61585950-askep-jiwa-gangguan-penggunaan-zat-adiktif.docx

  • Uploaded by: fery galanter
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 61585950-askep-jiwa-gangguan-penggunaan-zat-adiktif.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,065
  • Pages: 13
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN JIWA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH:

TUTI HARIATI

PO.62.20.1.17.348

YOAN AGNES THERESIA

PO.62.20.1.17.350

GRACE NAZAVIRA

PO.62.20.1.17.326

FAJAR MAULANA

PO.62.20.1.17.324

KARINA AYU SERIN

PO.62.20.1.17.331

DEA FITRI MELINDA

PO.62.20.1.17.322

CENI MERTI

PO.62.20.1.17.321

M.RIZKY TRISTIAN

PO.62.20.1.17.334

RIBKA WESTINIA

PO.62.20.1.17.341

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat dan anugerahNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang bertajuk “Konsep Perawatan Gangguan Psikiatrik Penyalahgunaan Zat Psikoaktif.” Dengan adanya penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sehingga dapat memperbaiki isi dari kekurangan-kekurangan. Kami mohon maaf apabila ada penulisan dari kata-kata yang kurang tepat dalam makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya khususnya, dan para pembaca umumnya.

Palangka Raya, 11 April 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI Kata pengantar............................................................................................................i Daftar isi......................................................................................................................ii BAB I

PENDAHULUAN A. B. C. D. E.

BAB II

Latar belakang......................................................................................1 Tujuan penulisan...................................................................................2 Ruang lingkup.......................................................................................2 Metode penulisan..................................................................................2 Sistematika penulisan...........................................................................3

TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian.............................................................................................4 B. Proses terjadinya masalah....................................................................5  Rentang respons kimiawi................................................................5  Faktor penyebab..............................................................................5  Diagnosis medis..............................................................................6 C. Penatalaksanaan..................................................................................7

BAB III

TINJAUAN KASUS A. B. C. D.

BAB IV

Pengkajian...........................................................................................10 Diagnosa keperawatan........................................................................11 Intervensi keperawatan........................................................................12 Implementasi........................................................................................14

PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................16 B. Saran...................................................................................................16

Daftar Pustaka

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam kategori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media elektronik seperti TV dan radio. Kecenderungan semakin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun) sepertinya sudah menjadi suatu trend perilaku baru bagi kalangan kawula muda (DepKes,2001). Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikannya yang rendah tetapi kadangkala disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada masyarakat yang kurang peduli tentang NAPZA (Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor diatas adalah individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya

individu

yang

dirawat

di

rumah

sakit

karena

penyalahgunaan

dan

ketergantungan zat adiktif yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul makalah Askep Klien Dengan Gangguan Penggunaan Zat Adiktif.

1

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Pembaca dapat mengerti tentang faktor-faktor yang menyebabkan individu menggunakan dan menyalahgunakan zat-zat adiktif sehingga setiap individu dapat mengembangkan koping sistem agar tidak menggunakan zat adiktif. Dari keefektifan koping individu, maka akan menghindarkan individu terhadap akibat dari penggunaan zat-zat adiktif yang salah satunya adalah gangguan psikologi. 2. Tujuan khusus    

Agar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dapat mengerti tentang penyalahgunaan zat adiktif. Agar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dapat mengerti tentang faktor penyebab dari penggunaan zat-zat adiktif. Agar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dapat mengerti penatalaksanaan klien dengan gangguan penggunaan zat adiktif. Agar Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dapat mengerti Asuhan Keperawatan pada klien pengguna zat adiktif yang mengalami gangguan psikologi.

C. Ruang Lingkup Makalah ini membahas tentang keperawatan individu dengan gangguan fisikologi atau gangguan jiwa, namun karena keterbatasan informasi dan pengetahuan, maka makalah ini terfokus pada Askep klien dengan gangguan penggunaan zat adiktif

D. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dimana kelompok mendapatkan data dan informasi dari beberapa referensi yang ada hubungan dengan pokok bahasan makalah ini.

2

E. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Ruang Lingkup D. Metode Penulisan E. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian B. Proses Terjadinya   

Rentang Respon Kimiawi Faktor Penyebab Diagnosis Medis

C. Penatalaksanaan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berthubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995). Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (DepKes, 2002). Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000). Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuhmenurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun (Wiguna, 2003). Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang detoksifikasi.

4

B. Proses Terjadinya Proses terjadinya masalah penggunaan dan ketergantungan zat memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu yaitu: opiat, amfetamin, canabis dan alkohol. 1. Rentang Respon Kimiawi Perlu diingat bahwa pada rentang respons tidak semua individu yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus-menerus bahkan samapai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan (Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia, 1998). 2. Faktor Penyebab Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi: a. Faktor biologik  

Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alkohol. Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman

b. Faktor psikologik     

Tipe kepribadian ketergantungan. Harga diri rendah biasanya sering berhubungan dengan penganiayaan waktu masa kanak-kanak. Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi.

5

c. Faktor sosiokultural  Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat.  Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.  Sikap, nilai, norma dan saksi kultura.  Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan. 3. Diagnosis Medis DSM-III-R (American Psychiatric Association, 1987) membagi menjadi dua kategori yaitu psikoaktif zat yang menyebabkan gangguan mental organik dan gangguan psikoaktif pengguna zat. Psikoaktif zat yang menyebabkan gangguan mental organik mengakibatkan intoksikasi, withdrawal, delirium, halusinasi dan gangguan delusi, dan lainnya. Gangguan psikoaktif pengguna zat mengakibatkan ketergantungan atau penyalahgunaan (Wilson dan Kneisl, 1992). Sedangkan DepKes (2001) menyatakan bahwa gejala psikiatri yang timbul adalah cemas, depresi dan halusinasi. Penelitian yang dilakukan di USA menunjukkan >50% penyalahgunaan NAPZA non alkohol mengidap paling tidak satu gangguan psikiatri antara lain:    

26% mengalami gangguan alam perasaan seperti depresi, mania 26% gangguan ansietas 18% gangguan keperibadian antisosial 7% skizofrenia

Mereka dengan penyalahgunaan alkohol sebanyak 37% mengalami komorbiditas psikiatri. Diagnosis medis dan keperawatan yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Kurang dari 27 diagnosa keperawatan yang umumnya digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan yang dibagi menjadi 4 kategori yaitu: biologik, kognitif, psikososial dan spiritual (Stuart dan Laraia, 1998). Gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat yang termasuk DSM-III ada dua cara, yaitu: Pertama,diagnosis utama yang berhubungan dengan penggunaan alkohol atau obat dikategorikan juga sebasai gangguan yang berhubungan dengan zat. Klien gangguan yang berhubungan dengan zat juga didiagnosis sebagai gangguan psikiatrik axis I yang disebut dual diagnosis.

6

Kedua,intoksikasi atau withdrawal penggunaan zat sangat berhubungan dengansalah satu tipe gangguan mental, dimana diagnosis tergantung pada kategori yang menjadi lokasi penyalahgunaan zat. Contoh: seseorang yang mengalami depresi berhubungan dengan withdrawal alkohol, diagnosa medik adalah gangguan mood karena penggunaan (withdrawal) zat. Kategori yang termasuk dalam diagnosis karena penggunaan zat adalah delirium, demensia, psikotik, mood, kecemasan, sex dan tidur. C. Penatalaksanaan a)

Pertimbangan umum, Keputusan pengobatan, termasuk asuhan yang direkomendasikan, bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi klien, antara lain: 1. Jenis zat yang disalahgunakan dan keparahan ketergantungan 2. Resiko gejala putus zat 3. Jumlah kekambuhan sebelumnya 4. Kemauan klien untuk menerima pertolongan

b) Program rumah sakit atau residensial 1.Program-program ini biasanya dianjurkan bagi klien dengan ketergantungan yang berat terhadap zat atau gagal dalam program rehabilitasi berbasis komunitas. Pengobatan lanjutan direkomendasikan setelah pengobatan rawat inap di rumah sakit. 2. Jenis program 





Unit detoksifikasi medis terdapat di rumah sakit komunitas, menyediakan pelayanan detoksifikasi selama beberapa hari sampai seminggu. Klien lalu dirujuk ke program residensial lainnya atau program lanjutan berbasis komunitas. Unit ketergantungan zat kimia terdapat di rumah sakit jiwa atau pusat perawatan residensial khusus. Program jangka pendek (3-6 minggu) memberikan pengibatan yang biasanya didasarkan pada program 12 langkah (mis, seperti yang direkomendasikan oleh Alcoholics Anonymous / AA dan Narotics Anonymous / NA). Program residensial jangka panjang (3-6 bulan) direkomendasikan untuk individu dengan riwayat penyalahgunaan zat yang sudah lama dan multimasalah akibat dari penyalahgunaan zat tersebut. Program ini meberikan lingkungan komunitas teraupetik untuk mengobati penyalahgunaan dan melatih berbagai keterampilan hidup.

c) Program berbasis komunitas Saat ini lebih banyak terdapat di lingkungan managed care, yang menekankan efisiensi biaya dan perawatan di lingkungan yang paling tidak restriktif. 1. Program hospitalisasi parsial memberikan perawatan sampai 20 jam per minggu, dengan dukungan dan penyuluhan kelompok yang teraupetik tentang kecanduan zat, keterampilan koping dan pembentukan harga diri. 2. Konseling rawat jalan diberikan oleh ahli terapi, program terapi kelompok, atau konselor obat dan alkohol tertentu yang diperkerjakan oleh klinik obat dan alkohol setempat atau pusat kesehatan jiwa. 7

3. Kelompok swadaya, seperti AA dan NA, memberikan bimbingan dan program spesifik yang dirancang untuk membina dan mempertahankan gaya hidup yang bersih dan bebas dari obat-obatan. d) Pencegahan 1. Deskriptif, Program pendidikan komunitas mempunyai target kelompok-kelompok yang rentan dan populasi umum. Sebagai contoh, anggota tim layanan kesehatan, termasuk perawat komunitas, yang menjadi pembicara dan menggunakan materi tertulis untuk penyuluhan. 2. Unsur-unsur program pencegahan meliputi pengajaran tentang:    

Konsep penyalahgunaan dan ketergantungan zat, termasuk gejala dan tandatanda bahayanya. Konsekuensinya dari penyalahgunaan zat dan dampak zat tersebut pada tubuh dan fungsi hidup secara umum. Pilihan-pilihan yang ada untuk memberikan bantuan dan pengobatan. Alternatif mekanisme koping untuk menghindari penyalahgunaan zat.

8

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap zat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik. Dalam gangguan pemakaian zat adiktif terdapat proses terjadinya masalah seperti rentang respon kimiawi, perilaku dan faktor penyebab. Dari definisi tersebut maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).

B. Saran Sebagai mahasiswa keperawatan, diharapkan agar dapat mengerti akan asuhan keperawatan dengan Gangguan Penggunaan Zat Adiktif kepada klien dengan benar dan menerapkan dengan baik. Penulis juga meminta kepada pembaca agar dapat memberikan masukan saran yang positif agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan mendekati sempurna.

9

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/askepkliendengangangguanpenggunaanNAPZA Isaac Ann, alih bahasa Dean Praty Rahayuningsih, 2004. Kep.kes jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC Wiscarz Gail dan Sandra J Sundee. 1998. Buku saku kep.jiwa. Jakarta : EGC Schottenfeld RS,Pakes J,Ziedonis D,et al.Buprenorphine;doserelated effects on cocaineabusing opioid dependent humans.BiolPsychiatry 1993;34:66-74

10

More Documents from "fery galanter"