68764_aspergillus.docx

  • Uploaded by: tazkia rahmida
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 68764_aspergillus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,563
  • Pages: 11
MAKALAH ANALISIS MIKROBIOLOGI PANGAN “KARAKTERISTIK PATOGEN PANGAN ASPERGILLUS FLAVIN”

Disusun Oleh : Redina Wahyu Nirwana

1701011320042

Resa Fazriyantinor

1701011320043

Revly Ana Auleina

1701011320044

Rizka Ramadhania

1701011320045

Rizqa Amalia

1701011320047

Siti Zahratul Mahbubbah

1701011320049

Tazkia Rahmida

1701011320050

Thia Gusmita Sari

1701011320051

Wido Triewati

1701011320052

Yuli Helmawati

1701011320053

Yuliana

1701011320054

Yuniar Tri Indrias Putri

1701011320055

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Prodi D3 Analis Farmasi dan Makanan Tahun 2019/2020

KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Robbil’alamin, Segala puji bagi allah swt atas segala karunia nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga makalah analisis mikrobiologi pangan kami yang berjudul “Karakteristik Patogen Pangan Aspergillus Flavis” dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa adanya halangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas biokimia yang diampu oleh Ibu Witiyasti Imaningsih, M.,Si Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terimakasih. Kami menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karnanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Banjarbaru, 16 Februari 2019 penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

i

BAB I PENDAHULUAN

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Aspergillus flavus adalah salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan. Jamur jenis ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan juga merupakan jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik. Menurut Roy tahun 2008 aflatoksin dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala mual dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit yang timbul adalah kanker hati dan berakibat meninggal dunia dan apabila seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang terkontaminasi aflatoksin konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu dapat merusak hati serta menurunkan sistem kekebalan pada tubuh. Aspergillus flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang-kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia. Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan pada makanan. Konidia grup ini berwarna kuning sampai hijau dan mungkin membentuk skerotia. Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atas agak bulat sampai kolumner, vesikel agak bulat sampai berbentuk batang pada kepala yang kecil, sedangkan pada kepala yang besar bentuk globulosa. Konidia kasar dengan bermacam – macam warna. Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting. Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun tanaman. B.

Rumusan Masalah 1. Pengertian jamur Aspergillus Flavus 2. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Aspergillus flavus 3. Morfologi dari jamur Aspergillus Flavus 4. Gambar dan bagian-bagian dari jamur Aspergillus Flavus

C.

Tujuan Beberapa tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Pangan 2. Mengetahui struktur, morfologi dan penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat jamur Aspergillus Flavus

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspergillus Flavus Jamur ini memerlukan temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini,sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia. Hampir semua anggota dari genus Aspergillus secara alami dapat ditemukan di tanah dimana kapang dari genus tersebut berkontribusi dalam degradasi substrat anorganik. Spesies Aspergillus dalam industry secara umum digunakan dalam produksi enzim dan asam organik, ekspresi proteinasing serta fermentasi pangan. Aspergillus flavus merupakan kapang ssaprofit di tanah yang umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaurulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor dari kaki sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam (Amaliyah, 2017).

Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400-800 pm) dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuningkehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak berwarna,sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat disebarkan melalui udara dengan mudah maupun melalui Serangga. Komposisi atmosfir memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting (Amaliyah, 2017). Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan Oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan Organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun

tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan bagian tidak terpisahkan karena kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada tanaman yang termfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen toksin paling penting dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi produk agrikultur. Apergillus flavus dan Aspergillus parasiticus mampu mengakumulasi aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan berbeda (Amaliyah, 2017). Kapang ini biasanya ditemukan pada bahan pangan/ pakan yang mengalami proses pelapukan antara biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan bunga matahari), rempahrempah (seperti ketumbar, lada, jahe, serta kunyit) dan serealia (seperti padi, gandum, sorgum dan jagung). Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh kondisi lingkungan dan iklim, seperti kelembapan, suhu, dan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti itu biasanya ditemui di negara tropis seperti Indonesia. Senyawa aflatoksin terdiri atas beberapa jenis, yaitu 131, B2, Gl, dan G2, namun yang paling dominan dan mempunyai sifat racun yang tinggi dan berbahaya adalah aflatoksin 131. Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah, jagung, dan hasil olahannya, serta pakan ternak. Hewan ternak yang mengonsumsi pakan tercemar aflatoksin akan meninggalkan residu aflatoksin dan metabolitnya pada produk ternak seperti daging, telur, dan susu. Hal tersebut menjadi salah satu sumber paparan aflatoksin pada manusia (Amaliyah, 2017).

(Gandjar et al., 1999)

Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan jamur penghasil senyawa racun yang disebut aflatoksin. Kedua jamur ini pertama kali ditemukan di Inggris tahun 1960. 1

Toksin ini berbahaya dan menyerang sistem imun tubuh manusia dan mekanisme kerja hati manusia, mamalia, maupun unggas sehingga menjadi factor penyebab kanker hati. Di Indonesia, infeksi A. flavus pada pertanaman kacang tanah di lapang, benih di penyimpanan, benih di pasaran dan biji konsumsi terjadi dengan tingkat serangan sekitar 60-80% dengan kandungan aflatoksin 40-4100 ppm. Sedangkan kandungan aflatoksin pada kacang tanah siap saji yang beredar di supermarket dan pasar pasar lokal mencapai 1000 ppm ( Avivi et al., 2010). Aspergillus merupakan ”storage mold” yang umum pada bahan pertanian, kapang ini bersifat xerofilik. Frekwensi kehadiran masing-masing species pada sampel bervariasi (Rukmi, 2009). Aspergillus flavus ada yang tumbuh baik dengan media dengan kadar gula atau kadar garam yang rendah maupun tinggi. Pengamatan pertumbuhan cendawan A. flavus pada beberapa media yaitu: Dichloran-Kloramfenikol Pepton Agar (DCPA), Dichloran 18% Glycerol Agar (DG18), Czapek Yeast Extract Agar (CYA), 25% Glycerol Nitrate Agar (G25N), Czapek Yeast Extract Agar with 20% Sucrose (CY20S) dan Malt Extract Agar (MEA) secara keseluruhan dapat tumbuh dengan baik walaupun panjang diameter koloninya bervariasi (Fallo, 2017). Spesies A. flavus, secara makroskopis memiliki ciri koloninya pada saat mudaberwarna putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau kekuningan setelah membentuk konidia. Secara mikroskopis ciri dari badan buah A. flavus adalah vesikula berbentuk bulat hingga semi bulat dan konidia berbentuk bulat hingga semi bulat (Wangge et al., 2012).

Gambar 1. A. flavus kapang yang selalu ditemukan pada 5 jenis simplisia yang di periksa,

Penyakit Aspergillosis (1) Mikotoksikosis karena menelan makanan yang terkontaminasi

(2) Alergi dan sekuele terhadap keberadaan konidia atau pertumbuhan sementara dari organisme pada lubang-lubang tubuh (3) Kolonisasi tanpa perluasan pada akvitas yang belum terbentukdan jaringan yang rusak; (invasive), (4) Peradangan, granulomatosa, penyakit “narcotizing” pada paru, dan organ-organ lain; dan jarang sekali Sistemik dan penyakit diseminata yang mematikan.

1

BAB III KESIMPULAN Aspergillus Flavus merupakan kapang yang tersebar luas di alam. Kapang ini menghasilkan racun aflatoksin yang dapat mencemari bahan pangan maupun pakan ternak. Bahan panga terutama kacang tanah, jagung, biji kapas. Terdapat 18 jenis racun aflatoksin, empat yang paling kuat daya racunnya adalah aflatoksin B1, G1, B2, dan G2. Alfatoksin B1 bersifat karsinogen pada manusia. Namun, Kapang A. Flavus tidak selalu menghasilkan racun sehingga adanya kapang ini belum tentu memberikan pencemaran racun aflatokin. Aflatoksin yang mencemari pakan ternak dapat membahayakan kesehatan dan produktivitas ternak. Sementara residunya pada hasil ternak dapat menyebabkan keracunan(aflatoksikosis) baik akut maupun kronis pada manusia bila hasil ternak tersebut dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA Amaliyah, N. 2017. Penyehatan Makanan danMinuman. Deepublish, Yogjakarta. Rukmi, I. 2009. Keanekaragaman Aspergillus Pada berbagai Simplisia Jamu Tradisional. Jurnal Sains & Matematika. 12(2) :82-89. Avivi, S., I.S.Suyani, & S. Winarso. 2010. Efek Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Aspergillus Flavus Pada Perkecambahan Kacang Tanah. Jurnal HPT Tropika. 10(1) : 64-72. Wangge, E.S.A., D.N.Suprapta, & G.N.A.Wirya. 2012. Isolasi dan Identifikasi Jamur Penghasil Mikotoksin Pada Biji Kakao Kering Yang Dihasilkan Di Flores. Journal Agric. Sci. And Biotecthenol. 1(1) : 39- 47.

1

More Documents from "tazkia rahmida"