (Penyunting)

29

Editing meliputi kegiatan memeriksa kelengkapan dan pengisian kuesioner hasil wawancara, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyunting terlebih dahulu. b. Coding (Pemberian kode) Setelah melakukan penyuntingan, kemudian data di beri kode (Coding) yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode sangat berguna dalam memasukan data ( data Entry ). c. Entry ( Pemasukan data ) Pemasukan data yaitu memasukan data yang telah di kumpulkan ke komputer sesuai dengan variabel yang ditetapkan. Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) di masukan ke dalam program atau “Software” komputer. d. Cleaning( Pembersihan data ) Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di masukan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya keselahan-keselahan

kode

dan

ketidaklengkapan

kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

30

variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini menggunakan uji statistik yaitu Chi-square (x²) dengan nilai α = 0,05. Adapun rumus dari uji Chi-Square (x²),yaitu: x² = Σ

(𝑂𝑖𝑗−𝐸𝑖𝑗)² 𝐸𝑖𝑗

Keterangan: Oij = Observed frequencies (nilai pengamatan) Eij = Expected frequencies (nilai harapan) Kriteria penolakan Ho: 1.

x² hitung > x² tabel berarti Ho ditolak (x²hitung > x² α), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

2.

x² hitung < x² tabel berarti Ho diterima (x²hitung < x² α), menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan anatar variabel independen dan variabel dependen.

Data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan lalu disajikan dalam bentuk teks, tabel, dan grafik (Notoatmodjo,2010). Uji chi square merupakan uji non- parametrik yang paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana uji chi square dapat digunakan yaitu:

31

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol). 2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misalkan 2 x 3, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Apabila tabel kontigensi 2 X 2 tidak memenuhi syarat, yaitu cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”. Sugiyono (2005), uji

Exact Fisher digunakan untuk menguji

signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal. Uji Exact Fisher digunakan apabila pada uji chisquare dilakukan dengan sampel kecil akan baik bila digunakan pada kondisi sebagai berikut: 1.

Bila sampel total kurang dari 20 atau

2.

Bila jumlah sampel 20 < n < 40 dengan nilai ekspektasinya <5

3.

Pada nilai marginal yang tetap dapat disusun berbagai kombinasi. Dari setiap kombinasi yang dihasilkan dapat dihitung selisih persentase antara yang berhasil (+) dan tidak berhasil (-) dan dihitung nilai p.

Related Documents

Aaa
May 2020 10
Aaa
August 2019 17
Aaa
November 2019 12
Aaa
November 2019 13
Aaa
June 2020 12

More Documents from ""

Sida.docx
June 2020 1
Influenza.docx
June 2020 2
Nego-case-part-1.docx
April 2020 1
Organ Pejantan.docx
May 2020 6