8.simbol Logo Semiotika (edit).docx

  • Uploaded by: calvinus alexander
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 8.simbol Logo Semiotika (edit).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,704
  • Pages: 7
SIMBOL dalam bahasa Inggris: symbol; Latin symbolium, berasal dari bahasa Yunani symbolon (symballo) yang berarti menarik kesimpulan, bermakna atau memberi kesan. Secara konseptual, kata simbol ini memiliki beberapa pengertian sebagai berikut. 1. Sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang kelihatan yang menggantikan gagasan atau objek tertentu. 2. Kata; tanda, isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain: arti, kualitas, abstraksi, gagasan, objek. 3. Apa saja yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan/ atau dengan kesepakatan atau kebiasaan. Misalnya, lampu lalu lintas. 4. Tanda konvensional, yakni sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau individu-individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar yang disepakati atau dipakai anggota masyarakat itu. Arti simbol dalam konteks ini sering dilawankan dengan tanda alamiah. Dalam pembelajaran seni rupa, kata Simbol dijelaskan sebagai makna yang dikandung dalam karya seni rupa baik wujud objeknya maupun unsur-unsur rupanya. Misalnya merah adalah simbol keberanian. Patung katak sebagai simbol pemanggil hujan. Patung kuda sebagai simbol kegagahan, dan lain sebagainya. Dalam cerita sering digunakan beberapa jenis hewan untuk melambangkan sifat-sifat tertentu. Misalnya, simbol kancil melambangkan makna cerdik, lincah dan banyak akal. Serigala seringkali digunakan untuk melambangkan keserakahan dan kelicikan. Lain lagi dengan keledai yang digunakan untuk melambangkan kemalasan dan kebodohan. Dalam seni rupa, simbol dapat dijumpai pada karya dua dimensi maupun tiga dimensi. Patung, tugu dan monumen misalnya, adalah karya seni rupa tiga dimensi yang dapat memiliki makna dan simbol tertentu. Kebiasaan untuk membuat patung, tugu dan monumen yang melambangkan sesuatu sudah dilakukan orang sejak jaman dahulu. Tugu dan onumen ada yang terbuat dari batu dan logam. Biasanya berukuran besar dan dibangun untuk memperingati peristiwa-perisitiwa penting atau tempat-tempat bersejarah. Sebagai contoh, tugu Proklamasi di Jakarta adalah simbol dari kemerdekaan dan perjuangan rakyat Indonesia. Tugu katulistiwa di Pontianak Kalimantan Barat untuk menandai tempat yang dilalui garis katulistiwa.

LOGO Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu identitas perorangan atau organisasi. Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan. Logo harus memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa warna dan bentuk logo tersebut. Fungsi Logo Menurut John Murphy dan Michael Rowe (seperti dikutip Perdana, 2007, h.13) satu fungsi utama dari logo adalah untuk mengidentifikasi produk, jasa atau perusahaan. Logo bukan hanya sekedar nama tetapi juga : 

Mengidentifikasi suatu identitas.



Memembedakan dari produk atau organisasi yang lain.



Mengkomunikasikan informasi seperti keaslian, nilai dan kualitas.



Menambah nilai.



Mempresentasikan aset yang berharga.



Properti legal suatu produk atau organisasi.

Jenis-jenis Logo Logo merupakan suatu desain yang spesifik, baik berupa simbol dalam pola gambar atau huruf tertulis yang menggambarkan citra perusahaan. Ada beberapa jenis logo, diantaranya : 

Logogram, adalah simbol atau karakter yang digunakan untuk menyampaikan suatu kata, yang menggambarkan bidang usaha dari suatu bisnis perusahaan atau organisasi. Logogram ini dapat juga diartikan dengan logo berupa gambar yang digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa dari perusahaan (Rustan, 2009, h.13).



Logotype, fungsinya sama dengan logo gram tetapi dalam hal ini logotype hanya tervisualisasikan berupa huruf atau tipografi saja(Rustan, 2009, h.12).

GESTALT merupakan sebuah teori psikologi yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, ubungan, dan kemiripan. Teori ini dibangun oleh 3 ilmuwan asal Jerman yaitu: Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Gestalt banyak digunakan dalam pembuatan logo karena menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Prinsip-prinsip Gestalt yang banyak diterapkan dalam pembuatan logo antara lain adalah proximity (kedekatan posisi), similarity (kesamaan bentuk), closure (penutupan bentuk), continuity (kesinambungan pola), dan figure Ground. 1. Proximity (kedekatan posisi) Objek-objek yang berdekatan posisinya akan dikelompokkan sebagai suatu kesatuan.

Objek-objek pada logo unilever diatas dipersepsikan sebagai sebuah kelompok (huruf 'U') karena memiliki kedekatan posisi satu sama lain.

2. Similarity (kesamaan bentuk) Objek-objek yang bentuk dan elemennya mirip akan dikelompokkan sebagai suatu kesatuan.

logo diatas sejatinya adalah terlihat suatu segi tiga utuh dengan symbol dari gambar 3 berlian yang merupakan penggabungan antar elemen trapesium.

3. Closure (penutupan bentuk) Suatu objek akan dianggap utuh walaupun bentuknya tidak tertutup sepenuhnya.

Kita dapat mengenali bahwa ikon pada logo WWF adalah seekor panda. Padahal, gambar tersebut tidaklah lengkap atau belum tertutup sepenuhnya.

4. Continuity (kesinambungan pola) Objek akan dipersepsikan sebagai suatu kelompok karena adanya kesinambungan pola.

Lingkaran-lingkaran diatas dipersepsikan sebagai suatu kelompok karena polanya berkesinambungan. Walaupun sebenarnya objek-objek tersebut terpisah satu sama lain. 5. Figure Ground Sebuah objek bisa dilihat sebagai dua objek dengan permainan foreground dan background. Masing-masing bisa diidentifikasi sebagai objek tanpa harus membentuknya menjadi solid.

Gambar diatas ini adalah gambar sebuah objek. Namun dengan memanfaatkan teori figure ground, gambar mampu menampilkan 2 buah objek(huruf F dan angka 1)

Semiotika

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.

FERDINAND DE SAUSSURE Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).

ROLAND BARTHES Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda

yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Denotasi Denotasi merupakan makna sesungguhnya, atau sebuah fenomena yang tampak dengan panca indera, atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Contohnya adalah Coca-Cola merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Company, dengan warna kecoklatan dan kaleng berwarna merah. Konotasi Konotasi merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran, tetapi tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Contoh adalah Coca-Cola merupakan minuman yang identik dengan budaya modern, di mana Coca-Cola menjadi salah satu produk modern dan cenderung kapitalis. Dengan mengkonsumsi Coca-Cola, seorang individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki pemikiran budaya populer. Dua aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti mengenai semiotik. Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap paling operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian. IKON Ikon adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa disebut metafora.Contoh ikon adalah potret.Bila ada hubungan kedekatan eksistensi, tanda demikian disebut indeks.Tanda seperti ini disebut metomini.Contoh indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa disekitar tempat itu ada bangunan tertentu. Langit berawan tanda hari akan hujan. Symbol adalah tanda yang diakui keberadaanya berdasarkan hokum konvensi. Contoh symbol adalah bahasa tulisan/ Ikon, indeks, symbol merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek (referent) dan konsep (interpretantt atau reference). Bentuk biasanya menimbulkan menimbulkan persepsi persepsi dan setelah dihubungkan dengan objek akan menimbulkan interpretantt. Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadi dalam memahami pesan iklan. Rangkaian pemahaman akan berkembang terus menerus, seiring dengan rang kaian semiosis yang tidak kunjung berakhir. Selanjutnya, terjadi tingkatan rangkaian semiosis. Interpretantt pada rangkaian semiosis lapisan pertama akan menjadi dasar untuk mengacu pada objek baru dan dari sini terjadi rangkaian semiosis lapisan kedua. Jadi, apa yang berstatus sebagai tanda pada lapisan pertama berfungsi sebagai penanda [ada lapisan kedua dan denikian seterusnya.

Terkait

dengan itu,

Barthes seperti dikutip Iriantara

dan Ibrahim (2005:118-119)

mengemukakan teorinya tentang makna konotatif.Ia berpendapat bahwa konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertanda kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya.Ini terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif. Semuanya berlangsung ketika interpretant dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda. Tanda (Ikon, Indeks, Simbol) Merujuk teori Pierce (Noth, 1995:45), tanda-tanda dalam gambar dapat digolongkan ke dalam ikon, indeks, dan symbol.Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya.Misalnya, Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Sultan adalah ikon dari ibu jari Sultan.Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api.Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa. Kode Kode menurut Piliang (1998:17) adalah cara pengkombinasian tanda yang disepakati secara sosial untuk memungkinkan satu pesan disampaikan dari seseorang ke orang lainnya.Sedangkan kode dalam terminology sosiolinguistik ialah variasi tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna yang khas pula (Poedjosoedarmi, 1986:27).Dalam praktik bahasa, sebuah pesan yang dikirim kepada penerima pesan diatur melalui seperangkat konvensi atau kede.Umberto Eco menyebut kode sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang konkret dalamsistem komunikasi (Eco, 1979:9).

Jadi secara garis besar, Semiotika adalah ilmu tentang tanda (sign) dan simbol dalam kehidupan manusia yang dapat dianggap mewakili sesuatu hal lain. Erat kaitannya dengan masalah karya seni, seniman dan publik seni. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda dalam kehidupan manusia bisa berupa tanda gerak atau isyarat. Seperti lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala yang dapat diartikan setuju; tanda bunyi seperti peluit, suara manusia, atau dering telepon; tanda tulisan (huruf, angka), tanda gambar seperti rambu-rambu lalu lintas, pamplet rupa; dan lainnya yang sangat banyak jumlahnya. (seperti traffic light misalnya, atau tanda “Dilarang Parkir” dan lain sebagainya

Related Documents

Logo
June 2020 59
Logo
April 2020 68
Logo
October 2019 150
Logo
June 2020 21
Logo
October 2019 41

More Documents from "Awaludin"

Principales Si
December 2019 46
December 2019 39
April 2020 35
November 2019 38