55399_ekowisata_kelompok 2_perdagangan Satwa Dilindungi.docx

  • Uploaded by: Luthfia Agsita
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 55399_ekowisata_kelompok 2_perdagangan Satwa Dilindungi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,648
  • Pages: 13
SATWA INDONESIA YANG DILINDUNGI Laporan Mata Kuliah Ekowisata

Penyusun: Michael Leonard A.Z.

180104180009

Asima Maynia

180104180011

Luhfia Agsita Yasya

180104180014

Khasnida Diyana Sika

180104180018

Silmi Syahrani Quddus

180104180021

PROGRAM STUDI D4 BAHASA DAN BUDAYA TIONGKOK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Tugas laporan Mata Kuliah Ekowisata “SATWA INDONESIA YANG DILINDUNGI” dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen yang senantiasa membimbing sehingga tugas ini dapat disusun sedemikian rupa. Kami menyadari betul bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu kami sangat menantikan kritik serta saran yang membangun supaya kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun makalah di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca. Bandung, 02 April 2019

Penyusun

1

PENDAHULUAN Perlindungan terhadap satwa merupakan satu wujud upaya konservasi satwa. Perlunya tindakan konservasi alam dilakukan agar keberlangsungan hidup satwa terus berlanjut sehingga tidak akan terjadi kepunahan. Berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature), Sebanyak 872 jenis spesies makhluk hidup di dunia dinyatakan telah punah, sementara, lebih dari 27,000 spesies terancam punah dengan persentase 40% kelompok amfibi, 25% mamalia, 34% konifera, 14% unggas, 31% hiu, 33% terumbu karang dan 27% krustasea. IUCN mengelompokkan daftar spesies satwa ke dalam tujuh kategori daftar merah, yakni: 1. Low Concern (LC) Satwa yang masuk ke dalam kategori ini berarti suatu spesies memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga tidak sedang mengalami keterancaman yang dapat mempengaruhi jumlah populasinya secara ekstrem. Jumlah populasi kategori LC bisa dibilang cukup besar dengan persebaran individu yang luas. Contoh satwa yang masuk dalam kategori LC: 

Burung Gereja (Passer montanus)



Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)



Bangkong Kerdil (Limnonectes microdiscus)



Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)



Ikan Lopis/Belida (Chitala lopis)

2. Near Threatened (NT) Satwa dikelompokkan ke dalam kategori ini karena mulai mengalami keterancaman dengan penurunan populasi yang cukup nyata di alam. Meski belum mengarah ke kepunahan, apabila eksploitasi terus berlangsung makan akan mempengaruhi naiknya tingkatan kategori menjadi semakin rentan terhadap kepunahan. Contoh satwa yang masuk dalam kategori NT: 

Walet Gunung (Collocalia vulcanorum)



Itik Benjut (Anas gibberifrons)



Kangkareng Hitam (Anthracoceros malaynus)



Punai Sumba (Treron teysmannii)



Elang Alap Doria (Accipiter doriae) 2

3. Vulnerable (VU) Satwa yang digolongkan ke dalam status Vulnerable (VU) atau rentan, yaitu spesies yang sangat rentan mengalami kepunahan dialam liar pada masa mendatang. Di Indonesia terdapat 550 spesies hewan yang termasuk kategori Vulnerable (VU). Contoh satwa yang masuk dalam kategori Vulnerable (VU): 

Kuskus Beruang (Auilorps ursinus)



Luntur Gunung (Apalharpactes reindwardtii)



Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus)



Merak Hijau (Pavo muticus)



Ikan Batak (Neolissochillus thienemanni)

4. Endangered (EN) Satwa yang digolongkan ke dalam status Endangered (EN) atau terancam, menunjukkan risiko kepunahan dialam liar yang sangat tinggi pada masa mendatang. Populasi satwa yang tergolong dalam Endangered (EN) sangat kecil. Kemungkinan punahnya satwa golongan ini sekitar lebih dari 50% dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Satwa endemik Indonesia yang masuk ke dalam status Endangered (EN) terdapat sebanyak 195 spesies. Contoh satwa yang masuk dalam kategori Endangered (EN): 

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)



Surili (Presbytis comata)



Anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis)



Banteng (Bos javanicus)



Ikan Naga (Scleropages formosus)

5. Critically Endangered (CR) Satwa yang digolongkan ke dalam status Critically Endangered (CR) atau kritis atau sangat terancam punah, menunjukkan risiko kepunahan dialam pada waktu dekat. Populasi satwa yang tergolong dalam Critically Endangered (CR) sangat kecil dan di habitat alaminya semakin sulit ditemukan. Satwa-satwa tersebut memiliki ancaman kepunahan sangat besar dari internal maupun eksternal. Di Indonesia terdapat 75 spesies hewan yang termasuk kategori Critically Endangered (CR). Contoh satwa yang masuk dalam kategori Critically Endangered (CR): 

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) 3



Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)



Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)



Kura-kura Bintang (Chitra chitra)



Buaya Siam (Crocodylus siamensis)

6. Extinct in The Wild (EW) Status konservasi yang diberikan kepada species yang hanya diketahui keberadaannya di tempat penangkaran atau luar habitat. Organisme yang masuk golongan ini sudah sama sekali tidak terdapat di alam namun beberapa individu terdapat di penangkaran. Organisme yang masuk golongan ini telah dianggap punah secara ekologis karena sudah tidak dapat ditemukan di habitat aslinya, dan hanya dapat ditemukan di penangkaran. Setelah upaya penagkaran menghasilkan individu yang dapat dilepaskan di alam maka kategorinya dapat diturunkan Contoh Satwa tergolong dalam Extinct in the Wild 

Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis)



Komodo Dragon (Varanus Komodoensis)



Labi-labi tempurung hitam (Nillssonia Nigricans)

7. Extinct (EX) Status konservasi EX diberikan kepada spesies yang terbukti sudah punah sehingga tidak tersisa satu individu pun yang dapat bertahan hidup. Dalam daftar merah IUCN tercatat 723 satwa dan 86 tumbuhan berstatus punah. Contoh satwa yang masuk dalam kategori EX: 

Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica)



Harimau Bali (Panthera Tigris Balica)



Tikus Gua Flores (Argusinus Bipunctatus)



Tikus Hidung Panjang Flores (Paulamys Naso)

8. Data Deficient (DD) Spesies ini sebenarnya sudah diobservasi, tetapi belum menyeluruh, sehingga informasi yang terkumpul belum memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam IUCN Red List tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Data Deficient (DD / Informasi Kurang). Contoh satwa yang masuk dalam kategori DD: 4



Punggok Papua (Todirhamphus nigrocyaneus)



Kupu-kupu (Euphydryas maturna)



Emoia mivarti (Lygosoma mivarti)



Ikan bulan-bulan (Megalops cyprinoides,)

9. Not Evaluated (NE) Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria daftar merah IUCN. Spesies hewan NE terdaftar sebanyak 6,702. Contoh satwa yang masuk dalam kategori ini ialah . Punggok Togian (Ninox burhani)

PENGELOMPOKAN SPESIES BERDASARKAN APENDIKS CITES CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) merupakan konvensi multilateral yang berperan dalam melindungi tumbuhan dan satwa yang terancam. CITES mengatur pengaturan mengenai perdagangan flora maupun fauna dengan membagi kelompok apendiks: 1. Apendiks I Apendiks I berisi spesies-spesies yang sudah terancam punah. Ilegal untuk melakukan perdagangan satwa yang masuk dalam kelompok ini. Sekalipun dilakukan perdagangan, butuh izin ekspor dan impor, dan masing-masing Negara harus menjamin bahwa ekspor spesies tidak akan berpengaruh buruk bagi populasi satwa liar. Satwa yang termasuk ke dalam Apendiks 1: 

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas)



Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus)



Singa Asia ( Panthera leo leo)



Ikan naga (Scleropages formosus)



Buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii)

2. Apendiks II Spesies yang tidak terancam punah namun dapat terancam punah jika regulasi perdagangan tidak diatur dengan ketat masuk ke dalam kelompok Apendiks II. Spesies Apendiks II diperdagangkan secara internasional dengan persetujuan izin ekspor atau sertifikat re-

5

ekspor oleh badan pengelolaan Negara eksportir. Kegiatan ekspor ini tidak boleh sampai berdampak buruk pada populasi spesies di alam liar. Satwa yang termasuk ke dalam Apendiks II: 

Elang Bondol (Haliastur indus)



Labi-labi (Amyda cartilagenea)



Kima Raksasa (Tridacna gigas)



Kura-kura rote (Chelodina mccordi)

3. Apendiks III Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III adalah spesies yang dimasukkan ke dalam daftar setelah salah satu negara anggota meminta bantuan para pihak CITES dalam mengatur perdagangan suatu spesies. Spesies tidak terancam punah dan semua negara anggota CITES hanya boleh melakukan perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin (COO). Belum ditemukan databahwa ada satwa Indonesia yang masuk ke dalam Apendiks III.

6

PERDAGANGAN HEWAN DILINDUNGI

A. Perdagangan Secara Luring (Di Pasar Hewan) Hasil Investigasi ke pasar hewan yang berlokasi di Jl. Peta, Suka Asih, Bojongloa Kaler, Kota Bandung, memperoleh temuan beberapa satwa yang dilindungi sebagai berikut: 1. Tiong emas / Burung Beo (Gracula Religiosa)

Hewan

ini

termasuk

spesies

dilindungi

menurut

PERMEN

No.

P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Appendiks II Wilayah persebaran: Sri Lanka, India, Himalaya. Harga jual : 1.500.000 – 3.000.000 2. Burung Nuri Bayan (Electus nigrifrons)

7

Termasuk

spesies

dilindungi

menurut

PERMEN

No.

P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018. Apendiks II Daerah persebaran: Maluku, Kepulauan Sunda kecil, Irian, Australian, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon Harga jual : 700.000 – 1.500.000 3. Kura – kura sulcata (Centrochelys sulcata)

Masuk dalam kelompok Apendiks II Harga jual : 9.000.000 – 50.000.000 4. Biawak (Centrochelys sulcata)

Status IUCN Red List :Vulnerable Appendiks II Harga jual : 300.000 – 2.500.000

8

B. Perdagangan Secara Daring Menurut observasi penulis berdasarkan hewan-hewan yang masuk ke dalam kategori red list IUCN, terdapat beberapa hewan berstatus dilindungi yang masih diperjualbelikan di sosial media. Pada observasi ini, penulis menemukan transaksi jual beli hewan tersebut di media sosial Facebook. Di sini para penjual berkumpul dalam suatu forum yang di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan orang. Ada pula berbagai syarat yang harus dilakukan apabila seseorang ingin masuk ke dalam forum atau group tersebut. Syarat-syarat tersebut antara lain adalah harus mencantumkan nomor telepon, dan tidak boleh mengunggah suatu hal yang tidak ada kaitannya dengan perhewanan. Beberapa iklan jual beli hewan yang penulis temukan di laman Facebook antara lain: 1. Kucing Hutan Kuwuk Kucing

Hutan

Kuwuk

(Prionailurus

bengalensis) adalah jenis kucing liar kecil yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Timur. Dapat diketahui bahwa kucing ini telah terdaftar dalam kategori Low Concern (Risiko Rendah) oleh IUCN semenjak tahun 2002. Kucing ini termasuk ke dalam spesies dilindungi

menurut

PERMEN

No.

P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 

Persebaran geografis : Pulau Banda, Indonesia.



Apendiks

: II

9

2. Kakatua Tanimbar Burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiana) adalah salah satu spesies burung Kakatua asli dari hutan kepulauan Laut Banda, Indonesia. Spesies ini merupakan spesies yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Spesies ini termasuk ke dalam data IUCN Red List kategori Near Threatened (Hampir Terancam). Spesies ini termasuk ke dalam spesies dilindungi menurut PERMEN

No.

P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018. 

Persebaran geografis :

Pulau

Solomon, Indonesia. 

Apendiks

:I

3. Ular Sanca Hijau Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) adalah salah satu jenis sanca pohon yang hanya dapat ditemukan di hutan Maluku dan Papua. Menurut data IUCN Red List, Sanca Hijau termasuk ke dalam kategori Least Concern (Sedikit termasuk

Mengkhawatirkan). ke

dalam

menurut

Spesies

spesies

PERMEN

ini

dilindungi No.

P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018. 

Persebaran geografis : Papua Nugini, Indonesia.



Apendiks

: II

10

*

11

REFERENSI https://www.iucnredlist.org/ https://cites.org PERMEN NOMOR P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018

12

Related Documents


More Documents from ""