kesalahan imam yang tidak diketahui oleh orang lain, agar semua makmum dapat menghafal dan mempelajari caracara shalat yang benar, kemudian diajarkan kepada orang lain yang ada dibelakangnya agar mereka dapat mengikutinya dengan benar …" (Syarah Shahih Muslim oleh Imam AnNawawi IV: 399-400) 7. Makmum Harus Merapatkan Celah Kosong yang Terdapat Diantara Orang-orang yang Sedang Melakukan Shalat Nu'man bin Basyir d meriwayatkan bahwa Rasulullah j bersabda yang artinya: "Luruskan shaf kalian atau Allah Ta'ala menjadikan hati-hati kalian sedang berselisih." (HR. Bukhari) Dan Rasulullah j bersabda yang artinya: "Luruskan shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf itu termasuk mendirikan shalat." (HR. Bukhari no. 717, 719, 722, dan 723) Rasulullah j telah memberikah dorongan untuk meluruskan shaf dan merapatkannya dan mengancam orang yang tidak merapatkannya. Abdullah bin Umar d meriwayatkan, Rasulullah j bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang menyambung shaf, maka Allah Ta ' a l a a k a n m e n y a m b u n g (memberikan) rahmat kepadanya dan barang siapa yang memutuskannya maka Allah Ta'ala akan memutusnya dari rahmat-Nya." (HR. Ahmad, II:97, Abu Dawud no. 666, An-Nasa'i II/93, dan Al-Hakim I/213)
dan Tidak Boleh Menarik Salah Seorang dari Depannya. Ini dijelaskan oleh hadits Rasulullah j yang artinya: "Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf." (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1569, Ibnu Hibban no. 2202 dan Al-Baihaqi III/105) Maka untuk tercapainya suatu kepahaman yang baik dan benar terhadap hokum-hukum shalat dan ketentuannya, hendaknya seorang imam haruslah orang yang berilmu. Karena peran dan fungsinya sangat menentukan dalam membentuk jamaah yang padu dan kokoh, posisinya sangat penting bagi keberlangsungan jamaah. Ia bukan hanya sekedar hafal ayat, namun memiliki keilmuan yang haq, sehingga keberadaannya tidak diragukan lagi, baik dalam shalat maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Demikianlah tulisan ini kami paparkan kepada kaum muslimin. Semoga kita lebih memperhatikan lagi dan meningkatkan kualitas dari ibadah kita, khususnya shalat berjamaah yang mempunyai keutamaan yang sangat besar dan termasuk syiar Islam yang terbesar. Wallahu A'lam. Dafrizal Daftar Pustaka / Maraji': - Kriteria Imam dalam Shalat Sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah oleh DR. Sa'id bin Ali Wahf Al-Qahthani. (terjemahan).
8. Tidak Sah Shalat Makmum yang Shalat Sendirian Dibelakang Shaf,
4
Fiqh
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Diterbitkan Oleh:
Yayasan Dar el-Iman Padang Tim Ahli
: Ust. Faishal Abdurrahman, Lc Ust. Muhammad Elvi Syam, Lc Dewan Redaksi : Abu Salman, Rahmat Ika Syahrial Alamat Redaksi : Jl. Rasak No 28 Lolong Padang Sirkulasi : 0751-7801636 & 081374328222 Kritik & Saran : 08126638098, 0751-7801669 Konsultasi Agama : 085274072458 E-mail :
[email protected] No Rekening : BNI cab Padang Jl A.Yani 0119869013 a/n Faisal Rahman
Dakwah Kita
Info Kajian Umum
Buletin Vol 08/Th 1/2007
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
POSISIMAKMUMBERSAMAIMAM Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah menyempurnakan agama-Nya, dan mencukupkan nikmat-Nya serta telah meridhai Islam sebagai agama yang benar hingga akhir zaman. Shalawat dan salam senantiasa kepada nabi Muhammad j, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga akhir zaman. Amma ba'du. Melihat begitu besarnya peran imam dalam shalat, menjadi suatu keharusan bagi setiap muslim untuk mengetahui lebih dalam sejauh mana fungsi serta keberadaan seorang imam. Apakah setiap orang berhak maju untuk menjadi imam shalat berjamaah atau ada kriteria-kriteria atau tuntunan dari sunnah Rasulullah j yang harus dimiliki seseorang sehingga ia pantas untuk diangkat menjadi imam? Sebagai tokoh sentral dalam pelaksanaan shalat berjamaah, tentunya menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam menegakkan shalat berjamaah secara baik dan benar menurut syariat Islam. Oleh sebab itu Rasulullah j bersabda yang artinya: "Para imam itu shalat demi kepentingan kalian. Kalau mereka benar, kalian (dan
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Fiqh
1
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
juga mereka) mendapatkan pahala. Tetapi kalau mereka salah, kalian tetap mendapatkan pahala, sementara mereka mendapatkan dosa." (HR. Bukhari dalam kitab Adzan, bab: "Jika Imam Tidak Menyempurnakan Sedangkan Kalian Berada di Belakangnya", No. 694) Namun disisi lain, kaum muslimin secara umum juga harus mempelajari hukum-hukum shalat berjamaah. Untuk menjadi makmum yang baik, haruslah mengenal hukum-hukum shalat berjamaah dan bermakmum dengan benar. Musibah besar yang menimpa kaum muslimin sekarang ini adalah ketidaktahuan umat dan tidak mengertinya terhadap hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat berjamaah. Sehingga kita lihat dalam pelaksanaannya jauh dari ilmu, contohnya: tidak merapatkan shaf, posisi berdiri yang tidak tepat apabila makmum satu orang, tidak thuma'ninah dalam ruku' dan sujud, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu bagi kaum muslimin untuk mengetahui hukumhukum dalam shalat berjamaah, semoga tercapai kesempurnaan shalat berjamaah yang kita lakukan. Dan untuk saat ini penulis akan membahas posisi makmum dalam shalat bersama imam, dimana poin-poinnya sebagai berikut: 1. Bila Makmum Satu Orang, maka makmum berdiri di samping kana imam.
2
Fiqh
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas d. Dalam hadits itu disebutkan: "Nabi j berdiri dan shalat, maka akupun berdiri disebelah kiri Beliau. Beliau menarik daun telingaku dan memutar badanku berpindah ke sebelah kanan Beliau." (HR. Bukhari No. 6316 dan Muslim No. 763) Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah menyatakan: 'Hadits ini menunjukkan bahwa apabila makmum itu satu orang, maka posisinya sejajar dengan imam dan di sebelah kanan imam, tidak lebih ke depan dan tidak lebih ke belakang. Karena Nabi j pernah mengatakan kepada Ibnu Abbas d: "Jangan engkau berdiri lebih ke belakang …" (Dr. Said bin Ali Wahf AlQahthani, mendengar langsung dari beliau ketika menjelaskan shahih AlBukhari Hadits No. 697 pada waktu Maghrib hari Ahad 27/8/1419H) 2. Jumlah Makmum Dua Orang atau Lebih, maka makmum berdiri di belakang imam. Dasarnya adalah Hadits Jabir bin Abdullah d yang menceritakan: "… sampai akupun berdiri di sebelah kiri Beliau. Beliau menarik daun telingaku dan memutar badanku berpindah ke sebelah kanan Beliau. Kemudian datanglah Jabbar bin Sakhra d, lalu ia berwudhu' dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah j. Beliau memegang tangan kami dan mendorong kami ke belakang beliau." (HR. Muslim no. 766 dan no. 3010) Hadits ini menunjukkan bahwa posisi makmum bila jumlahnya 2 (dua) atau lebih, maka posisinya berada di
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
belakang imam sewaktu shalat. (Lihat Nailul Authar oleh Imam Asy-Syaukani, dan Subulussalam oleh Imam AshShan'ani, dan Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah) 3. Apabila Makmum Hanya Satu Wanita, maka posisinya di belakang imam laki-laki. Ini didasari oleh hadits Anas bin Malik d, yang artinya: "… dan aku bersama seorang anak yatim berdiri di belakang Beliau dalam satu shaf, sementara seorang wanita tua berdiri di belakang kami …" (HR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Abdil Bar Rahimahullah menyatakan: 'Para ulama telah bersepakat bahwa satu makmum wanita tetap berdiri di belakang shaf laki-laki sendirian. Sunnahnya ia berdiri tepat di belakang lelaki, tidak di sebelah kanannya. Namun apabila ia bukan mahram dan hanya sendiri saja, tentu saja haram untuk bermakmum dengan lelaki, berdasarkan hadits Ibnu Abbas d secara marfu' yang artinya: "Janganlah seorang di antara kalian bersendirian dengan wanita yang bukan mahramnya." (HR. Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341) 4.Apabila Makmum Hanya Satu Orang Wanita dan Imamnya Juga Seorang Wanita, maka posisinya berdiri di sebelah imam. Seperti makmum laki-laki di samping imam laki-laki, yaitu di sebelah kanannya. 5.Makmum Wanita Lebih dari Satu dan Imamnya Juga Wanita, Maka Posisi Makmum Berdiri di Sebelah
Kanan dan Kiri Imam. Imamnya tepat berdiri di tengahtengah (bukan di depan) dalam satu shaf. Berdasarkan hadits yang artinya: "Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anhu apabila mengimami wanita, ia berdiri tepat ditengah-tengah mereka." (HR. Abdur Razak dalam Mushannaf no. 5082 dan Ibnu Abi Syaibah, II:88, dan juga Asy-Syafi'I dalam Musnad, VI:82) 6. Posisi Kaum Laki-laki, Anakanak dan Kaum Wanita Bersama Imam Ini dijelaskan oleh hadits Abu Mas'ud d, ia menceritakan yang artinya: "Rasulullah j, biasa menyentuh pundakpundak kami sebelum shalat dan berkata, 'Luruskan shaf, dan jangan melakukan yang berlawanan dengan imam, sehingga hati kalian menjadi saling bercerai-berai. Hendaknya yang ada dibelakangku (shaf pertama bagian tengah) adalah kalangan yang berilmu, kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah keilmuannya, kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya'." (HR. Muslim no. 122 dan no. 432) Maksud orang yang berilmu disini adalah orang yang cerdas dan berilmu dalam hukum-hukum agama (shalat). Imam Nawawi Rahimahullah menyatakan: 'Orang yang lebih alim lebih didekatkan kepada imam, karena ia lebih layak mendapatkan penghormatan. Dan apabila imam perlu mencari pengganti, ia adalah orang yang paling berhak menggantikannya. Selain itu juga, orang yang lebih alim akan lebih mampu memberitahukan
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Fiqh
3