LAPORAN OPERASIONAL SAP 12
Kegiatan operasional merupakan kegiatan yang secara langsung mempengaruhi aliran kas masuk dan keluar dari organisasi yang akan menentukan besarnya keuntungan bersih (www.businessdictionary.com). Dalam konteks pemerintahan, dimana instansi pemerintahan merupakan lembaga yang tidak mencari keuntungan, maka kegiatan operasional pemerintah
dapat didefinisikan kegiatan utama dari suatu instansi pemerintahan yang
secara langsung mempengaruhi aliran kas masuk dan keluar yang akan menentukan besarnya sisa anggaran lebih/kurang. Kegiatan operasional ini dalam standar akuntansi berbasis akrual yang mulai diterapkan harus dilaporkan akuntabilitasnya melalui Laporan Operasional.
Gambaran Kedudukan LO dalam Laporan Keuangan Pemerintah (Triharta, 2010)
Laporan Operasional merupakan laporan yang disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan operasional, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan, Laporan Operasional diatur dalam SAP Nomor 12. Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja Keuangan. Yang kemudian setelah
PP No.71 Tahun 2010 disahkan,
Laporan Operasional diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi pemerintah dan diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya. Periode penyajian Laporan Operasional paling tidak dilaksanakan satu kali dalam satu tahun, dalam kasus Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut: 1) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun; 2) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatancatatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Gambaran keterkaitan antar elemen Laporan Keuangan Pemerintah (Triharta, 2010)
Konsepsi Basis Akrual dan Fitur Laporan Operasional Laporan Operasional merupakan syarat penerapan pelaporan keuangan pemerintah yang berbasis akrual untuk menjembatani pencatatan atas pendapatan dan beban finansial yang tidak dapat diketahui apabila menggunakan basis kas. Laporan Operasional merupakan pengembangan dari Laporan Realisasi Anggaran - yang kebetulan anggarannya tidak dipersyaratkan berbasis akrual menurut perundangan – sehingga, dengan demikian cakupan tambahan dari Laporan Operasional adalah materi pendapatan dan belanja yang non kas (Widjajarso). Masih menurut Widjajarso, perubahan terminologi harus dilakukan pada Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu terminologi beban atau biaya menggantikan terminologi belanja. Konsep dan fitur yang ada di laporan operasional adalah sebagai berikut : Surplus/defisit akrual yang menambah/ mengurangi ekuitas. Pendapatan dan belanja (beban atau biaya) akrual. Pemisahan laporan pertanggungjawaban anggaran dan laporan finansial. Ada pemisahan kegiatan non operasional dan pos luar biasa. Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan).
Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi. Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan.
Konsepsi Basis Akrual dan Peranan Laporan Operasional Menurut SAP Nomor 12, tujuan dan manfaat Laporan Operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam, (i) pendapatanLO, (ii)beban, dan (iii) surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Informasi yang dapat diberikan oleh basis akrual dengan adanya LO antara lain :
Biaya :
besarnya beban yang
harus ditanggung oleh pemerintah dalam
menyediakan pelayanan
Kinerja : operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
Estimasi : memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komoaratif
Ekuitas : peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan
Operasional, Laporan
Perubahan
Ekuitas,
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. 1) Peranan Laporan Operasional dalam Perhitungan Biaya
Gambaran Penggunaan informasi Laporan Operasional dalam Perhitungan Biaya (Triharta, 2010)
dan
Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual, sehingga pemisahan dan klasifikasi beban baik yang berbasis kas ataupun non-kas dapat tersaji secara lengkap. Dari informasi yang ada kemudian dapat ditelaah untuk dilakukan perhitungan biaya, yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan. 2) Peranan Laporan Operasional dalam Penilaian Kinerja
Gambaran Penilaian Kinerja Melalui Laporan Operasional (Triharta, 2010)
Kinerja merupakan keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur. Evaluasi kinerja dari LO berdasar pada konsep Value for Money yaitu ekonomi (minimalisasi biaya), efisiensi (maksimalisasi output) dan efektifitas (tepat sasaran)-(Glendinning, 1988). Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan mengunakan sumber daya yang ada. 3) Peranan Laporan Operasional dalam Estimasi Pendapatan
Gambaran Grafik Estimasi Pendapatan (Triharta, 2010)
Dengan basis akrual yang dikomparasi dengan LO tahun sebelumnya, LO memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang. Dalam basis kas estimasi akan sulit untuk dilakukan karena tidak ada pengakuan sebelum kas diterima.
4) Peranan Laporan Operasional dalam Perubahan Ekuitas Dari LO dapat dilihat informasi mengenai selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa. Sehingga dapat dilihat surplus/defisit LO pada periode bersangkutan, dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar dan nilai dari ekuitas akhir. Struktur dan Isi Laporan Operasional Laporan Operasional menyajikan struktur laporan yang mencakup pos-pos
sebagai
berikut:
Pendapatan-LO (Kegiatan Operasional) : Merupakan Hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Beban
: Merupakan penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode
pelaporan
yang
menurunkan
ekuitas
berupa
pengeluaran/
konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban
Surplus/Defisit dari operasi
Kegiatan non operasional : Kegiatan yang sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang
Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa : Merupakan pendapatan/beban yang bukan merupakan operasi biasa dimana tidak diharapkan sering/rutin terjadi dan di luar kendali/pengaruh entitas. Sifat dan jumlah diungkap dalam CaLK.
Surplus/Defisit-LO : adalah surplus/defisit
penjumlahan
selisih
lebih/kurang antara
kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar
biasa yang pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angkaangka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. 1. Akuntansi Pendapatan-LO
Pengakuan : Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan atau pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Klasifikasi : Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan jenis pendapatan, dilaksanakan berdasarkan azas bruto.
Azas Bruto : Dalam hal besaran pengurang bersifat variabel terhadap pendapatan-LO dan tidak dapat diestimasikan terlebih dahulu maka azas bruto dikecualikan.
Koreksi dan Pengembalian : Pengembalian berulang (recurring) pada
periode
yang
penerimaan
sifatnya
maupun
normal pada
dan
periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan. Tidak berulang (nonrecurring)
yang
terjadi
pada
periode
penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama. Berulang yang terjadi
pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada
periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
Pengungkapan : Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan dalam CaLK.
2. Akuntansi Beban
Pengakuan : Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Klasifikasi
:
Beban
diklasifikasikan
menurut
klasifikasi
ekonomi
yang
mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
Penyusutan : Penyusutan/amortisasi
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
metode yang dapat dikelompokkan menjadi: (a) Metode garis lurus (straight line method); (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method); (c) Metode unit produksi (unit of production method).
Transfer : Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Koreksi : Koreksi
atas
beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
Pengungkapan : Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan disajikan dalam CaLK.
3. Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
4. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional
Pendapatan
dan
beban
yang
sifatnya
tidak
rutin
perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional.
Selisih
lebih/kurang
surplus/defisit
dari
antara
surplus/defisit
kegiatan
non
dari
operasional
kegiatan operasional dan merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa. 5. Pos Luar Biasa
Penyajian : Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
Definisi : Merupakan kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran, yang tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan diluar kendali entitas pemerintah.
Pengungkapan : Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
6. Surplus/Defisit-Lo
Definisi : Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit
kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian
luar biasa.
Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.
Transaksi dalam Mata Uang Asing Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah, dalam konversinya maka :
Dalam hal tersedia mata uang asing, maka dikurskan ke mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
Dalam hal tidak dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi.
Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka dijabarkan dengan menggunakan kurs transaksi dan
dicatat
dalam
rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
Transaksi Pendapatan-Lo dan Beban Berbentuk Barang/Jasa
Transaksi harus
pendapatan-LO
dilaporkan dengan
dan
beban
dalam
bentuk barang/jasa
cara menaksir nilai wajar barang/jasa pada tanggal
transaksi. Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.
Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
Contoh Transaksi pada Laporan Operasional (Triharta, 2010) TRANSAKSI PENDAPATAN
AKRUAL - LO
1. Telah terbit Surat Ketetapan
Dicatat sebagai pendapatan pajak pada periode
Pajak (SKP) di tahun 2009
dikeluarkannya SKP. Jurnal:
sebesar Rp500
Piutang Pajak
500
Pendapatan Pajak 2. Pajak diterima oleh kas negara Rp300
Dicatat sebagai pelunasan piutang. Jurnal (BUN): Kas Piutang Pajak
3. Pada tanggal neraca terdapat
500
300 300
Tidak ada jurnal
SKP yang belum dibayar oleh Wajib Pajak Rp200 TRANSAKSI BEBAN
AKRUAL-LO
1. Satuan Kerja menerima tagihan listrik pemakaian
sebesar
Rp200
bulan
Desember
Dicatat sebagai beban. Jurnal: Beban langganan daya dan jasa
200
Utang Belanja
200
20xx 2. Pada tanggal 31 Desember 20xx
belum
Tidak ada jurnal
dilakukan
pembayaran tagihan listrik TRANSAKSI NON
AKRUAL-LO
OPERASIONAL 1. Satker menjual aset non lancar
Dicatat sebagai Surplus penjualan aset non lancar.
pada Desember 20xx sebesar
Jurnal:
Rp
Kas
150,
dengan
perolehan Rp 90
harga
Aset tetap Surplus penjualan aset non lancar
150 90 60
Daftar Pustaka : Business Dictionary.
Operating Activities. http://www.businessdictionary.com/definition
/operating-activities.html (diakses 18 Desember 2011) Triharta. AB. (2010). Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual : PSAP 12 Laporan Operasional. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Widjajarso, Bambang. Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan. http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10 /Akuntansiberbasis-akrual.pdf (diakses 18 November 2011) Daftar Pustaka Dokumen Publik : Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Lampiran I.13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, Pernyataan Nomor 12 tentang Laporan Operasional