71573_030_bab I-iii_pkm-m_i Kadek Prapta Adhi Wibawa.docx

  • Uploaded by: prapta
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 71573_030_bab I-iii_pkm-m_i Kadek Prapta Adhi Wibawa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,153
  • Pages: 15
1

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM : UPAYA PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA LANJUT USIA MELALUI PROGRAM “SENJABULAN” (SENI JOGED BUMBUNG LANSIA) DI DESA KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Diusulkan oleh: Gede Odi Bayu Dharma Perkasa NIM 1602511195

Angkatan 2016

I Kadek Prapta Adhi Wibawa NIM 1602511203

Angkatan 2016

Gede Bayu Wedanta Netra

Angkatan 2017

NIM 1702511156

Dosen pembimbing : dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH 0011098004

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Osteoporosis merupakan penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulang yang rendah dengan disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Untuk tetap mempertahankan kekuatan tulang maka tubuh mengalami proses penghancuran tulang secara periodik dan pembentukan kembali. Proses ini akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada masa pubertas yang puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang terjadi setelah usia 30 tahun dan akan semakin bertambah setelah usia diatas 40 tahun kemudian berlangsung terus seiring bertambahnya usia. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis (Tandra, 2009). Penelitian terbaru dari International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia 5080 tahun memiliki risiko terkena osteoporosis. Dan juga risiko osteoporosis perempuan di Indonesia 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Kemenkes, 2018). Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan kepadatan mineral tulang (bone mineral density, BMD) menggunakan DXA scan. Dengan kata lain, rendahnya kepadatan mineral tulang adalah salah satu faktor risiko osteoporosis. Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu primer, sekunder dan tersier (sesudah terjadi fraktur). Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta dirasa paling murah dan mudah. Latihan fisik merupakan salah satu pencegahan primer yang didasari pada unsur gerak dan penekanan pada aksis tulang seperti jalan, joging dan aerobik dengan dilakukan secara teratur (Ramadani, 2010). Di Bali, terdapat warisan budaya seni joged bumbung sebagai suatu seni pertunjukan yang sangat digemari dan juga memiliki unsur sakralnya. Joged Bumbung secara terminologi kata terdiri dari joged yang secara lugas berarti gerak, dinamis, dan menari. Bumbung adalah kata yang diambil dari bahasa daerah yang berarti bambu. Dalam konteks seni, joged bumbung merupakan

3

bentuk kesenian yang memadukan antara senitabuh dengan tari. Gerakan yang sangat dinamis serta berpadu dengan pakem-pakem tari Bali tentunya dapat dimanfaatkan untuk mencegah osteoporosis pada lansia. Program pemerintah dalam menunjang kesehatan lansia di desa Kayubihi masih perlu ditingkatkan mengingat penyebab terjadinya suatu penyakit pada lansia itu faktor risikonya bermacam-macam terutama dalam kasus ini adalah imobilisasi yang terjadi pada lansia. Dalam pelaksanaan program pemerintah ini hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu saja sehingga secara keilmuan jika tidak dilakukan secara berlanjut misalnya seperti senam atau yoga maka tidak akan memberikan efek apapun terutama dalam pencegahan penyakit. Dalam hal pencegahan terjadinya osteoporosis tentunya masih belum ada padahal dilihat dari kejadian-kejadian sebelumnya sudah ada beberapa lansia yang mengalami patah tulang dengan aktivitas yang sebagian besar imobilisasi. Jika ini terus dibiarkan nantinya selain pasien lansia mengalami patah tulang tetapi yang ditakutkan adalah komplikasi yang terjadi yang tentunya akan menyulitkan semua pihak. Oleh sebab itu, upaya yang lebih inovatif perlu dikembangkan untuk memunculkan suasana yang nyaman dan meningkatkan taraf partisipasi lansia misalnya dengan joged lansia yang dilaksanakan di balai desa tentunya akan memberikan suasana yang berbeda nantinya. Desa Kayubihi yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli berdasarkan data statistik memiliki jumlah penduduk sebesar 5.371 penduduk pada tahun 2016. Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai pengrajin kayu dan bambu yang biasanya digeluti oleh kelompok lanjut usia sehingga sebagian besar aktifitasnya adalah duduk untuk mengerjakan kerajinan dan sangat jarang melakukan aktivitas fisik. Oleh karena itu, penulis ingin menciptakan program “Senjabulan” (Seni Joged Bumbung Lansia) sebagai upaya untuk menambah aktivitas fisik dengan menari joged untuk mencegah terjadinya osteoporosis pada kelompok usia lanjut di Desa Kayubihi.

4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang diangkat berkaitan dengan pelaksanaan program ini, adalah sebagai berikut: 1.

Tingginya angka kejadian osteoporosis di Desa Kayubihi yang berdampak buruk pada kualitas hidup lanjut usia.

2.

Rendahnya tingkat mobilitas lanjut usia yang menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis.

1.3 Tujuan Program Adapun tujuan yang diharapkan melalui pelaksanaan program kreativitas mahasiswa ini yaitu sebagai berikut. 1.

Menekan angka kejadian osteoporosis pada lanjut usia dengan memfasilitasinya melalui program “Senjabulan” ini.

2.

Meningkatkan mobilitas lanjut usia dalam upaya menekan faktor risiko terjadinya osteoporosis.

1.4 Luaran yang Diharapkan Melalui program kreativitas mahasiswa ini, diharapkan nantinya akan diperoleh luaran-luaran sebagai berikut. 1.

Peningkatan pengetahuan lanjut usia mengenai penyakit osteoporosis dan mampu melakukan tindakan pencegahan secara berkelanjutan sehingga diharapkan mampu menjaga kesehatan dan meningkatkan kulitas hidup.

2.

Dengan saling berinteraksi satu sama lain dan diiringi dengan tabuhan musik rindik diharapkan dapat meningkatkan kesehatan pikiran pada lanjut usia serta diharapkan mampu untuk mengurangi tingkat stres.

3.

Program ini diharapkan dapat menjadi suatu kegiatan yang dapat memberikan nilai rekreatif bagi masyarakat banyak melestarikan budaya daerah.

dan juga untuk

5

1.5 Manfaat Program Adapun kegunaan yang bisa diperoleh melalui pelaksanaan program kreativitas mahasiswa ini sebagai berikut. 1.

Bagi mahasiswa: a. Memberikan pengalaman tentang penulisan program kreativitas mahasiswa. b. Membangun kerjasama antara mahasiswa, dosen dan masyarakat. c. Melatih kemampuan dalam menerapkan metode ilmiah dan kemampuan berpikir kritis. d. Melatih jiwa pengabdian mahasiswa agar mengabdikan pengetahuannya pada masyarakat, bangsa dan negara.

2.

Bagi masyarakat: a. Memperoleh pengetahuan tentang bahayanya penyakit osteoporosis. b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat. c. Meningkatkan pengetahuna masyarakat bahwa osteoporosis dapat dicegah melalui kegiatan sederhana khususnya joged bumbung.

6

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Lansia di desa Kayubihi berjumlah sekitar 150 orang yang sebagian besar adalah perempuan. Walaupun sudah berumur tetapi sebagian besar lansia di desa Kayubihi masih tetap bekerja sebagai pengrajin bambu membuat anyaman yang nantinya akan dibuat menjadi suatu wadah yang sering disebut “sokasi” dalam bahasa balinya. Mulai dari pagi sampai sore hari terus menganyam bambu dengan posisi duduk atau dengan posisi membungkuk sehingga sebagian besar waktunya habis untuk duduk sambil menganyam jalinan demi jalinan. Pada lansia yang dominan imobilisasi cenderung mengalami osteoporosis akibat berkurangnya axial loading yang berperan penting dalam mempertahankan massa tulang. Kejadian patah tulang pada lansia sudah terjadi beberapa kali tanpa mendapatkan penanganan yang tepat sehingga memicu terjadinya deformitas dan komplikasi lainnya. Joged lansia dipilih karena joged merupakan salah satu kearifan lokal Bali yang sudah ada sejak dahulu. Tidak ada salahnya jika joged dikombinasikan dengan upaya untuk meningkatkan ruang gerak pada lansia mengingat gerakan tari joget sangat energik dan dinamis. Selain bisa menari-nari dalam upaya meningkatkan ruang gerak atau axial loading, tarian joged lansia ini juga akan diiringi dengan gambelan rindik yang khas sehingga bisa dibayangkan bagaimana menariknya tarian ini jika diperagakan. Selain bermanfaat pada lansia nantinya joged lansia ini bisa dijadikan wahana hiburan bagi para warga bahkan mungkin bisa dijadikan ajang pariwisata jika dilakukan secara rutin dan dikelola dengan baik.

7

BAB III METODE PELAKSANAAN Penerapan program “Senjabulan” (Seni Joged Bumbung Lansia) dalam upaya pencegahan osteoporosis pada lanjut usia akan dilaksanakan

di Desa

Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Program diawali dengan mendata jumlah lanjut usia yang cocok mendapatkan intervensi preventif osteoporosis dan mempersiapkan keperluan lainnya yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan program pengabdian ini, sebagai berikut. 1. Tahap pertama, meliputi: a. Penjajagan awal dan sosialisasi program. Pada tahap ini mahasiswa akan menjajagi kepala desa dan warga setempat untuk memita ijin kegiatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membina kerjasama antara mahasiswa dengan warga setempat, sehingga warga dapat mendukung pelaksanaan program “Senjabulan” (Seni Joged Bumbung Lansia). b. Menentukan jadwal kegiatan sehingga tidak bersamaan dengan kegiatan desa tersebut. c. Menentukan lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan dengan jumlah peserta yang banyak. Lokasi yang dipilih diusahakan mudah diakses oleh peserta seperti Balai Banjar Desa Kayubihi d. Mendata jumlah peserta yang sesuai denga kriteria yang ditentukan yaitu berumur lebih dari 60 tahun dan cenderung memiliki mobilitas yang kurang misalnya terkait pekerjaan yang sebagian besar duduk. 2. Tahap kedua, meliputi: a. Pembekalan materi, berupa sosialisasi di hari pertama pada kelompok lanjut usia tetang pelaksanaan joged bumbung untuk mencegah terjadinya osteoporosis di Desa Kayubihi. b. Pemberian pelatihan singkat. Pelatihan ini berupa latihan tari joged bumbung yang dilakukan oleh kelompok usia lanjut di Desa Kayubihi yang bisa dilakukan dirumah masing-masing peserta. Tarian akan dilakukan selama 2-3 menit.

8

c. Mempersiapkan balai banjar untuk tempat pelaksanaan kegiatan “Senjabulan”. d. Mempersiapkan sound system dan alat pemutar musik agar kegiatan lebih menarik. Musik yang digunakan adalah gabungan dari musikmusik Bali baik itu berupa musik rindik ataupun musik Bali lainnya dan tetap memperhatikan keharmonisan serta ketepatan dalam gerakan jogged bumbung. 3. Tahap ketiga, meliputi: a. Hari pelaksanaan. Kegiatan “Senjabulan” ini akan dilaksanakan di Desa Kayubihi pada hari kedua. Pada tahap pertama, Tari joged bumbung akan dilakukan oleh kelompok usia lanjut akan dibagi menjadi kelompok kecil dengan ditarikan oleh 5 orang wanita dan akan ada pengibing laki-laki sebanyak 5 oang agar kegiatan ini lebih atraktif dan menarik. Tarian ini akan berdurasi 2-3 menit. b. Pada tahap kedua peserta akan berdiri membuat lingkaran besar dan dipilih peserta perempuan 5 orang secara acak untuk melakukan joged bumbung. Pengibing laki-laki dengan jumlah 5 orang akan bergantian masuk ke dalam lingkaran dan melakukan jogged bumbung secara berpasangan. begitu seterusnya sampai seluruh peserta mendapatkan gilirannya. 4. Tahap keempat, meliputi: a. Evaluasi program. Setelah program “ Senjabulan” ditempuh oleh lanjut usia selama 6-8 minggu dan dapat dinyatakan bahwa lanjut usia tersebut telah menempuh kegiatan dengan baik maka akan diadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman lanjut usia tentang pentingnya peningkatan aktivitas fisik dalam rangka menekan faktor resiko pemicu terjadinya osteoporosis tersebut. Adapun evaluasi tersebut dilakukan dengan memberikan kuisoner pada peserta.

9

b. Penyusunan laporan dan dokumentasi kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan seiring dengan hari pelaksanaan. Laporan ini dibuat dan disesuaikan dengan hasil yang didapatkan selama melakukan kegiatan pengabdian terhadap kelompok usia lanjut di Desa Kayubihi. Jika terjadi kesalahan pada laporan awal maka akan dilakukan revisi laporan. Laporan ini dibuat setelah adanya revisi laporan sehingga didapatkan laporan yang hasilnya baik. c. Pengumpulan laporan.

10

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya Anggaran biaya yang penulis dapat ajukan dalam PKM Pengabdian Masyarakat yakni pada tabel sebagai berikut: No

Jenis Pengeluaran

Biaya (Rp)

1

Peralatan penunjang

2.725.000

2

Bahan habis pakai

6.750.000

3

Perjalanan

1.900.000

4

Lain-lain

580.000 Jumlah

Rp. 11.955.000

4.2 Jadwal Kegiatan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh penulis untuk merealisasikan program “Senjabulan” sebagai upaya untuk menekan angka kejadian osteoporosis dan meningkatkan mobilitas lanjut usia seperti yang tertera pada tabel, yakni sebagai berikut: No 1

Jenis Kegiatan Persiapan A. Penetapan rencana kerja B. Pembuatan surat-surat dan administrasi

2

Pelaksanaan A. Observasi masyarakat sasaran di sekitar wilayah Desa Kayubihi, Kabupaten Bangli B. Observasi tempat kegiatan C. Konsolidasi dengan Kepala Desa Kayubihi D. Menyebar brosur kegiatan E. Sosialisasi F. Registrasi peserta “Senjabulan” G. Pelaksanaan pre-test H. Pelatihan “Senjabulan” I.

Penyebaran kuisioner kepada peserta

J. Pengumpulan kuisioner

Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

11

sebagai hasil pemantauan 3

Penyusunan laporan A. Analisis kuisioner B. Evaluasi laporan C. Pengiriman laporan

12

DAFTAR PUSTAKA Ramadani,

M.(2010).

Faktor-faktor

resiko

osteoporosis

dan

upaya

pencegahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 111-115 Tandra, Hans. 2009. Osteoporosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kementerian kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kemeterian Kesehatan RI Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. 2018.

13

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 1. Peralatan Penunjang Material Sound

Justifikasi Pemakaian Penggunaan saat sosialisasi

Kuantitas

Harga Satuan(Rp)

Jumlah(Rp)

3

150.000

450.000

4

70.000

280.000

4

30.000

120.000

3

150.000

450.000

Untuk promosi kegiatan

50

2.500

125000

Sewa

Untuk kegiatan sosialisasi

60

5.000

300.000

Kursi

terkait pelaksanaan kegiatan

Atribut

Digunakan saat akan menari

1

250.000

250.000

Penari

dan untuk memperhias

Dekorasi

Menghias lokasi acara dan

1

750.000

750.000

Pang-

menarik minak masyarakat

dan pelaksanaan program “Senjabulan” Microfon Penggunaan saat sosialisasi dan pelaksanaan program “Senjabulan” Cuk roll

Penggunaan saat sosialisasi dan pelaksanaan program “Senjabulan”

Spanduk

Penggunaan saat sosialisasi

Kegiatan

dan diletakkan di tempat pelatihan

Brosur Kegiatan

gung SUBTOTAL (Rp)

Rp. 2.725.000

2. Bahan Habis Pakai Material

Justifikasi Pemakaian

Kuantitas

Harga

Jumlah(Rp)

Satuan(Rp) Snack

Sebagai hidangan dalam

400

5.000

2.000.000

40

25.000

1.000.000

sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan “Senjabulan” Air mineral

Pelengkap hidangan

14

Konsumsi

Sebagai hidangan ke

panitia

panitia atas kinerjanya

Sewa

Sebagai pengiring tarian

gambelan

joged

Banten

Untuk matur piuning dan

50

10.000

500.000

1

3.000.000

3.000.000

1

250.000

250.000

sarana persembahyangan

SUBTOTAL(Rp)

Rp. 6.750.000

3. Perjalanan Material

Justifikasi Pemakaian

Kuantitas

Harga

Jumlah(Rp)

Satuan(Rp) Survey ke

Untuk mengkonfirmasi

lokasi

pihak desa terkait

4

100.000

400.000

10

100.000

1.000.000

5

100.000

500.000

pelaksanaan kegiantan Perjalanan ke

Perjalanan ke lokasi

lokasi

dalam setiap tahap kegiatan

Perjalanan

Untuk menyediakan

dalam rangka

perlengkapan terkait

mencari

acara yang dilakukan.

perlengkapan SUBTOTAL (Rp)

Rp. 1.900.000

4. Lain-lain Material

Justifikasi Pemakaian

Kuantitas

Harga

Jumlah(Rp)

Satuan(Rp) Proposal

Untuk membuat

(Kertas ,foto

proposal kegiatan

copy, jilid)

sesuai prosedur yang

4

70.000

280.000

1

100.000

100.000

ada Buku

Untuk mendata peserta

registrasi

kegiatan.

15

Kertas

Untuk mengetahui

evaluasi

tingkat perkembangan

100

1.000

100.000

20

5.000

100.000

sesuai kriteria yang diharapkan Cetak

Untuk

dokumentasi

pertanggungjawaban kepada Kemristekdikti SUBTOTAL (Rp)

Rp. 580.000

Related Documents


More Documents from "adhivosfor"