735005_kmb Ca Colon.docx

  • Uploaded by: sintya dewi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 735005_kmb Ca Colon.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,785
  • Pages: 29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA KOLON

OLEH : KELOMPOK 2 : NAMA KELOMPOK : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

NI KADEK AYUNDA DIMAS PANGESTI NURLINDA SALSA IRIYANTI ARIFIN NI PUTU TITANIA ADE GUNANTI NI KADEK SINTYA DEWI GUSTI AYU DELLA CLARISA NI KADEK PRITA DEWI UTAMI I MADE AGUS SURYAWAN

(17C10147/) (17C10151/) (17C10159/24) (17C10160/25) (17C10184/48) (17C10186/50) (17C10192/)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI TAHUN AKADEMIK 2017

i

KATA PENGANTAR “Om Swastyastu” Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan CA Kolon”dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pertumbuhan dan perkembangan masa sekolah. Kami menyadari sepenuhnya

bahwa

di

dalam

makalah

ini

terdapat

banyak

kekuranagn.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang, agar makalah yang kami buat bias lebih baik untuk kedepannya. “Om Shantih,Shantih,Shantih, Om” Denpasar, 22 Maret 2019 Penyusun

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………………...………. i Daftar Isi………………………………………………………………...………………. ii Bab I Pendahuluan ……………………………………………………..……………….. 1 1.1 Latar Belakang…………………………………………..………………..... 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..……….... 2 1.3 Tujuan ……………………………………………………………..……….. 2 Bab II Pembahasan………..………………………………………………….…………. 3 2.1 Landasan Teori…………………………………………………………….... 3 1. Definisi CA Kolon……………………………….................................. 3 2. Etiologi CA Kolon ………..…………………………………..……… 3 3. Maniseftasi Klinis CA Colon ………………………………….……... 5 4. Patosifiologi CA Colon …………………………………………….…6 5. Pemeriksaan Diagnostik CA Colon….……………………………….. 7 6. Pencegahan CA Colon………..………………………………………. 9 7. Penatalaksanaan CA Colon…………………………………………….9 8. Komplikasi CA Colon……………………………………………..….12 9. WOC CA Colon……………………………………………………… 13 2.2. Asuhan Keprawatan Teori…………………………………………………16 1. Pengkajian…………………………………………………………....16 2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………18 3. Perencanaa…………………………………………………………...19 4. Implementasi………………………………………………………...26 5. Evaluasi…………………………………………………………….. 26 Bab III Penutup……………………………………..……………………….………… 27 3.1 Kesimpulan……………………………..………………………………… 27 3.2. Saran……………………………………………………………………... 27

ii

Daftar Pustaka………………………………………………………………………. 28

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria. Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut : 1. Asendens

: 25%

2. Transversa

: 10%

3. Desendens

: 15%

4. Sigmoid

: 20 %

5. Rectum

: 30 %

Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.

1

Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan colorectal cancer. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kanker colon? 2. Bagaimana etiologi kanker colon? 3. Bagaimana manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan kanker colon? 4. Bagaimana patofisiologi kanker colon? 5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kanker colon? 6. Bagaimana pence gahan dari kanker colon? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker colon? 8. Bagaimana komplikasi dari kanker colon? 1.3. Tujuan 1. Tujuan umum : Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan dengan gangguan colorectal cancer. 2. Tujuan khusus : a) Mengetahui dan memahami pengertian kanker colon. b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker colon. c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan kanker colon. d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker colon e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic dari kanker colon f) Mengetahui dan memahami pencegahan dari kanker colon g) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kanker colon h) Mengetahui dan memahami komplikasi dari kanker colon

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Landasan Teori 1. Definisi CA Colon Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2009). Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 2011). Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 ). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon. 2. Etiologi Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah teridentifikasi adalah : 1) Usia lebih dari 40 tahun 3

2) Darah dalam feses 3) Riwayat polip rektal atau polip kolon 4) Adanya polip adematosa atau adenoma villus 5) Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga 6) Riwayat penyakit usus inflamasi kronis 7) Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat. Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat terjadinya kanker pada usus besar.

Makanan yang harus dihindari yaitu : 1) Daging merah 2) Lemak hewan 3) Makanan berlemak 4) Daging dan ikan goreng atau panggang 5) Karbohidrat yang disaring(example: sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi 1) Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ) 2) Butir padi yang utuh 3) Cairan yang cukup terutama air

Adapun Etiologi lainnya adalah sebagai berikut : 1) Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik. 2) Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah. 3) Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.

4

4) Obesitas. 5) Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum 6) Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.

3. Manifestasi Klinis Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium. Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe 5

atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

4. Patafisiologi Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati). Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2011: 335). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : 1) Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. 2) Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3) Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. 4) Penyebaran secara transperitoneal. 5) Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177). 6

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya: 1) Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa). 2) Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa. 3) Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus. 4) Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

5. Pemeriksaan Diagnostik Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu : 1) Endoskopi Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan

kolonoskopi

dapat

dilihat

kelainan

berdasarkan

gambaran

makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.

2) Radiologis Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru. 7

3) Ultrasonografi (USG). Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati. 4) Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. 5) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. 6) Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat. 7) Barium Enema Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi. 8) Laboratorium Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml 8

hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba. 9) Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan. 10) Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya. 6. Pencegahan Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : 1) Konsumsi makanan berserat 2) Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Seperti Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu, Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin, Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus 3) Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar. 4) Hidup rileks dan kurangi stress. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan d.osis tinggi radiasi pelvis 7. Penatalaksanaan Adapun beberapa penatalaksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut : 1) Penatalaksanaan medis Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna 9

terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

2) Penatalaksanaan bedah Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut : a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik) b) Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal) c) Kolostomi

sementara

diikuti

dengan

reseksi

segmental

dan

anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi. d) Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi 3) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum 10

Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

4) Penatalaksanaan Keperawatan a) Dukungan adaptasi dan kemandirian. b) Meningkatkan kenyamanan. c) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. d) Mencegah komplikasi. e) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

5) Penatalaksanaan Diet a) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. b) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) c) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. d) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. e) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

11

8. Komplikasi Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. Beberapa komplikasinya yaitu : a) Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. b) Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung. c) Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi. d) Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. e) Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. f) Pembentukan abses

12

2.2. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas Pasien Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain. 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat penyakit sekarang

: Biasanya klien nyeri hebat pada

bagian perut b) Riwayat penyakit dahulu c) Riwayat penyakit keluarga

: Menurut anggota keluarga ada juga

yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut. d) Riwayat social

3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat. b) Tanda vital : a. Suhu

: dalam rentang normal 36,50C – 37,50C

b. Tekanan Darah

: dalam rentang normal 110 – 130 mmHg /

60- 80 mmHg c. Respirasi

: dalam retang normal 16 – 24x/menit

d. Nadi

: dalam rentang normal 80 – 100x/menit

c) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala d) Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak. e) Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan

16

f) Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman g) Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara. h) Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis i) Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan j) Abdomen : Inspeksi

: Bagaimana bentuk abdomen, apakah tampak

terlihat pembesaran pada perut, apakah terdapat massa dan eritema. Palpasi

: Turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri

tekan pada abdomen. Perkusi

: Apakah perut terasa kembung

Auskultasi

: Lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi

peningkatan bising usus/tidak. k) Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora. l) Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas. m) Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.

17

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan meliputi: 1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi 2) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,

status

hipermetabolik

sekunder

terhadap

proses

keganasan

usus.Ditandai dengan: a) Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk b) Peningkatan bunyi usus c) Konjungtiva dan membran mukosa pucat d) Mual, muntah, diare. 4) Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi 5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal 6) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

18

3. Intervensi N

Diagnosa

Tujuan dan

o

Keperawatan

Kriteria Hasil

1.

Setelah Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

Intervensi 1) Awasi masukan dan

Rasional 1) Memberikan indikator

dilakukan

haluaran dengan

langsung keseimbangan

tindakan

cermat, ukur feses

cairan

keperawatan

cair. Timbang berat

selama 1x24

badan tiap hari.

2) Hipotensi, takikardi, demam dapat

jam

2) Kaji tanda vital

menunjukkan respons

diharapkan

3) Observasi kulit

terhadap dan/atau efek

dapatmemperta

kering berlebihan

han hidrasi

dan membran

adekuat

mukosa, penurunan

kehilangan cairan

Dengan

turgor kulit,

berlebihan/ dehidrasi

kriteria hasil :

pengisian kapiler

membran

lambat

mukosa

4) Pertahankan

kehilangan cairan 3) Menunjukkan

4) Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan

lembab, turgor

pembatasan peroral,

kulit baik, dan

tirah baring; hindari

pengisian

kerja

penurunan absorbsi

5) Observasi

dapat menimbulkan

kapiler baik,

kehilangan cairan usus 5) Diet tak adekuat dan

tanda vital

perdarahan dan tes

defisiensi vit. K dan

stabil, dan

feses tiap hari untuk

merusak koagulasi,

secara

adanya darah samar

potensial resiko

individual

6) Kolaborasi

pendarahan

mengeluarkan

pemberian cairan

urine dengan

paranteral, transfusi

istirahat usus akan

tepat

darah sesuai indikasi

memerlukan

7) Kalaborasi

6) Mempertahankan

penggantian cairan

pemberian obat

untuk memperbaiki

sesuai indikasi:

kehilangan/ anemia

19

Antiemetik, mis,

7) Digunakan untuk

trimetobenzamida

mengontrol

(Tigan); hidroksin

mual/muntah pada

(Vistaril);

eksaserbasi akut,

proklorperazin

Mengontrol demam,

(Compazine),

Merangsang

Antipiretik, mis,

pembentukan

asetaminofen

protrombin hepatik,

(Tyenol), Vitamin K

menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan

2.

Nyeri akutberhubung an dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang. Dengan kriteria hasil:

1) Mencoba untuk 1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri 2) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi 3) Berikan tindakan yang nyaman (pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang 4) Dorong penggunaan tekhnik relaksasi,

Melaporkan

mis, bimbingan

nyeri

imajinasi,

hilang/terkontr

visualisasi. Berikan

20

mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic 2) Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control 3) Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping 4) Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan

ol,

tampak

rileks

aktivitas tenggang

dan 5) Berikan obat sesuai

memfokuskan kembali perhatian, sehingga

mampu

indikasi, mis,

menurunakan nyeri

tidur/istirahat

analgesik

dan ketidak nyamanan

dengan tepat

5) Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan

3

Perubahan

Setelah

1) Pertahankan tirah

nutrisi kurang

dilakukan

baring selama fase

kebutuhan metabolik

dari kebutuhan

tindakan

akut/pasca terapi

untuk mencegah

tubuh b/d

keperawatan

gangguan

selama 3x24

kebersihan rongga

absorbsi

jam di

mulut (oral hygiene)

nutrien, status

harapkan

hipermetabolik

kebutuhan

sajikan dalam

sekunder

nutrisi pasien

bentuk yang sesuai

terhadap

terpenuhi

perkembangan

protein tinggi perlu

proses

kesehatan klien

diberikan untuk

keganasan usus

(lunak, bubur kasar,

mengimbangi status

nasi biasa)

hipermetabolisme klien

2) Bantu perawatan

3) Berikan diet TKTP,

4) Kolaborasi pemberian obat-

1) Menurunkan

penurunan kalori dan simpanan energy 2) Meningkatkan kenyamanan dan selera makan 3) Asupan kalori dan

keganasan 4) Pemberian preparat zat

obatan sesuai

besi dan vitamin B12

indikasi (roborantia)

dapat mencegah

5) Bila perlu,

anemia; pemberian

kolaborasi

asam folat mungkin

pemberian nutrisi

perlu untuk mengatasi

parenteral

defisiensi karen amalbasorbsi 5) Pemberian peroral mungkin dihentikan

21

sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna 4

Konstipasi

Setelah

berhubungan

dilakukan

defekasi pasien dan

jadwal irigasi efektif

dengan

tindakan

gaya hidup

untuk pasien dengan

keperawatan

sebelunya

kolostomi

lesi

obstruksi

selama 2x24

1) Pastikan kebiasaan

2) Observasi gerakan

1) Membantu dalam

2) Indikator kembalinya

jam

usus, warna,

fungsi GI,

diharapkan p

konsistensi, dan

mengidentifikasi

ola eliminasi

jumlah

ketepatan intervensi

klien sesuai

3) Berikan pelunak

3) Mungkin perlu untuk

kebutuhan

feses, supositoria

merangsang peristaltik

fisik dan gaya

gliserin sesuai

dengan

hidup dengan

indikasi

perlahan/evakuasi

ketepatan

feses

jumlah dan konsistensi Degan kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur. 5.

1) Observasi luka, catat Kerusakan

Setelah

integritas kulit

dilakukan

berhubungan

tindakan

dengan

keperawatn

bedah

insisi

selama 3x24

1) Perdarahan

karakteristik

pascaoperasi paling

drainase

sering terjadi selama

2) Ganti balutan sesuai

48 jam pertama,

kebutuhan, gunakan

dimana infeksi dapat

tekhnik aseptic

terjadi kapan saja

22

(abdomen dan

jam

3) Dorong posisi

2) Sejumlah besar

perianal),

diharapkan

miring dengan

drainase serosa

pembentukan

dapat

kepala tinggi,

menuntut

stoma,

meningkat-

hindari duduk lama

penggantian dengan

dan

kontaminasi

kan

4) Kolaborasi irigasi

fekal terhadap

penyembu-

luka sesuai indikasi,

menurunkan iritasi

kulit

han

gunakan cairan

kulit dan potensial

periostomal

tepat

waktu

garam faal, larutan

ptensi

dan

bebas

hidrogen peroksida,

luka

tanpa infeksi.

sering untuk

3) Meningkatkan

atau larutan

drainase dari luka

antibiotic

parineal atau drain

Kriteria hasil 5) Kolaborasi rendam

menurunkan resiko

: klien

pengumpulan.

duduk

melaporkan

Duduk lama

luknya sudah

meningkatkan

sembuh atau

tekanan

mulai

parineal,

sembuh

/

menurunkan

mengering

sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan 4) Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi 5) Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.

23

6

Ansietas

Setelah

berhubungan

dilkukan

dan orang terdekat

tentang situasi yang

dengan

tindakan

terhadap prosedur

dihadapi klien dapat

rencana

keperawatan

rutin dan aktivitas

menurunkan

pembedahan

selama 2x24

yang diharapkan.

kecemasan/ rasa

dan diagnosis

jam

kanker

menunjukka

kecemasan klien

lingkungan sekitar

n rileks

dan berikan umpan

dan membantu klien

Kriteria

balik.

mengantisipasi dan

hasil : Klien

1) Orientasikan klien

2) Eksplorasi

3) Tekankan bahwa

1) Informasi yang tepat

asing terhadap

menerima situasi

melaporkan

kecemasan adalah

penurunan

masalah yang

ansietas

lazim dialami oleh

faktor pencetus/

sampai

banyak orang

pemberat masalah

tingkat dapat

dalam situasi klien

kecemasan dan

ditangani

saat ini.

menawarkan solusi

4) Ijinkan klien ditemani keluarga

24

yang terjadi. 2) Mengidentifikasi

yang dapat dilakukan klien.

(significant others)

3) Menunjukkan

selama fase

bahwa kecemasan

kecemasan dan

adalah wajar dan

pertahankan

tidak hanya dialami

ketenangan

oleh klien satu-

lingkungan.

satunya dengan

5) Kolaborasi

harapan klien dapat

pemberian obat

memahami dan

sedatif.

menerima

6) Pantau dan catat respon verbal dan

keadaanya. 4) Memobilisasi sistem

non verbal klien

pendukung,

yang menunjukan

mencegah perasaan

kecemasan.

terisolasi dan menurunkan kecemsan. 5) Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat. Menilai perkembangan masalah klien. 6) Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.

25

1. Implementasi Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

2. Evaluasi Yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal setelah perawatan meliputi : Diagnosa 1 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai Diagnosa 2 : Nyeri hilang atau skala nyeri berkurang Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal Diagnosa 4 : Pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi serta mempertahankan eliminasi usus yang adekuat Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal Diagnosa 5 : tidak mengalami infeksi Diagnosa 6 : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang

26

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya. Etiologi dari kanker kolon yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan kanker kolon

3.2. Saran Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu: 1. Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma colon, agar menjaga pola hidup, nutrisi, dan selalu menjaga kesehatannya. 2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat. 3. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan anak yang menderita carsinoma colon

27

DAFTAR PUSTKA Baughman,D.C& Hackley,J.C.2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine M, Patifisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 10, EGC, Jakarta, 2009 Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2011. Soeparman & Waspadji, Sarwono, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010.

28

Related Documents

Ca
November 2019 55
Ca
May 2020 41
Ca
November 2019 72
Ca
June 2020 33
Ca
December 2019 45
Ca
May 2020 29

More Documents from ""